HALAL TOURISM
MODERATOR: SEPIA
Pariwisata halal didefinisikan sebagai pariwisata yang semua kegiatan di dalamnya, termasuk produk dan layanan diperbolehkan (dihalalkan) menurut Islam. Halal tourism juga dapat didefinisikan sebagai pariwisata yang menyediakan produk dan layanan halal sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim (Setiawan & Hasanah, 2023). Salah satu industri yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat adalah pariwisata. Tidak hanya sebagai kekuatan yang menopang ekonomi suatu negara, pariwisata saat ini bahkan menjadi kekuatan politik karena dampak yang diterima sangat luas, meliputi industri, bisnis, organisasi, manusia, lingkungan dan hubungan antar negara. Dampak pariwisata terhadap terbukanya kesempatan dan peluang kerja, pemberdayaan manusia, dan penguatan ekonomi cukup signifikan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang juga menawarkan pariwisata dengan layanan dan produk halal dengan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan Global Muslim Travel menetapkan Indonesia sebagai tujuan wisata halal yang menduduki peringkat teratas di dunia tahun 2019 dengan standar Global Muslim Travel Index (GMTI), memiliki skor yang sama dengan Malaysia, yakni 78. Menyusul setelahnya, Turkey, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Qatar, Maroko, Bahrain, Oman dan Brunei. Itu artinya, Indonesia mampu mengungguli 130 destinasi dari seluruh dunia. Selain sebagai tujuan wisata halal yang menduduki peringkat teratas di dunia, Global Muslim Travel juga menetapkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 besar negara yang wisatawan muslimnya paling banyak berwisata di dunia.
Diungkapkan Aqil Irham saat menjadi narasumber Jakarta Marketing Week 2022 dengan tema "Halal Tourism: How It Helps Recovering Indonesia Tourism Industry" yang digelar oleh MarkPlus. "Seiring perkembangan halal sebagai trend global yang berkembang pesat, saat ini wisata halal telah menjadi perhatian dunia sehingga dikembangkan secara serius oleh berbagai negara mengingat peluangnya yang begitu besar," ungkap Aqil Irham di Atrium Mall Casablanca, Jakarta, Kamis (19/5/22).
Aqil menegaskan, wisata halal hanya dapat terwujud ketika Jaminan Produk Halal dilaksanakan. Sebab, tersedianya produk bersertifikat halal hanya terwujud dengan
1 | P a g e
diterapkannya standar halal melalui mekanisme sertifikasi halal bagi produk yang berupa barang maupun jasa.
"Misalnya destinasi wisata halal di Lombok, di sana telah tersedia hotel-hotel dengan resto-resto yang telah bersertifikat halal, kuliner di sana yang juga menjadi daya tarik wisatawan juga halal, dan lain sebagainya. Semuanya membentuk ekosistem wisata halal," imbuh Aqil Irham.
Data DinarStandard dalam laporan Ekonomi Islam Global 2020/2021 yang dipublikasi melalui Salaam Gateway pada November 2020, mencatat bahwa pada 2019, sebanyak 200,3 juta perjalanan telah dilakukan wisatawan muslim global, dengan pengeluaran sebesar 194 miliar dolar AS. Artinya, wisatawan muslim dunia menjadi potensi pasar yang besar. Apalagi, jumlahnya terus meningkat sehingga meningkat pula potensi nilai belanjanya.
Peluang wisata halal saat ini juga telah menjadi perhatian khusus dari sejumlah negara bukan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI); misalnya: Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Sebab, sektor wisata halal dipastikan dapat mendorong industri wisata yang menggenjot pertumbuhan ekonomi. Berbagai upaya terus mereka lakukan dalam peningkatan kualitas pelayanan wisata halal.
"Kita sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia tentu memiliki modal besar untuk menjadi yang terdepan dalam wisata halal. Karenanya, program percepatan sertifikasi halal yang sedang kita jalankan dengan target 10 juta produk tersertifikasi halal sangatlah relevan dalam upaya penguatan wisata halal kita," tandasnya.
Dengan diterapkan mandatory sertifikasi halal ini, sudah semestinya sertifikasi halal dapat meningkatkan pertumbuhan produk halal yang implikasinya meningkatkan kinerja sektor- sektor ekonomi nasional, termasuk wisata halal. Untuk itu, salah satu kunci utama dalam mendorong pertumbuhan produk halal nasional adalah dengan melakukan akselerasi sertifikasi halal. Aqil Irham juga mengatakan perlunya penguatan ekosistem halal nasional yang dilakukan secara sinergis dan kolaboratif dengan melibatkan seluruh stakeholder Jaminan Produk Halal terkait. Sebab, rantai nilai industri wisata halal meliputi banyak sektor seperti industri transportasi, perhotelan dan akomodasi, restoran, kafe, perbelanjaan, jasa travel and tour, media, dan sebagainya.
2 | P a g e
REFERENSI
https://kemenag.go.id/nasional/bpjph-halal-tourism-potensial-perkuat-industri-wisata-indonesia- l2zefh
PERTANYAAN
1. Apa langkah-langkah yang bisa diambil oleh pelaku industri pariwisata Indonesia untuk mempromosikan destinasi halal di tingkat internasional?
2. Bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat lokal dapat memperkuat sektor pariwisata halal di Indonesia?
3. Bagaimana cara pariwisata di Indonesia dapat memadukan konsep ramah lingkungan dengan prinsip-prinsip halal dalam layanan mereka?
4. Apa peluang dan tantangan dalam mengembangkan destinasi halal di daerah-daerah yang belum terjamah oleh pariwisata?
5. Sebagai ekonom rabbani, tindakan apa yang akan kamu lakukan untuk meningkatkan potensi halal tourism di Indonesia?
3 | P a g e