• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA TANAMANPERTANIAN - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HAMA TANAMANPERTANIAN - Repository UMA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Penulis mengucapkan terima kasih kepada..badlirat £\Uab-�.5.WT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan buku yang berjudul “Seri Perlindungan Tanaman-Hama Tanaman”. Buku ini disusun bagi mahasiswa Fakultas Pertanian pada bidang keahlian pertanian, program keahlian dasar agronomi, hama dan penyakit tanaman serta sosial ekonomi pertanian. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan silabus dan kurikulum yang berlaku pada Program Sarjana (51) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.

Menjadi pekerja tingkat menengah di dunia usaha, industri dan jasa dengan keahlian di bidang perlindungan dan pengendalian hama tanaman. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi bagian amal penulis dalam bidang ilmu yang bermanfaat dan diterima sebagai bagian dari ibadah-Nya.

PENDAHULUAN

Definisi Tentang Hama

Kelompok hama primer adalah jenis hama yang menyerang bagian tanaman yang langsung dipanen atau menyerang bagian vital tanaman. Kelompok hama ini merupakan jenis hama yang menyerang tanaman dengan cara menusuk mulutnya yang berupa belalai untuk menghisap cairan tanaman (getah tanaman). Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang menyerang tanaman dengan cara memakan bagian tanaman seperti daun yang terserang.

Kelompok hama ini merupakan jenis hama yang menyerang bagian tanaman atau tanaman tertentu dan menimbulkan gejala serangan yang khas. Racun ini terutama digunakan untuk melawan serangga yang mulutnya menggigit (ulat, belalang dan kumbang), tetapi juga dapat digunakan untuk melawan hama yang menyerang tanaman dengan cara menghisap dan menjilat.

PENGGOLONGAN HAMA

Aspek proses produksi

Hama prapanen merupakan jenis hama yang menyerang tanaman sejak masa pembibitan hingga panen, pada lahan pertanian.

Aspek bagian tanaman yang dipanen

Istilah hama sekunder pada hama pasca panen juga sering digunakan untuk menyebut jenis serangga hama yang mampu menyerang, hidup dan berkembang biak pada biji-bijian. Selain itu, istilah hama sekunder juga sering digunakan untuk menyebut nama lain hama sporadis; merupakan spesies hama yang pola serangannya bersifat sporadis. Penggerek merupakan salah satu jenis serangga hama yang menyerang tanaman dengan cara membuat lubang atau lubang dan hama tersebut menembus bagian tanaman yang diserang yaitu umbi, batang, buah dan pucuk.

Hama pengorok daun merupakan salah satu jenis serangga hama yang menyerang tanaman dengan cara membuat lubang pada bagian tanaman yang diserang pengorok daun. Kelompok hama ini merupakan jenis hama yang mampu mengubah sifat fisiologisnya menjadi berbeda dengan generasi sebelumnya karena mampu berevolusi bersama dengan tanaman inang tahan hama yang sebelumnya rentan menjadi tahan.

Hama pertama merupakan spesies hama sasaran program pengendalian dan merupakan hama terpenting atau kunci. Hama yang kedua merupakan jenis hama yang semula termasuk dalam kategori hama kecil atau hama potensial, karena adanya perubahan ekosistem menjadi hama berbahaya dan hama besar.

Aspek tana nama

Kerusakan tanaman diakibatkan oleh serangan hama secara langsung, dan kerusakan ini akan semakin parah jika hama merupakan salah satu faktor penyebab penyakit tanaman. Meningkatnya populasi hama disebabkan oleh angka kelahiran dan angka imigrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka moralitas dan emigrasi. Perubahan ekosistem pertanian yang mengkondisikan hama berkembang pesat dapat disebabkan oleh perubahan iklim dan/atau kesalahan manusia dalam pengelolaan ekosistem pertanian dimana masuknya tanaman baru diikuti oleh hama dan hama tersebut tidak diikuti oleh musuh alaminya. daerah asal sehingga akan menimbulkan permasalahan hama baru.

Selama petani terus berpegang pada paradigma perlindungan tanaman konvensional, sangat bergantung pada pestisida kimia, dan menerapkannya secara terjadwal, permasalahan hama pasti akan terus berlanjut. Pemahaman terhadap struktur dan fungsi tubuh hama yang dilengkapi dengan analisis biologi dan ekologi hama sangat penting sebagai landasan pengembangan teknologi pengendalian dan pelaksanaan upaya pengendalian hama.

PERKEMBANGAN DAN METAMORFOSE

Perkembangan ini dimulai dari pembentukan lapisan ventral, kemudian invaginasi embrio, perkembangan organ aksesori hingga inversi embrio. Kerangka tubuh kedua hewan ini berada di luar, sehingga untuk tumbuh dan berkembang, kulit yang lama harus dikelupas dan diganti secara berkala dengan yang baru. Jumlah pergantian kulit pada serangga ini umumnya sebanyak 408 kali, meskipun ada lebih banyak lagi seperti pada Odonata 10-12 kali dan Ephemeroptera 28 kali.

Tahap kehidupan antara satu pergantian kulit dan pergantian kulit berikutnya dalam satu tahap disebut instar. Menurut rumus Dyar, pertambahan lebar kapsul kepala serangga pada setiap pergantian kulit biasanya sebesar 1,2-1,4 kali lipat untuk spesies tersebut.

Me tamorfose

  • Tipe metamorfose sederhana
  • Tipe metamorfose sempu rna
  • Tipe metamorfose i n termed i ate

Serangga benetamorfik tahap muda dan dewasa biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda, seringkali hidup di habitat yang berbeda, dan memiliki perilaku yang berbeda. Larva tidak mempunyai mata majemuk, ada yang tidak berkaki, ada yang hanya berkaki dada, ada pula yang berkaki dada dan mempunyai organ tambahan seperti kaki perut (proleg). Serangga yang baru keluar dari kepompong biasanya berwarna pucat, masih lemah, dan sayapnya memendek.

Tahapan hidup serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah TELUR----LARVA----PUPA (= PUPPY)---IMAGO (= VESA ASA). Secara umum semua serangga yang diketahui jenis metamorfosisnya dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jenis metamorfosis sederhana dan sempurna. Bentuk telur serangga bermacam-macam tergantung jenis serangganya, ada yang bulat, lonjong pipih, seperti gentong dan variasinya banyak sekali.

Cangkang telur bagian luar bisa halus, kasar, dengan aksesoris berbeda-beda, warna berbeda-beda, berguna untuk memperkuat posisi telur dan menghalangi musuh alaminya. Serangga dengan potensi oviposisi tinggi biasanya memiliki telur yang kurang terlindungi, sedangkan serangga dengan potensi oviposisi rendah biasanya memiliki telur terlindungi. Beberapa telur serangga menempel di bagian luar inang, tertanam di jaringan inang, dimasukkan ke dalam lingkaran daun, atau di dalam tanah.

Pelindung telurnya berupa bulu-bulu halus atau zat cair hasil sekret yang mengering dan mengeras. Kepompong (=--pupa) adalah tahapan kehidupan serangga antara tahap larva dan tahap dewasa pada serangga yang bermetamorfosis sempurna, tidak makan, dan biasanya tidak aktif. Letak kepompong serangga juga berbeda-beda, ada pula yang di tanah dalam jaringan inang, di atas gulungan daun atau bahan lainnya.

MORFOLOGI UMUM HAMA

Pentingnya Mempelajari Morologi Hama

  • Filum Arthropoda

Spesies filum yang anggotanya diketahui berpotensi menjadi hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (vertebrata) dan Arthropoda (serarigga, tungau, dll). Anggota Filum Chordata yang banyak ditemukan sebagai hama tanaman berasal dari kelas Mamalia. Namun tidak semua hewan yang termasuk dalam kelas Mammalia berperan sebagai hama, namun hanya beberapa jenis (spesies) saja yang benar-benar merupakan hama tanaman.

Anggota kelompok Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah kelas Arachnida (tungau) dan kelas Insecta atau Hexapoda (serangga). Pemahaman pengetahuan tentang morfologi serangga sangat penting karena anggota serangga pada setiap ordo biasanya mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau mendefinisikan kelompok serangga.Beberapa anggota berperan sebagai hama tanaman, namun ada. serangga lainnya.

Gejala kerusakan berupa intensitas serangan hama juga dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat populasi hama di lapangan. Dua jenis organisme yang digunakan untuk pengendalian biologis serangga dan tungau adalah parasit dan predator. Warna bulu dada dan perut dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin, jantan sebagian besar berwarna putih, sedangkan betina sebagian besar berwarna coklat kekuningan.

Jamur juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga hama, misalnya Entomorpha digunakan untuk mengendalikan Aphis yang menyerang alfalfa; Spesies Beauveria untuk pengendalian ulat dan Metarrhizium anisopliae kini banyak dikembangkan pada tanaman jagung. Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama tungau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedangkan jenis pestisida lainnya diberi nama sesuai dengan hama sasarannya. Nematisida: Racun yang digunakan untuk membasmi hama berupa cacing parasit yang biasanya menyerang akar tanaman.

Namun ada juga jenis lain yang berfungsi sebagai repelan, yaitu berfungsi untuk mencegah serangga menyerang tanaman), atraktan (bahan yang dapat menarik serangga, sehingga serangga yang dikumpulkan lebih mudah terperangkap!), anti feeder. (bahan ini dapat mencegah serangan serangga) dan chemosterilant (yang dapat menyebabkan kemandulan pada serangga yang terkena). Dosis adalah jumlah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada 1 ha lahan.

Gambar  I .   Meloidogyne  betina dengan telur dalam ovari
Gambar I . Meloidogyne betina dengan telur dalam ovari

Morfologi Beberapa Ordo Serangg�yang Penting

CARA MERUSAK DAN GEJALA KERUSAKAN

  • Taktik Pengendalian
  • Pengendalian secara mekanik
  • Pengendalian secara fisik . .. . . . .... . . ... . . . . _
  • Pengendalian hayati
  • Pengendalian dengan varietas tahan
  • Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam
  • Pengendalian ha ma dengan sanitasi dan eradikasi
  • Pengendalian kimiawi

Dengan jenis mulut tertentu, serangga hama perusak tanaman akan menimbulkan gejala khas kerusakan pada tanaman yang diserangnya. Lebih jauh lagi, dapat juga digunakan untuk memprediksi gaya hidup atau memperkirakan populasi OPT yang bersangkutan. Pada dasarnya pengendalian hama adalah segala upaya atau tindakan manusia, baik langsung maupun tidak langsung, untuk mengusir, menghindari, dan membunuh jenis hama agar populasinya tidak mencapai tingkat yang merugikan secara ekonomi.

Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk memberantas spesies hama secara total, namun hanya untuk menekan populasinya sampai tingkat tertentu yang tidak merugikan secara ekonomi. Oleh karena itu, taktik pengendalian apa pun yang digunakan dalam pengendalian hama harus tetap ramah lingkungan dan ekonomis. Filosofi pengendalian hama yang akan diterapkan adalah Pengendalian/Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang tidak hanya mengandalkan satu taktik pengendalian saja dalam penerapannya.

Cara pengendalian hama ini masih banyak digunakan di daerah yang biaya tenaga kerjanya masih tergolong murah. Untuk memberantas hama ini, para petani turun ke sawah pada pagi hari untuk memetik dan mengumpulkan ulat pada pucuk tembakau. Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, patogen) yang mampu menyerang hama.

Populasi hama ini juga dapat meningkat akibat penggunaan bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh musuh alaminya. Selama pemeliharaan di karantina, serangga ini dapat diberi pakan buatan atau mungkin juga dapat digunakan inang yang dilepaskan di tempat perkembangbiakannya. Selain menggunakan parasit dan predator, untuk menekan populasi serangga hama juga dapat menggunakan berbagai patogen penyebab penyakit pada serangga.

Contoh pengendalian hama dengan menggunakan varietas tahan adalah pengendalian wereng coklat pada tanaman padi, pengendalian kutu daun pada tanaman lamtoro, pengendalian Empoasca pada tanaman kapas. Keuntungan pengendalian hama dengan penyesuaian pola tanam adalah dapat mengurangi kemungkinan terbentuknya biotipe hama baru.

Gambar  1 6.  Predator Eucanthecona sp. Pemangsa ulat api
Gambar 1 6. Predator Eucanthecona sp. Pemangsa ulat api

Gambar

Gambar  I .   Meloidogyne  betina dengan telur dalam ovari
Gambar  3.  Tikus  hutan/belukar/kebun  (Rattus tiomanicus)
Gambar  5  . Tungau daun
Gambar  8.  Metamorfosa  Tidak  Sempuma {Siklus hidup belalang)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Call for Papers Invitation to contribute to BioMolecular Concepts Newly launched in 2010, the journal BioMolecular Concepts provides its readers with expert summaries and up-to-date