• Tidak ada hasil yang ditemukan

hambatan yang dihadapi guru sejarah dalam menerapkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hambatan yang dihadapi guru sejarah dalam menerapkan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

HAMBATAN YANG DIHADAPI GURU SEJARAH DALAM MENERAPKAN KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

PADA KELAS XI IPS SMAN 2 SIJUNJUNG

Oleh : Laila Susanti1 Ranti Nazmi2

Kaksim3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study was motivated by the importance of discussion skills for students, but teachers have not been fully able to apply the skills to guide small group discussions in the process of studying the subject of history in high school N 2 Sijunjung. Of this research is focused on the barriers faced by history teachers in applying the skills to guide small group discussions in class XI IPS SMAN 2 Sijunjung. This study aimed to describe the history of the barriers faced by teachers in implementing the guiding skills of small group discussion in class XI IPS SMAN 2 Sijunjung. The method used in this study is qualitative evaluative studies. The study was conducted at SMA N 2 Sijunjung. The study was conducted in the second semester of the school year 2014-2015.The results showed obstacles in implementing small group discussion guide history courses at SMAN 2 Sijunjung among others focusing students on the purpose and topic of discussion in terms of record changes or deviations discussion of goals. Barriers to expand or donation problem is requesting comments student opinion by asking questions that help them clarify or develop ideas relating to the subject matter. Barriers to guide in analyzing students' views are generally examined on the basis that students reason relates to the discussion. Barriers to improving student donation is asking questions that challenge students to think. It can be concluded that the subject teachers of history have problems in applying the skills to guide small group discussions in class XI IPS SMAN 2 Sijunjung

Keyword: barriers, applying, small group discussion

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

3Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

(2)

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka membangun peserta didik untuk mencapai perkembangannya, sehingga dapat mendayagunakan potensi yang ada dilingkungan untuk kepentingan sendiri dan orang lain. Agar kualitas pendidikan meningkat berbagai usahapun telah dilakukan pemerintah, seperti: perbaikan kurikulum, penataran guru, perbaikan sarana dan prasarana yang memadai.

Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka kurikulum di Indonesia sudah sering mengalami perubahan baik dari segi isi, tujuan, sarana dan prasarana, strategi bahkan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia Indonesia agar dapat bersaing dengan bangsa lain dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Guru merupakan faktor utama yang berperan penting dalam mengembangkan menjadi seseorang yang berhasil. Guru yang professional harus bisa mengikutsertakan siswa baik secara fisik, mental dan emosional dalam proses pembelajaran. Supaya mereka mampu mengolah, menggunakan, mengkomunikasikan masalah-masalah dalam belajar yang dihadapi.

Oleh sebab itu guru harus siap untuk mempersiapkan semuanya agar tercapai tujuan pendidikan dalam berbagai bidang kajian termasuk Sejarah. Selain guru, siswa juga memiliki peran penting dalam pembelajaran, sebab siswalah yang akan menjadi pemeran dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Guru dituntut untuk menguasai keterampilan dasar mengajar sebelum melakukan proses belajar mengajar.

Adapun keterampilan mengajar yang dikemukan oleh Usman (2007:74) ialah:

keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil.

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, membimbing dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Artinya bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya (Ahmad Sabri, 2007:66).

Guru yang menguasai keterampilan dasar mengajar, diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional dalam mengembangkan potensi peserta didik agar tercapainya tujuan pendidikan. Guru dapat membantu siswa sesuai dengan kebutuhannya, misalnya dengan cara memberi tugas yang sesuai dengan kemampuannya atau menilai kemampuan siswa dengan cara yang paling tepat untuk siswa tersebut.

Supaya setiap anak lebih mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, perlu direncanakan dan dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok kecil agar terjadi variasi pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Pengajaran kelompok kecil merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan memberi kesempatan kepada setiap peserta didik dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya (Mulyasa, 2006:

92).

Hal ini berkaitan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 pasal 5, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang- Undang Sisdiknas) yang mengemukakan bahwa

“Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

(3)

3

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan pendidik yang berguna untuk mendidik anak didiknya menjadi manusia yang berpotensi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana harapan dan keinginan dari orang tuanya. Harapan dan keinginan masyarakat seperti inilah yang membuat setiap guru harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik.

Observasi awal yang penulis lakukan di SMA N 2 Sijunjung, terdapat 2 orang guru yang mengajar mata pelajaran Sejarah. Guru sejarah di SMA N 2 Sijunjung belum sepenuhnya melaksanakan keterampilan dalam membimbing. Keterampilan dasar guru yang terlihat dilakukan guru adalah membuka dan menutup pelajaran, pengelolaan kelas, bertanya, menjelaskan dan memberi penguatan pada siswa. Sementara itu, ada beberapa keterampilan dasar yang yang telah diajarkan guru tetapi dalam pelaksanaannya terkendala dengan berbagai hambatan. Keterampilan dasar yang sering mengalami kendala dalam pembelajaran sejarah adalah keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

Membimbing diskusi kelompok kecil membutuhkan keahlian dan keterampilan guru agar diskusi kelompok kecil berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai dengan baik.

Wawancara yang peneliti lakukan, guru menyatakan kesulitan untuk melaksanakan keterampilan membimbing kelompok kecil mengingat banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan, sehingga guru lebih fokus untuk menyelesaikan seluruh materi pelajaran.

Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan belajar sejarah karena guru hanya menyampaikan materi saja tanpa mengadakan belajar kelompok serta diskusi. Dari uraian di atas penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang

”Hambatan yang dihadapi guru sejarah dalam menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil di kelas XI IPS SMAN 2 Sijunjung”. Peneliti mengambil kelas XI IPS karena mata pelajaran sejarah untuk kelas IPS adalah mata pelajaran wajib dalam kurikulum 2013, sehingga proses pembelajaran sejarah diharapkan dapat mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi evaluatif yang berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan suatu keadaan sebagaimana mestinya tentang hambatan yang

dihadapi guru sejarah dalam menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil di kelas XI IPS SMAN 2 Sijunjung.

Penelitian dilakukan di SMA N 2 Sijunjung. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015.

Informan dalam penelitian ini adalah Guru Sejarah kelas XI IPS, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan siswa kelas XI IPS SMA N 2 Sijunjung

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (1996:16) dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan proses belajar-mengajar oleh guru salah satunya ditentukan oleh seberapa jauh guru menerapkan membimbing diskusi kelompok kecil. Semua komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil harus dilaksanakan oleh guru dalam proses belajar Sejarah, salah satunya di SMA Negeri 2 Sijunjung.

Hambatan dalam menerapkan membimbing diskusi kelompok kecil mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Sijunjung antara lain memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi dalam hal mencatat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan. Hambatan dalam memperluas masalah atau urunan pendapat yaitu meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide berkaitan dengan materi pelajaran. Hambatan membimbing dalam menganalisis pandangan siswa umumnya meneliti dasar yang tentang alasan siswa berkaitan dengan diskusi.

Hambatan dalam meningkatkan urunan siswa adalah mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir, hambatan dalam menyebarkan kesempatan berpartisipasi umumnya mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan dan hambatan dalam menutup diskusi adalah mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai

(4)

4

KESIMPULAN

Hambatan-hambatan guru dalam menerapkan membimbing diskusi kelompok kecil pada pembelajaran sejarah kelas XI di SMA Negeri 2 Sijunjung, sebagai berikut:

Hambatan dalam menerapkan membimbing diskusi kelompok kecil mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Sijunjung antara lain memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi dalam hal mencatat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan. Hambatan dalam memperluas masalah atau urunan pendapat yaitu meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide berkaitan dengan materi pelajaran. Hambatan membimbing dalam menganalisis pandangan siswa umumnya meneliti dasar yang tentang alasan siswa berkaitan dengan diskusi.

Hambatan dalam meningkatkan urunan siswa adalah mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir, hambatan dalam menyebarkan kesempatan berpartisipasi umumnya mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan dan hambatan dalam menutup diskusi adalah mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai

DAFTAR PUSTAKA

Affifuddin, dkk. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta, Bumi Aksara.

Hamid Darmadi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar.Bandung: Alfabeta

Hamid Patilima. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ahmad Sabri. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Padang, Quantum Teaching.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2004. Kompetinsi dan Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

________. 2009. Menjadi Guru Profesional:

Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja.

Rosdakarya

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Suwarna.2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta:

Tiara Wacana

Uno Hamzah B..2008. Profesi Kependidikan.

Jakarta: Bumi Aksara

______s2011. Perencanaan Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara

Sani, Ridwan. Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara Usman, Moch. Uzer. 2011. Menjadi Guru

Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 pasal 5, tentang Sistem Pendidikan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Table Title Item Font Font Type Font Size Title Cambria Regular 11 Author names Cambria Regular 11 Author affiliation/email Cambria Regular 11 Abstract/Keywords Cambria Regular

[r]