• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Hasil Calon Varietas Hibrida Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Musim Hujan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Uji Daya Hasil Calon Varietas Hibrida Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Musim Hujan "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Daya Hasil Calon Varietas Hibrida Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Musim Hujan

Yied Test of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) Hybrid Varieties Candidates During the Rainy Season

Arumitha Wahyu Dwinanti* dan Damanhuri

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi: arumithawahyu@student.ub.ac.id Diterima 28 Agustus 2020 / Disetujui 20 Januari 2021

ABSTRAK

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ialah salah satu komoditas hortikultura dengan nilai ekonomi tinggi. Konsumen menghendaki benih tomat varietas unggul. Keunggulan tanaman dapat diketahui dengan melihat potensi hasil melalui uji daya hasil. Hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh genetis dan lingkungan.

Faktor lingkungan seperti iklim akan berpengaruh bagi tanaman. maka perlu dilakukan penelitian terkait uji daya hasil tanaman tomat pada musim hujan untuk mengetahui genotipe calon varietas hibrida yang memiliki potensi daya hasil tinggi ketika ditanam di musim hujan. Penelitian dilaksanakan di Lahan PT BISI International, Tbk. yang berlokasi di Dusun Ngepeh, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, pada bulan Desember 2019 sampai Maret 2020. Bahan penelitian berupa 4 calon varietas hibrida tomat (TMS- 16489KR, TMS-16492KR, TMS-16496KR, dan TMS-16497KR) dan 2 varietas pembanding (Corona-402 dan Servo). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 6 perlakuan dengan 4 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe TMS-16489KR memiliki produktivitas, panjang buah, bobot per buah dan tebal daging yang lebih baik daripada dua varietas pembanding. Varietas tersebut juga memiliki sifat agak tahan terhadap layu bakteri sehingga dapat diusulkan menjadi varietas unggul.

Kata kunci: Calon Varietas, Daya Hasil, Hibrida, Musim Hujan, Tomat ABSTRACT

Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) is horticultural commodities with high economic value.

Consumers want superior varieties of tomato seeds. The superiority of plants could be seen by yield potential through the yield test. The yield of a plant is influenced by genetics and the environment.

Environmental factors such as climate will have an effect on plants. It is necessary to conduct research related to the yield test of tomatoes in the rainy season to determine the genotypes of hybrid varieties which has high yield potential when planted in the rainy season. The research was conducted at PT BISI International, Tbk. located in Ngepeh Hamlet, Karangploso District, Malang Regency, from December 2019 to March 2020. The research materials are 4 candidates of tomato hybrid varieties (TMS-16489KR, TMS- 16492KR, TMS-16496KR, and TMS-16497KR) and 2 comparison varieties (Corona-402 and Servo). The research used a randomized block design (RBD) with 6 treatments with 4 replications. The results showed the TMS-16489KR genotype had better productivity, fruit length, weight per fruit and fruit thickness than the two comparison varieties. It is also moderately resistant to bacterial wilt so it could be proposed as a superior variety.

Keywords: Variety Candidates, Yield, Hybrids, Rainy Season, Tomatoes

(2)

PENDAHULUAN

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ialah salah satu komoditas hortikultura dengan nilai ekonomi tinggi. Produksi tomat pada wilayah tertentu di Indonesia tergolong kurang stabil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, diketahui produksi tomat di Provinsi Jawa Timur ialah 59.180 ton pada tahun 2015, 60.719 ton pada tahun 2016, 66.758 ton pada tahun 2017, dan mengalami penurunan produksi hingga mencapai 65.585 ton pada tahun 2018 (BPS, 2019).

Ketidakstabilan produksi tomat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya jenis benih yang ditanam. Jenis benih tomat yang ditanam oleh petani di Indonesia umumnya ialah varietas hibrida (F1). Varietas hibrida (F1) memiliki spesifikasi keunggulan yang berbeda-beda sesuai genotipe tanaman.

Hasil suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh genetis dan lingkungan (Sastrahidayat, 2013). Faktor lingkungan seperti iklim akan berpengaruh bagi tanaman. Salah satu unsur iklim ,curah hujan, dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, dan respirasi tanaman. Curah hujan juga dapat mempengaruhi intensitas serangan penyakit pada tanaman tomat. Apabila curah hujan tinggi, maka keadaan lingkungan lebih lembab sehingga sesuai untuk perkembangan penyakit. Musim penghujan menimbulkan kendala utama berupa penyakit tanaman seperti hawar daun (late blight), busuk kering (early blight), dan bercak daun septoria (Getahun dan Habte, 2015).

Penyakit-penyakit ini juga dapat mempengaruhi hasil tanaman tomat.

Keunggulan tanaman dapat diketahui dengan melihat potensi hasil melalui uji daya hasil. Uji daya hasil yang dilakukan umumnya terdiri dari dua tahap, yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan uji daya hasil lanjutan (UDHL). Konsumen menghendaki

benih tomat varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah baik dan seragam serta tidak bergantung musim.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang uji daya hasil tanaman tomat pada musim hujan untuk mengetahui genotipe calon varietas hibrida yang memiliki pertumbuhan yang baik serta potensi daya hasil tinggi ketika ditanam di musim hujan. Uji daya hasil yang akan dilakukan berupa uji daya hasil pendahuluan (UDHP) terhadap 4 calon varietas hibrida tanaman tomat dengan 2 varietas pembanding.

BAHAN DAN METODE

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Maret 2020 di Lahan PT BISI International, Tbk. yang berlokasi di Desa Ngijo, Dusun Ngepeh, Kecamatan Karangploso.

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi rak semai, handrefractometer, penetrometer, cangkul, mulsa plastik hitam perak, ajir, meteran, alfaboard, pisau, jangka sorong, penggaris, timbangan, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa 4 calon varietas hibrida tomat (TMS- 16489KR, TMS-16492KR, TMS-16496KR, dan TMS-16497KR) dan 2 varietas pembanding (Corona-402 dan Servo), pupuk NPK, pupuk kandang, cocopeat, label, fungisida, dan insektisida.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 6 perlakuan yaitu 4 calon varietas hibrida dan 2 varietas hibrida pembanding dengan 4 ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan.

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan kuantitatif dan pengamatan kualitatif. Pengamatan kuantitatif terdiri dari tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah tandan buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, ukuran buah, ketebalan daging buah, bobot buah per tanaman, bobot

(3)

per buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut total, dan intensitas serangan penyakit.

Apabila tanaman rusak mutlak, maka dilakukan perhitungan dengan metode Abbolt (1925) dalam Adriani et al. (2012) menggunakan rumus:

KP = n/N x 100%

KP = tingkat kejadian penyakit (%) n = jumlah tanaman layu yang diamati N = jumlah tanaman yang diamati

Apabila tanaman tidak rusak secara mutlak, maka dilakukan perhitungan menggunakan metode Townsend and Hueberger (1948) dalam Adriani et al. (2012) dengan rumus:

I = [∑(ni x vi)]/(Z x N) x 100%

I =tingkat keparahan penyakit (%) ni =jumlah tanaman atau bagian

tanaman contoh dengan skala kerusakan-vi

vi =nilai skala kerusakan contoh ke-i Z =nilai skala kerusakan tertinggi N =jumlah tanaman/bagian tanaman yang diamati

Sedangkan, pengamatan kualitatif terdiri dari pengamatan pewarnaan antosianin pada hipokotil, tipe tumbuh, susunan helai daun, intensitas warna hijau daun, letak daun pada sepertiga tanaman bagian tengah, tipe daun, tipe tandan bunga, posisi putik, warna bunga, lapisan absisi, panjang pedicel, bentuk buah, depresi pada ujung tangkai buah, bentuk ujung buah, jumlah rongga buah, warna buah mentah, warna buah masak, dan warna daging buah.

Data hasil pengamatan yang bersifat kuantitatif akan dianalisis menggunakan ragam uji F pada taraf 5%. Apabila hasil uji berpengaruh nyata atau F hitung> F tabel 5%, maka akan dilakukan uji ortogonal kontras.

Data yang bersifat kualitatif akan diamati menggunakan panduan International Union for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2020 dengan curah hujan rerata ialah 393,53 mm/bulan, kelembaban udara rata-rata berkisar 69 – 93 %, suhu udara rata- rata antara 22,4 – 25,9 °C, suhu udara minimum berkisar 18,9 - 22,2 °C, dan suhu udara maksimum antara 26,2 – 31,3 °C (BMKG, 2020). Pada 1 – 3 MST terdapat 34 tanaman yang terserang rebah kecambah.

Penyakit rebah kecambah dapat disebabkan oleh bakteri Rhizoctonia solani, Phytium spp., Fusarium sp., atau Phytophthora sp. Gejala yang nampak jelas yaitu batang tanaman yang tepat berada di atas tanah berair dan memar, bahkan dapat menyebabkan tanaman terkulai kemudian mati (Syukur et al., 2015). Hama yang ditemukan di lahan yaitu hama ulat (Spodoptera litura). Penyakit yang ditemukan yaitu layu bakteri (Ralstonia solanacearum), keriting kuning (Begomovirus), dan bercak kering Alternaria (Alternaria solani). Pada saat tanaman berumur sekitar 10 MST ditemukan serangan penyakit hawar daun Phytophthora infestans (Late Blight) dengan intensitas yang cukup tinggi pada beberapa plot.

Hasil rekapitulasi analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, bobot buah bagus per tanaman, bobot buah total per tanaman, bobot per buah, jumlah buah bagus per tanaman, jumlah buah total per tanaman, panjang buah, tebal daging buah, dan padatan terlarut, sedangkan pada variabel jumlah tandan buah per tanaman dan diameter buah tidak berpengaruh nyata.

Jumlah tandan buah yaitu berkisar 6,4-7,8 buah, sedangkan diameter buah berkisar

(4)

4,31-4,59 cm. Nilai koefisien keragaman (KK) yang diamati pada variabel berkisar 3– 24,38

%.

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman tomat berdasarkan genotipe

Sumber Keragaman

Fhitung Rerata Tinggi Tanaman (cm) (A, B, C, D)

vs (E,F)

3,12tn 119,3a 123,16a E vs F 0,04tn 123,53a 122,8a A vs

(B,C,D)

31,41** 131,55b 115,22a B vs (C,D) 39,44** 102,28a 121,69b C vs D 50,15** 134,33b 109,05a Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Karakter tinggi tanaman pada tiap genotipe menunjukkan nilai yang berbeda.

Apabila dibandingkan rerata tinggi tanaman antara calon varietas hibrida yang diuji dan varietas hibrida pembanding, maka tidak terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaan nyata terlihat pada perbandingan antar genotipe calon varietas hibrida yang diuji.

Genotipe TMS-16496KR memiliki tinggi tanaman tertinggi dibanding genotipe lain dan dua varietas pembanding. Perbedaan tinggi tanaman yang terjadi disebabkan adanya perbedaan genetik pada tiap genotipe.

Sutjahjo et al. (2015) menyatakan bahwa perbedaan tinggi tanaman cenderung disebabkan oleh pengaruh perbedaan genetik daripada pengaruh lingkungan.

Tinggi tanaman dapat mengindikasikan efisiensi asimilasi yang berlangsung pada tanaman (Olubanjo dan Alade, 2018). Apabila tanaman semakin tinggi, maka memungkinkan efisiensi asimilasi yang terjadi pada metabolisme tanaman lebih efisien.

Tinggi tanaman juga berkaitan dengan bobot buah total per tanaman. Tanaman yang tinggi

memungkinkan untuk menghasilkan bunga dan buah yang lebih banyak sehingga akan mempengaruhi bobot buah total per tanaman (Putri et al., 2014).

Tabel 2. Rerata umur berbunga tanaman tomat berdasarkan genotipe Sumber

Keragaman Fhitung Rerata Umur Berbunga (HST) (A, B, C, D)

vs (E,F)

6,16* 26,75b 23,88a E vs F 0,86tn 24,75a 23a A vs

(B,C,D)

3,77tn 29a 26a B vs (C,D) 0,84tn 25a 26,5a C vs D 10,07** 29,5b 23,5a Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Hasil pengamatan umur berbunga antara calon varietas hibrida yang diuji dan varietas hibrida pembanding berbeda nyata. Rerata umur berbunga varietas pembanding lebih singkat sehingga dapat dikatakan lebih unggul daripada calon varietas hibrida yang diuji. Umur berbunga berkaitan erat dengan waktu panen. Tanaman tomat memiliki satuan panas tertentu yang dibutuhkan pada saat tanaman mulai berbunga hingga panen akhir (Fakhrunnisa et al., 2018). Apabila umur berbunga semakin cepat, maka umur panen juga lebih singkat.

Tabel 3. Rerata umur panen tanaman tomat berdasarkan genotipe

Sumber

Keragaman Fhitung Rerata Umur Panen (HST)

(A, B, C, D) vs (E,F)

5,68* 67,69b 64a

E vs F 2,51tn 66a 62a

A vs (B,C,D) 0,72tn 69a 67,25a B vs (C,D) 5,76* 63,75a 69b

C vs D 6,62* 72,25b 65,75a

Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

(5)

Rerata umur panen pada varietas pembanding lebih singkat daripada calon varietas hibrida yang diuji. Varietas pembanding memiliki umur panen yang hampir bersamaan dengan TMS-16492KR dan TMS-16497 KR, sedangkan pada genotipe TMS-16489KR dan TMS-16496KR umur panen berlangsung lebih lama. Petani

lebih menyukai tanaman tomat dengan waktu panen yang lebih singkat (genjah).

Menurut Jones (2008), umur panen tanaman tomat terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

genjah (50-65 HST), sedang (65-80 HST), dan dalam (85-95 HST). Varietas Servo dan genotipe TMS-16492KR termasuk dalam kategori genjah, sedangkan Corona-402 dan varietas lainnya termasuk dalam kategori waktu panen sedang.

Tabel 3. Rerata bobot buah tanaman tomat berdasarkan genotipe

Sumber Keragaman Bobot Buah Bagus (g.tan-1) Bobot Buah Total (g.tan-1)

Fhitung Rerata Fhitung Rerata

(A, B, C, D) vs (E,F) 8,23* 611,33a 817,33b 5,5* 749,85a 892,12b

E vs F 0,29tn 848,88a 785,79a 0,06tn 904,37a 879,86a

A vs (B,C,D) 7,08* 802,4b 547,64a 9,53** 937,15b 687,42a B vs (C,D) 0,21tn 516,97a 562,98a 0,09tn 670,42a 695,92a

C vs D 0,39tn 526,39a 599,57a 0,1tn 711,27a 680,58a

Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras

.

Rerata bobot buah bagus per tanaman pada calon varietas hibrida yang diuji lebih rendah daripada rerata bobot buah bagus dua varietas pembanding. Apabila dilakukan perbandingan antar calon varietas hibrida yang diuji, genotipe TMS-16489KR memiliki bobot buah bagus tertinggi. Bobot buah total per tanaman dan produktivitas tertinggi juga terdapat pada genotipe TMS-16489 KR, yaitu berturut-turut sebesar 937.15g.tan-1 dan 29,99 ton.ha-1, melebihi produktivitas dua varietas pembanding yaitu Corona-402 (28,94 ton.ha-1) dan Servo (28,16 ton.ha-1).

Bobot buah total per tanaman berkaitan dengan jumlah tandan buah per tanaman dan tinggi tanaman. Apabila tanaman semakin tinggi, maka memungkinkan untuk memproduksi tandan buah lebih banyak karena tandan buah keluar diantara sela- sela ruas daun (Kusumayati et al., 2015).

Tabel 4. Rerata produktivitas tanaman tomat berdasarkan genotipe

Sumber

Keragaman Fhitung Rerata Produktivitas (ton.ha-1)

(A, B, C, D) vs (E,F)

5,5* 24a 28,55b

E vs F 0,06tn 28,94a 28,16a

A vs (B,C,D) 9,53** 29,99b 22a B vs (C,D) 0,09tn 21,45a 22,27a

C vs D 0,1tn 22,76a 21,78a

Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **:

berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata.

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Genotipe TMS-16489KR memiliki potensi hasil yang lebih tinggi daripada dua varietas pembanding sehingga memungkinkan untuk menjadi varietas baru. Suatu genotipe yang berpotensi hasil lebih tinggi daripada varietas pembanding berpotensi untuk menjadi varietas baru (Merintan et al., 2016).

(6)

Tabel 5. Jumlah buah tanaman tomat berdasarkan genotipe

Sumber Keragaman Jumlah Buah Bagus Jumlah Buah Total

Fhitung Rerata Fhitung Rerata

(A, B, C, D) vs (E,F) 16.04** 13.83a 19.6b 9,44** 17,16a 21,5b

E vs F 0.84tn 20.68a 18.53a 0,48tn 22,3a 20,7a

A vs (B,C,D) 5.39* 17.18b 12.72a 4,87* 20,28b 16,12a

B vs (C,D) 0.13tn 12.23a 12.96a 0,001tn 16,08a 16,14a

C vs D 1.55tn 11.5a 14.43a 0,10tn 15,78a 16,5a

Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Rerata jumlah buah per tanaman antara calon varietas hibrida yang diuji dengan varietas pembanding menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Rerata jumlah buah per tanaman pada varietas pembanding lebih tinggi daripada rerata pada calon varietas hibrida yang diuji. Apabila genotipe-genotipe calon varietas hibrida dibandingkan, maka TMS-16489KR memiliki nilai tertinggi dalam jumlah buah total per tanaman. Pada varietas pembanding Servo jumlah buah tidak sesuai dengan deskripsi varietas.

Rerata jumlah buah total per tanaman varietas Servo ialah 21,2 buah, lebih rendah daripada deskripsi varietas 31-53 buah per tanaman. Hal ini disebabkan penanaman yang dilakukan pada saat musim hujan sehingga bunga lebih rawan mengalami kerontokan. Pada saat musim hujan, curah hujan tinggi sehingga banyak bunga yang rontok. Kerontokan bunga akan menyebabkan proses pembentukan buah (fruit set) menjadi lebih rendah (Maulida et al., 2013).

Tabel 6. Bobot per buah dan ukuran buah tanaman tomat berdasarkan genotipe Sumber

Keragaman

Bobot per Buah (g) Panjang Buah (cm) Tebal Daging Buah (cm)

Fhitung Rerata Fhitung Rerata Fhitung Rerata

(A, B, C, D) vs (E,F)

0,58tn 55,9a 57,38a 14,57** 5,08b 4,83a 1,77tn 0,48a 0,52a E vs F 1,58tn 55,39a 59,36a 1,18tn 4,78a 4,89a 0,41tn 0,53a 0,5a A vs (B,C,D) 29,37** 65,84b 52,59a 161,89** 5,91b 4,81a 21,82** 0,6b 0,45a B vs (C,D) 1,5tn 50,35a 53,7a 13,54** 4,58a 4,92b 0,14tn 0,44a 0,45a C vs D 0,43tn 52,67a 54,74a 35,4** 5,23b 4,6a 3,2tn 0,49a 0,42a Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Pengamatan rerata bobot per buah menunjukkan bahwa bobot per buah antara calon varietas hibrida yang diuji dengan varietas hibrida pembanding tidak berbeda nyata. Namun, pada perbandingan rerata bobot per buah antar genotipe calon varietas yang diuji menunjukkan bahwa bobot per buah terbesar ialah genotipe TMS-16489KR dengan rerata bobot buah 65,84 g/buah,

bahkan melebihi bobot per buah pada varietas hibrida pembanding Corona-402 (55,39 g) dan Servo (59,36 g). Panjang buah dan tebal daging buah tomat terbesar juga terdapat pada TMS-16489KR. Bobot buah dipengaruhi oleh ukuran buah (Pardosi et al., 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri et al. (2014), bobot per buah berkorelasi positif dengan diameter, tebal daging buah, dan umur berbunga.

(7)

Menurut Sentani et al. (2016), umur bunga berpengaruh terhadap umur panen yang juga berkorelasi positif

dengan panjang dan tebal daging buah tomat. Apabila semakin lama umur panen, maka semakin panjang dan tebal buah yang dihasilkan.

Tabel 7. Kekerasan buah dan padatan terlarut total tanaman tomat berdasarkan genotipe Sumber Keragaman Kekerasan Buah (kgf) Padatan Terlarut Total (Brix)

Fhitung Rerata Fhitung Rerata

(A, B, C, D) vs (E,F) 17,92** 4,53a 5,36b 7,15* 3,99a 4,38b

E vs F 2,49tn 5,61a 5,11a 0,3tn 4,45a 4,32a

A vs (B,C,D) 12,1** 5,21b 4,30a 8,81** 3,55a 4,13b

B vs (C,D) 2,25tn 4,58a 4,16a 0,1tn 4,18a 4,11a

C vs D 0,43tn 4,05a 4,26a 15,73** 3,63a 4,59b

Keterangan: TMS-16489KR (A), TMS-16492KR (B), TMS-16496KR (C), TMS-16497KR (D), Corona 402 (E), Servo (F). *: berbeda nyata pada taraf 5%. **: berbeda nyata pada taraf 1%. tn: tidak berbeda nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ortogonal kontras.

Rerata kekerasan buah antara calon varietas hibrida yang diuji dengan varietas pembanding menunjukkan perbedaan yang nyata. Varietas pembanding memiliki nilai kekerasan buah yang lebih tinggi daripada calon varietas hibrida yang diuji. Namun, terdapat genotipe yang memiliki kekerasan buah yang mendekati kekerasan buah varietas hibrida pembanding, yaitu genotipe TMS-16489KR dengan kekerasan buah 5,21 kgf atau 6,44 N.mm-1 mendekati nilai pada dua varietas pembanding Corona-402 (5,61 kgf atau 6,93 N.mm-1) dan Servo (5,11 kgf atau 6,31 N.mm-1). Sedangkan, genotipe lainnya memiliki kekerasan buah berturut- turut TMS-16492KR (4,58 kgf atau 5,65 N.mm-1), TMS-16496KR (4,05 kgf atau 5,01 N.mm-1), dan TMS-16497KR (4,26 kgf atau 5,27 N.mm-1). Menurut Batu (2004), apabila nilai ketegaran buah tomat di atas 1,46 N.mm-1, maka tomat tergolong sangat tegar dan layak untuk dipasarkan.

Padatan total terlarut antara varietas hibrida pembanding dan calon varietas hibrida yang diuji memiliki perbedaan yang nyata. Pada varietas hibrida pembanding nilai rerata padatan total terlarut lebih tinggi daripada calon varietas hibrida yang diuji.

Hal ini menunjukkan bahwa rerata kadar gula pada varietas hibrida pembanding lebih tinggi daripada rerata kadar gula pada calon varietas hibrida yang diuji. Padatan terlarut total pada varietas Corona-402 dan Servo berturut-turut 4,44% dan 4,32%. Menurut Hapsari et al. (2017), rasa buah dikatakan manis apabila berada pada presentase 4,25- 5%. Genotipe TMS-16497KR memiliki presentase kemanisan sebesar 4,59%

sehingga buah termasuk dalam kategori manis, sedangkan genotipe lainnya memiliki presentase kemanisan dibawah 4,44%.

Tabel 8. Kekerasan buah dan padatan terlarut total tanaman tomat berdasarkan genotipe

Genotipe Intensitas Penyakit (%)

Rebah Kecambah Layu Bakteri Keriting Kuning Bercak Kering

3 MST 11 MST 7 MST 7MST

TMS-16489 KR 4,17 19,79 22,24 26,54

TMS-16492 KR 5,21 19,93 68,82 40,12

TMS-16496 KR 7,30 24,29 19,51 24,14

TMS-16497 KR 8,33 27,42 65,58 43,30

Corona 402 5,21 12,18 30,49 42,62

Servo 4,35 5,43 6,57 13,14

(8)

Penyakit rebah kecambah terjadi pada saat tanaman masih muda yaitu ketika berumur 1-3 MST. Penyakit ini disebabkan oleh patogen tular tanah Rhizoctonia solani (Kalay et al., 2019). Pada pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa presentase penyakit rebah kecambah yang terdapat pada varietas hibrida pembanding cenderung lebih rendah yaitu 5,21%, sedangkan calon varietas hibrida yang diuji berkisar 4,17% hingga 8,33%.

Rerata suhu udara maksimum pada bulan Maret mencapai 29,58°C (BMKG, 2020). Suhu tanah dan suhu udara yang tinggi dapat menimbulkan gejala layu bakteri yang lebih parah. Sifat toleransi genotipe dapat berbeda apabila ditanam di daerah yang berbeda. Faktor genetik dan lingkungan menentukan ketahanan tanaman tomat (Adeputri et al., 2016). Genotipe TMS- 16489KR dan TMS-16492KR termasuk ke dalam tanaman agak tahan dengan presentase serangan layu bakteri berturut- turut sebesar 19,79% dan 19,93%. Adriani et al. (2012) menyatakan bahwa kategori ketahanan tanaman tomat terhadap layu bakteri dapat digolongkan sebagai berikut:

sangat tahan (0%), tahan (<10%), medium tahan (10%≤x≤20%), medium rentan (20%≤x≤40%), dan rentan (>40%).

Begomovyrus dapat menyebabkan daun tanaman menggulung, tanaman kerdil, dan bunga rontok (Trisno et al., 2010). Genotipe yang agak tahan terhadap Genotip Begomovyrus ialah TMS-16496KR dengan presentase serangan penyakit sebesar 19,1%. Gunaeni dan Purwati (2013) menyatakan bahwa peringkat ketahanan tanaman tomat terhadap virus yaitu : tahan (x≤10%), agak tahan (10<x≤20), agak rentan (20<x≤30), rentan (30<x≤50%), dan sangat rentan(x>50%).

Genotipe yang agak tahan terhadap bercak kering ialah TMS-16496 KR dengan presentase serangan penyakit pada 49 HST

sebanyak 24,14%, sedangkan genotipe lain dan varietas pembanding tergolong pada kategori agak rentan dengan presentase serangan penyakit antara 26,54% - 48,43%.

Singh et al. (2011) menyatakan bahwa penggolongan ketahanan terhadap serangan penyakit bercak kering pada tanaman tomat yaitu: sangat tahan (0-5%), tahan (5,1-12%), agak tahan 12,1-25%), agak rentan (25,1-50%), rentan (50,1-75%), dan sangat rentan (>75%).

Hasil pengamatan kualitatif menunjukkan bahwa semua genotipe yang diuji dan varietas pembanding bersifat determinate.

Pada tanaman determinate, buah yang dihasilkan lebih banyak daripada tipe tumbuh indeterminate karena unsur hara yang diserap tanaman tomat dengan tipe tumbuh indeterminate dialokasikan untuk melakukan pertumbuhan vegetatif seperti daun dan cabang sehingga akan mempengaruhi produktivitas tanaman tomat (Kusumayati et al.,2015). Calon varietas dan varietas pembanding juga memiliki warna antosianin pada hipokotil yang berwarna ungu. Pewarnaan antosianin pada hipokotil pada semua genotipe menunjukkan warna ungu. Warna hipokotil dikendalikan oleh gen dominan tunggal dan gen pengendali warna ungu dominan terhadap warna hijau (Kim et al., 2012).

Genotipe yang memiliki susunan helai daun menyirip hanya TMS-16492 KR, sedangkan yang lain memiliki susunan helai daun menyirip ganda. Daun menyirip berganda memiliki jumlah daun yang lebih banyak daripada daun menyirip sehingga proses fotosintesis yang berlangsung pada daun lebih optimal. Daun ialah komponen utama dalam proses fotosintesis sehingga apabila jumlah daun semakin banyak dan ukuran daun semakin besar, maka semakin optimal pula fotosintesis yang berlangsung pada tanaman (Pertamawati, 2010). Apabila fotosintesis berjalan optimal, maka

(9)

produktivitas tanaman juga akan optimal.

Karakter daun lainnya menunjukkan bahwa keempat genotipe dan dua varietas pembanding memiliki karakter yang sama yaitu intensitas warna hijau daun sedang, letak daun semi menggantung, dan tipe daun standar. Karakter bunga yang tampak

berbeda ialah posisi putik. TMS-16489 KR, TMS-16496 KR, dan Corona 402 memiliki posisi putik tenggelam, sedangkan TMS- 16492 KR, TMS-16497 KR, dan Servo memiliki posisi putik yang sejajar. Warna bunga semua genotipe dan varietas pembanding sama yaitu berwarna kuning.

Tabel 8. Kekerasan buah dan padatan terlarut total tanaman tomat berdasarkan genotipe Karakter

Kualitatif

Genotipe TMS-

16489 KR

TMS- 16492 KR

TMS- 16496 KR

TMS- 16497 KR

Corona 402 Servo Tipe

Tandan Buah

Secara Umum Uniparous

Secara Umum Uniparous

Secara Umum Uniparous

Secara Umum Uniparous

Secara Umum Uniparous

Secara Umum Uniparous Lapisan

Absisi

Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Panjang Pedicel

Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Bentuk Buah

Telur sungsang

Membulat Telur sungsang

Membulat Telur sungsang

Membulat Depresi

Ujung Tangkai Buah

Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang

Bentuk Ujung Buah

Agak Meruncing

Datar Agak

Meruncing

Datar Datar Datar

Jumlah Rongga Buah

2 2 atau 3 2 atau 3 2 2 atau 3 2

Warna Daging Buah

Orange Merah Muda

Orange Merah Merah

Muda

Merah

Warna Buah Mentah

Hijau Terang

Hijau Putih Hijau Putih Hijau Terang

Hijau Terang

Hijau Terang Warna

Buah Masak

Orange Kecoklatan

Orange Kemerahan

Orange Orange Orange

Kecoklatan

Orange

Adanya absisi pada tangkai buah tomat menyebabkan mudahnya buah tomat untuk dipanen dengan calyx, namun juga berkaitan dengan kemudahan bunga atau buah rontok.

Tanaman tomat yang memiliki lapisan absisi pada tangkai buah lebih berisiko mengalami buah rontok. Menurut Herdiandika (2015), kerontokan buah dapat terjadi karena aktifnya lapisan absisi yang berada di dekat tangkai buah.

Konsumen menghendaki buah tomat segar dengan kadar air 20-35%, manis, keras, kulit berwarna merah, ukuran buah sedang, dan bentuk buah oval (Irsyad et al., 2018). Tomat TMS-16489KR memiliki warna buah yang sama dengan varietas Corona- 402 yaitu orange kecoklatan, sedangkan tomat TMS-16496KR dan TMS-16497KR memiliki warna buah yang sama dengan varietas Servo, yaitu warna orange. Warna buah berkaitan erat dengan kandungan yang

(10)

terdapat dalam buah tomat. Kandungan pigmen karotenoid, terutama likopen dan β- karoten ialah komponen utama penentu warna masak buah tomat (Zebua et al., 2019). Kandungan likopen pada tomat meningkat bersamaan dengan proses pematangan yang terjadi pada buah (Syukur et al., 2015). Apabila dilihat dari bentuk buah, genotipe TMS-16489 KR, TMS-16496KR, dan Corona 402 berbentuk telur sungsang, sedangkan TMS-16496KR, TMS-16497KR, dan Servo berbentuk membulat. Varietas pembanding yang digunakan termasuk varietas yang disukai konsumen sehingga apabila bentuk buah genotipe yang diuji sama dengan varietas pembanding, maka bentuk buah mendekati selera yang diiginkan konsumen.

SIMPULAN

Genotipe TMS-16489KR dapat diusulkan menjadi varietas unggul karena memiliki produktivitas, panjang buah, bobot per buah dan tebal daging buah yang lebih baik daripada dua varietas pembanding (Corona- 402 dan Servo). Selain itu, varietas ini juga memiliki sifat agak tahan terhadap layu bakteri.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada PT BISI International, Tbk. selaku pihak yang membantu secara material dan non material dalam penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adeputri, E., Rustikawati, D. Suryati, dan C.

Herison. 2016. Penapisan tiga puluh tujuh genotipe tomat dan seleksi primer RAPD untuk toleransi terhadap layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Akta Agroasia.

19(1):28-42

Adriani, A. Rahman, Gusnawati H.S., dan A.

Khaeruni. 2012. Respon ketahanan berbagai varietas tomat terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum). J.

Agroteknos. 2(2):63-68

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Produksi Tanaman Sayuran Tomat di Indonesia

Tahun 2014-2017.

https://www.bps.go.id/site/resultTab.

Diakses pada Tanggal 15 November 2019 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG). 2020.

http://dataonline.bmkg.go.id/dashboard_u ser. Diakses pada 8 Mei 2020

Batu, A. 2004. Determination of acceptable firmness and colour values of tomatoes. J.

Food Engineering. 61:471-475

Fakhrunnisa, E., J.G. Kartika, dan Sudarsono. 2018. Produksi tomat cherry dan tomat beef dengan sistem hidroponik di perusahaan amazing farm, bandung.

Bul. Agrohorti. 6(3):316-325

Getahun, D. dan B. Habte. 2015. Experiences of rain-fed tomato production in an open field. International Journal of Science and Research (IJSR). 6(2):1335-1343

Gunaeni N, dan E. Purwati. 2013. Uji ketahanan terhadap tomato yellow leaf curl virus pada beberapa galur tomat. J.

Hort. 23(1):65-71

Hapsari, R., D. Indradewa, dan E. Ambarwati.

2017. Pengaruh pengurangan jumlah cabang dan jumlah buah terhadap pertumbuhan dan hasil tomat (Solanum lycopersicum L.). Vegetalika. 6(3): 37-49 Herdiandika,F. 2015. Pengaruh GA₃ dalam

mengurangi kerontokan buah jambu biji (Psidium guajava L.) varietas sukun merah. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

International Union For the Protection of New Varieties of Plants (UPOV). 2011. Tomato.

Geneva (CH): UPOV.

Irsyad, E.P., A. Yoesdiarti, dan H. Miftah.

2018. Analisis persepsi dan preferensi konsumen terhadap atribut kualitas sayuran komersial di pasar modern. J.

Agribisains. 4(2): 1-7

Jones, BJ. 2008. Tomato Plant Culture in The Field, Greenhouse and Home Garden.

New York (AS): CRC Press. 399pp

(11)

Kalay, A.M., G.N.C. Tuhumury, N. Pesireron, dan A. Talaharuruson. 2019.

Pengendalian penyakit damping off dan peningkatan pertumbuhan bibit tomat dengan memanfaatkan Trichoderma harzianum berbasis bahan organik padat.

Agrologia.8(1):12-20

Kim, H.J., H.R. Lee, J.Y. Hyun, D.C. Won, D.O. Hong, C.H. Harn. 2012. CAPS marker linked to tomato hypocotyl pigmentation. Kor. J. Hort. Sci.Technol.

30(1): 56-63.

Kusumayati, N., E.E. Nurlaelih, dan L.

Setyobudi. 2015. Tingkat keberhasilan pembentukan buah tiga varietas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada lingkungan yang berbeda. J. Protan.

3(8):683-688

Maulida,I., E. Ambarwati, Nasrullah, dan R.H.

Murti. 2013. Evaluasi daya hasil galur harapan tomat (Solanum lycopersicum L.) pada musim hujan dan kemarau.

Vegetalika. 2(3): 21-31

Merintan, S.C., N. Basuki, dan S.L.

Purnamaningsih. 2016. Uji daya hasil pendahuluan 19 galur tomat F6 (Lycopersicon esculentum Mill.). J. Prod.

Tanaman. 4(8):654-659

Olubanjo, O.O and A.E. Alade. 2018. Growth and yield response of tomato plants grown under different substrates culture. Journal of Sustainable Technology. 9(2):110-122 Pardosi, S.K., Rustikawati, D. Suryati. 2016.

Keragaan Pertumbuhan dan hasil enam belas genotipe tomat (Solanum lycopersicum L.) di dataran rendah. Akta Agrosia.19(2): 118 – 128

Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara invitro. 12(1):31-37 Putri, R.M., Adiwirman, dan E. Zuhry. 2014.

Studi pertumbuhan dan daya hasil empat galur tomat (Lycopersicum esculentum Mill) di dataran rendah. Jom Faperta 1(2):1-9

Sastrahidayat, I.R. 2013. Penyakit Tanaman Sayur-Sayuran. Malang. UB Press. 210pp

Sentani, L. M. Syukur, S. Marwiyah. 2016. Uji daya hasil lanjutan tomat (Solanum lycopersicum L.) populasi F8. Bul.

Agrohorti. 4(1):70-78

Singh, P.C., R. Khumar, M. Singh, A.Rai, M.C. Singh, and M. Rai 2011. Identification of resistant sources against early blight disease of tomato. Indian J.Hort.

68(4):516-521

Sutjahjo, S.H., C. Herison, I. Sulastrini, dan S.

Marwiyah. 2015. Pendugaan keragaman genetik beberapa karakter pertumbuhan dan hasil pada 30 genotipe tomat lokal. J.

Hort. 25(4):304-310

Syukur, M., H.E. Saputra, dan R. Hermanto.

2015. Bertanam Tomat di Musim Hujan.

Jakarta: Penebar Swadaya. 140pp

Trisno, J., S.H. Hidayat, Jamsari, T. Habazar, dan I. Manti. 2010. Identifikasi Molekuler Begomovirus Penyebab Penyakit Kuning Keriting pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Sumatera Barat. J. Natur Indonesia 13(1): 41-46

Zebua, M.J., T.K. Suharsi, dan M. Syukur.

2019. Studi karakter fisik dan fisiologi buah dan benih tomat (Solanum lycopersicum L.) Tora IPB. Bul. Agrohorti 7(1) : 69-75

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian pupuk kandang sapi hingga 6 kg/plot berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga,

Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah panen 100% per tanaman, produksi basah panen 100% per petak, produksi basah panen 100% per hektar,