PENGARUH VIDEO EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KB IUD
PADA WANITA USIA SUBUR DI PMB SOFIATUN
MOJOSONGO Rana Dhiya Fadhilah1
1Universitas Kusuma Husada Surakarta e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penduduk di Indonesia sejak tahun 2016 hingga 2020 terus mengalami kenaikan, dari 258 juta jiwa hingga 271,1 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk dapat dipengaruhi beberapa hal seperti tingkat kematian dan tingkat kelahiran pada tiap tahunnya. Cakupan metode kontrasepsi di Indonesia pada peserta KB aktif 63,7% memilih KB suntik untuk metode kontrasepsinya, sedangkan MKJP seperti IUD dan Implan hanya pada angka 7,4%. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara dalam menyampaikan materi. Penggunaan video untuk menyampaikan pesan mempunyai beberapa keuntungan antara lain, pesan yang disampaikan lebih realistis, memiliki beberapa fituryang sangat bermanfaat. Penelitian ini memilih 40 dari 134 wanita usia subur di PMB Sofiatun Mojosongo sebagai responden. Responden dipilih dengan teknik accidental sampling. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif pra-experimental one group pretest-postets. Uji bivariat menggunakan Uji T berpasangan dengan uji normalitas kolmogorov-smirnov. Hasil dari penelitian adalah sebelum diberiperlakuan rata-rata nilai responden 50,9%, seangkan setelah diberi perlakuan rata-rata nilai tersebut naik menjadi 80%.
Uji T berpasangan menunjukkan hasil Sig (2-tailed) 0,00 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan antara kuisioner pretest dan postets. N-Gain score menunjukkan angka 0,5. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan video edukasi berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang KB IUD.
Kata Kunci : Pengetahuan, KB IUD, Video Edukasi
MIDWIFERY BACHELOR STUDY PROGRAM UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA 2022
Rana Dhiya Fadhilah
THE EFFECT OF EDUCATIONAL VIDEOS ON
KNOWLEDGE ABOUT IUD IN WOMEN OF CHILDBEARING AGE AT PMB SOFIATUN MOJOSONGO
ABSTRACT
The population in Indonesia from 2016 to 2020 continues to increase, from 258 million to 271.1 million. The rate of population growth can be influenced by several things such as the death rate and birth rate in each year. The coverage of contraceptive methods in Indonesia is that 63.7% of active family planning participants choose injectable contraception for their contraceptive method, while MKJP such as IUDs and implants are only 7.4%. Health education is one way of delivering material. The use of video to convey messages has several advantages, among others, the message conveyed is more realistic, has several very useful features. This study selected 40 of 134 women of childbearing age in PMB Sofiatun Mojosongo as respondents. Respondents were selected by accidental sampling technique. This type of research is quantitative pre- experimental one group pretest-postets. The bivariate test used a paired T test with the Kolmogorov-Smirnov normality test. The results of the study were that before being treated the average score of the respondents was 50.9%, while after being treated the average value rose to 80%. Paired T-test showed the results of Sig (2-tailed) 0.00 < 0.05 so that there was a difference between the pretest and post-test questionnaires. N-Gain score shows the number 0.5. So it can be concluded that the use of educational videos has an effect on mothers' knowledge about IUD family planning.
Keywords : Knowledge, Intra Uterin Device, Educational Videos
3 PENDAHULUAN
Penduduk di Indonesia sejak tahun 2016 hingga 2020 terus mengalami kenaikan, dari 258 juta jiwa hingga 271,1 juta jiwa. Tahun 2020 Jawa Tengah menempati urutan ketiga penduduk terbanyak se-Indonesia dengan jumlah 34.940.078 jiwa disusul dengan Sumatera Utara dengan selisih yang cukup banyak yaitu 14.703.532 jiwa. Penduduk Pulau Jawa sendiri mencakup hingga 59,9% penduduk di Indonesia. Hal ini menyebabkan kepadatan penduduk di Jawa sangat tinggi dibandingkan pulau lain di Indonesia (Noviani, A., Sari M., Septina, H.R., 2020).
Upaya pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah dengan menggencarkan program Keluarga Berencana (KB) melalui agenda safari KB yang bertujuan agar Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Intra Uterin Device (IUD) dan Implan dapat lebih mudah dijangkau oleh wanita usia subur. Menurut Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2019 penggunaan metode kontrasepsi mencapai angka 63,5%.
Namun meskipun begitu tren penggunaan kontrasepsi modern justru menurun yaitu pada angka 57%. Indonesia memiliki target angka cakupan KB pada tiap provinsi sebesar 66%. Jawa Tengah sendiri mencapai angka 65,3%
angka tersebut masih sedikit di bawah target yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2020).
Minat penggunaan KB IUD dapat dipengaruhi berbagai macam
faktor. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi minat ibu dalam menggunakan KB IUD antara lain Pengetahuan, parietas, dukungan suami, pendapatan hingga tenaga kesehatan. Pengetahuan ibu tentang KB IUD dapat mempengaruhi sikap dan presepsi seseorang yang kemudian dapat dilihat dari perbuatan dan pilihannya. Faktor pengetahuan dapat dipengaruhi pula oleh berbagai macam, seperti pengalaman, lingkungan serta sosial budaya pada masing-masing wanita.
Selain itu pendidikan dan paparan media massa juga berpengaruh dalam pengetahuan ibu tentang KB IUD (Kadir and Sembiring, 2020).
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara dalam menyampaikan materi yang biasanya dilakukan dengan ceramah, diskusi maupun tanya jawab. Seiring berkembangnya teknologi, saat ini penyampaian pendidikan kesehatan seringkali disertai dengan bantuan media yang menarik seperti tayangan video, power point, dan lain-lain dengan tujuan untuk menarik perhatian audience. (Notoadmodjo, 2007 dalam Ardina, 2017).
Media audiovisual merupakan
media promosi yang
menggabungkan antara suara dengan gambar yang bergerak.
Media audio visual memungkinkan pesan yang disampaikan diterima dengan baik dan efektif oleh audience. Audiens akan mengingat hanya 20% dari apa yang mereka dengar dan hanya 30% dari yang mereka lihat, namun mereka akan menangkap 70% dari apa yang
4 mereka dengar dan lihat (Sari,
2019).
PMB Sofiatun merupakan praktik mandiri bidan yang terletak di Mojosongo. Pelayanan yang terdapat di PMB Sofiatun meliputi pemeriksaan ANC, persalinan dan bayi baru lahir, nifas, bayi balita sakit, baby spa, hingga pelayanan keluarga berencana. Pelayanan Kontrasepsi di PMB ini mencakup berbagai macam terutama kontrasepsi modern, seperti kondom, pil, suntik 1 bulan maupun 3 bulan, bongkar pasang IUD hingga bongkar pasang implan.
Setiap satu bulan sekali PMB ini mendapatkan bantuan dari Dinas Kesehatan berupa kondom, suntik 1 bulan dan 3 bulan beserta spuit uniject.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan pra- experimental dengan one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini adalah 134 wanita usia subur di PMB Sofiatun Mojosongo dengan sampel 40 wanita usia subur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik Non Probability Sampling dengan accidental sampling dan purposive sampling.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner yang disusun memuat pertanyaan tentang KB IUD mengenai definisi, cara kerja, kelebihan, kekurangan dan efek samping. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan di uji menggunakan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, selanjutnya akan di analisis menggunakan uji t-paired sedangkan bila data tidak berdistribusi normal akan dianalisis menggunakan willcoxon signed rank test.
HASIL
Variabel N %
Rata- rata Nilai Sebelum
Rata- rata Nilai Sesudah Usia
(Tahun)
20-35 35 87,8 52% 81%
>35 5 12,5 40% 69%
Pekerjaan IRT 17 42.5 47% 79%
Buruh 6 15 50% 78%
Swast a
14 35 53% 81%
PNS 3 7.5 57% 81%
Pendidikan SMP 9 22.5 46% 72%
SMA 26 65 50% 80%
S1 5 12.5 63% 89%
Usia responden sebagian besar berada diantara 20-35 tahun, yaitu sebanyak 35 responden atau 87.5%
dari semua responden. Sedangkan lainnya sebanyak 5 responden dengan presentase sebesar 12.5 berusia diatas 35 tahun.
Sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (IRT) dan bekerja swasta. IRT sebanyak 17 responden (42.5%) dan swasta 14 responden (35%). Sebagian lainnya bekerja sebagai buruh dan Pegawai Negri Sipil (PNS) dengan jumlah buruh 6 responden (15%) dan PNS 3 responden (7.5%).
5 Lebih dari setengah responden
berpendidikan SMA tepatnya 26 responden atau 65% disusul dengan SMP sebanyak 9 responden (22.5%) dan S1 atau sederajat sebanyak 5 responden (12.5%).
Kategori Sebelum Sesudah Baik 1 (2,5%) 26 (65%) Cukup 10 (25%) 11 (27,5%) Kurang 29 (72,5%) 3 (7,5%)
Total 40 (100%) 40 (100%) Tingkat pengetahuan tentang KB IUD pada responden sebelum diberikan perlakuan. Sebanyak 29 responden bertingkat pengetahuan kurang, 10 lainnya memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 lainnya berpengetahuan baik tentang KB IUD. Sedangkan tingkat pengetahuan responden terhadap KB IUD setelah diberikan perlakuan. Sebanyak 26 responden menunjukkan pengetahuan baik, 11 responden berpengetahuan cukup dan 3 lainnya memiliki pengetahuan kurang.
N Rata- rata
Std.
Deviasi
Rata-rata Std. Error Kuisioner A 40 11,20 3,228 ,510 Kuisioner B 40 17,60 2,570 ,406
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat rata-rata dari Kuisioner pretest adalah 11,2 sedangkan mean kuisioner posttest adalah 17,6.
Terdapat kenaikan rata-rata dari kuisioner pretest ke posttest
. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata
dari kuisioner A dan B. nilai Sig. (2- tailed) adalah 0,000.
N Gain Score atau Normalized Gain Score merupakan metode untuk mengetahui keefektifan suatu perlakuan dalam penelitian one group pretest posttest maupun penelitian yang menggunakan kelompok kontrol. rata-rata N Gain Score dari nilai 40 responden adalah 0,570.
PEMBAHASAN 1. Usia
Pengetahuan responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1 Responden usia 20- 35 tahun mapun >35 tahun sama sama memiliki tingkat pengetahuan yang kurang saat sebelum diberikan perlakuan, namun memiliki sedikit perbedaan pada persentase rata-rata nilai benarnya, kelompok usia 20-35 tahun memiliki persentase 52%
sedangkan kelompok usia >35 tahun memiliki persentase 40%
walaupun sama-sama berada dalam kelompok pengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan setelah diberi perlakuan kelompok usia 20-35 tahun meningkat menjadi baik dengan persentase jawaban benar 81% sedangkan kelompok usia >35 tahun meningkat namun hanya pada tingkatan cukup dengan persentase 69%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Podo (2017) yang menyatakan bahwa usia produktif merupakan usia yang paling berperan dan memiliki aktivitas yang padat sehingga memiliki
6 kemampuan kognitif yang baik
pula. Maka dari itu kelompok usia 20-35 tahun lebih baik dalam menyerap informasi dibandingkan dengan kelompok usia >35tahun.
Penelitian dari Widyaningrum et al (2021) menyebutkan bahwa usia memiliki pengaruh terhadap pengetahuan dari seseorang. Hasil dari peneitian tersebut menunjukkan adanya tingkat pengetahuan responden yang dikategorikan baik dari rentang usia 16-25 tahun. Seseorang akan cenderung lebih cepat menerima informasi dan merespon rangsangan dari luar sesuai dengan usia produktifnya.
Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara usia dan tingkat pengetahuan seseorang. Hal tersebut artinya semakin tua usia dari responden maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh reposnden tersebut.
Usia berpengaruh terhadap daya tangkap seseorang semakin bertambah usai dari orang tersebut maka semakin bijak dan semakin matang pula pola pikir orang tersebut (Sulistyowati, Putra and Umami, 2017).
2. Pekerjaan
Tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berdasarkan pekerjaan. Rata-rata nilai responden sebelum diberi perlakuan adalah IRT sebesar 47%, Buruh sebesar 50%, Swasta sebesar 53% dan yang paling besar adalah PNS sebesar 57%. Hal ini
sejalan dengan Yeni (2015) dalam penelitiannya menyatakan jenis pekerjaan yang sering bertemu dengan orang lain akan membuat individu tersebut memiliki banyak pengetahuan dibandingkan dengan individu yang jarang berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja juga memberikan pengetahuan serta memberikan kesempatan pada individu tersebut untuk mengambangkan kemampuannya.
Dalam hal ini PNS dan swasta tentunya memiliki keuntungan karena lebih sering berinteraksi dengan orang lain bila dibandingkan dengan IRT.
Pendapat lain dari Purwoko (2018) mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan. Berdasarkan penelitiannya menunjukaan bahwa pekerjaan dan tingkat pengetahuan memiliki nilai r=3,156 dengan p=0,093 yang berarti rendahnya tingkat pengetahuan tidak dipengaruhi oleh status pekerjaan seseorang. Hal tersebut dapat disebabkan meskipun ibu rumah tangga kemungkinan tidak sering pergi keluar rumah, namun namun mereka dapat tetap berinteraksi dengan banyak orang baik secara langsung maupun melalui media sosial yang menyebabkan tidak menutup kemungkinan ibu rumah tangga akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan ibu bekerja.
7 3. Pendidikan
Pembahasan selanjutnya adalah rata-rata nilai responden bila dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikannya. Hal tersebut dapat kita analisis dari tabel 4.3. Pada tabel tersebut responden dengan tingkat pendidikan SMP memiliki rata- rata nilai sebelum 46% dan sesudah 72%, SMA sebesar 50%
dan 80% sedangkan S1 63% dan 89%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa responden dengan pendidikan S1 memiliki nilai sebelum maupun sesudah perlakuan tertinggi disusul oleh SMA dan SMP. Purwoko (2018) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan.
Penelitian tersebut menyebutkan semakin rendah tingkat pendidikannya maka semakin rendah pula pengetahuannya.
Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikirnya, pola pikir nantinya akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan membentuk cara berpikir orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut akan lebuh mudah berfikir, menangkap informasi dan menguraikan masalah baru (Yeni, 2015).
Penelitian lain yang mendukung pernyataan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan adalah penelitian dari Dharmawati dan Wirata (2016).
Dalam penelitannya menyebutkan bahwa dari hasil uji korealsi Spearman terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dan pengetahuan (0,037<0,05) dengan hubungan positif sebesar 0,0376.
Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuannya begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat pengetahuannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula informasi yang diterima serta diserap oleh seseorang sehingga pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Hanifah (2015) dalam penelitiannya mendukung pernyataan pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan tinggi yaitu akademi dan S1 dengan hasil dari penelitian tersebut responden mayoritas memilki pengetahuan yang baik sehingga tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya.
4. Analisis Bivariat
Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov pada aplikasi SPSS. Pada tabel 4.6 dapat diketahui Asymp Sig (2-tailed) kedua kuisioner
>0,05 yaitu untuk kuisioner A 0,069 dan kuisioner B 0,055.
Menurut Sujarweni (2014) suatu data dikatakan berdistribusi normal pada uji kolmogorov- smirnov apa bila Asymp Sig (2-
8 tailed) data tersebut >0,05.
Berdasarkan hal tersebut, data dari kedua kuisioner dinyatakan berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji T berpasangan.
Uji T berpasangan atau T- Paired test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan dari dua data yang saling berpasangan dan berdistribusi normal. Data dari kuisioner A dan B yang sebelumnya sudah diuji normalitasnya selanjutnya di uji menggunakan Uji T berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari Kuisioner A dan B dimana diantara waktu mengisi kuisioner tersebut responden dipersilakan untuk melihat video edukasi tentang KB IUD. Terdapat beberapa hal yang dapat dibahas dari tabel uji T berpasangan, yang pertama perbedaan secara diskriptif pada kedua kuisioner yang dapat dibuktikan melalui perbedaan mean atau nilai rata rata benar.
Pada kuisioner A atau kuisioner pretest rata-rata benarnya 11,20 dari 22,0 bila semua jawaban benar. Persentase rata-rata jawaban benar pada pretest adalah 50,9% dengan jawaban benar paling kecil bernilai 2 dari 22.
Sedangkan pada kuisioner B atau kuisioner postest nilai mean 17,60 dengan persentase jawaban benar meningkat menjadi 80%. Hal ini menunjukkan terdapat kenaikan nilai rata-rata dari kedua kuisioner tersebut sehingga terdapat
perbedaan deskriptif antara kuisioner A dan B.
Nilai Sig (2-tailed) apa bila nilanya <0,05 maka terdapat perbedaan nilai yang yang nyata antara kuisioner A dan B. Nilai Sig (2-tailed) pada tabel 4.6 adalah 0,00 yang artinya nilai tersebut
<0,05. Cara kedua untuk menentukan nyata atau tidaknya perbedaan dan menentukan hipotesis mana yang diterima dan ditolak adalah menggunakan perbandingan t hitung dan t tabel.
Bila t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan antara kuisioner pretest dan kuisioner postest (Pitaloka, 2020). Pada tabel 4.6 selain menunjukkan nilai sig (2-tailed) juga menunjukkan nilai t hitung. Sebelum dapat membandingkan t hitung dan t tabel terlebih dahulu kita menentukan t tabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 2,022. T hitung pada tabel 4.6 adalah 10,667 maka t hitung >
dari t tabel sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kuisioner pretest dan postest yang artinya ada pengaruh penggunaan video edukasi terhadap pengetahuan tentang KB IUD pada wanita usia subur di PMB Sofiatun Mojosongo.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Amelia, Maryati dan Hardjanti (2021) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) pada Pasangan Usia Subur.
Terdapat 111 responden dengan
9 analisis bivariat menggunakan
wilcoxon didapatkan p-value 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh penyuluhan media video untuk meningkatkan pengetahuan tentang IUD pada pasangan usia subur. Penelitian ini menyebutkan dengan dilakukannya penyuluhan tentang IUD menggunakan video dapat meningkatkan pengetahuan terhadap IUD dimana penggunaan media video lebih efektif dan efisien dibandingkan menggunakan metode kata-kata atau tulisan.
Penelitian lain yang mendukung data tersebut adalah penelitian dari Ardina (2017) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Video Terhadap Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kontrasepsi IUD Post Plasenta di Puskesmas Piyungan. Responden penelitian in berjumlah 30 responden dengan teknik sampling accidental sampling. Hasil dari penelitian ini menyebutkan berdasarkan uji paired t-test nilai p value=0,00 < a (0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui media video.
Media diharapkan dapat merangsang masuknya informasi melalui berbagai indera.
Prinsipnya adalah semakin banyak indera yang dirangsang maka semakin mudah pula informasi yang diserap. Studi lain mengungkapkan manusia akan mengingat hanya 20% dari apa yang mereka dengan dan 30% dari
apa yang mereka lihat, namun manusia akan mengingat 70% dari apa yang mereka lihat dan dengar (Sari, 2019).
Analisis lanjutan yang peneliti lakukan adalah dengan menganalisis data menggunakan N Gain Score. Normalized Gain (N- Gain) Score adalah metode atau cara untuk mengukur keefektifan sebuah perlakuan dalam pemahaman konsep pembelajaran.
N-Gain akan membandingkan rata - rata yang diperoleh dengan rata- rata gain maksimum yang mungkin didapatkan. Manfaat dari melakukan analisis N-gain adalah penulis dapat mengetahui dampak dari perlakuan yang diberikan apakah keefektifannya tinggi, sedang atau rendah. Pembagian tinggi, sedang dan rendah N Gain Score dapat dilihat pada tabel berikut (Guntara, 2020) :
Panduan N Gain Score High G g ≥ 0,7 Medium G 0,7 > g ≥ 0,3
Low G 0,3 < g Berdasarkan tabel dapat dilihat rata-rata dari N-Gain Score yang didapat dari analisis data responden adalah 0,5 sehingga bila di tarik kesimpulan dari teori dan tabel di atas menunjukkan bahwa keefektifan video yang digunakan adalah sedang atau cukup efektif.
KESIMPULAN
Hasil uji T-Paired yang dilakukan menunjukkan hasil Sig (2-tailed) 0,00 < 0,05 sehingga terdapat
10 perbedaan antara kuisioner A dan B.
Didukung pula dengan nilai t hitung sebesar 10,667 > t tabel dengan nilai 2,022 yang artinya terdapat pengaruh video edukasi terhadap
pengetahuan ibu tentang KB IUD.
Keefektifan video edukasi terbilang sedang atau cukup efektif setelah dibuktikan dengan N-Gain score sebesar 0,5.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R., Maryati and Hardjanti, T. S. (2021) ‘Pengaruh Penyuluhan Media Video Terhadap Peningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Devices (Iud) Pada Pasangan Usia Subur’, Jurnal Kebidanan, 13(01), p.
54. doi: 10.35872/jurkeb.v13i01.420.
Ardina, C. V. (2017) ‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Video Terhadap Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kontrasepsi Iud Post Plasenta Di Puskesmas Piyungan’, Jurnal Unisa, pp. 1–9.
Dharmawati, I. G. A. A. and Wirata, I. N. (2016) ‘Hubungan Tingkat Pendidikan, Umur, Dan Masa Kerja Dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Guru Penjaskes Sd Di Kecamatan Tampak Siring Gianyar’, Jurnal Kesehatan Gigi, 4(1), pp. 1–5.
Guntara, Y. (2020) Normalized gain ukuran keefektifan treatment. doi:
10.13140/RG.2.2.27603.40482.
Hanifah, M. (2015) Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26009/1/MARYAM HANIFAH-fkik.pdf.
Kadir, D. and Sembiring, J. B. (2020) ‘Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Menggunakan KB IUD di Puskesmas Binjai Estate’, Jurnal iImiah Kebidanan
Indonesia, 10, pp. 2–31. Available at:
http://journals.stikim.ac.id/index.php/jiki/article/view/727/495.
Kemenkes RI (2020) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Noviani, A., Sari M., Septina, H.R., H. (2020) ‘Profil Kesehatan Ibu Dan Anak 2020’, Badan Pusat Statistik, 53(9), pp. 111–133.
Pitaloka, F. (2020) Makalah Uji T Terhadap 2 Perlakuan, Academia Edu. Available at:
https://www.academia.edu/18018634/Makalah_Uji_T_Terhadap_2_Perlakuan (Accessed: 19 April 2022).
Purwoko, M. (2018) ‘Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Kanker Ovarium pada Wanita’, Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 18(2), pp. 45–48. doi: 10.18196/mm.180214.
Putra, A. W. S. and Podo, Y. (2017) ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor’, Urecol 6th, pp. 305–314.
Sari, D. M. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang Kontrasepsi Akdr Dengan Media Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur’, pp. 1–9. Available at: http://repository2.unw.ac.id/266/.
Sujarweni, V. W. (2014) Panduan Penelitian Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta:
11 Pustaka Baru Press.
Sulistyowati, A., Putra, K. W. R. and Umami, R. (2017) ‘Tentang Perawatan Payudara Selama Hamil Di’, 6(2), pp. 40–43.
Widyaningrum, E. A. et al. (2021) ‘Pengaruh Usia dan Jenis Kelamin Terhadap Pengetahuan Serta Perilaku Penggunaan Suplemen di Masa Pandemi pada Mahasiswa IIk Bhakti Wiyata’, Majalah Farmasetika, 6(Suppl 1), p. 49. doi:
10.24198/mfarmasetika.v6i0.36675.
Yeni, P. S. I. (2015) FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PANYANG KABUPATEN NAGAN RAYA, Universitas Teuku Umar. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.bpj.2015.06.056%0Ahttps://academic.oup.com/bioin formatics/article-abstract/34/13/2201/4852827%0Ainternal-
pdf://semisupervised-
3254828305/semisupervised.ppt%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.str.2013.02.005
%0Ahttp://dx.doi.org/10.10.