• Tidak ada hasil yang ditemukan

hasil penelitian - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hasil penelitian - SIMAKIP"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

Penilaian malnutrisi dialisis (Dms) berdasarkan asupan energi, protein dan cairan pada pasien hemodialisis di RSI Cempaka Putih tahun 2019 2. Masalah utama pada CKD-HD adalah malnutrisi energi protein tinggi (MEP), yang berdampak pada peningkatan morbiditas, mortalitas dan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, DMS sebagai metode skrining status gizi perlu dikaji lebih dalam agar dapat dikembangkan di berbagai rumah sakit.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara asupan makan menggunakan metode food reminder 2×24 jam dan mengukur status gizi menggunakan metode DMS. Malnutrisi Energi Protein pada pasien hemodialisis (HD) merupakan indikator risiko komplikasi lebih lanjut dan mempengaruhi kualitas hidup pasien HD. Dialysis Malnutrition Scores (DMS) telah dikembangkan sebagai alat skrining yang spesifik dan cukup sensitif untuk mengidentifikasi status gizi pasien HD.

Namun, masih sedikit penelitian yang menggambarkan hubungan asupan makanan dengan status gizi berdasarkan DMS di Indonesia. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara asupan energi, protein dan cairan yang cukup dan interdialytic weight gain (IDWG) dengan status gizi berdasarkan DMS pada pasien HS id RSIJ Cempaka Putih tahun 2018. Energy Protein Undernutrition (MEP) merupakan salah satu faktor faktor penting yang memperberat masalah komplikasi pada pasien CKD-HD.

Dampak MEP pada pasien CKD-HD adalah meningkatnya risiko morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup (Mansour et al, 2014) Subjective Global Assessment (SGA) merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menyelidiki status gizi pasien CKD-HD .

Perumusan Masalah

Tujuan 1. Umum

Khusus

Urgensi Penelitian

Penyakit Ginjal Kronik

Produk limbah yang lebih kecil seperti urea, kreatinin, dan cairan dapat melewati membran dan dibuang.

Hemodialisis

Sedangkan menurut Thomas (2003), berat kering adalah berat badan dimana tidak ada tanda klinis edema, sesak nafas dan tekanan darah tinggi. IDWG disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal dalam melakukan fungsi ekskresi,15 sehingga berapapun jumlah cairan yang diminum pasien, kenaikan berat badan sebesar 0 (nol) cc dapat dikatakan tidak mungkin terjadi. Peningkatan IDWG lebih dari 4,5% berat badan kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti risiko hipertensi, gagal jantung kongestif, hiponatremia, hipotensi interdialisis, angina, aritmia, dan kejang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pace, IDWG 2007 melebihi 4,8%. akan menyebabkan: a) Meningkatnya kematian walaupun tidak disebutkan jumlahnya b). Menyebabkan tekanan darah tinggi pada predialisis c) Hipotensi (tekanan darah rendah) d) Kram otot, hipertensi e) Sesak napas f) Mual dan muntah g) Edema h).

Penilaian Status Gizi PGK

Pengukuran antropometri yang dilakukan untuk menilai status gizi pasien CKD-HD meliputi berat badan harian, lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit. Pengukuran berat badan harian dilakukan untuk memantau berat badan kering pasien dan untuk memantau edema (L, Isroin, 2014). Peningkatan IDWG lebih dari 4,5% berat badan kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti gagal jantung kongestif, aritmia, hipotensi interdialitik, hiponatremia, dll. (Ferraz et al, 2014).

Fungsi otot diukur dengan genggaman tangan (hand grip strength), fungsi imun dinilai dengan jumlah limfosit, fungsi kognitif dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE) (Soeters et al, 2008). Penanda biokimia yang sering digunakan pada pasien PGK adalah pengukuran serum albumin dan kreatinin. Albumin rendah dalam darah menyebabkan masalah kesehatan, termasuk lebih rentan terhadap infeksi dan kesehatan yang buruk.

Penurunan kadar kreatinin dapat terjadi karena tindakan dialisis, jumlah makanan sumber kalori dan protein yang tidak mencukupi dalam waktu yang lama dan penurunan berat badan (Susetyowati et al, 2017). Alat skrining yang sering digunakan pada pasien CKD adalah Subjective Global Assessment (SGA) yang mencakup penilaian subjektif secara keseluruhan berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula tingkat malnutrisi yang dialami oleh pasien CKD (Kalantar Zadeh et al, 2004).

Berdasarkan penelitian As'habi et al (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa DMS memiliki nilai sensitivitas 94% dan spesifisitas 88%, hal ini menunjukkan bahwa DMS dapat digunakan sebagai alat penilaian pada pasien HD karena bersifat sesuai dengan SGA emas. standar.

Hubungan Asupan Makan Dengan Status Gizi PGK 1. Energi

Protein

Untuk pasien gagal ginjal dan HD dianjurkan asupan protein yang tinggi untuk menjaga keseimbangan nitrogen dan menggantikan asam amino yang hilang selama dialisis yaitu 1-1,2 g/kg berat badan/hari dengan protein 50% harus memiliki nilai biologis yang tinggi karena asupan protein sangat diperlukan dalam hal berfungsi dalam tubuh. Asupan protein dapat dipengaruhi oleh konsumsi protein yang rendah dalam makanan, dan asupan makanan kurang dipengaruhi oleh kekebalan yang melemah. Pengaruh asupan protein berperan penting dalam pengaturan pola makan pasien gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan oleh penumpukan katabolisme protein dalam tubuh, sehingga semakin baik asupan protein maka semakin baik pula dalam mempertahankan nilai gizinya. kondisi (Fahmia et al, 2012).

Asupan protein yang cukup sangat penting bagi pasien CKD-HD untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif. Asupan protein 1,0-1,2 g/kg BB/hari dengan minimal 50% protein bernilai biologis tinggi sangat dianjurkan karena dapat menyediakan asam amino esensial. Penelitian Robertson, dkk (2007) menunjukkan bahwa penurunan asupan protein berhubungan dengan gagal ginjal stadium sedang.

Cairan dan Natrium

Alur penelitian

Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

Identifikasi Variabel Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data seperti karakteristik responden dan wawancara recall 24 jam pertama selama pasien menjalani hemodialisis. Setelah hemodialisa pertama, peneliti akan menimbang berat badan untuk mendapatkan BB Pre (HD I), yaitu berat badan responden setelah melakukan HD pada periode HD I. Pada kunjungan pasien berikutnya untuk melakukan HD II peneliti menimbang BB pre. (HD II) yaitu berat badan responden sebelum melakukan HD pada HD periode kedua dan melakukan wawancara asupan makan (2nd recall), serta penilaian DMS.

Instrumen Penelitian

Kemudian pada kunjungan pasien berikutnya untuk melakukan HD II peneliti melakukan pre-weighed weight (HD II) yaitu berat badan responden sebelum melakukan HD pada periode HD kedua dan juga melakukan wawancara tentang asupan makanan (2nd recall). sebagai penilaian DMS. terdistribusi normal) dan median (min-max) (jika data tidak terdistribusi normal). Pada penelitian ini uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson jika kedua variabel berdistribusi normal dan korelasi Spearman jika salah satu variabel tidak berdistribusi normal.

Karakteristik Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis (PGK-HD)

IDWG atau kenaikan berat badan antara dua sesi dialisis dianjurkan tidak melebihi 4,5% dari berat badan kering. Peningkatan IWG melebihi 4,5% dari berat badan kering menyebabkan berbagai risiko komplikasi seperti hipertensi, gagal jantung kongestif, hiponatremia, hipotensi, angina, aritmia dan lain-lain (Ferraz, 2015).

Asupan Energi, Protein, dan Cairan pada pasien PGK-HD Tabel 4.2

Status gizi Pasien PGK-HD berdasarkan Dialysis Malnutrition Scores (DMS)

Berdasarkan aspek pengukuran status gizi dengan DMS di atas, status gizi dan asupan makanan pasien HD biasanya mengalami perubahan yang sangat cepat. Namun berdasarkan tabel di atas, rata-rata tertinggi yang menggambarkan status gizi adalah penyakit penyerta, yang kemudian dilakukan penilaian fisik antropometri, seperti perubahan berat badan dan penurunan lemak subkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyakit penyerta PGK dapat menyebabkan perubahan asupan makanan sesuai kebutuhan.

Asupan makanan yang tidak adekuat secara kronis akan berhubungan dengan perubahan berat badan dan seterusnya dengan perubahan fisik dan klinis.

HubunganAsupan Makan dengan Skor DMS Tabel 4.5

Demikian pula kebutuhan protein 1-1,2 g/kg bb/hari dianjurkan dipenuhi dari protein hwani, karena ketersediaan asam amino yang lengkap diharapkan dapat menggantikan asam amino yang terbuang sebanyak 1-2 g/jam dialisis (10 -12 g protein hilang selama setiap hemodialisis).

Hubungan Asupan Makan dengan Inter Dialytic Weight Gain (IDWG) Tabel 4.6

Selanjutnya asupan protein yang cukup akan mencegah kerusakan jaringan dan katabolisme protein (KDIGO, 2012). Hubungan Asupan Makanan dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Tabel 4.6. NAR), yaitu perhitungan asupan protein dengan menghitung ekuivalen protein pada tingkat produksi nitrogen (Ferraz, 2014). Hal ini menjelaskan bahwa kreatinin dan ureum sebagai produk akhir metabolisme protein yang dikeluarkan oleh ginjal menggambarkan fungsi kemampuan ginjal yang dalam hal ini digantikan oleh proses hemodialisis.

Oleh karena itu, asupan protein pada pasien PGK akan mengakibatkan akumulasi zat nitrogen dan ion anorganik lainnya, serta mengakibatkan gangguan klinis dan metabolik yang disebut uremia. Masalah penting lainnya adalah asupan protein yang berlebihan (protein overload) akan mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomelurus, yang akan meningkatkan perburukan fungsi ginjal secara progresif. Tujuan pembatasan asupan natrium adalah untuk mencegah peningkatan IDWG yang berlebihan dan untuk mengontrol tekanan darah (Susetowati, 2017).

Pasien dengan CKD berisiko lebih tinggi mengalami retensi natrium karena ginjal tidak mengeluarkan natrium (Kidney, 2017). Natrium juga berperan besar dalam menentukan rasa haus, sehingga jika asupan cairan pasien berlebihan akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan (Tanujiarso, 2014) seiring dengan penurunan GFR pada CKD menyebabkan oligouria atau anuria dan dapat menyebabkan edema (Susetyowati, 2017). ).

Anggaran Biaya

A As'habi, H Tabibi, M Hedayati, M Mahdavi-Mazdeh, Asosiasi skor malnutrisi-inflamasi, skor malnutrisi dialisis dan albumin serum dengan faktor risiko baru penyakit kardiovaskular pada pasien hemodialisis, gagal ginjal. Hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rawat jalan di RSUD Tugurejo Semarang. -Zadeh K, Kopple JD, Humphreys MH, Blok G. Perbandingan prediktabilitas hasil penanda sindrom malnutrisi-inflamasi kompleks pada pasien hemodialisis.

Prediksi malnutrisi menggunakan Modified Subjective Global Assessment-Dialysis untuk malnutrisi pada pasien hemodialisis kronis. Hubungan kenaikan berat badan antara dua kali hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik di unit hemodialisis IP2K RSUP Fatmawati. 2016, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Malnutrisi Berdasarkan Indikator Dialysis Malnutrition Score (DMS) Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Umum Dr Sardjito Yogyakarta.

Perbandingan Berbagai Metode untuk Menentukan Malnutrisi Energi Protein dengan Penilaian Global Subjektif pada Pasien Hemodialisis. Hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Wates. Zarazaga A1, García-De-Lorenzo L, García-Luna PP, García-Peris P, López-Martínez J, Lorenzo V, Quecedo L, Del Llano J. Dukungan nutrisi pada gagal ginjal kronis: tinjauan sistematis, Clin Nutr.

Perbedaan asupan makanan dan status gizi antara pasien hemodialisis adekuat dan adekuat dengan gagal ginjal kronik. 1 Praktik pengasuhan anak sebagai faktor risiko perubahan status gizi dari normal menjadi stunting pada anak balita. Semua informasi yang saya isi dan berikan dalam biodata ini adalah benar dan sah menurut hukum.

Maka biodata ini sebenarnya saya buat untuk memenuhi laporan capaian penelitian dosen Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA.

SIMAKIP

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi PGK Berdasarkan Stadium
Gambar 1. Alur penelitian
Tabel 4.2. : Kegiatan Penelitian
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Muda

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Myckel (2012) tentang hubungan antara tingkat asupan energi dengan status gizi lansia di Kelurahan Mapanget Barat