• Tidak ada hasil yang ditemukan

257 (7)vii henti untuk melimpah rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bimbingan Kemandirian Anak Tunadaksa melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Olahraga Adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "257 (7)vii henti untuk melimpah rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bimbingan Kemandirian Anak Tunadaksa melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Olahraga Adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembinaan kemandirian anak penyandang disabilitas fisik melalui ekstrakurikuler olahraga adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Penelitian ini berjudul “Membina Kemandirian Anak Tunagrahita Melalui Ekstrakurikuler Olahraga Adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta”.

Bimbingan kemandirian Anak Tunadaksa

Jadi, anak cacat jasmani yang tidak bergantung pada orang lain adalah anak cacat jasmani yang mandiri. Kemandirian merupakan suatu sifat atau sikap atau keadaan kemampuan diri sendiri tanpa bantuan orang lain, mengatasi berbagai permasalahan dalam aktivitas sehari-hari merupakan salah satu bentuk kemandirian anak dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri. dalam kehidupan sehari-hari tidak bergantung pada orang lain dan dapat mengatasi berbagai permasalahan dalam aktivitas sehari-hari.

Ekstrakurikuler Olahraga Adaptif

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran mandiri bagi anak berkebutuhan khusus dalam penelitian ini adalah upaya memberikan bantuan kepada anak berkebutuhan khusus atau anak berkebutuhan khusus untuk membantu mengatasi kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari, tanpa bergantung pada orang lain baik ketika berada di rumah maupun di sekolah dengan memberikan bimbingan melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif, sehingga anak penyandang disabilitas fisik dapat menjadikan dirinya mandiri. Jadi, yang dimaksud dengan ekstrakurikuler olahraga adaptif adalah kegiatan yang dilakukan di luar jadwal mata kuliah dalam bidang olahraga khusus yang diberikan kepada anak penyandang disabilitas yang dapat membantu meningkatkan kesehatan serta mengembangkan bakat dan minat anak.

SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri 1 Bantul Yogyakarta

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul Yogyakarta terletak di Jalan Wates No. 147, KM 3, Ngestiharjo, Bantul Yogyakarta. Pembinaan Kemandirian Anak Tunagrahita Melalui Ekstrakurikuler Olahraga Adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta merupakan studi lapangan mengenai upaya memberikan bantuan kepada anak tunagrahita, termasuk cacat fisik dan mental, untuk menjadi mandiri agar tidak bergantung pada orang lain. masyarakat melalui kegiatan yang dilakukan di luar jam kantor. Mata pelajaran di bidang olah raga khusus yang disesuaikan dan disesuaikan dengan keadaan anak serta dapat membantu meningkatkan kesehatan, mengembangkan bakat, minat dan perkembangan jasmani, dilaksanakan oleh guru olah raga adaptif di SLB Negeri 1 BantulYogyakarta.

Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pembelajaran melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif untuk membantu anak penyandang disabilitas fisik menjadi mandiri. Salah satunya adalah olah raga dan latihan yang cukup akan membantu anak penyandang disabilitas fisik dalam memenuhi kebutuhannya sehingga tidak selalu bergantung pada orang lain dalam segala hal.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Secara Praktis

Kajian Pustaka

20Musrifah, Metode Bimbingan Mandiri pada Anak Penyandang Disabilitas Fisik di SLB G Daya Anansa Purwomartani Kalasan Sleman, Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2014). 21Aman Miftahul Janan, Bimbingan Kemandirian Anak Yatim pada Yayasan Darurohman Karangduwur Petahanan, Kebumen, Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2015). Ketiga tinjauan penelitian tersebut semuanya membahas tentang bimbingan kemandirian, namun dalam penelitian ini penulis akan mengkaji bimbingan kemandirian khususnya bagi anak penyandang disabilitas fisik melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Subyek penelitian ini adalah pembinaan kemandirian anak penyandang disabilitas fisik melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. 22Eva Vauziah, Memimpin kemandirian bagi anak tunagrahita melalui ekstrakurikuler musik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, skripsi (Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Da'vo dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2016).

Kerangka Teori

Tinjuan Tentang Bimbingan Kemandirian a. Pengertian Bimbingan Kemandirian

33Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogjakarta: UII Press, 2001), hal. dan lain-lain. Cukup banyak permasalahan yang dihadapi anak penyandang disabilitas fisik dalam mengatasi berbagai kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari, dengan adanya keterbatasan fisik maka anak penyandang disabilitas fisik memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dan mandiri. Salah satu caranya adalah melalui bimbingan kemandirian, anak penyandang disabilitas fisik mempunyai harapan lebih besar untuk bisa mandiri atau memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bergantung pada orang lain.

Pengembangan diri dan pengembangan gerak bagi anak penyandang disabilitas fisik adalah bimbingan atau layanan yang dapat diberikan secara terpadu dan berkelanjutan, dengan tujuan agar anak penyandang disabilitas memperoleh keterampilan dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kedua bentuk mobilisasi tersebut meliputi kemampuan bergerak, mengubah posisi, berpegangan, berjalan dan membantu diri sendiri, serta meminimalkan atau menghilangkan ketergantungan pada orang lain, seperti makan, minum, berpakaian, dan lain-lain, sehingga anak penyandang disabilitas menjadi mandiri.

Menanamkan Kemandirian Sejak Dini

Menanamkan Rasa Tanggungjawab

Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak untuk membantu mempersiapkannya menuju kemandirian.

Menanamkan Rasa Percaya Diri

Menanamkan Kedisiplinan

Jadi dapat kita simpulkan bahwa ada empat bentuk pembinaan menuju kemandirian, antara lain menanamkan kemandirian sejak dini, menanamkan rasa tanggung jawab, menanamkan rasa percaya diri, dan menanamkan kedisiplinan.

Tinjauan Tentang Anak Tunadaksa a. Pengertian Anak Tunadaksa

Klasifikasi anak penyandang disabilitas ini merupakan klasifikasi kondisi anak penyandang disabilitas yang dapat memudahkan penanganan anak tersebut. Jadi penyebab anak lumpuh ada tiga, yaitu bila terjadi sebelum lahir, yaitu faktor keturunan, trauma dan infeksi saat hamil, usia ibu yang sudah lanjut saat melahirkan anak, pendarahan saat hamil, keguguran pada ibu ibu. Olahraga adaptif ini berkembang secara bertahap dalam upaya menciptakan permainan olahraga tertentu dan gerakan ritmis khusus untuk kepentingan anak penyandang disabilitas fisik.

Derajat kecacatan anak penyandang disabilitas fisik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu berat, sedang, dan berat. Alat bantu yang sering digunakan oleh anak berkebutuhan khusus agar tidak menemui kendala dan memudahkannya adalah sebagai berikut: 54.

Kemandirian Anak Tunadaksa dalam Perspektif BKI

Allah SWT Maha Kuasa membentuk sesuai keinginan kita, namun Allah SWT Maha Bijaksana terhadap segala sesuatu yang diciptakan. Artinya: Tidak ada halangan bagi orang buta, atau (atau) orang cacat, atau (atau) orang sakit, atau (atau) diri Anda sendiri, untuk makan (bersama mereka) di rumah Anda atau di rumah ayah Anda. Abu Jafari mengatakan para ahli taqwil berbeda pendapat mengenai ayat ini, ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini diturunkan sebagai keringanan bagi umat islam untuk makan bersama dengan orang buta, orang cacat, orang sakit dan orang cacat, dari makanannya mereka takut untuk makan. . dari makanan mereka. 58.

Sehingga tidak ada hambatan bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti orang cacat, orang buta, orang bisu, orang tuli atau bahkan orang sakit. Oleh karena itu tidak ada perbedaan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya, Allah SWT memandang manusia sama dan tidak dibeda-bedakan.

Jenis penelitian

Siswa penyandang disabilitas SDLB-SMALB yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif berjumlah 71 orang, totalnya 30 orang. 63 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Litbang Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.218. . siswa, seperti pada ekstrakurikuler olahraga adaptif yang dilaksanakan di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta pada hari Jumat.64. Dari 71 siswa penyandang disabilitas fisik di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta, ada beberapa nama yang memenuhi kriteria tersebut, antara lain:

Tujuan penelitian adalah pembinaan kemandirian anak penyandang disabilitas fisik melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Penulis melakukan observasi mengenai metode yang digunakan oleh guru olahraga adaptif untuk menjadikan anak penyandang disabilitas fisik mandiri dari keterbatasan yang ada sehingga anak penyandang disabilitas tidak bergantung pada orang lain.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non partisipan yaitu dalam melakukan observasi langsung di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta, namun penulis tidak ikut serta secara langsung atau mengikuti kegiatan.66. Dengan metode observasi tersebut penulis memperoleh data tentang metode pembinaan kemandirian anak penyandang disabilitas melalui program ekstrakurikuler olahraga adaptif di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta dan data tentang kondisi sekolah SLB Negeri 1 Bantul. Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data, informasi, pendapat yang dilakukan melalui percakapan atau pertanyaan, baik langsung maupun tidak langsung.67 Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh berbagai data dan informasi terkait pembinaan anak penyandang disabilitas melalui program ekstrakurikuler olahraga adaptif. di SLB. Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Dalam wawancara kali ini penulis mewawancarai wali kelas yang juga menjabat sebagai guru bimbingan dan konseling yaitu Ny. Fathah Nur yang mendapat informasi terkait program bimbingan kemandirian di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta ekstrakurikuler olahraga adaptif yaitu Bapak. Dody yang mendapat informasi terkait metode yang digunakan dalam bimbingan anak difabel. untuk dapat hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain dengan keterbatasan tertentu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Ibu. Endang untuk mendapatkan informasi mengenai SLB. Sekolah Negeri 1 Bantul Yogyakarta dan mewawancarai anak penyandang disabilitas untuk mendapatkan informasi mengenai identitas anak penyandang disabilitas dan apa manfaat olahraga adaptif bagi anak penyandang disabilitas itu sendiri. Metode dokumentasi adalah cara mencari data tentang suatu hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, notulensi rapat, agenda, dan lain-lain.69 Metode dokumentasi adalah cara yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan mencatat tanda informasi. diperoleh baik di arsip SLB N 1 Bantul Yogyakarta mengenai profil sekolah, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, sejarah berdirinya sekolah, visi dan misi dan lain-lain dalam bentuk laporan dokumen, dan laporan kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif.

Keabsahan Data

Peneliti berusaha membaca, memahami dan belajar dari seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian peneliti mulai mengumpulkan dan mengorganisasikan data-data yang masih bersifat khusus, yang kemudian dipisahkan ke dalam kategori masing-masing dan membuang data-data yang tidak relevan. Pada peneliti kualitatif penyajian data adalah data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang konsisten dengan pendekatan kualitatif, konsisten dengan laporan yang sistematis dan mudah dipahami. Penyajian data ini dapat memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan program selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. Data ini mencakup metode untuk membimbing anak-anak penyandang disabilitas fisik menuju kemandirian melalui kegiatan rekreasi.

Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan penulis dilakukan melalui informasi yang disusun dalam penyajian data. Apabila kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan bertahan ketika penulis kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat diandalkan.73 Dengan demikian kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut. formulasi yang telah dirumuskan. dirumuskan sejak awal, kemudian masalah dan rumusan masalah dalam penelitian ini berkembang setelah penulis terjun ke lapangan.

Saran

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembinaan kemandirian anak penyandang disabilitas fisik melalui kegiatan olahraga adaptif di luar ruangan menggunakan metode pengembangan gerak yaitu gerakan tangan, gerakan kaki, dan gerakan kepala.

Kata Penutup

Dwoman, Zandra, Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Disabilitas Ringan Melalui Pendekatan Bermain, Jurnal, JRR Tahun 23, No. Musrifah, Metode Bimbingan Mandiri pada Anak Disabilitas Fisik di SLB G Daya Anansa Purwomartani Kalasan Sleman, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2014. Bagaimana Sarana dan Prasarananya mendukung anak tunadaksa untuk berkembang secara fisik sehingga anak tunadaksa dapat mandiri.

Bagaimana metode bimbingan yang diterapkan di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta untuk membentuk kemandirian dengan mengadakan program bimbingan kegiatan ekstrakurikuler olahraga adaptif. Apakah selama ini anak tunadaksa bisa dikatakan mandiri melalui pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga adaptif?

Referensi

Dokumen terkait