• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home - Open Access Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Home - Open Access Repository"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Hidup 2.1.1 Definisi

Gaya Hidup (HPM) adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi (Pender, N.J, 2010)

Gaya Hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pola aktifitas minat dan opininya gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dengan lingkungannya (Kotler 2019).

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan, Gaya Hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari untuk menerapkan dan menciptakan hidup yang sehat di lingkungan, fisik, aktivitas dan interpersonal diberbagai dimensi.

Gaya hidup merupakan faktor resiko penting timbulnya perubahan tekanan darah pada seseorang termasuk usia dewasa muda. Tekanan darah dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain merokok, kurang olahraga , mengkonsumsi makanan yang kurang baik, pola diet kurang baik dan durasi atau kualitas tidur yang kurang baik juga merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah (Fatmawati 2017).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah meliputi faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor resiko yang dapat dikendalikan. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan , jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas , kurang olahraga atau aktivitas fisik , merokok, minum kopi sesitivitas natrium, kadar kalium, alcohol, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Susilawati 2018).

Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, hipertensi pada masyarakat terus meningkat, hal ini disebabkan karena masyarakat

(2)

kurang termotivasi dalam menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari. Masyarakat lebih cendrung pada hal yang sifat praktis padahal dapat berefek bagi kesehatan individu.(kusumayanti dkk 2021)

Gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk menjaga kesehatan dan merupakan bagian yang penting dalam hipertensi. Semua penderita hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada penderita dengan tekanan darah prahipertensi (Panjaitan 2015)

2.1.1 Gaya Hidup Tidak Sehat

Gaya hidup tidak sehat adalah suatu gaya hidup dimana seseorang melakukan kegiatan yang merugikan kesehatannya. Gaya hidup ini menjadi kebiasaan yang dilakukan secara berulang (WHO 2017).

Indikasi gaya hidup tidak sehat antara lain : 2.1.2.1 Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin, nikotin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Merokok dipengaruhi oleh faktor sosial atau lingkungan, dewasa muda akan mencari jati dirinya dan belajar menjalani hidup dengan melihat apa yang dilakukan orang lain dan kemudian akan mencobanya termasuk kebiasaan merokok.( Sodik 2018)

2.1.2.2 Kurangnya aktifitas fisik

Aktifitas fisik yang sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan

(3)

kegiatan aktifitas fisik cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatan otot jantung bekerja lebih keras lagi dalam berkontraksi.

Aktifitas fisik membantu seseorang mengontrol berat badan. Aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit setiap hari akan membantu mengontrol tekanan darah (Eriana 2017).

2.1.2.3 Mengkonsumsi makanan Natrium Tinggi

Natrium yang diserap kedalam pembuluh darah yang berasal dari konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan adanya retensi air, sehingga volume darah meningkat.

Asupan natrium yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natrioretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah ( Dewi, S 2014).

2.1.2.4 Mengkonsumsi makanan yang berlemak

Mengonsumsi makanan yang tinggi lemak berdampak pada tingginya simpanan kolesterol yang ada di dalam darah. Simpanan ini kemudian akan terjadi penumpukan pada pembuluh darah menjadi plaque yang membawa dampak buruk yaitu pembuluh darah menjadi tersumbat.

Penyumbatan ini menyebabkan berkurangnya elastisitas pada pembuluh darah sehingga volume maupun tekanan darah menjadi meningkat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipertensi ( rahma dkk 2021).

2.1.2.5 Kurang istirahat dan tidur

Pola tidur yang buruk mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang (Susilawati 2018).Pola tidur normal pada dewasa muda (usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun)

(4)

tidak jauh beda dengan jumlah jam tidur ketika usia remaja yaitu sekitar 7-8 jam/hari, 20-25% tidur Rapid Eye Movement (REM). Usia dewasa menengah (usia 40 tahun sampai dengan usia 60 tahun) jumlah tidur dama dengan seseorang berada pada usia dewasa muda yaitu sekitar 7-8 jam / hari 20% tidur REM (Alfi 2018).

2.1.2.6 Stres

Merupakan Suatu keadaan non spesifik yang dialami penderitaakibat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan kemampuan untuk mengontrol dengan efektif melalui aktivitas syaraf simpatis(syaraf yang bekerja saat beraktivitas)mengakibatkan tekanan darah secara intermitten(tidak menentu). Apabila stres berlangsung lama bisa mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap (Sutanto, 2010).

2.1.2 Gaya Hidup Sehat

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Indikasi gaya hidup sehat antara lain : a. Berhenti merokok

b. Gizi seimbang dan pembatasan gula,garam dan lemak (Dietary Approaches To Stop Hypertension)

c. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal Pria <

90 cm Wanita < 80 cm

d. Gaya hidup aktif/olahraga teratur e. Hindari mengkonsumsi alkohol

(Kemkes RI 2018)

(5)

2.1.3 Faktor gaya hidup yang berhubungan dengan Hipertensi

2.1.4.1 Pola Makan

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur gizi yang seimbang dan dibutuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat bukan hanya menjaga tubuh tetap bugar dan sehat tetapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit seperti hipertensi (Muhammadun 2010).

Pola makan mengacu pada pengaturan jenis dan jumlah makanan yang di konsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada saat tertentu, yang meliputi frequensi makan, jenis makanan, dan ukuran porsi (Muflin

& najamuddin, 2020). (Timah et al., 2021).

Pola makan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai penyakit salah satunya adalah hipertensi. Menjaga pola makan yang baik yaitu dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur, mengurangi asupan yang banyak mengandung lemak dan asupan garam tidak jenuh ganda ditemukan pada ikan salmon, ikan tuna, kerang, minyak jagung, minyak biji kapas, minyak biji kedelai, dan minyak biji mataharai. Kolesterol banyak terdapat pada kuning telur dan susu. Trigliserida banyak ditemukan pada pangan hewani maupun nabati (Ramayulis 2010).

Pola makan rata-rata orang modern memang tidak lagi memiliki kandungan nutrisi yang lengkap karena berbagai macam cara pengolahan dan campuran berbagai zat kimia.

Padahal, makanan bergizi adalah makanan alami dan tidak akan terkontaminasi oleh bahan kimia seperti peptisida bahan kimia lainnya. Namun sebagian besar hasil pertanian

(6)

saat ini diambil dari lapisan tanah pertanian yang tidak subur, cara penyimpanan yang salah, lamanya proses pengangkutan, dan proses pengolahan yang tidak tepat, yang berujung gizi hilang. Akhirnya menu yang dihidang hanya kental oleh bahan perasa, gula, serta garam (Puspita, 2013).

2.1.4.2 Asupan Lemak

Konsumsi pangan sumber lemak yang tinggi terutama lemak jenuh membuat kolesterol Low Denisty Lipoprotein (LDL) meningkat yang lama-kelamaan akan tertimbun dalam tubuh dan dapat membentuk plak di pembuluh darah.

Plak tersebut akan menyumbat pembuluh darah sehingga mempengaruhi peningkatan tekanan darah (Michael 2014) Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan konsumsi lemak 20-30% kebutuhan energy total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier 2010). Asupan lemak yang dianjurkan adalah 27% dari total energy dan

<6% adalah jenis lemak jenuh. Adapun kebutuhan kolesterol yang dianjurkan yaitu <300mg per hari (Ramayulis 2010).

2.1.4.3 Asupan natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan ektraseluler tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Pola makan sehari-hari umumnya mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan . dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urine sama dengan jumlah yang dikonsumsi sehingga terdapat keseimbangan (Ramayulis

(7)

2010).

Natrium merupakan satu-satunya elemen yang biasa dikonsumsi dalam bentuk garam dapur. Bila asupan natrium meningkat maka ginjal akan meningkat. Tetapi bila upaya mengekskresi natrium melebihi ambang kemampuan ginjal , maka ginjal akan meretensi oksigen sehingga volume intravaskuler meningkat. Sumber natrium adalah garam dapur, monosodium glutamate (MSG), kecap, dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur (Michael 2014). Menurut Ramayulis (2010), makanan yang mengandung natrium tinggi sebagai berikut :

a. Sumber karbohidrat dari roti, biscuit, serta kue-kue yang dimasukkan dengan garam dapur, dan atau baking powder dan soda.

b. Sumber protein hewani dari otak, ginjal, lidah,sarden,daging, ikan, susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti daging asap, ham, dendeng,abon,keju, dan telur pindang.

c. Sumber protein nabati keju, kacang tanah, serta semua kacang- kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan natrium lain.

d. Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dengan ikan natrium lainnya seperti sayuran kaleng sawi asin, asinan, dan acar.

e. Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium seperti buah kaleng.

f. Lemak dari margarin dan mentega biasa

g. Minuman ringan. Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, kaldu instan, saus tomat, petis, dan tauco. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram / hari yang setara dengan 110mmol

(8)

natrium atau 2400mg/ hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh neretensi cairan yang meningkatkan tekanan darah (Almatsier 2010).

2.1.4.4 Aktifitas fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktifitas fisik latihan olahraga (exercise) merupakan bagian dari aktifitas fisik atau dapat dikatakan latihan olahraga (exercise) adalah aktifitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk memelihara kebugaran fisik (Welis & Rifki, 2013)

Secara umum aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang digunakan hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan, saat melakukan aktivitas masih dapat berbicara dan bernyanyi.Energi yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas ini (<3,5 Kcal/menit). Berjalan santai di rumah, kantor, atau pusat perbelanjaan, Duduk bekerja di depan komputer, membaca, menulis, menyetir, mengoperasikan mesin dengan posisi duduk atau berdiri, Berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan seperti mencuci piring, setrika, memasak, menyapu, mengepel lantai, menjahit, Latihan peregangan dan pemanasan dengan lambat, Membuat prakarya, bermain kartu, bermain video game, menggambar,melukis, bermain musikBermain billyard, memancing, memanah, menembak, golf, naik kuda.

Aktivitas fisik sedang yaitu Pada saat melakukan aktivitas fisik sedang tubuh sedikit berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat, tetap dapat berbicara,

(9)

tetapi tidak bernyanyi.Energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas ini antara 3,5 - 7 Kcal/menit. Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada permukaan rata di dalam atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko;

dan jalan santai, jalan sewaktu istirahat kerja, Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumput dengan mesin pemotong rumput, Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon, mencuci mobil, Bulutangkis rekreasiona bermain rangkap bola, dansa, tenis meja, bowling, bersepeda pada lintasan datar, volley non kompetitif, bermain skate board, ski air, berlayar.Aktivitas fisik dikategorikan berat apabila selama beraktivitas tubuh mengeluarkan banyak berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas sangat meningkat sampai dengan kehabisan napas.Energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas pada kategori ini > 7 Kcal/menit.

Berjalan dengan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan mendaki bukit, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari, Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, mencangkul, Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat, menggendong anak, bermain aktif dengan anak, Bersepeda lebih dari 15 Km per jam dengan lintasan mendaki, bermain basket, cross country, badminton kompetitif, volley kompetitif, sepak bola, tenis single, tinju ( Kemenkes 2019). Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan resiko hipertensi karena meningkatkan resiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan aktifitas fisik cenderung mempunyai frekuensi

(10)

denyut jantung yang tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa , makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Simanullang 2018).

Aktifitas fisik dapat mencegah perkembangan hipertensi dengan mengurangi berat badan, resistensi pembuluh darah, kekakuan arteri stress oksidatif, peradangan dan aktifitas system renin-angiostensin juga dngan meningkatkan fungsi endotel, sensitivitas insulin, fungsi ginjal, penanganan natrium, aktivitas parasimpatis, angiogenesis arteriogenesis, kepatuhan arteri, dan diameter lumen arteri (Shimbo 2016).

Aktifitas fisik yang sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan aktifitas fisik cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatan otot jantung bekerja lebih keras lagi dalam berkontraksi.

Aktifitas fisik membantu seseorang mengontrol berat badan. Aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit setiap hari akan membantu mengontrol tekanan darah (Eriana 2017)

Aktifitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkenan teknan darah tinggi.

Mereka yang secara fisik aktif cenderung mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena organ-organ lebih kuat dan lentur. Aktifitas seperti gerakan atau latihan aerobic bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran,serta ketahanan kardio- respirator (Hasanudin 2018).

(11)

2.1.4.5 Kebiasaan merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin.

Menghisap rokok menyebabkan nikotin terhisap ke pembuluh darah kecil dalam paru- paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. (Simanullang 2018).

Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.

Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari ( Wijaya dkk 2018). Menurut World Health Organization (WHO), perokok dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari yaitu seseorang yang megkonsumsi rokok 1-10 batang perharo disebut perokok ringan, 11-20 batang berhari disebut perokok sedang, dan lebih dari 20 batang berhari disebut perokok berat (Sundari 2015).

Menurut world Health Organization (WHO) menyatakan bahwa salah satu penyebab hipertensi adalah merokok.

Merokok dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah, karena rokok dapat mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Apabila

(12)

kebiasaan merokok pada masyarakat mempunyai aktifitas berat berarti mempunyai kseimbangan pada kerja ginjal dan memicu penurunan tekanan darah (Fadhli 2018).

Perbedaan tingkat hipertensi yang terjadi karena perbedaan jumlah konsumsi rokok, pada dasarnya merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanyaa terosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan resiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Priyoto, 2015).

2.1.4.6 Kebiasaan istirahat

Kualitas tidur seseorang sangat bergantung pada gangguan tidur yang dialaminya. Gangguan tidur umumnya disebabkan oleh gangguan psikis atau stress dan faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan pada keseimbangan metabolism tubuh seseorang. Pola tidur yang buruk mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang (Susilawati 2018).

Pola tidur normal pada dewasa muda (usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun) tidak jauh beda dengan jumlah jam tidur ketika usia remaja yaitu sekitar 7-8 jam/hari, 20- 25% tidur Rapid Eye Movement (REM). Usia dewasa menengah (usia 40 tahun sampai dengan usia 60 tahun) jumlah tidur dama dengan seseorang berada pada usia dewasa muda yaitu sekitar 7-8 jam / hari 20% tidur REM

(13)

(Alfi 2018).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering menimbulkan ganggan seperti rasa nyeri atau pusing, sehingga seseorang dengan penyakit hipertensi cenderung akan terbangun pada pagi hari akibat rasa ketidaknyamanan atau rasa pusing tersebut.

Ketidaknyamanan inilah yag kemudian menyebabkan kurangnya jumlah waktu tidur dan menimbulkan kualitas tidur yang buruk dan dapat berakibat pada naiknya tekanan darah (Alfi 2018).

Hubungan antara tidur dan hipertensi disebabkan oleh aktivitas saraf simpatis di pembuluh darah sehingga akan mengalami perubahan curah jantung pada malam hari.

Penurunan resistensi pembuluh darah perifer menyebabkan penurunan normal tekanan arteri pada malam hari. Aktivitas simpatis selama tidur meningkatkan secara signifikan dan sangat bervariasi selama tidur REM dibandingkan dengan saat terjaga. Selama komponen tidur REM dilewati, tekanan darah mendekati terjaga dan sensitivitas hanya meningkat selama tidur. Namun, kondisi seperti itu lebih efektif dalam meningkatkan pemeliharaan tekanan darah selama episode REM yang terjadi pada akhir periode tidur daripada malam sebelumnya. Ini ada hubungannya dengan pola tidur. Tidur abnormal dikaitkan dengan etiologi prehipertensi non-immersive dan gangguan kualitas tidur hipertensi yang mengarah ke hipertensi berikutnya (Martini dkk, 2018).

Durasi tidur pendek dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan tekanan darah 24 jam dan denyut jantung, peningkatan sistem saraf simpatik, dan peningkatan retensi garam. Selanjutnya akan

(14)

menyebabkan adaptasi struktural sistem kardiovaskular sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Martini dkk, 2018).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Wijaya,Putri, 2017).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan pembunuh diam-diam karena sangat jarang gejala dapat dilihat pada tahap awal sampai terjadi krisis medis yang parah seperti serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal kronis (Singh et al, 2017).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh di pembuluh darah. Setiap kali jantung berdenyut, ia memompa darah ke pembuluh darah. Tekanan darah tercipta dengan kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah.

2.2.2 Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi 2.2.2.1.Hipertensi esensial (primer)

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi, seperti faktor genetik, stres dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet

(15)

(peningkatan penggunaaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium. Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.

2.2.2.2 Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder seperti kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

2.2.3 Penyebab hipertensi dikalangan usia Dewasa muda 2.2.3.1 Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi karena disebabkan oleh perubahan dalam tubuh yang dapat memperngaruhi hormon, pembuluh darah dan jantung.

2.2.3.2 Lingkungan (stres)

stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi apabila seseorang stress akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

2.2.3.3 Gaya hidup tidak sehat (life style)

a) Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin, nikotin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Merokok dipengaruhi oleh

(16)

faktor sosial atau lingkungan, dewasa muda akan mencari jati dirinya dan belajar menjalani hidup dengan melihat apa yang dilakukan orang lain dan kemudian akan mencobanya termasuk kebiasaan merokok.

b) Kurangnya Aktivitas Fisik Pada jaman sekarang, seseorang dewasa muda lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga sangat jarang untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan tekanan darah. Olahraga ringan dapat membantu jantung mereka tetap kuat dengan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga jantung bisa memompa darah dengan lebih mudah dan menurunkan tekanan darah. Olaharaga ringan berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali perminggu.

c) Pola makan tidak sehat Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh. Pola makan yang sering dikonsumsi dewasa muda yaitu makanan siap saji, maupun makanan yang banyak mengandung lemak atau minyak dan tinggi garam. Makin tinggi lemak mengakibatkan kadar kolesterol dalam darah meningkat yang akan mengendap dan menjadi plak yang menempel pada dinding arteri, plak tersebut menyebabkan penyempitan arteri sehingga memaksa jantung bekerja lebih berat dan tekanan darah menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi ( Jannah 2018)

(17)

2.2.4 Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajat hipertensi dibagi menjadi dua yaitu menurut JNC VII 2003 dan European Society of Cardiology (ESC) 2007 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII, 2003

Derajat Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89 Hipertensi derajat I 140 – 159 atau 90 – 99 Hipertensi derajat II ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber: Wijaya & Putri, 2017

Tabel 2.2

Klasifikasi Hipertensi Menurut ESC, 2007

Kategori Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80

Normal 120 – 129 dan/atau 80 – 84 Normal tinggi 130 – 139 dan/atau 85 – 89 Hipertensi derajat I 140 – 159 dan/atau 90 – 99 Hipertensi derajat II 160 – 179 dan/atau 100 – 109 Hipertensi derajat III ≥ 180 dan/atau ≥ 110

Hipertensi sistolik terisolasi

≥ 190 dan/atau < 90

Sumber: Wijaya & Putri, 2017

(18)

2.2.5 Gejala Hipertensi

Hipertensi tidak memberikan gejala atau symptom pada tingkat awal.

Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya (Muhammadun, 2010).

2.2.6 Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:

2.2.6.1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain: umur, jenis kelamin, dan genetik.

a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah besar.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita

(19)

meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pria akibat faktor hormonal.

c. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor lingkungan lain ikut berperan. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan rennin membran sel. Bila kedua orangtuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45%

akan turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

2.2.6.2 Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktivitas fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, dislipidemia, dan stres.

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.

Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).

b. Merokok

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida

(20)

yang dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok juga meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.

c. Kurang aktivitas fisik

Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olah raga aerobic yang teratur tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum turun.

d. Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rerata lebih tinggi.

e. Dislipidemia

Kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

f. Konsumsi alkohol berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan darah telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kortisol, peningkatan sel darah merah dan peningkatan

(21)

kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

g. Psikososial dan stres

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tekanan darah tinggi dapat dikurangi dengan menggunakan obat.

Efek penggunaan obat dapat mengganggu kualitas hidup dan efek resistensi insulin terhadap metabolisme tubuh. Penggunaan obat saja tidak cukup untuk mengatasi kejadian hipertensi, baik yang belum terdiagnosis maupun sudah terdiagnosis sehingga perlu dilakukan intervensi pada gaya hidup (Hinderliter et al, 2011).

Hipertensi yang terdeteksi dini dimungkinkan untuk meminimalkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Semua orang dewasa harus memeriksa tekanan darah mereka dan mengetahui tingkat tekanan darahnya. Mesin pengukuran tekanan darah digital memungkinkan hal ini dilakukan di luar klinik pengaturan. Jika hipertensi terdeteksi, orang harus mencari saran dari petugas kesehatan. Bagi sebagian orang, perubahan gaya hidup tidak cukup untuk mengendalikan tekanan darah dan obat resep yang dibutuhkan (WHO, 2013).

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah dengan melakukan program gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, olah raga teratur, mengurangi asupan garam natrium, lemak, banyak konsumsi buah dan sayur, mengontrol berat badan, menciptakan suasana rileks dan lain-lain.

(22)

Seseorang yang terdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan hipertensi dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi.

Perubahan gaya hidup juga diperlukan terutama diet rendah garam (Arifin, 2016).

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan obat modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gram/ hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga dianjurkan bagi penderita hipertensi, seperti jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x/minggu. Perlu juga cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stres. Pemilihan dan penggunaan obat hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter (Kemenkes RI, 2014).

Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

a ) Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

b ) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).

c ) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

d ) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

e ) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

f ) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada

(23)

umumnya mengandung garam natrium.

g ) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape (Kemenkes RI, 2014).

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup atau obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi

dapat dihindarkan (Kemenkes RI, 2014).

2.2.8 Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ seperti jantung (gagal jantung dan penyakit jantung koroner), otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), dan mata (retinopati hipertensi dan kebutaan) (Wijaya & Putri, 2017).

2.3 Usia Dewasa Muda

2.3.1 Definisi Dewasa Muda

Dewasa muda merupakan tahapan dalam perkembangan kehidupam manusia yang harus dijalani . masa muda seseorang diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju dewasa muda yang melibatkan eksperimental dan eksplorasi yang disebut emerging adulthood.

Perkembangan dewasa dibagi menjadi 3 , yaitu dewasa muda (young adulthood) dengan usia antara 20-40 tahun, dewasa menengah (middle adulthood) dengan usia 40-65 tahun dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia >65 tahun (Prasetyo 2015). Usia dewa muda menurut WHO yaitu pada usia 20-44 tahun. Usia ini disebut juga usia pekerja pada kelompok populasi dengan usia tertentu. Rentang usia 20-44 tahun

(24)

merupkan usia dimana manusia sudah matang secara fisik dan biologisnya.

Pada usia ini pula manusia sedang berada pada pucak aktivitas yang cenderung lebih berat dari usia remaja dan lansia. Padatnya aktfitas menyebabkan seseorang mengalami stress. Timbulnya stress dapat Mengubah fungsi-fungsi normal tubuh yang berpengaruh terhadap pola makan seseorang dan menimbulkan penyakit degenerative seperti hipertensi (Pebriyandini 2015).

Pada jaman sekarang seseorang dewasa muda lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga sangat jarang untuk melakukan aktifitas fisik seperti lahraga secara teratur. Pada orang yag tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Kurangnya aktifitas fisik menyebabkan terjadinya obesitas dan juga meningkatkan tekanan darah. Olahraga ringan dapat membantu jantung mereka tetap kuat dengan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga jantung bisa memompa darah dengan lebih mudah dan menurunkan tekanan darah (Rifatul J 2019).

2.4 Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda (20-40 tahun )

Faktor penyebab yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi pada dewasa muda disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat yaitu merokok, kurangnya aktivitas fisik dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat.

Banyak penelitian epidemiologi telah membuktikan berbagai faktor risiko hipertensi. Penelitian Suoth (2014) menemukan faktor risiko hipertensi yaitu konsumsi makanan, aktivitas fisik, dan stres. Penelitian Prasetyo (2015) menunjukkan bahwa pola makan, dan status ekonomi merupakan faktor penyebab kejadian hipertensi. Penelitian Agustina (2015) menemukan faktor genetik, obesitas, kebiasaan merokok, penggunaan minyak jelantah, dan stres berhubungan dengan kejadian hipertensi.Penelitian Sriani (2016) menemukan kebiasaan merokok dan kebiasaan olah raga merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

Penelitian Aryantiningsih (2016) menemukan faktor usia, jenis kelamin, kegemukan (obesitas), aktivitas olah raga, asupan garam, dan kebiasaan merokok

(25)

Usia dewasa muda (20-44 Tahun)

Hipertensi

Kebiasaan Istirahat Pola Makan

Dislipidemia Faktor yang

dapat diubah Minuman

Berkafein Jenis Kelamin

Obesitas

Faktor risiko hipertensi

merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.Penelitian Susilawati (2018) menunjukkan faktor risiko hipertensi yaitu konsumsi kopi dan kualitas tidur.

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari A Global Brief on Hypertension, WHO (2013), dan Kemenkes RI (2013)

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti Kebiasaan Merokok Faktor yang tidak

dapat diubah

Aktivitas Fisik Usia

Riwayat Keluarga Genetik

Konsumsi Alkohol berlebih

Psikososial dan stres

(26)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antra konsep- konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan di lakukan.(

Notoadmojo,2012). Kerangka konsep di buat sebagai landasan penelitian dalam melakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka maka di susunlah kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen (bebas) Variabel Dependen (terikat)

Gambar 2.2

Kerangka konsep penelitian 2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang di harapkan bias menjawab suatu pernyataan dalam penelitian ( Nursalam, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. Semakin buruk gaya hidup maka Angka kejadian Hipertensi semakin meningkat.

Gaya hidup 1. Aktifitas fisik 2. Pola makan 3. Kebiasaan

istirahat 4. Riwayat Merokok

Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda

- Ya - Tidak

Referensi

Dokumen terkait

The process of collecting and evaluating data to determine an impurity's biological safety is known as "qualification of the impurities." thus demonstrating the significance and

A Study on the Development of the Electronic Control Device for the Electrical Starting Motor of Generator Jung-Kyu, Yang Department of Mechatronics Engineering, Graduate School,