• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Posisi Kerja terhadap Low Back Pain pada Pekerja Karet Bagian Produksi di PT. X Pontianak

N/A
N/A
Killua Zoldyck

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan antara Posisi Kerja terhadap Low Back Pain pada Pekerja Karet Bagian Produksi di PT. X Pontianak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 Hubungan antara Posisi Kerja terhadap Low Back Pain

pada Pekerja Karet Bagian Produksi di PT. X Pontianak Sujono1, Widi Raharjo2, Agus Fitriangga2

1 Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

2 Departemen Kedokteran Komunitas, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar belakang. Low back pain (LBP) merupakan suatu gejala nyeri pada punggung bawah berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, maupun keduanya yang terasa diantara sudut iga terbawah hingga lipat bokong bawah. LBP merupakan penyebab utama pembatasan aktivitas dan absennya pekerjaan di sebagian besar dunia. Posisi kerja yang tidak ergonomi dapat mengakibatkan LBP pada sebagian besar pekerja. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Data diambil dari 36 responden melalui pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis LBP dan menilai posisi kerja dari pekerja dengan metode Ovako Working Posture Analysis System (OWAS). Data diolah dengan uji Chi square dan menggunakan SPSS 20.0. Hasil.

Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada pekerja karet bagian produksi (p= 0,000). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada pekerja karet bagian produksi di PT. X Pontianak.

Kata kunci: Posisi Kerja, Low Back Pain, Pekerja Karet

Background. Low back pain is a symtomp of pain in lower back. It can be local pain, radicular pain, or both are felt between the bottom corner of the ribs to the bottom of the buttocks. LBP is a major cause of activity restrictions and work absence in the most parts of the world. Non- ergonomic working position can cause LBP in most workers. Method. This research is an analytic research with cross sectional approch. Data is taken from 36 respondents through physical examination to diagnose LBP and assessing the work position of the workers with Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) method. Data is processed by Chi square test and using SPSS 20.0. Result. Statistical tests show there is a relation between working position againts low back pain in rubber workers of production division (p= 0,000). Conclusion. There is a relation between working position againts low back pain in rubber workers of production division at PT. X Pontianak.

Keywords: Working Position, Low Back Pain, Rubber Workers

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 LATAR BELAKANG

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah program yang dibuat untuk pekerja oleh pengusaha atau pemberi kerja sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.1

Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan, dan hasil produksi.2 Alat kerja dan lingkungan fisik yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tenaga kerja akan menyebabkan hasil kerja tidak optimal, bahkan berpotensi menimbulkan keluhan kesehatan dan penyakit akibat kerja.3

International Labor Organization (ILO) menyatakan terdapat 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik akibat kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. ILO mencatat angka kematian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.4

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa salah satu faktor risiko pekerjaan secara global untuk jumlah kesakitan dan kematian adalah nyeri punggung bawah sebesar 37%, yang merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi dan pekerja di Indonesia memiliki gangguan kesehatan yang erat hubungannya dengan gangguan muskuloskeletal. Salah satu gangguan muskuloskeletal yang menjadi masalah tersering bagi kesehatan adalah low back pain.5,6

Low back pain (LBP) merupakan suatu gejala nyeri pada punggung bagian bawah dan merupakan

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 work related musculoskeletal

disorders.7 Nyeri ini dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler ataupun keduanya yang terasa diantara sudut iga terbawah hingga lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.8,9 Ada beberapa faktor penyebab timbulnya keluhan

LBP yang berhubungan dengan posisi kerja. Penyebab LBP yang paling umum adalah keregangan otot atau posisi tubuh yang tidak tepat, kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif.7

LBP merupakan penyebab utama pembatasan aktivitas dan absennya pekerjaan di sebagian besar dunia, dan hal ini menyebabkan beban ekonomi yang sangat besar pada

individu, keluarga, masyarakat, industri maupun pemerintah.10

Prevalensi penyakit muskuloskeletal, termasuk LBP di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diganosis atau gejala yaitu 24,7%.11

Dilihat dari data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan yang melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukkan keluhan LBP dialami oleh 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% pengrajin wayang kulit di Yogyakarta, 18%

pengrajin onix di Jawa Barat, 16%

penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% pengrajin sepatu di Bogor, dan 8% pengrajin kuningan di Jawa Tengah.

Sedangkan pengrajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta memiliki keluhan LBP yang tertinggi dengan masing-masing 76,7% dan

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 41%.12 Data jumlah penderita nyeri

punggung bawah di Kalimantan Barat khususnya di RSUD dr. Soedarso Pontianak didapatkan bahwa pada tahun 2010 sebanyak 189 kasus, tahun 2011 sebanyak 63 kasus dan tahun 2012 sebanyak 959 kasus.13

Provinsi Kalimantan Barat memiliki banyak perusahaan yang bergerak dibidang industri, salah satunya adalah industri karet. PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang industri karet besar di Pontianak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada saat kunjungan kesehatan ke perusahaan, jumlah pekerja di PT. X sebanyak 180 pekerja dengan aktivitas pekerja masih manual dengan tangan sehingga berisiko untuk menyebabkan terjadinya LBP. Beberapa proses pekerjaan yang masih manual menggunakan tangan diantaranya, pembersihan, kontaminasi, penggantungan, pengeringan, gerobak

gulungan karet, dan pengemasan.

Kegiatan yang dilakukan dengan berulang-ulang, membungkuk, memutar, mendorong serta beban yang diangkat berlebihan tersebut juga ditambah dengan posisi kerja yang salah membuat ketegangan pada otot sehingga para pekerja semakin berisiko mengalami LBP.

Penelitian sebelumnya menyatakan terdapat hubungan yang cukup signifikan antara posisi kerja pada pekerja industri batu bata dengan risiko kejadian LBP.14 Penelitian lain yang dilakukan oleh Irawan juga menyatakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan antara posisi kerja dengan terjadinya low back pain pada pekerja di Kampung Sepatu.15 Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai LBP di PT. X Pontianak, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut.

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 METODE

Penelitian ini dilakukan di PT. X Pontianak pada bulan September 2017.

Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis primer berupa pemeriksaan fisik untuk memeriksa LBP dan observasi langsung pada saat kerja untuk menilai posisi kerja dengan metode OWAS serta data sekunder berupa data mengenai jumlah dan masa kerja dari responden.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pekerja karet bagian produksi di PT. X Pontianak. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling.

Jumlah sampel sebanyak 36 orang.

Analisis data yang digunakan menggunakan uji Chi square.

HASIL

Karakteristik Responden Usia

Gambaran usia responden pada penelitian ini didapatkan bahwa variabel usia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok umur 20-29 tahun dan 30-40 tahun. Dari pembagian kelompok usia tersebut didapatkan bahwa sebagian besar responden dari penelitian ini memiliki usia antara 30-40 tahun yaitu sebanyak 25 orang (59,44 %), dibandingkan usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 11 orang (30,56 %).

Masa Kerja Responden

Gambaran masa kerja responden pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja 6-10 tahun dengan jumlah 23 orang (63,89%), selanjutnya 11-15 tahun sebanyak 8 orang (22,22%) dan 16-20 tahun sebanyak 5 orang (13,89%).

Bagian Pekerjaan

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 Setiap bagian pekerjaan

responden di bidang produksi diambil sama rata yaitu 6 orang tiap bagian.

Adapun bagiannya meliputi penggantungan, gerobak gulungan, pengeringan, pembersihan, pengemasan dan kontaminasi.

Analisis Univariat

Analisis Posisi Kerja Responden berdasarkan Bagian Pekerjaan

Posisi kerja dibagi menjadi 2 kategori, yaitu posisi kerja dengan risiko rendah cedera dan risiko tinggi cedera. Hasil pengamatan dan analisis bagian pekerjaan terkait risiko kerja didapatkan sebanyak 12 orang (33,3%) menggunakan posisi kerja dengan risiko rendah cedera, yaitu pada bagian pembersihan dan kontaminasi. Posisi kerja dengan risiko tinggi cedera didapatkan pada 24 orang (66,7%) di bagian penggantungan, pengeringan, gerobak gulungan karet, dan pengemasan.

Gambaran Low Back Pain Responden Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, sebagian besar responden memiliki LBP positif (+) sebanyak 27 orang (75%), sedangkan responden yang memiliki LBP negatif (- ) sebanyak 9 orang (25%).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada pekerja karet bagian produksi di PT. X Pontianak.

Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi square.

Uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi square didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada pekerja karet bagian produksi di PT. X Pontianak.

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Kelompok usia terbanyak menurut tabel 1 adalah kelompok dengan umur 30-40 tahun yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 69,44% sedangkan kelompok usia 20- 29 terdiri atas 11 orang dengan persentase 30,56%. Umur merupakan salah satu faktor yang memiliki peran yang cukup untuk menyebabkan peningkatan risiko keluhan LBP pada pekerja karet bagian produksi PT. X.

Umur merupakan salah satu faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh manusia.16

Semakin bertambahnya usia berarti manusia atau dalam hal ini para pekerja menjadi rentan untuk mengalami peningkatan risiko gangguan muskuloskeletal.17 Hal itu terjadi karena semakin bertambahnya usia maka semakin menurun kemampuan fisik dan terjadi perubahan

hormonal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya LBP.18

Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan risiko penyakit muskuloskeletal, khususnya LBP.

Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP.19

Distribusi masa kerja responden pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja 6-10 tahun yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase 63,89%.

Hal ini sejalan dengan penelitian Margarini yang menyatakan bahwa seseorang yang bekerja lebih dari 5 tahun meningkatkan risiko terjadinya LBP dibandingkan seseorang yang bekerja kurang dari 5 tahun. Hal ini

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 dapat terjadinya karena pembebanan

tulang belakang dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang di mana dapat menyebabkan nyeri punggung bawah kronis.20

Analisis Univariat

Risiko cedera akibat posisi kerja dibagi menjadi dua, yaitu posisi kerja dengan risiko rendah cedera dan posisi kerja dengan risiko tinggi kerja. Posisi kerja dengan risiko rendah ditemukan pada 2 bagian yaitu pada bagian pekerjaan pembersihan dan kontaminasi. Skor OWAS untuk kedua bagian tersebut adalah 1 yang artinya digolongkan ke posisi kerja dengan risiko rendah cedera.

Dari kedua bagian tersebut, dapat dilihat bahwa posisi punggung saat bekerja lurus, tangan berada dibawah bahu, kaki lurus dan beban <

10 kg. Titik berat tubuh manusi terletak

kira-kira setinggi sepertiga bagian atas tulang sacrum, kalau tubuh dalam posisi berdiri tegak, posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun. Hal serupa juga didapat oleh Delleman yang menyatakan bahwa masa kerja >4 tahun dapat menyebabkan stres disekitar area punggung bawah dan dapat meningkatkan risiko terjadinya keluhan LBP.21

Semakin rendah atau dekat letak titik berat ini terhadap bidang tumpu akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh.22 Posisi kerja dengan risiko rendah ditemukan pada 4 bagian yaitu bagian pekerjaan penggantungan, pengeringan, gerobak gulungan karet, dan pengemasan. Posisi kerja responden pada saat melakukan pekerjaan penggantungan dan pengeringan mendapat skor OWAS 2, dan pekerjaan gerobak gulungan karet dan pengemasan mendapat skor OWAS 3, sehingga keempat bagian tersebut

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 digolongkan posisi kerja dengan risiko

tinggi cedera.

Posisi kerja dengan resiko tinggi cedera kebanyakan memiliki posisi kerja yang tidak ergonomis yaitu seperti pada posisi tubuh belakang atau punggung. Pada bagian pekerjaan penggantungan, pengeringan, kontaminasi, gerobak gulungan karet dan pengemasan seluruhnya memiliki skor posisi punggung 2 yaitu, posisi punggung pada saat bekerja membungkuk/tidak lurus.

Kebiasaan seseorang seperti membungkuk dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit selain itu tulang tidak jadi lurus, otot-otot, ruas serta ligamen pun akan tertarik lebih keras.23 Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.

Otot bagian perut dan sisi depan intervertebral disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligament sisi belakang dari

intervertebral disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Biasanya posisi membungkuk juga disertai dengan mengangkat beban berat (>10 kg) yang dijumpai pada bagian bagian pekerjaan penggantungan, pengeringan, gerobak gulungan karet dan pengemasan. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian intervertebral disk akibat kelebihan beban pengangkatan.24

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian responden mengalami LBP yaitu sebanyak 29 orang (80,56%). Hal tersebut menunjukkan bahwa para pekerja lebih banyak yang merasakan keluhan LBP.

Keluhan yang dirasakan berupa rasa tidak nyaman yang ringan hingga nyeri menyakitkan pada bagian punggung bawah hingga ke tungkai

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 akibat aktivitas kerja. Gejala yang

dirasakan pada orang yang menderita LBP dapat bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, rasa kaku, tertusuk, nyeri tajam, pegal linu, hingga kelemahan pada tungkai.25 Smeltzer menyatakan bahwa kebanyakan LBP disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal misalnya regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, stenosis tulang belakang masalah diskus invertebralis, maupun ketidaksamaan panjang tungkai. LBP menimbulkan rasa nyeri yang mengakibatkan penderitanya akan kesulitan dan terganggu dalam melakukan berbagai aktifitas, misalnya dalam bekerja.26

Analisis Bivariat

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi square dengan hasil analisis didapatkan nilai p=0,000. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada subjek penelitian (p<0,05).

Adanya hubungan antara posisi kerja terhadap keluhan LBP sudah terbukti pada beberapa penelitian.

Penelitian yang dilakukan Trie (2014) mengenai posisi kerja dan LBP menyatakan bahwa terdapat hubungan antara posisi kerja terhadap LBP pada penjahit di Pasar Sentral Kota Makassar dengan nilai signifikansi 0,00.27 Begitu pula penelitian yang dilakukan Erwin (2015) yang menyatakan bahwa dari kelompok posisi kerja yang buruk, sebanyak 18 orang atau 85,7%

mengalami risiko tinggi LBP dari jumlah total 21 pekerja dengan posisi buruk.28 Irawan pada tahun 2014 juga menyatakan bahwa posisi kerja memang memiliki pengaruh terhadap kejadian LBP.29

Adanya hubungan antara posisi bekerja pada pekerja karet bagian produksi di PT. X Pontianak terhadap LBP dikarenakan posisi bekerja yang

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 salah atau tidak ergonomi akan

menyebabkan kelainan struktur anatomi normal tubuh yang akan mengakibatkan masalah struktur dan peregangan berlebihan pada otot-otot, yang berakibat pada timbulnya LBP.

Penyebab LBP yaitu adanya penekanan pada susunan saraf pusat di daerah pinggang atau punggung sebelah bawah, dengan kata lain sarafnya berada pada posisi terjepit, sehingga otot mengalami spasme. Spasme yang terjadi karena gerakan pinggang yang terlalu mendadak atau berlebihan melampaui kekuatan otot tersebut. Saat mengangkat beban berat dan dalam frekuensi yang lama otot disekitar lumbosakral memberikan beban yang berat sehingga jika sudah melampaui dari otot inilah yang menyebabkan nyeri.26

Dalam penelitian ini, LBP berkaitan erat dengan faktor resiko berupa posisi kerja. Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan

gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang yang salah, gerakan berulang, posisi atau sikap salah pada tubuh selama bekerja, getaran, dan gerakan yang berulang.

Seorang pekerja yang melakukan satu gerakan yang berulang-ulang (repetitive motions), melakukan pekerjaan fisik berat, mengalami stress mekanik, atau berada pada posisi statis dalam waktu yang lama maupun vibrasi setempat akan menyebabkan inflamasi tendon, insersio, dan persendian sehingga dapat menjepit saraf dan akhirnya timbullah keluhan nyeri, kelemahan/kerusakan (impairment), dan kerusakan fisik.30

Posisi kerja dengan resiko tinggi cedera pada penelitian ini kebanyakan memiliki posisi kerja yang tidak ergonomis yaitu seperti pada posisi tubuh belakang atau punggung. Pada bagian pekerjaan penggantungan, pengeringan, kontaminasi, gerobak gulungan karet dan pengemasan

(12)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 seluruhnya memiliki posisi punggung

yang membungkuk/tidak lurus saat bekerja.

Posisi membungkuk menurut Kurniawidjaja (2012) merupakan salah satu posisi janggal yakni posisi bagian tubuh yang menyimpang dari posisi netral, deviasi yang signifikan terhadap posisi normal ini akan meningkatkan beban kerja otot sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan lebih besar, diakibatkan transfer tenaga dari otot ke sistem tulang rangka tidak efisien.

Posisi kerja yang buruk jelas akan menyebabkan beban postural yang berat. Jika beban postural ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan postural strain yang merupakan beban mekanik statis bagi otot. Kondisi ini akan mengurangi aliran darah ke otot sehingga terjadi gangguan keseimbangan kimia di otot yang bermuara kepada terjadinya kelelahan otot. Kondisi seperti ini akan

menimbulkan gangguan

muskuloskeletal seperti LBP.

Posisi membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama akan memicu proses adaptasi posisi yang berkontribusi terhadap terjadinya pembebanan abnormal pada tepi anterior dari korpus vertebra.

Pembebanan ini ditransmisikan pada seluruh segmen tulang belakang termasuk di dalamnya diskus intervertebralis. Pembebanan anterior ini menyebabkan kerobekan pada struktur lamellar dari annulus fibrosus.

Kerobekan ini kemudian digantikan oleh sel-sel fibroblast yang berdampak pada proliferasi jaringan fibrosus. Hal ini menurunkan kemampuan tension serabut annulus fibrosus, menyebabkan adanya protrusi nucleus pulposus yang kemudian akan menekan struktur dibagian belakang diskus dan menyebabkan LBP.

Posisi membungkuk juga disertai dengan mengangkat beban berat

(13)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 (>10 kg) yang dijumpai pada bagian

bagian pekerjaan penggantungan, pengeringan, gerobak gulungan karet dan pengemasan. Pekerja yang bekerja mengangkat dan membawa beban berat setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami penekanan sehingga lama kelamaan posisi tubuhnya akan berubah. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban, cara bekerja di dalam waktu lama dengan sikap yang salah (tidak ergonomi), dapat menyebabkan nyeri pinggang yang kronis.31 Menurut Ayuningtyas (2012) beban yang berlebihan pada punggung akan meningkatkan tekanan di diskus intervetebralis. Tekanan yang berlebihan menyebabkan ruang diantara diskus vertebralis menyempit. Hal ini akan memperbesar kemungkinan terjepitnya serabut saraf yang keluar dari foramen intervertebrata dan pembuluh darah kecil yang

memperdarahi daerah lumbal, sehingga dapat menyebabkan kelelahan otot dan terjadilah nyeri.32

KESIMPULAN

1. Karakteristik pekerja bagian produksi PT. X Pontianak yaitu:

a. Kelompok usia pekerja yang paling banyak yaitu usia antara 30-40 tahun (59,44 %).

b. Kelompok masa kerja yang paling banyak yaitu 6-10 tahun (63,89%).

2. Sebagian besar pekerja pada bagian produksi PT. X memiliki posisi kerja dengan resiko tinggi cedera (66,7%).

3. Sebagian besar pekerja pada bagian produksi PT.X memiliki LBP positif (+) sebanyak 27 orang (75%), sedangkan responden yang memiliki LBP negatif (-) sebanyak 9 orang (25%).

4. Terdapat hubungan antara posisi kerja terhadap low back pain pada

(14)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018 pekerja karet bagian produksi di

PT. X Pontianak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Friend M., Kohn J. Fundamental of Occupational Safety and Helath. Fourth Edition.

Government Institutes. Lanham, Maryland. Toronto. 4th ed.

Toronto: Government institute;

2007.

2. Buchari. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja.

Medan: USU; 2007.

3. Anies. Kedokteran okupasi, berbagai penyakit akibat kuerja dan upaya penanggulangan dari aspek kedokteran. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media; 2014.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta:

Kemenkes RI; 2014.

5. Zulfiqor M, Taufik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoscletal disorder pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 [skripsi]. Jakarta: Program Studi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2010.

6. Riyadina. Keluhan nyeri muskuloskeletal pada pekerja industri di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta. 1st ed. Vol. 58.

Jakarta: Majalh Kedokteran Indonesia; 2008. 8-12 p.

7. Widyastuti R. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat

terhadap kelelahan

muskuloskeletal. Vol. 2. Gema Teknik; 2009. 28-29 p.

8. Wagiu A. Pendekatan Diagnosis Low Back Pain (LBP). Available from:

www.neurology.multiply.com/jo urnal/item/24

9. World Health Organisation. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization.

2003;81:671–6.

10. Duthey B. Background paper 6.24 low back pain. World Health Organization WHO ed

Prior Med Eur World ‘A Public Health Approach Innov Geneva WHO. 2013;

11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional.

Jakarta: Riskesdas; 2013.

12. Sakinah. Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batu bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap [skripsi]]. Sulawesi Selatan:

Universitas Hasanuddin; 2012.

13. Lailaini, Tuti Marinas. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di Poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak [skripsi]; 2013.

14. Rinaldi E. Hubungan posisi kerja pada pekerja industri batu bata dengan kejadian low back pain.

Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau;

2015.

15. Irawan F. Pengaruh posisi kerja terhadap kejadian low back pain pada pekerja di Kampung Sepatu, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

[Jember]: Universitas Jember;

2014.

16. Noor N. Epidemiologi edisi revisi.

Jakarta: Rineka Citra; 2008.

17. Wulandari R. Hubungan sikap kerja Duduk dan masa kerja dengan keluhan low back pain bagian administrasi PT. Telkom Solo. [Skripsi]. [Solo]:

Universitas Sebelas Maret; 2016.

18. Pratiwi M. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada penjual jamu gendong. J Promosi Kesehat Indones. 2009;4:26–32.

19. Kantana T. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta tahun 2010 [Skripsi]. [Jakarta]: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2010.

20. Margarini A. Hubungan faktor karakteristik individu, faktor ergonomis dengan keluhan subjektif musculoskeletal

(15)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 2. Mei 2018

disorders (MSDs) pada pekerja konstruksi PT. X. [Skripsi].

[Surabaya]: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga; 2014.

21. Delleman N., Haslegrave C., Chaffin D. Working postures and movements. CRC Press; 2004.

22. Bishop R., Hay J. Basketball:

The meachanics of hanging in the air. Med Sci Sport. 2009;11:274–

7.

23. Widyastoeti R. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat

terhadap kelelahan

musculosceletal. Gema Tek.

2009;2:28–9.

24. Astuti R. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat

terhadap kelelahan

muskuloskeletal. J Tek Ind Fak Tek Univ Sebel Maret Surak. 2.

25. Gempur S. Ergonomi terapan. 1st ed. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya; 2013.

26. Smeltzer, Bare. Buku ajar keperawatan medical bedah. 8th ed. Vol. 1. Jakarta: EGC; 2005.

27. Putranto H. Hubungan posisi tubuh menjahit dengan keluhan low back pain (LBP) pada penjahit di pasar sentral Kota Makassar. [skripsi]. [Makassar]:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2014.

28. Rinaldi E. Hubungan posisi kerja pada pekerja industri batu bata dengan kejadian low back pain.

[Riau]: Universitas Riau; 2015.

29. Kusuma I. Pengaruh posisi kerja terhadap kejadian low back pain pada pekerja di kampung sepatu, kelurahan Miji, kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

Jurnal IKESMA volume 10 nomor 1. [Jember]: Universitas Jember; 2014.

30. Munir. Analisis nyeri punggung bawah pada pekerja Final Packing dan Part Supply di PT.

X. [tesis]. [Jakarta]: Universitas Indonesia; 2012.

31. Tobing S., Lumban,

Tjokronegoro A.

Penatalaksanaan Nyeri Pinggang.

Jakarta: FKUI; 1986.

32. Ayuningtyas S. Hubungan antara masa kerja dan resiko terjadinya

Nyeri Punggung Bawah pada karyawan PT. Krakatau Steel di Cilegon Banten. [Solo]:

Universitas Muhamadiyah Surakarta; 2012.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN MASA KERJA DAN POSISI KERJA DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA PEMBERSIH KULIT BAWANG DI UNIT DAGANG (UD) BAWANG LANANG KELURAHAN IRINGMULYO KOTA

Simpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara lama duduk dan posisi duduk responden terhadap kejadian LBP pada penjahit konveksi di Kelurahan Way Halim Kota

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) PADA PEKERJA POSISI DUDUK BAGIAN PELINTING ROKOK TERHADAP.. PRODUKTIVITAS KERJA

Setelah melakukan penelitian hubungan posisi kerja pada pekerja industri batu bata dengan kejadian low back pain peneliti dapat menyimpulkan mayoritas responden berusia

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Posisi

Pada penelitian ini menggunakan sampel artikel jurnal dengan kriteria inklusi yaitu, membahas hubungan antara posisi duduk atau lama duduk terhadap Low Back Pain

Penelitian yang dilakukan terhadap 109 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki posisi kerja yang salah sebanyak 65 responden (59,6%) mengalami

Penyebab yang paling umum atau secara luas LBP/ nyeri punggung yaitu terjadinya peregangan pada otot atau posisi tubuh pada saat bekerja yang tidak benar, kebiasaan para pekerja