• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan antara spesifisitas penulisan diagnosis utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan antara spesifisitas penulisan diagnosis utama"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

Hasil analisis akurasi dan spesifisitas penulisan diagnosis utama DM di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang sebesar 20%, dengan akurasi kode diagnosis utama 10% dan kelayakan klaim pendanaan sebesar 20%. Hasil uji regresi logistik berganda signifikan secara statistik (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang. Variabel bebasnya adalah kekhususan dan ketepatan penulisan diagnosis utama serta ketepatan kode diagnosis utama, dan variabel terikatnya adalah klaim pendanaan.

The results showed the specificity and accuracy in writing the main diagnosis of DM cases in RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang was 20%, the accuracy of her main diagnosis code was 10% as well as funding compliance claims was 20%. Keywords: Specificity and accuracy in writing principal diagnosis, accuracy of principal diagnosis codes, claims funding.

Latar Belakang

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh jurnalis medis adalah keakuratan pemberian kode diagnosis. 3 | Pengaruh keakuratan penulisan diagnosis terhadap keakuratan pengkodean penyakit yang dilakukan oleh Hamid (2013) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keakuratan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis pada nilai p = 0,001. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Novita Yuliani di RS Islam Klaten pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 236 rekam medis yang diperiksa, persentase ketepatan kode diagnosis utama Commotio cerebri pasien rawat inap adalah 0% untuk kelas V, sedangkan persentase ketepatan kode diagnosis utama penyakit Commotio cerebri pada tanda keempat sebesar 66,52%.

Berdasarkan penelusuran pendahuluan yang dilakukan di bagian rekam medis RSJ Wediodiningrat, ditemukan bahwa pada 3 dari 5 dokumen rekam medis pasien penderita diabetes melitus, CV pasien saat pulang hanya berisi 3 digit kode diagnosis yang artinya. bahwa diagnosis akhir yang ditegakkan dokter tidak secara spesifik disertai dengan kondisi lain yang ada pada pasien, misalnya ketoasidosis penyerta, komplikasi ginjal, dan sebagainya. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pembiayaan pada kasus diabetes melitus (DM) di RSJ Wediodiningrat Lawang.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Target Luaran

Kerangka Pikir Penelitian

Konsep Rumah Sakit…

Konsep Rekam Medis

Kedua, berkaitan dengan lingkungan sekitar perawatan pasien, namun tidak berhubungan langsung secara spesifik (sekunder) (Hatta, 2011).

Penyakit Diabetes Mellitus

Selain itu, terdapat juga faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses berkembangnya DM Tipe II, yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnis tertentu. Hiperglikemia terjadi bila kadar gula darah melebihi 250 mg% dan gejala yang timbul antara lain poliuria, polidipsia pernafasan Kussmaul, mual, muntah, penurunan kesadaran bahkan koma. Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah kurang dari 60 mg% dan gejala yang terjadi adalah jantung berdebar, takikardia, mual, muntah, lemas, lapar, dan penurunan kesadaran hingga koma.

Komplikasi metabolik kronis terjadi terutama pada seluruh pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Komplikasi makrovaskular: penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit serebrovaskular, neuropati (mikro dan makrovaskular), maag atau infeksi (mikro dan makrovaskular) mudah terjadi.

Diagnosis Utama

Dalam hal ini terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM di RSJ Wediodiningrat Lawang. Selanjutnya dilakukan uji statistik terhadap hubungan antara variabel spesifisitas penulisan diagnosis utama kasus DM dengan variabel akurasi pengkodean diagnosis utama dan klaim pendanaan. Analisis deskriptif (analisis univariat), untuk mendapatkan gambaran kekhususan penulisan diagnosis utama menggunakan terminologi medis yang sesuai, keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM berdasarkan ICD-10.

Analisis korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan kebutuhan dana pada kasus DM. Ho diterima jika p-value > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan kebutuhan dana pada kasus DM. Ho ditolak jika p-value ≤ 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan kebutuhan dana pada kasus DM.

Hubungan keakuratan spesifisitas penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM. Dengan demikian, secara persentase dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel ketepatan penulisan diagnosis utama kasus DM dengan kelayakan klaim dana pengobatan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,005). . . 29 | Keakuratan kode diagnosis utama kasus DM dengan kelayakan klaim dana pengobatan, dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,005).

Hasil pengujian hubungan kekhususan penulisan diagnosis utama pada kasus DM dengan keakuratan kode diagnosis dan kelayakan klaim dana pengobatan secara bersama-sama dapat dilihat pada tabel 4.5. Hasil analisis keakuratan kekhususan penulisan diagnosis utama kasus DM di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang, menunjukkan bahwa sebagian besar (72%) dokumen rekam medis yang menuliskan diagnosis utama penyakit, tidak sesuai. spesifik. . Hubungan kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM.

Penulisan diagnosis utama DM yang tidak tepat dan tidak spesifik juga menyebabkan kode diagnosis tidak akurat. Keakuratan dan spesifisitas penulisan diagnosis utama pada kasus DM di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah 20%. Keakuratan kode diagnosis utama pada kasus DM di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah 10%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kekhususan penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama dan klaim pendanaan pada kasus DM di RSJ Wediodiningrat Lawang.

Gambar 4.1. Spesifikasi Penulisan Diagnosa Utama Penyakit DM    Dari  Gambar  4.1.  diperoleh  bahwa  dari  50  sampel  dokumen  rekam  medis  terdapat  36  dokumen    (72%)  yang  tidak  spesifik  dalam  penulisan  diagnosa  utama  penyakitnya  dan  hanya
Gambar 4.1. Spesifikasi Penulisan Diagnosa Utama Penyakit DM Dari Gambar 4.1. diperoleh bahwa dari 50 sampel dokumen rekam medis terdapat 36 dokumen (72%) yang tidak spesifik dalam penulisan diagnosa utama penyakitnya dan hanya

Jenis Dan Desain Penelitian

Bahan Dan Alat Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian …

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Kekhasan penulisan diagnosis utama adalah penulisan diagnosis pasien rawat inap dengan menggunakan terminologi kedokteran yang tepat dan rinci sesuai klasifikasi penyakit DM, oleh dokter yang merawat sebagaimana tercantum dalam rekam medis kasus diabetes melitus. Cara pengukurannya dengan memperhatikan kekhususan penulisan diagnosa utama, dengan skala pengukuran: nominal, diberi skor 2 apabila penulisan diagnosa telah menggunakan bahasa terminologi kedokteran secara tepat dan rinci, dan skor sebesar 1 jika seseorang menulis diagnosa tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan tepat dan klasifikasi DM yang rinci. Keakuratan kode diagnosis utama adalah ketepatan pemberian kode diagnosis berdasarkan ICD-10 oleh pengkode pada berkas rekam medis dengan memeriksa hasil diagnosis utama yang ditulis oleh dokter.

Cara pengukurannya adalah observasi diagnosis utama dengan skala : nominal yaitu skor 2 jika penentuan diagnosis utama tepat sesuai kaidah ICD-10 dan skor 1 jika penentuan kode diagnosis tidak sesuai dengan aturan ICD-10. Klaim pendanaan adalah sejumlah biaya yang dibebankan kepada pasien berdasarkan diagnosa penyakit yang diderita pasien pada saat pulang (keluar dari rumah sakit). Cara pengukurannya adalah dengan memeriksa besarnya biaya yang telah ditentukan terhadap biaya yang seharusnya dibebankan berdasarkan kekhususan diagnosis utama yang benar dan kode yang benar.

Skala pengukuran: nominal yaitu skor 2 diberikan jika biaya yang ditentukan sesuai dengan kekhususan diagnosis utama dan kode akurat, dan skor 1 jika biaya yang ditentukan tidak sesuai dengan kekhususan diagnosis utama dan kode akurat.

Populasi, Sampel Penelitian, Tehnik Sampling, Besar

Tahap Penelitian

Metode Analisis

Pada analisis univariat untuk menilai keakuratan kekhususan penulisan diagnosis utama kasus DM dapat dilihat dari diagram lingkaran pada Gambar 4.1. Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa kode diagnosis utama yang tidak akurat lebih besar kemungkinannya mengakibatkan ketidaksesuaian klaim biaya (88,9%) dibandingkan dengan kode diagnosis utama yang akurat (0%). Jadi secara persentase dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel ketepatan penulisan spesifisitas penulisan diagnosis utama kasus DM dengan ketepatan kode diagnosis utama kasus DM, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 ( p <0,005).

Berdasarkan uji regresi logistik berganda, nilai p-value kedua variabel dependen yaitu spesifisitas diagnosis utama (0,001) dan keakuratan kode diagnosis utama (0,000) berada di bawah 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama kasus penyakit DM dengan. Sedangkan nilai Nagelkerke R Square diperoleh sebesar 0,518 yang berarti kelayakan klaim pendanaan dapat dijelaskan oleh kekhususan penulisan diagnosis utama pada kasus DM dan keakuratan kode diagnosis sebesar 51,8. Misalnya: apabila pasien hanya menderita DM tipe I tanpa komplikasi, maka dalam CV medis pasien untuk penulisan diagnosis utama harus ditulis secara khusus yaitu Diabetes Melitus Ketergantungan Insulin Tanpa Komplikasi.

Selain itu, penulisan diagnosis primer yang tidak spesifik dan tidak akurat akan mengakibatkan laporan data morbiditas dan mortalitas rumah sakit menjadi tidak valid. Hasil analisis keakuratan kode diagnostik menunjukkan bahwa tingkat keakuratan kode diagnostik kasus DM di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang masih sangat rendah (10%). Hasil analisis kelayakan klaim pembiayaan kasus DM di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang menunjukkan 40 dokumen (80%) tidak sesuai dengan klaim pembiayaan berdasarkan episode pengobatan.

Berdasarkan hasil uji statistik dua arah terbukti terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama pada kasus DM dengan kecukupan klaim dana pengobatan, antara keakuratan kode diagnosis utama DM. kasus dan kecukupan klaim dana pengobatan serta antara kekhususan penulisan diagnosis utama pada kasus DM dengan keakuratan kode diagnosis kasus DM utama dengan nilai signifikansi masing-masing p<0,05. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa jika dokter salah menuliskan diagnosis utama penyakitnya, maka klaim pembiayaan perawatan pasien yang diterima rumah sakit juga tidak akan sesuai dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan rumah sakit. Kode diagnosis primer DM yang salah juga akan mengakibatkan klaim pendanaan yang tidak tepat, yang mungkin lebih rendah atau bahkan lebih tinggi.

Berdasarkan hasil uji multivariat dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama kasus DM dengan keakuratan kode diagnosis utama DM dan kelayakan permohonan pembiayaan episode DM. pengobatan dengan nilai signifikansi (p) < 0,05 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,518 yang berarti dapat menjelaskan hubungan antara kekhususan penulisan diagnosis utama pada kasus diabetes dengan keakuratan kode diagnosis dan diagnosis. kesesuaian pendanaan. klaimnya adalah 51,8. Penulisan diagnosis pokok yang tidak akurat dan spesifik menyebabkan penetapan kode diagnosis menjadi tidak akurat sehingga menyebabkan klaim dana pengobatan tidak memadai. Kelayakan permohonan pendanaan dengan episode pengobatan pada kasus diabetes di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah 20%, dengan selisih permohonan pendanaan sebesar Rp.

Kemudian dilakukan investigasi terhadap kekhususan penulisan diagnosis utama kasus DM pada setiap dokumen rekam medis berdasarkan terminologi medis yang sesuai dan spesifik, dan dilakukan scoring.

Gambar

Gambar 4.1. Spesifikasi Penulisan Diagnosa Utama Penyakit DM    Dari  Gambar  4.1.  diperoleh  bahwa  dari  50  sampel  dokumen  rekam  medis  terdapat  36  dokumen    (72%)  yang  tidak  spesifik  dalam  penulisan  diagnosa  utama  penyakitnya  dan  hanya
Gambar 4.2. Keakuratan Kode Diagnosa Utama Penyakit DM
Gambar 4.3. Kesesuaian Klaim Pembiayaan
Tabel  4.2.  Hubungan  Keakuratan  Kode  Diagnosa  Utama  Dengan  Kesesuaian Klaim Biaya
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Partiendo de un enfoque mentalista, describe el proceso de aprendizaje como el fruto de una cadena lógica de suposiciones o hipótesis sobre la L, que el aprendiz comprueba, unas veces