HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES NARAPIDANA DI LPKA KELAS I MARTAPURA
The Relationship Between Family Support With Stress Level Of Prison In Institutions Special Development Of Martapura Class I Children
Muhammad Syahradhani1, Meilya Farika Indah2, Agus Jalpi3
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
ABSTRACT
The condition of a prisoner who is serving a sentence tends to experience depression, because he feels anxious while in the Special Children's Prison. One solution is to increase the role of the family through family support, which is hoped that the stress experienced by prisoners will be reduced or closer to normal. In the study, the purpose was to determine the relationship between family support and stress levels in prisoners at the Martapura Class I Special Development Institution. This study used a cross sectional design. The sampling technique was total sampling with a sample size of 58 people using a measuring instrument questionnaire and interview research methods, data analysis using the Chi Square test. The results showed that most respondents had a moderate stress level as many as 21 respondents (36.2%) and most of them had family support in the supportive category as many as 38 respondents (65.5%). Based on the statistical test, it was found that there was a relationship between family support and stress levels (p value = 0.001) in prisoners at the Martapura Class I Special Development Institution.
Respondents can do activities to reduce stress, for families to provide more family support to reduce stress on prisoners, and for LPKA to provide religious guidance and other activities for child prisoners.
Keywords : Stress Level, Family Support
ABSTRAK
Kondisi seorang narapidana yang menjalani masa hukuman kecenderungan mengalami depresi, karena timbul perasaan cemas selama berada di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak. Salah satu solusi yaitu dengan meningkatkan peran keluarga melalui dukungan keluarga yang diharapkan stres yang dialami narapidana berkurang atau mendekati normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura. Penelitian dengan desain cross sectional. Teknik sampel yaitu total sampling dengan jumlah sampel 58 orang menggunakan alat ukur kuesioner dan metode penelitian wawancara, analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat stress sedang sebanyak 21 responden (36,2%) dan sebagian besar memiliki dukungan keluarga kategori mendukung sebanyak 38 responden (65,5%). Berdasarkan uji statistic didapatkan ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres (p value = 0,001) pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura. Bagi responden dapat melakukan kesibukan untuk mengurangi stress, bagi keluarga dapat memberikan dukungan keluarga lebih lagi untuk mengurangi stress pada narapidana, dan bagi LPKA dapat memberikan pembinaan agama dan kesibukan lain bagi narapidana anak.
Kata kunci : Tingkat Stres, Dukungan Keluarga
PENDAHULUAN
Terdapat lebih dari 10 juta narapidanadan tahanan di penjara di seluruh dunia di antaranya 2,3 juta di Amerika Serikat, 1,6 juta di penjara Cina dan 0,9 juta di Rusia.
Jumlah narapidana maupun tahanan selalu mengalami peningkatan yaitu lebih dari dua per tiga di negara seluruh dunia dimana hal tersebut terjadi dalam beberapa dekade terakhir, serta lebih besar yaitu lebih dari satu juta tahun 2006 sampai 2008. Jumlah ini memberikan masalah baru bagi kesehatan dunia, dimana sebagian besar masalah kesehatan juga terjadi ppada narapidana Palutturi, 2014).
Adapun jumlah tahanan dan narapidana pada Rutan dan Lapas nasional tahun 2013-2017 yaitu pada tahun 2013 jumlah tahanan sebanyak 51.395 dan narapida sebanyak 108.668 dengan jumlah keseluruhan sebanyak 160.063. Pada tahun 2014 jumlah tahanan 52.935 dan narapidana 110.069 total 163.404. Tahun 2015 jumlah tahanan 57.547 dan narapidana 119.207 total 176.754 . Tahun 2016 jumlah tahanan 65.554 dan narapidana 138.997 total 204.551 dan pada tahun 2017 jumlah tahanan sebanyak 70.739 dan narapidana sebanyak 161.324 dengan jumlah keseluruhan sebanyak 232.081 (Kemenkumham RI, 2017).
Jumlah Tahanan di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2018 sebanyak 1,740 dan narapidana sebanyak 6,996 orang dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan dengan jumlah tahanan sebanyak 1,973 dan narapidana mengalami penurunan dengan jumlah 6,993 orang (Kemenkumham RI, 2019).
LPKA Kelas I Martapura adalah Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Permasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, LPKA Kelas I Martapura mempunyai tugas melaksanakan permasyarakatan terhadap Anak Didik Permasyarakatan (Andikpas)/Warga Binaan Permasyarakatan (WBP). Berdasarkan data yang didapatkan dari LPKA Kelas I Martapura bahwa jumlah tahanan dan narapidana anak per Maret 2020 sebanyak 58 orang anak. Narapidana yang menghuni LPKA Kelas I Martapura tersebut melakukan pelanggaran norma hukum dengan berbagai jenis pasal yang didakwakan diantaranya ketertiban, mata uang, kesusilaan, perjudian, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan, dan narkotik.
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya (Undang-Undang No.23 Tentang Perlindungan Anak, 2002).
Adapaun solusi untuk mengatasi stres yang dialami narapidana salah satunya adalah dengan meningkatkan peran keluarga melalui dukungan keluarga.
Dengan meningkatkan dukungan keluarga, diharapkan stres yang dialami narapidana berkurang atau mendekati normal.
Narapidana di lapas membutuhkan motivasi agar terhindar dari stres seperti memotivasi seorang narapidana oleh keluarga atau orang terdekat. Strategi pencegahan stres yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pada pencegahan tersier dengan menangani dampak stres yang terlanjur ada, meminta bantuan dukungan sosial (social- network) atau bantuan profesional, keluarga berperan sebagai jaringan suportif (Gunarya, 2008). Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian cross sectional, dimana peneliti mempelajari hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura tahun 2020.
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian tahanan dan narapidana di LPKA Kelas I Martapura, dengan menggunakan teknik total sampling yaitu adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi, hal ini disebabkan karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 58 orang.
Analisis data menggunakan uji chi-square.
Penelitian ini dilakukan di LPKA Kelas I Martapura yang beralamat di Jl.
Pintu Air, Tanjung Darat, Kecamatan Martapura, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2020..
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distrubusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Stres pada Narapidana Anak di LPKA Kelas I Martapura Tahun 2020
Tingkat Stres n %
Ringan 18 31,0
Sedang 21 36,2
Berat 13 22,4
Sangat Berat 6 10,3
Total 58 100
Berdasarkan Tabel 1. menunjukan bahwa tingkat stress sedang sebanyak 21 responden (36,2%), tingkat stress ringan sebanyak 18 responden (31,0%), tingkat stress berat sebanyak 13 responden (22,4%), dan tingkat stress sangat berat sebanyak 6 responden (10,3%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Keluarga pada Narapidana Anak di LPKA Kelas I Martapura Tahun 2020
Dukungan Keluarga
n %
Mendukung 38 65,5
Tidak Mendukung 20 34,5
Total 58 100
Berdasarkan Tabel 2. menunjukan bahwa hubungan keluarga yang mendukung sebanyak 38 responden (65,5%) dan dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 20 responden (34,5%).
Tabel 3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stress pada Narapidana Anak di LPKA Kelas I Martapura tahun 2020
Dukungan Keluarga
Tingkat Stres Total
Ringan Sedang Berat Sangat Berat
n % n % n % n % N %
Mendukung 18 47,3 13 34,2 4 10,5 3 7,9 38 100 Tidak Mendukung 0 0 8 40,0 9 45,0 3 15,0 20 100 Total 18 47,3 21 74,2 13 55,5 9 22,9 58 100
p-value = 0,001
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 58 responden, terdapat responden dengan dukungan keluarga yang mendukung dan tingkat stress ringan sebanyak 18 responden (47,3%), responden dengan dukungan keluarga yang mendukung dan tingkat stress ringan sebanyak 18 dengan tingkat stress sedang sebanyak 13 responden (34,2%), dan responden dengan dukungan keluarga yang mendukung dan tingkat stress ringan sebanyak 18 dengan tingkat stress berat sebanyak 4 responden (10,5%). Responden dengan dukungan keluarga yang tidak mendukung dan tingkat stress ringan sebanyak 18 dengan tingkat stress sedang sebanyak 8 responden (40,0%) dan responden dengan dukungan keluarga yang tidak mendukung dan tingkat stress ringan sebanyak 18 dengan tingkat stress berat sebanyak 3 responden (15,0%). Hasil statistik menggunakan uji chi square di peroleh nilai p-value = 0,001 < = 0,05 artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura.
PEMBAHASAN 1. Tingkat Stres
Menurut WHO (2003), stres adalah respon atau reaksi tubuh manusia terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Dalam penelitian ini, tingkat stress terbanyak berada pada stress sedang. Menurut Potter & Perry (2010), stres sedang berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Fase tersebut ditandai dengan adanya perasaan waspada, focus tertuju pada beberapa indera yaitu penglihatan dan pendengaran, terjadi peningkatan persaan tegang yang terjadi dalam suatu batas toleransi, serta tidak bisa mengatasi suatu situasi yang akan mempengaruhi dirinya (Suzanne, 2008).
Sebagian besar narapidana anak sering merasa sedih, sering merasa gagal saat mengingat masa lalunya, sering merasa ingin menangis tapi tidak bias, dan nafsu makan tidak seperti biasanya. Hal tersebut yang membuat responden masuk dalam kategori stress sedang
2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu proses dimana terjadi disepanjang masa kehidupan seseorang, dimana sifat dan jenis dukungan selalu berbeda tergantung dengan tahap siklus kehidupan manusia. (Friedman, 2010).
Dalam penelitian ini, narapidana anak sebagian besar mendapat dukungan keluarga selama mereka menjalani hukuman di LPKA Kelas I Martapura, baik dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi/pengetahuan, dan dukungan penghargaan. Wills (1985) dalam Friedman (2013), mengatakan bahwa efek penyangga seperti dukungan sosial yang mampu menahan efek negatif yang berakibat ganguan kesehatan) dan efek utama seperti dukungan sosial yang diberikan langsung karena gangguan kesehatan).
Sebenarnya efek penyangga maupun utama pada dukungan sosial yang berpengaruh dalam kesehatan serta kesejahteraan dapat berfungsi secara bersamaan.
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stres
Stress adalah reaksi respon tubuh terhadap stressor psikolsosial (tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Menurut Suliswati (2005) mengatakan bahwa stress merupakan suatu gangguan pada tubuh dan mental seseorang dimana disebabkan karena tuntutan kehidupan, sedangkan stress juga dapat terjadi dimana saat keadaan tidak terdapat tuntutan dan menjadikan seseorang bosan atau frustasi. Hawari (20019) mengatakan, terdapat beberapa penyebab stress yaitu perkawinan, pekerjaan, masalah orang tua, hubungan inpersonal, lingkungan hidup, keuangan, hokum, perkembangan, penyakit/cidera, faktor keluarga serta trauma.
Menurut Stuart (2005) sumber koping untuk mengatasi stress bias berasal dari kemampuan dan bakat, motivasi, dukunga social, asset materi.
Dukungan social berarti mampu memecahkan masalah dengan melibatkan orang lain, bekerjasama dan mencari dukungan dari orang lain dan memberikan control social yang lebih besar pada individu. Dukungan social bisa didapatkan dari keluarga melalui
dukungan keluarga.
Dukunagn keluarga yang baik terbukti sangat menurunkan mortalitas, sehinggaseseoranga akan lebih cepat untuk sembuh dari penyakitnya, serta meningkatkan fungsi kesehatan emosi, fisik pada kognitif, dan fisik seseorang.
(Friedman, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukma dan Panjaitan (2018) tentang dukungan social dan hubungannya dengan tingkat depresi pada narapidana anak. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi padanarapidana anak di LPKA tahun 2018 dengan nilai p- value yaitu 0,022 (p- value ≤ 0,05). Narapidana anak memiliki kebutuhan akan dukungan sosial baik berupa emosional seperti sebuah ekspresi empati dan perhatian yang hanya pada orang.
Pembatasan interaksi antara narapi dan anak dengan orang tua dapat menyebabkan anak menunjukkan tanda- tanda depresi, karena keluarga berfungsi sebagai tempat pelabuhan atau istirahat, pemulihan dan membantu penguasaan emosional. Dengan meningkatkan suatu dukungan sosial, skrining terhadap kesehatan mental seseorang, melakukan terapi pada kognitif, dan terapi pada psikoedukasi menjadi sarana sebagai salah satu upaya dalam mempertahankan status kesehatan mental seseorang dan mampu mencegah juga menangani depresi pada narapidana anak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat stress pada narapidana anak di LPKA Kelas I Martapura sebagian besar adalah tingkat stress sedang sebanyak 21 responden (36,2%).
2. Dukungan keluarga pada narapidana anak di LPKA Kelas I Martapura sebagian besar adalah mendapat dukungan keluarga sebanyak 38 responden (65,5%).
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada narapidana di LPKA Kelas I Martapura diperoleh nilai (p- value = 0,001).
DAFTAR PUSTAKA
Adiprada, Nugroho. 2019. Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Anak Di LPKA Kelas IA Tangerang. Jurnal Perkotaan, Vol.
11 No.1.:
http://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/per kotaan/article/download/703/402/ (diakses pada 11 Maret 2020)
Adriawati, Siti. 2012, Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Narapidana Menghadapi Masa Depan diLembaga Pemasyarakatan Wanita Malang, Malang:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahin http://etheses.uin- malang.ac.id/2212/ (diakses pada 11 Maret 2020)
Akhmadi. 2009. Dukungan Keluarga. Jakarta:
Salemba Medika
Ali. 2010. Konsep Dukungan Keluarga. Jakarta:
Salemba Medika
Alimul, Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Amin, S.M. & Al-Fandi, H. 2007. Kenapa Harus Stres: Terapi Stres Ala Islam. Jakarta:
Amzah.
Brecht, G. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres. Jakarta: Prenhallindo
Burgess, E.W & Locke, H.J. 1962. The Family from Instituation to Companionship. New York: American Book Company
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Christine. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah Terhadap Pemasangan Intravena Di Rumah Sakit Advent Medan. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara :
http://repository.usu.ac.id/handle/12345678 9/2419 (diakses pada 12 Maret 2020) Damayanti, M. 2008. Komunikasi Teraupetik
Dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Adama.
Dermawan, D. 2008. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Erdiana, Yuyun. 2015. Dukungan Keluarga
Dalam kunjungan Lansia Di posyandu lansia Di Desa Karang lolor Kecamatan Sukerejo Kabupaten Ponorogo. KTI.
Program studi D III Keperawatan Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo :
http://eprints.umpo.ac.id/2278/ (diakses pada 20 Februari 2020)
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan Praktek. Jakarta:
EGC.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik; Jakarta:
EGC
Friedman. 2013. Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Gunarya, Arlina. 2008. Manajemen Stres, Modul M D08. Makassar: TOT Basic Study Skills Hawari, Dadang. 2009. Pendekatan Holistik Pada
Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Herbert.1996. Measurement Issues in Research
on Psychosocial Stres.dalamPsychosocial Stres: Perspectives onStructure, Theory, Life-course, and Methods.H. B. Kaplan (ed.). New York: Academic Press Inc Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar ilmu
keperawatan anak, Edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Ibung, D. 2008. Stres Pada Anak (Usia 6-12 Tahun). Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kaplan & Sadock. 2002. Sinopsis psikiatri jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Mardhiyah, Ai. 2018. Skrining perilaku Remaja di LPKA (LPKA) Kelas II Bandung. Jurnal Keperawatan Komprehensif. Vol. 4, No. 1, pp 32-40 : http://journal.stikep- ppnijabar.ac.id/index.php/jkk/article/downlo ad/96/96&ved (diakses pada 15 Maret 2020)
Mardiana, Y. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia dan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di RW 01 Kunciran Tangerang.
Jakarta: Forum Ilmiah, Volume 11 No. 2 : https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/F ormil/article/view/881 (diakses pada 16 Maret 2020)
Mubarak, W. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Slemba Medika Nasir, Abdul, Muhith Abdul. 2011. Dasar –Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Palutturi, Sukri. 2014. Gambaran Mutu Pelayanan Kesehatan Narapidana Di Poliklinik Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar. Journal Hassanudin University.
Makasar :
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456 789/10470 (diakses pada 16 Maret 2020)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994. Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan. Praktik.
Edisi 4 volume 1. Jakarta: Almatsier Poernomo, Bambang. 1998. Orientasi Hukum
Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta:
Amarta
Purwati, Susi. 2012. Tingkat Stres Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Skripsi. Universitas Indonesia. Fakultas
Ilmu Keperawatan :
http://journal.unhas.ac.id/index.php/kpiunh as/article/download/9083/4692 (diakses pada 15 Februari 2020)
Rahayu, S. 2008. Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Nasional.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia
Safira, Nada. 2019. Pembinaan Mental Terhadap Narapidana Anak Kasus Pencurian di LPKA (LPKA) Kelas II Bandar Lampun. Skripsi.
UIN Lampung :
http://repository.radenintan.ac.id/7457/1/Sk ripsi%20Full.pdf (diakses pada 15 Maret 2020)
Sarafino, E.P, Smith, T.W. 2012. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.
John Wiley & Sons Inc.
Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sholichatun, Yulia. 2011. Stres dan Staretegi Coping pada Anak Didikdi Lembaga Pemasyarakatan Anak. Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam Jpi. Vol 8 No.1 : http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/psiko/article/view/1 544 (diakses pada 18 Maret 2020)
Stuart, Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Stuart, G., and Laraia, M. 2005. The Principle and Practise of Psychiatric Nursing. Elsevier Mosby: St Louis Missouri.
Stuart, G.W. 2009. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby Suci, Satria Nurul. 2017. Implementasi
Pemberian Hak Pelayanan Kesehatan Dan Makanan Yang Layak Bagi Narapidana Menurut Undang-undang No 12 Tahaun 1995 Tentang Permasyarakatan. Skripsi.
Universitas Hassanudin :
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456
789/25468 (diakses pada 17 Maret 2020) Sukma, Fitri Maharani dan Panjaitan, Ria Utami.
Dukungan Sosial Dan Hubungannya Dengan Tingkat Depresi Padanarapidana Anak. Jurnal Keperawatan. Vol 6 No. 2 : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/ar ticle/download/4443/4073 (diakses pada 16 Juli 2020)
Totok, Mardikanto, Poerwoko Soebiato. 2015.
Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992. Tentang. Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Undang-Undang Republik Indonesia No.12.
1995. Tentang Permasyarakatan
Undang-Undang Republik Indonesia N0.23.
2002. Tentang perlindungan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia No.11.
2012. Tentang sistem Peradilan Pidana Anak
Wibowo, Resnu Febri. 2018. Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Residivis Anak Oleh LPKA (LPKA). Skripsi. UIN Lampung : http://digilib.uin-suka.ac.id/31769/ (diakses pada 15 Maret 2020 )
Yulianto & Yul Ernis. 2016. LPKA Dalam Perdpektif Sistem Peradilan Pidana Anak.
Jakarta Selatan: Tim Pohon Cahaya