PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoristis
- Manfaat Praktik
TINJAUAN PUSTAKA
- Rokok
- Kandungan Rokok
- Jenis Rokok
- Darah
- Proses Pembentukan Sel Darah (Hematopoiesis)
- Eritrosit
- Hemoglobin
- Metode Untuk Menentukan Kadar Hemoglobin
- Penentuan Kadar Hemoglobin
- Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Hemoglobin
- Masalah Klinis Hemoglobin
- Analisis Data
Kadar hemoglobin meningkat selama masa kanak-kanak selama 10 tahun dan kemudian meningkat selama masa pubertas. Kadar hemoglobin pada anak laki-laki dan perempuan pada usia 6 bulan berbeda secara signifikan, dengan anak laki-laki meningkat lebih banyak daripada anak perempuan pada usia 6 bulan (Aisyah, 2018). Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah tidak normal (Makawekes, 2016).
Peningkatan kadar hemoglobin pada perokok aktif terjadi karena refleks dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berhubungan dengan hemoglobin akibat perpindahan oleh karbon monoksida yang memiliki afinitas lebih kuat. Inilah mengapa perokok pasif juga memiliki risiko kadar hemoglobin yang tidak normal dalam darahnya. Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah menyebabkan gangguan pada paru-paru dan penurunan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan anemia (Leo, 2019).
Beberapa penyakit dapat menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin dalam darah, antara lain anemia (kekurangan zat besi, aplastik, dan hemolitik), perdarahan hebat, sirosis hati, leukemia, kanker, talasemia mayor, kehamilan, dan penyakit ginjal. Beberapa golongan obat yang dapat menurunkan kadar hemoglobin dalam darah, yaitu antibiotik (kloramfenikol dan penisilin), aspirin, obat antineoplastik, trimetadin, dan vitamin A (dosis besar).
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Kerangka Konseptual
- Penjelasan Kerangka Konsep
Hipotesis (Tentatif)
Hasil pengukuran kadar hemoglobin yang diperoleh pada penelitian ini ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel. Hasil ini menunjukkan bahwa lama merokok dan frekuensi merokok secara simultan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin responden berdasarkan lama konsumsi rokok dan frekuensi rokok per hari ditunjukkan pada tabel 5.1.
Responden yang memiliki hemoglobin tinggi mengkonsumsi 16 batang rokok per hari dengan riwayat merokok 55 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara lama merokok dan frekuensi merokok dengan kadar hemoglobin darah. Berdasarkan hasil uji statistik, kontribusi lama dan frekuensi merokok terhadap nilai hemoglobin tinggi adalah 49,7%, sedangkan 50,3%.
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa seluruh responden yang memiliki kadar hemoglobin ambang batas mengkonsumsi 16 batang rokok per hari. A25 mengkonsumsi 16 batang rokok selama 36 tahun termasuk dalam kategori ambang karena asupan protein berhubungan dengan kadar hemoglobin. Responden yang mengkonsumsi 18 batang rokok per hari dan telah mengkonsumsi selama 55 tahun memiliki kadar hemoglobin yang tinggi.
Hasil uji korelasi berganda hubungan lama dan frekuensi merokok terhadap kadar hemoglobin memiliki koefisien korelasi sebesar 0,705 dan koefisien determinasi sebesar . Sumbangan lama dan frekuensi merokok terhadap kadar hemoglobin tinggi sebesar 49,7%, sedangkan 50,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam uji statistik, dapat disimpulkan bahwa durasi dan frekuensi merokok berhubungan dan signifikan dalam memperbaharui kadar hemoglobin.
Waktu paparan asap rokok versus kadar hemoglobin (Hb) pada tikus putih Wistar (Rattus norvegicus). Perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (hemoglobin) remaja menggunakan metode Sahli dan digital (Easy Touch Gchemoglobin). Pengaruh dosis paparan asap rokok terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (studi pada tikus putih jantan Wistar).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
- Tempat Penelitin
Desain Penelitian
Populasi, sampel dan sampling
- Populasi
- Sampel
- Sampling
Menurut Sugiyanto (2016), populasi menentukan pertimbangan atau kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam penelitian.
Indentifikasi Variabel
Instrumen Penelitian (Tentatif : Penelitian eksperiment)
- Alat
- Bahan
- Prosedur Penelitian
Hasil uji korelasi ganda hubungan lama dan frekuensi merokok terhadap kadar hemoglobin diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,705 dan koefisien determinasi Lampiran 5). A31 mengkonsumsi 16 batang rokok sehari dengan lama konsumsi 31 tahun dan kadar hemoglobin 17,12 g/dl termasuk dalam kategori ambang batas karena Tn. Hal ini sejalan dengan penelitian Asyraf (2010) yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin dalam darah dapat meningkat akibat merokok.
Hubungan asupan zat besi (Fe) dan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Brebes.
Prosedure Kerja
- Metode Sianmethemoglobin
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada tahap ini, data yang terkumpul diperiksa ulang kelengkapan dan kesalahannya. Coding”, yaitu mengubah data menjadi kalimat menjadi data numerik atau angka tertentu oleh peneliti secara manual untuk memudahkan analisis data. Kekuatan masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam kolom atau kotak pada lembar kode sesuai dengan variabel penelitian.
Ketika semua data dari masing-masing sumber telah diisi, dibuat tabel data tergantung pada tujuan penelitian atau apa yang diinginkan peneliti (Rinaldi, 2017). Pembersihan data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan perawatan yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pengecekan data yang berada di luar jangkauan, tidak konsisten secara logis, terdapat nilai ekstrim, data dengan nilai yang tidak ditentukan, sedangkan nilai perawatan yang hilang adalah variabel yang tidak diketahui (Notadmojo , 2013).
Analisa Data
Kerangka Kerja (Frame Work)
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah (2013) yang menemukan bahwa perokok memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel
Hasil Penelitian
- Data Penelitian
Data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel, kemudian digunakan software SPSS versi 21 untuk mengetahui apakah data yang diperoleh normal, dilanjutkan dengan uji korelasi berganda. Responden yang mengkonsumsi rokok merokok dengan frekuensi 16-18 batang per hari, dengan data 1 responden merokok 21 tahun, 1 responden merokok 22 tahun, 2 responden merokok 23 tahun, 1 responden merokok 25 tahun , 1 responden riwayat merokok 26 tahun, 1 responden riwayat merokok 28 tahun, 1 responden riwayat merokok 29 tahun, semuanya memiliki ambang batas hemoglobin 17-20 g/dl. Responden dengan riwayat merokok 55 tahun dan frekuensi merokok 16 batang per hari menunjukkan hasil pengukuran hemoglobin tertinggi yaitu 21 g/dl.
Hasil analisis data dengan menggunakan software SPPS versi 21 menunjukkan bahwa untuk uji normalitas Shapiro Wilk diperoleh nilai signifikan untuk kadar hemoglobin, lama konsumsi rokok dan frekuensi merokok masing-masing sebesar 0,214 (>0,05), artinya H0 diterima . Artinya terdapat korelasi yang sedang karena nilainya mendekati 0,5 (Sugiyono, 2014), dengan arah hubungan yang positif dimana semakin lama penggunaan dan semakin banyak merokok maka kadar hemoglobin semakin tinggi. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05), menolak H0 artinya lama dan frekuensi merokok berpengaruh signifikan terhadap kadar hemoglobin.
Kadar hemoglobin masing-masing responden berdasarkan lama konsumsi rokok dan frekuensi merokok per hari dikategorikan menjadi rendah, normal dan tinggi. Responden yang memiliki kadar hemoglobin ambang terdiri dari 1 responden yang mengkonsumsi 12 batang rokok per hari selama 40 tahun merokok, 1 responden yang mengkonsumsi 15 batang per hari selama 23 tahun merokok, 26 responden yang mengkonsumsi 16 batang rokok per hari dengan lama merokok. . ≥ 21 tahun, 2 responden yang mengkonsumsi 18 batang rokok per hari dengan lama konsumsi rokok ≤ 24 tahun.
Pembahasan
Pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin mudah dilakukan dan hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan metode Sahli. Waktu inkubasi yang singkat menyebabkan acid hematin tidak terbentuk sempurna sehingga kadar hemoglobin rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Irawati et al (2011), dimana semakin banyak jumlah rokok yang dihisap setiap hari dan semakin lama waktu konsumsi rokok maka kadar hemoglobin dalam darah akan semakin tinggi.
Menurut Asyraf (2010), kadar hemoglobin dalam darah dapat meningkat karena mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradanti et al (2015), dimana terdapat hubungan antara vitamin C dengan kadar hemoglobin, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan bahwa setiap konsumsi vitamin C meningkatkan kadar hemoglobin. Hal ini sesuai dengan penelitian Zindany et al (2014) bahwa responden memiliki kadar hemoglobin dalam batas normal dengan frekuensi minum kopi 1-6 cangkir per hari.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Terhadap Kadar Hemoglobin Tikus Sprague Dawley Setelah Paparan Asap Rokok. Pengaruh Suplementasi Zat Besi dan Vitamin C terhadap Resistensi Aerobik dan Kadar Hemoglobin Oleh: Sri.
PENTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara lama dan frekuensi merokok dengan kadar hemoglobin, dimana lama dan frekuensi merokok secara bersama-sama dapat mempengaruhi kadar hemoglobin.
Saran
Pengaruh dosis bertingkat jus Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) terhadap jumlah eritrosit Wistar Tiks (Rattus Norvegicus) yang dipapar asap rokok. Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada penduduk laki-laki usia 18-40 tahun yang berdomisili di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia. Perbedaan kadar hemoglobin menggunakan pengukur hemoglobin, fotometer, dan penganalisa hematologi pada sampel langsung dan sampel tertunda 20 jam.
Pengaruh ekstrak kulit buah rambutan terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit tikus putih yang dipapar asap rokok. Hubungan asupan makanan dan konsumsi rokok dengan kadar hemoglobin pada remaja usia 15 sampai 18 tahun di Kelurahanwek I Kecamatan Padangsidimpuan Utar. Pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia Mangostana) menghambat peningkatan F2 isoprostane pada urine tikus Wistar (Rattus Norvegicus) yang dipapar asap rokok.
Efek pemberian jus jambu biji merah (Psidium Guajava.L) terhadap kadar serum hemoglobin dan feritin pada pasien wanita muda anemia. Untuk mendisinfeksi permukaan kulit tempat pengambilan darah vena, penyeka kapas atau kapas alkohol digunakan. Ujung kuning digunakan bersama dengan mikropipet untuk mengambil reagen Drabkins sesuai ukuran yang telah ditentukan.