• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pasien asma pada

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pasien asma pada"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN ASMA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENDAWAI. Tujuan - Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien asma pada masa pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Mendawai Kotawaringin Barat. Kesimpulan – Ada hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pasien asma selama pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Mendawai Kotawaringin Barat.

Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien asma pada masa pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Arut Selatan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian

Sebagai bahan pertimbangan penting bagi perawat dalam menekankan pasien untuk mengontrol kecemasan dan menjaga kualitas tidur pada pasien asma selama masa pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Mendawai. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada para peneliti sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan antara kecemasan dan kualitas tidur pada pasien asma selama pandemi COVID-19.

Keaslian Penelitian

Kualitas tidur penderita asma Bangkinang pada saat penelitian dilakukan pada tahun 2017 sebelum adanya periode tersebut. Hipotesis penelitian ini Hı: ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada penderita asma. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian ini yaitu pasien asma lansia, penelitian dilakukan di BKPM Semarang, saat penelitian dilakukan pada tahun 2013 sebelum pandemi COVID-19.

Pada penelitian ketiga yang dilakukan oleh Kusumawanti (2017), hipotesis menyatakan bahwa posisi tidur semi fowler efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pasien asma di ruang perawatan paru RSUD Bangkinang.

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Tidur

Kebutuhan tidur yang cukup tidak hanya ditentukan oleh jumlah jam tidur (jumlah tidur), tetapi juga oleh kedalaman tidur. Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, tidur juga dapat dijadikan sebagai tanda adanya kelainan pada tubuh yaitu gangguan tidur yang merupakan peringatan dini terhadap kondisi patologis yang terjadi pada tubuh. Individu yang lelah membuat tidur nyenyak terutama setelah bekerja atau aktivitas yang menyenangkan.

Kuesioner PSQI mengukur kualitas tidur dengan interval 1 bulan dan terdiri dari 19 pertanyaan yang mengukur 7 komponen penilaian yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, durasi tidur biasa. efisiensi tidur), gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi siang hari (Robins, Wing et al. 1988).

Asma

Saat udara bebas masuk dan keluar, saat terjadi serangan asma, pernapasan menjadi sulit akibat pembengkakan saluran napas. Serangan asma berbeda-beda pada setiap orang, ada yang mengalami sedikit rasa sesak di dada dan mengalaminya dalam waktu singkat, dan ada pula yang mengalami sesak napas berat setiap hari dalam waktu yang lama (Putra, 2018). Karena bakat asma, penderita asma sangat mudah terpapar faktor pemicu serangan asma seperti alergi.

Aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan penderita asma mengalami serangan asma jika melakukan aktivitas fisik atau olahraga berat. Sprint paling mudah memicu serangan asma karena aktivitas yang berlebihan dan berat, serangan asma akibat gerakan atau olahraga terjadi ketika seseorang mengalami gejala asma selama atau setelah berolahraga atau. Faktor pencetus serangan asma adalah alergen dan infeksi pernafasan yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus menyebabkan edema paru dan hipersekresi lendir, menyebabkan peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, penggunaan otot tambahan untuk bernafas mengakibatkan kesulitan, pola pernafasan tidak efektif, peningkatan kerja pernafasan (Muttaqin, 2019). ).

Hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami serangan asma, dan jika berlangsung lama dapat berkembang menjadi penyakit paru obstruktif kronik (Sudrajad, dkk 2016). Serangan asma yang menetap dan berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diobati dengan obat-obatan biasa disebut status asmatikus. Jika tidak dibantu dengan baik dapat menyebabkan kematian, gagal nafas dan gagal jantung (Juwita, 2019). Banyak pasien asma mengeluhkan serangan asma pada malam hari yang menyebabkan kualitas tidur pasien asma menurun (Imawan, 2018).

Penderita asma yang cemas dapat memicu pelepasan histamin yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang ditandai dengan sakit tenggorokan, yang akhirnya memicu serangan asma (Tumigolong, 2016). Kecemasan dan ketakutan dirasakan saat terjadi serangan asma, sehingga kualitas tidur penderita asma tidak terpenuhi secara optimal pada kondisi seperti ini (Putra, 2018).

Covid-19

Corona virus disease (SARS-CoV) dan Middle East respiratory syndrome Corona virus (MERS-CoV) (Parwanto, 2020). Etiologi virus corona COVID-19 termasuk dalam genus beta corona virus, hasil filogenetik menunjukkan bahwa virus ini termasuk dalam subgenus yang sama dengan virus corona penyebab wabah penyakit pernapasan akut berat (SARS) yaitu Sarbecovirus On Atas dasar inilah Komite Internasional mengusulkan nama SARS-CoV-2 untuk taksonomi virus (Handayani, 2020). Virus Corona menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit serius pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam (yuliana, 2020).

Bat coronavirus adalah sumber utama terjadinya sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) (PDPI, 2020) (Murniati, 2020). Setelah terjadi penularan, virus masuk ke saluran pernapasan bagian atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran pernapasan bagian atas (melakukan siklus hidupnya) (Yulina, 2020). Pada infeksi akut, pelepasan virus terjadi dari saluran pernapasan dan virus dapat terus membusuk di sel saluran pencernaan untuk beberapa waktu setelah sembuh.

Selain itu dapat disertai sesak dada yang berat, mudah lelah, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan keluhan pernafasan lainnya (Susilo, 2020). Pasien dengan gejala ringan tidak memerlukan rawat inap kecuali ada kekhawatiran akan perburukan yang cepat. Deteksi COVID-19 sesuai kriteria diagnosis kasus COVID-19. Dalam kasus sepsis (termasuk yang dalam pengawasan COVID-19), berikan antibiotik empiris yang sesuai sesegera mungkin dalam waktu 1 jam. d) Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan pneumonia virus atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) di luar uji klinis kecuali ada alasan lain. e) Pantau secara ketat pasien dengan gejala klinis yang memburuk seperti gagal napas, sepsis, dan terapkan intervensi perawatan suportif sesegera mungkin. f) Memahami pasien dengan penyakit penyerta untuk menyesuaikan pengobatan dan menilai prognosis. G).

Diagnosis COVID-19 ditegakkan secara mikrobiologis dengan ditemukannya strain virus SARS-CoV-2 pada pemeriksaan RT-PCR. Dukungan (ECLS) dapat dipertimbangkan untuk digunakan saat menerima rujukan untuk pasien dengan hipoksemia refrakter meskipun menerima ventilasi pelindung paru-paru. 15) Hindari memutuskan pasien dari ventilasi mekanis karena dapat mengakibatkan hilangnya PEEP (tekanan ekspirasi akhir positif) dan atelektasis.

Kerangka Teori

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Hipotesis

Menurut Sugino, dkk (2014) Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan teori.

Waktu Dan Tempat Penelitian

Desain Penelitian

Kerangka kerja

Populasi, Sampel dan Sampling

Kriteria pengambilan sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu kriteria umum subjek penelitian yang memenuhi persyaratan sebagai sampel yang ditentukan oleh peneliti, dan kriteria eksklusi yaitu apabila subjek penelitian tidak memenuhi persyaratan sebagai sampel. sampel ditentukan oleh peneliti. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian telah digunakan berbagai teknik pengambilan sampel yaitu non-probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu dimana pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan kriteria subjek yang dipilih dan ditentukan oleh peneliti sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Identifikasi variabel

STUDI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN ASMA SELAMA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENDAWAI KABUPATEN KOTAWRINGIN. Apakah Anda sering terbangun di malam hari karena teringat akan pandemi Covid-19? Telinga Anda berdenging setiap kali mengingat masa-masa sulit selama pandemi Covid-19.

Pernahkah Anda merasa sakit di kepala, mengingat efek buruk dari pandemi Covid-19. Judul: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Penderita Asma Selama Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puseksamas. Judul : “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Asma Selama Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Mendawai Kotawaringin.

13 Apakah pandemi Covid-19 membuat Anda takut dengan keramaian? 48 Pernahkah Anda merasa sakit di kepala, mengingat efek buruk dari pandemi Covid-19.

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi responden menurut usia (n = 65)
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi responden menurut usia (n = 65)

Defini Operasional

Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Penggunaan instrumen penelitian untuk menemukan informasi yang lengkap tentang suatu masalah, fenomena alam atau sosial (Sugiyono, 2014). Instrumen penelitian yang digunakan untuk variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) dan Pittsu burgh sleep quality index (PSQI).

Alat untuk mengukur kecemasan pada penderita asma menggunakan kuesioner yang terdiri dari 14 item penilaian dan terdiri dari 54 pertanyaan yang diajukan kepada penderita asma dengan menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) yang telah diuji. Respon terhadap setiap item kuesioner menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) yang memiliki klasifikasi kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik. Instrumen kecemasan pada alat penelitian ini dimodifikasi dan diuji validitas dan reliabilitasnya di Puskesmas Natai Palingkau.

Pemilihan tempat uji validitas dan reliabilitas didasarkan pada karakteristik responden yang sama di Puskesmas Natai palingkau. Hasil uji validitas dengan 20 responden diperoleh hasil terdapat (38) soal yang tidak valid (16) soal yang valid yaitu dengan skor r karena hasil nilai r skor lebih besar dari nilai r tabel (0,444). Kuesioner yang digunakan reliabel karena hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cornbach'alpha sebesar 0,736 (dikatakan reliabel jika > 0,70).

Kuesioner PSQI terdiri dari 19 pertanyaan dengan 4 pertanyaan terbuka dan 15 pertanyaan skala ordinal.

Pengolahan Data

Analisa Data

Tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut sifat-sifatnya, sesuai dengan tujuan penelitian, agar mudah dilakukan analisis lebih lanjut. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak maka data penelitian harus dilakukan uji normalitas, hasilnya p = value 0,000 < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman Perhitungan uji statistik rank Spearman dengan menggunakan aplikasi SPSS 21.0 for windows menunjukkan nilai p = 0,002 < 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada a Hubungan antara kecemasan dan kualitas tidur pada penderita asma pada masa kecilnya. Pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Mendawai, Kotawaringin Barat.

Etika Penelitian

Etika dalam penelitian tidak mencantumkan atau mencantumkan nama responden pada lembar instrumen pengukuran dan hanya menuliskan kode pada lembar lembar pendataan atau hasil penelitian yang disajikan. Penelitian ini tidak merugikan partisipan, dan peneliti telah berupaya melindungi partisipan dari bahaya ketidaknyamanan (discomfort protection). Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, penggunaan alat perekam dan penggunaan data penelitian agar partisipan dapat merasakannya dan bersedia menandatangani surat kesediaan untuk berpartisipasi atau informed consent.

Peneliti memberikan kesempatan yang sama kepada pasien yang memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti memberikan kesempatan yang sama kepada para partisipan untuk mengungkapkan perasaannya, baik sedih maupun senang, serta berbagi semua pengalamannya.

Keterbatasan Penelitian

HASIL PEMBAHASAN

Pembahasan

28 Dengarkan ayah/ibu/kerabat setiap kali mengingat kembali masa-masa sulit selama pandemi Covid-19.

PENUTUP

Saran

Keaslian Penelitian 7

Tabel Definisi Operasional 50

  • Tabel Distribusi frekuensi Data Umum 60
  • Tabel Distribusi Frekuensi Data Khusus 63
  • Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien asma 64

Kerangka Teori 43

Kerangka Konseptual 44

H1 = Ada hubungan ansietas dengan kualitas tidur pasien asma pada masa pandemi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Mendawai Kotawaringin Barat.

Gambar 4.3 kerangka kerja (Frame Work) Penyusunan Proposal
Gambar 4.3 kerangka kerja (Frame Work) Penyusunan Proposal

Kerangka Kerja (From Work) 47

Satelit Lokasi Penelitian 59

Gambar

Gambar 4.3 kerangka kerja (Frame Work) Penyusunan Proposal
Tabel 4.6  Definisi oprasional hubungan kecemasan dan kualitas tidur                          pasien asma pada masa pandemi COVID-19
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi responden menurut usia (n = 65)
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin (n =65)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Table I The main wildlife hosts of the most important ticks that transmit protozoal and rickettsial infections to livestock in sub-Saharan Africa 50 Tick species Host African