• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWA/I ANGKATAN 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN POLA MAKAN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWA/I ANGKATAN 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Untuk Peneliti
  • Manfaat Untuk Institusi
  • Manfaat Untuk Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA

Anemia

  • Definisi Anemia
  • Penyebab Anemia
  • Klasifikasi Anemia
  • Dampak Anemia
  • Hemoglobin
  • Biosintesis Hemoglobin

Anemia adalah penurunan kadar Hb yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.14 Menurut WHO, anemia adalah penurunan kadar Hb <12,0 g/dL pada wanita, sedangkan pria dengan kadar Hb <13,0 g /dL.15 . Selain itu, asupan zat besi yang tidak mencukupi mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh, membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit dan menurunkan kadar Hb. Terdapat tiga komponen yaitu zat besi (Fe) yang rendah, penghambat penyerapan zat besi yang tinggi serta pelayanan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang kurang memadai.

Anak usia pertama dan remaja tumbuh dengan pesat sehingga kebutuhan suplementasi zat besi meningkat. Hal ini sering ditemukan pada anak gizi buruk karena mukosa usus mengalami perubahan fisiologis dan fungsional. Dampak anemia pada remaja dan wanita usia subur termasuk ibu hamil yang anemia (jangka panjang).

Ini meningkatkan risiko retardasi pertumbuhan janin (FGR), prematuritas, BBLR (berat badan lahir rendah) dan gangguan tumbuh kembang seperti stunting. Sintesis Hb berlangsung di mitokondria dan sitosol dengan prekursornya yaitu glisin, B6 (piridoksal fosfat) dan suksinil KoA.

Tabel 2. 1 Penyebab dan Klasifikasi Anemia 14,17   Kehilangan Darah yang Meningkat/Destruksi
Tabel 2. 1 Penyebab dan Klasifikasi Anemia 14,17 Kehilangan Darah yang Meningkat/Destruksi

Pola Makan

  • Definisi Pola Makan
  • Besi
  • Metabolisme Besi
  • Faktor yang Memengaruhi Pola Makan
  • Hubungan Pola Makan dengan Anemia

Zat besi diperoleh dari makanan hewani dan nabati.20 Jenis makanan hewani antara lain daging merah, unggas, hati, telur, tuna, sarden, dan jenis kerang lainnya. Proses penyerapannya dibantu oleh asam (HCL) dalam lambung, vitamin C, fruktosa dan asam amino.21 Zat besi pada makanan hewani berbentuk ikatan yang mengandung besi, sedangkan yang berasal dari tumbuhan berbentuk besi (III) besi . . Kebiasaan makan adalah kebiasaan memilih makanan yang terdiri dari jenis makanan, jumlah makanan yang diperoleh, frekuensi makan, distribusi makanan dalam keluarga.

Apabila remaja menambah pengetahuan tentang makanan yang meliputi pola makan dalam sikap dan perilaku yang baik maka tubuh juga dapat tercukupi dengan baik. Teman merupakan salah satu faktor pendorong dalam memilih jenis makanan yang memiliki pengaruh signifikan. Faktor penyebab pola makan tidak teratur adalah larangan makanan yang dikonsumsi, tidak sarapan pagi, kebiasaan malas makan malam, serta kebiasaan makan fast food dan junk food.

Pola makan dan kebiasaan makan yang salah menyebabkan penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi, terutama zat besi. Asupan energi yang rendah mempengaruhi kadar Hb, serat pada sayuran dan biji-bijian mengandung asam fitat yang merupakan penghambat zat besi diet. 24 Asupan makronutrien dan mikronutrien yang rendah dari makanan dikaitkan dengan kadar Hb. 9.

Indeks Massa Tubuh

  • Definisi Indeks Massa Tubuh
  • Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
  • Faktor yang Memengaruhi Indeks Massa Tubuh
  • Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Anemia

Uang saku memiliki pengaruh kategori tinggi karena keuangan beberapa keluarga berbeda pada setiap orang 33 Pendapatan orang tua mempengaruhi uang saku sehingga mempengaruhi pola konsumsi remaja yang membeli makanan seperti fast food 32. Asupan makanan siap saji yang tinggi pada orang muda lebih tinggi lemak, energi, natrium dan lebih rendah asam folat, serat dan vitamin A. Kelebihan berat badan (kelebihan berat badan atau obesitas) membawa risiko anemia akibat penumpukan lemak di jaringan adiposa.

Hal ini menyebabkan reaksi inflamasi dan peningkatan sitokin (IL-6), yang mendorong peningkatan hepcidin dari hati dan jaringan adiposa serta mengurangi penyerapan zat besi usus. Jika berat badan di bawah normal (terlalu rendah) berkaitan dengan asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro, karena jumlah zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan terganggunya sintesis Hb. Sementara itu, ada beberapa mikronutrien yang berperan dalam penyerapan dan metabolisme zat besi, yaitu zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin B12, vitamin A, seng, dan tembaga.

Hipotesis

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Selain itu diperoleh P-value sebesar 0,001 < 0,05 yang artinya pola makan dan anemia memiliki pengaruh atau hubungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada santri putri yang tinggal di pondok pesantren dengan hasil menggunakan uji chi-square yaitu ada pengaruh pola makan terhadap kejadian. anemia pada siswa perempuan. Pada penelitian sebelumnya terdapat hubungan pola makan dengan anemia, pada total 30 sampel penelitian terdapat 22 orang (73,3%) yang memiliki pola makan cukup baik dan 3 orang yang mengalami anemia (10,0%).

Hubungan status gizi, pola makan, dan siklus menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas VIII SMPN 3 Cibeber. Hubungan pola makan dan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada mahasiswa Program Studi D3 Kebidanan. Hubungan pola makan dan status gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri di Kelurahan Tamanngngapa Kota Makassar.

Dengan judul penelitian “Hubungan Pola Makan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara”. Diet adalah cara mendapatkan makanan (berapa kali sehari), jenis makanan dan frekuensi makan. Pola makan yang tidak tepat dapat menyebabkan asupan zat gizi (makronutrien dan mikro) berlebihan atau berkurang.

Tujuan: Mengetahui hubungan pola makan dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sedangkan uji hipotesis Spearman IMT dengan anemia diperoleh hasil P>0,05 Kesimpulan: Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa dan tidak ada hubungan antara IMT dengan kejadian anemia pada mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gizi buruk memiliki risiko anemia 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan gizi yang cukup.2 Penelitian lain menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan anemia karena faktor yang lebih dominan yaitu menstruasi.

Berdasarkan gap tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola makan dan indeks massa tubuh dengan kejadian anemia pada mahasiswa FK UMSU. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pola makan dan IMT dengan kejadian anemia pada mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pada penelitian sebelumnya ada hubungan pola makan dengan anemia, pada total 30 sampel penelitian terdapat 22 orang (73,3%) yang memiliki pola makan cukup baik dan 3 orang yang memiliki.

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

Jenis Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

  • Tempat Penelitian
  • Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

  • Populasi Penelitian
  • Sampel Penelitian
  • Besar Sampel

Perdarahan yang dialami, antara lain perdarahan saluran cerna (didiagnosis tukak lambung dan infeksi cacing) dan menstruasi pada saat penelitian.

Teknik Pengumpulan

  • Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Lembar Data Diri Responden
  • Kuesioner Pola Makan
  • Uji Validitas dan Reliabilitas
  • Pengukuran Indeks Massa Tubuh
  • Pengukuran Anemia

Pengujian validitas menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05, dengan kriteria: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan. Berdasarkan kriteria dengan persyaratan df (derajat kebebasan) yang diperoleh (df = 28, dengan Sig. 5%) dan dilihat dengan r tabel, disimpulkan r tabel sebesar 0,361. Semua soal memiliki nilai reliabilitas lebih besar dari 0,800, maka dapat disimpulkan 23 soal reliabel.

Pengukuran anemia pada responden menggunakan alat rapid test Hb digital dengan hasil pengukuran g/dL.

Identifikasi Variabel

Pengolahan dan Analisis Data

  • Analisis Univariat
  • Analisis Bivariat

Data IMT dan anemia sebelumnya dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, data yang diperoleh pada penelitian ini dengan α < 0,05 dilanjutkan dengan uji Spearman untuk menilai hubungan IMT dengan anemia.

Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Hasil Penelitian
    • Distribusi Frekuensi
  • Analisis Bivariat
    • Uji Normalitas IMT dan Anemia
    • Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia
    • Hubungan IMT dengan Kejadian Anemia
  • Pembahasan
    • Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia
    • Hubungan IMT dengan Kejadian Anemia
  • Keterbatasan Penelitian

Artinya asumsi normalitas tidak terpenuhi, maka uji hipotesis menggunakan uji non parametrik yaitu uji Spearman untuk IMT dengan anemia dan uji hipotesis pola makan dengan anemia menggunakan independent T-test. Pola makan tidak cukup tidak dilaporkan karena datanya hanya satu, jadi kalau data SPSS hasilnya tidak ada. Menurut peneliti, responden yang makan dengan baik dan cukup melihat dari kuesioner bahwa makanan yang dikonsumsi cukup untuk kebutuhan tubuh.

Sedangkan anemia pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pola istirahat yang kurang baik seperti sering begadang dan sering mengkonsumsi minuman penyerap zat besi seperti teh, kopi dan sirup walaupun hasilnya baik. dan pola makan yang cukup. Pada penelitian ini dikemukakan bahwa responden dengan pola makan yang baik disebabkan karena banyaknya responden yang mengkonsumsi berbagai sumber makanan seimbang per hari, dan 50% responden yang mengalami anemia karena konsumsi makanan yang tidak sehat dilihat melalui FFQ - kuesioner. Hubungan yang signifikan antara pola makan dengan anemia ditemukan pada penelitian ini yaitu nilai P sebesar 0,000 < 0,05 dengan menggunakan uji Pearson dengan korelasi sebesar 0,599 yang berarti korelasi sedang.

Penelitian ini berhipotesis bahwa berat badan berpengaruh terhadap pola menstruasi dan kesibukan yang mengakibatkan perubahan pola makan yang tidak teratur pada remaja. Pengumpulan data pola makan pada penelitian ini hanya menggunakan satu kuesioner saja, menurut peneliti yang mengumpulkan data untuk penelitian selanjutnya menggunakan wawancara makanan sehari-hari. Menjaga pola makan yang lebih baik dengan memperhatikan konsumsi makanan yang dikonsumsi agar kasus anemia tidak meningkat dari penelitian saat ini khususnya di kalangan mahasiswa bidang kesehatan 2.

Gambaran Pola Makan Mahasiswa Semester VI Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi di Masa Pandemi Covid-19. Diet adalah cara mendapatkan makanan (berapa kali sehari), jenis makanan dan frekuensi makan.9 Faktor -. Variabel dengan pola makan pada penelitian ini didapatkan informasi bahwa sebagian besar responden memiliki pola makan sedang yaitu sebanyak 73 orang (81,1%) dengan anemia sebanyak 20 orang (22,2%), kategori baik sejumlah 16 orang (17,8%). anemia sebanyak 2 orang.

Hubungan yang bermakna antara pola makan dengan anemia ditemukan pada penelitian ini yaitu nilai P sebesar 0,000 < 0,05 dengan menggunakan uji Pearson dengan korelasi sebesar 0,599 yang berarti korelasi sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rata-rata IMT seorang siswa sekitar 25,00 berarti termasuk dalam kategori obesitas kelas I dan jumlah IMT yang berlebihan adalah 50 orang (55,6%).

Saran

Anemia adalah kondisi berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari batas normal 6 Dampak anemia pada remaja adalah berkurangnya produktivitas, mudah terinfeksi, berkurangnya daya pikir dan prestasi belajar 3,7 Kerentanan remaja terhadap anemia disebabkan karena menstruasi setiap bulan, kebiasaan makan, ketidakseimbangan antara sumber nutrisi dan kebutuhan tubuh, serta pola makan yang buruk 7,8. IMT merupakan ukuran sederhana dalam memantau status gizi 10 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi IMT adalah usia, jenis kelamin, genetik dan pola makan 11 Indeks massa tubuh erat kaitannya dengan konsumsi makanan. Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata pola makan yang baik dengan anemia adalah sekitar 13,93 yang berarti Hb normal dan pola makan yang cukup dengan anemia adalah sekitar 13,62 yang berarti Hb normal.

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa responden dengan pola makan yang baik dikarenakan banyaknya responden yang mengkonsumsi variasi sumber makanan seimbang setiap harinya dan responden mengalami anemia karena mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dilihat dari kuesioner FFQ sebanyak 50 % responden yang mengkonsumsi junk food (makanan cepat saji).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi

Gambar

Tabel 2. 1 Penyebab dan Klasifikasi Anemia 14,17   Kehilangan Darah yang Meningkat/Destruksi
Tabel 2. 2 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Kelompok Umur 18,19  Populasi  Non-Anemia
Gambar 2. 1 Biosintesis Hemoglobin 21,22 ,23
Gambar 2. 2 Kerangka Teori  Keterangan :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang bermakna antara keteraturan makan dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Hubungan Sensation Seeking dengan Kecanduan Mobile Legend pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas