40
JKMK
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?journal=jkmk&page=index
HUBUNGAN ANTARA ZAT GIZI, KONSUMSI KOPI, TEH, OBAT CACING DAN TABLET FE SAAT HAID DENGAN KADAR HB SISWI SMA NEGERI 2 PONTIANAK
Marlenywati1, Sari Kurniasih2
*1 Program Studi Kesehatan Masyarakat:Universitas Muhammadiyah
*2Program Studi Kesehatan Masyarakat:Universitas Muhammadiyah Pontianak Jl. Jendral Ahmad Yani No. 111, Pontianak Kalimantan Barat
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel:
Diterima Disetujui Di Publikasi
Remaja putri merupakan kelompok anemia berisiko tinggi dibandingkan putra dengan prevalensi di Indonesia 26,5%. Di SMA Negeri 2 Pontianak 60% remaja putri mengalami anemia dan jika dibiarkan akan berdampak pada penurunan prestasi dan konsentrasi belajar, kesegaran jasmani serta gangguan pertumbuhan. Desain penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel penelitian ini menggunakan total sampling yang berjumlah 187 orang kelas XI. Analisis uji statistik menggunakan Chi Square. hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan protein (pvalue 0,008), asupan zat besi (pvalue=0,025),vitamin C (pvalue=0,048),konsumsi kopi (pvalue=0,041),konsumsi teh (Pvalue=0,029),konsumsi tablet Fe pada saat haid (Pvalue=0,019) dengan kadar Hb siswi SMA Negeri 2 Pontianak.Tidak ada hubungan konsumsi obat cacing (pvalue=0,466) dengan kadar Hb siswi SMA Negeri 2 Pontianak. Disarankan bagi remaja putri untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, Vitamin C dan Protein, hindari konsumsi kopi dan teh 1-2 jam sebelum/sesudah makan dan konsumsi kopi dan teh secukupnya, periksa kadar Hb secara berkala dan konsumsi Tablet Fe seminggu sekali saat tidak haid dan setiap hari pada saat haid.
Keywords:
Anemia, protein, zat besi, vitamin C, tablet Fe, kopi, teh
Relationship Between Nutrition, Coffee Consumption, Tea, Anthelmintic And Tablet Fe When Haid with HB Student Levels of SMA Negeri 2 Pontianak
Abstract
Adolescent girls are a high risk anemia group compared to sons with a prevalence in Indonesia of 26.5%. In SMA Negeri 2 Pontianak 60% of girls experience anemia and if left unchecked it will have an impact on decreased learning achievement and concentration, physical fitness and growth disturbance. Analytic observational research design with Cross Sectional design. The sample of this study used a total sampling of 187 class XI people. Analysis of statistical tests using Chi Square. The results showed that there was a relationship between protein intake (p value 0,008), iron intake (p value = 0.025), vitamin C (p value = 0.048), coffee consumption (p value = 0.041), tea consumption (Pvalue = 0.029), consumption of Fe tablets during menstruation (Pvalue = 0.019) with Hb levels of SMA Negeri 2 Pontianak students. There is no relationship of worm drug consumption (pvalue = 0.466) with Hb levels of SMA Negeri 2 Pontianak students. It is recommended for young women to consume foods containing iron, Vitamin C and Protein, avoid consumption of coffee and tea 1-2 hours before/after eating and consume coffee and tea to taste, check Hb levels regularly and consume Fe tablets once a week when not menstruation and every day during menstruation.
© 2020 Universitas Muhammadiyah Pontianak
Alamat Korespondensi ISSN 2581-2858
Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email :misslencheu@gmail.com
41 PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah gizi yang paling umum di seluruh dunia, terutama disebabkan karena defisiensi besi.
biasanya anemia ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin <12 g/dl.
Penyebab terjadinya anemia, yaitu asupan yang tidak adekuat, hilangnya sel darah merah, infeksi, perdarahan kronis, menstruasi, dan penurunan atau kelainan pembentukan sel1.
Remaja adalah salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia dan dapat mengenai semua kelompok status ekonomi, terutama yang bersosial ekonomi rendah. Anemia pada remaja akan berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional.
Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan dampak daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah2.
Menurut WHO (2015), prevalensi anemia dikalangan remaja masih cukup tinggi yaitu sebesar 40-88%. Tahun 2015 prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia yaitu sebesar 21,7%, diantaranya
20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan, terdiri 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan3.Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2014 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%3.
Provinsi Kalimantan Barat menempati urutan ke-12 teringgi dengan prevalensi sebesar 23,4% dan lebih tinggi 11,5%
dibandingkan prevalensi nasional.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Perumnas 1 Jumlah remaja yang anemia sebanyak 33 orang. Menurut Riskesdas (2018) Di Kalimantan Barat remaja putri yang tidak mendapatkan Tablet Tambah Darah yakni sebesar 57,44% sedangakan di Kota Pontianak remaja putri yang tidak mendapatkan Tablet Tambah Darah yakni sebesar 81,28%. Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja putri belum memenuhi target nasional yaitu sebesar 30%4.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh hasil bahwa rata-rata siswi tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe minggu sebesar 100% dan rata-rata tidak pernah mengonsumsi tablet Fe selama menstruasi
42 sebesar 90%. Hasil pemeriksaan kadar Hb
yang diperoleh dari 30 siswi tersebut 18 orang siswi mengalami anemia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi, konsumsi kopi, teh, obat cacing dan tablet Fe saat haid dengan kadar Hb siswi SMA Negeri 2 Pontianak.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Pontianak pada bulan Maret- April tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMAN 2 Pontianak berjumlah 187 siswi. Sampel
penelitian ini adalah siswi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden, dapat berkomunikasi dengan baik dan yang sudah mengalami haid.
teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan besar sampel 187 siswi.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Asupan zat gizi diukur menggunakan instrumen Food Recall. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Penyajian data dalam bentuk tabel disertai narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Reponden
Frekuensi (N) Persentase (%) Umur
≤ 17 Tahun
>17 Tahun
169 18
90,4 9,6 Usia Menarche
9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun
2 8 26 69 49 25 5 1 2
1,1 4,3 13,9 36,9 26,2 13,4 2,7 0,5 1,1
Uang Saku/Hari
<Rp. 20.000
>Rp. 20.000
174 13
93 7
Total 187 100
Sumber Data : Primer 2019
43 Berdasarkan tabel diatas,
didapatkan hasil penelitian bahwa dari 187 responden diperoleh rata-rata usia responden yaitu 17 tahun (90,4%),
Berdasarkan usia menarche responden didapatkan hasil bahwa rata-rata usia menarche responden yaitu 12 Tahun
(36,9%), Berdasarkan uang saku/hari responden yaitu rata-ratnya adalah
<Rp.20.000 (93%) Analisis Univariat
Tabel 2. Analisi Univariat
Sumber Data : Primer 2019 Berdasarkan tabel diatas, menujukkan bahwa proporsi asupan protein responden yang berada dalam ketegori kurang yaitu sebesar73,3% dan
yang asupannya cukup yaitu sebesar 26,7%, Pada asupan zat besi responden dalam kategori kurang yaitu sebesar 94,1%
dan yang asupannya cukup yaitu sebesar
Variabel Frekuensi (N) Persentase (%)
Asupan Protein Kurang
Cukup
137 50
73,3 26,7 Asupan Zat Besi
Kurang Cukup
176 11
94,1 5,9 Asupan Vitamin C
Kurang Cukup
161 26
86,1 13,9 Konsumsi Kopi
Rutin Jarang Tidak Pernah
8 139
40
4,3 74,3 21,4 Konsumsi Teh
Rutin Jarang Tidak Pernah
16 153
18
8,6 81,8
9,6 Konsumsi Obat Cacing
Tidak Ya
33 154
17,6 82,4 Konsumsi Tablet Fe
Tidak Sangobion Phapros
93 52 42
49,7 27,8 22,5 Kadar Hb
Anemia Tidak Anemia
80 107
42,8 57,2
Total 187 100
44 5,9%, Pada asupan vitamin C responden
dalam kategori kurang yaitu sebesar 86,1%
dan yang asupannya cukup yaitu sebesar 13,9%.
Berdasarkan konsumsi kopi responden yang berada dalam kategori
rutin yaitu sebesar 4,3%,kategori jarang yaitu sebesar 74,3% dan yang tidak pernah yaitu sebesar 21,4%, Pada konsumsi teh responden yang berada dalam kategori rutin yaitu sebesar 8,6%, jarang yaitu sebesar 81,8% dan yang tidak pernah yaitu sebesar 9,6%.
Berdasarkan konsumsi obat cacing responden yang berada dalam kategori
tidak pernah yaitu sebesar 81,8% dan yang pernah mengkonsumsi yaitu sebesar 18,2%, konsumsi tablet Fe responden yang berada dalam kategori tidak pernah yaitu sebesar 49,7%, sangobion yaitu sebesar 27,8% dan phapros 22,5%, status Hb responden yang menderita anemia yaitu sebesar 42,8% dan yang tidak anemia yaitu sebesar 57,2%.
Analisis Bivariat
Tabel 3. Analisis Bivariat
Sumber Data: Primer 2019 Variabel
Kadar Hb
p Value
PR (CI 95%)
Anemia Tidak Anemia
N % N %
Asupan Protein Kurang
Cukup
67 13
48,9 26
70 37
51,1 74
0,004
1,881 (1,143-3,095)
Asupan Zat Besi Kurang
Cukup
79 1
44,9 9,1
97 10
55,1 90,9
0,025
4,938 (0,757-32,226) Asupan Vitamin C
Kurang Cukup
74 6
46 23,1
87 20
54 76,9
0,048
1,992 (0,968-4,098) Konsumsi Kopi
Rutin Jarang Tidak Pernah
6 62 12
75 44,6
30
2 77 28
25 55,4
70
0,041
-
Konsumsi Teh Rutin
Jarang Tidak Pernah
6 61 13
37,5 39,9 72,2
10 92 5
62,5 60,1 27,8
0,029
-
Konsumsi Obat Cacing Tidak
Ya
16 64
48,5 41,6
17 90
51,5 58,4
0,592
1,167 (0,783-1,738)
Konsumsi Tablet Fe Anemia
Tidak Anemia
71 9
47,3 24,3
79 28
52,7 75,7
0,019
1,946 (1,076-3,521)
45 Berdasarkan tabel 3, hasil
penelitian menujukkan bahwa proporsi responden yang asupan proteinnya kurang dan mengalami anemia sebesar 48,9%
lebih besar dibandingkan dengan responden yang asupan proteinnya cukup sebesar 26%%. Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value= 0,008.
Proporsi responden yang asupan zat besinya kurang dan mengalami anemia sebesar 44,9% lebih besar dibandingkan dengan responden yang asupan zat besinya cukup sebesar 9,1%. Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,025.
Proporsi responden yang asupan vitamin C nya kurang dan mengalami anemia sebesar 46% lebih besar dibandingkan dengan responden yang asupan vitamin C nya cukup sebesar 23,1%. Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,048.
Proporsi responden yang rutin mengkonsumsi kopi dan mengalami anemia sebesar 75% lebih besar
dibandingkan dengan yang jarang sebesar 44,6% dan yang tidak pernah sebesar 30%.
Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,041.
Proporsi responden yang rutin mengkonsumsi teh dan mengalami anemia sebesar 37,5% lebih kecil dibandingkan dengan yang jarang sebesar 39,9% dan yang tidak pernah sebesar 72,2%. Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,029. Proporsi responden yang tidak pernah mengkonsumsi oabt cacing dan mengalami anemia sebesar 48,5% lebih besar dibandingkan dengan yang pernah mengkonsumsi obat cacing sebesar 41,6%.
Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,0592. Proporsi responden yang tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe dan mengalami anemia sebesar 47,3% lebih besar dibandingkan dengan yang pernah mengkonsumsi obat cacing sebesar 24,3%.
Uji statistik Chi Square menunjukkan signifikansi p value=0,019.
PEMBAHASAN Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja putri yang menderita anemia di SMAN 2 Pontianak sebanyak 42,8%. Artinya, anemia masih merupakan masalah di SMAN 2
Pontianak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Amini (2017) tentang hubungan konsumsi fe, vitamin c, protein, kafein dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswa asrama kebidanan aisyiyah pontianak, hasil penelitian
46 menunjukan bahwa dari 52 responden 39
orang mengalami anemia5.
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin di bawah normal akibat dari gangguan metabolisme zat besi yang terdiri dari penyerapan, pengangkutan, penyimpanan, pemanfaatan dan pengeluaran. Hemoglobin merupakan parameter yang sering digunakan untuk menentukan kejadian anemia. Kadar hemoglobin seseorang yang diperoleh dari
hasil pengukukuran dengan metode tertentu dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan6.
Terjadinya anemia dikarenakan kekurangan zat gizi besi. Apabila seseorang mengalami penurunan zat besi dalam hati namun belum parah dan kadar Hb masih normal maka dapat dikatakan mengalami kurang gizi besi tapi tidak disertai anemia gizi besi apabila Keadaan ini terus berlangsung dan semakin parah maka akan mengakibatkan terjadinya anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru7.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, yaitu kehilangan darah pada saat haid, rendahnya asupan zat gizi, terjadinya perusakan sel-sel darah merah, dan produksi sel darah merah tidak mencukupi.
Kondisi tubuh yang sehat dan asupan gizi yang baik akan mendapat persedian atau simpanan zat besi yang cukup di dalam tubuh. Namun, jika persediaan besi mengalami penurunan terus-menerus dan keseimbangan zat besi tubuh terganggu, akan dapat menyebabkan persediaan zat besi di dalam tubuh berkurang.
Berkurangnya persediaan zat besi akanmenyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin.
Gejala anemia biasanya tidak terlalu menonjol atau memiliki khas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Sedangkan gejala atau tanda- tanda anemia yaitu, 5 L (lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, mudah mengantuk8. Penanggulangan masalah anemia pada remaja putri dapat dilakukan dengan perbaikan kebiasaan makan, konsumsi asupan makanan yang bergizi, fortifikasi makanan dan konsumsi tablet tambah darah seminggu sekali dan setiap hari selama haid3.
Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kadar Hb. Asupan protein yang kurang
47 pada responden sebesar 73,3% responden,
artinya responden lebih sering mengkonsumsi protein nabati seperti tahu dan tempe dibandingkan dengan protein hewani seperti, ikan, daging ayam atau sapi disebabkan karena protein nabati harganya lebih murah dan mudah diperoleh dibandingkan protein hewani.
Sehingga jika tubuh kurang dalam mengkonsumsi protein hewani, maka simpanan zat besi dalam tubuh berkurang
dan angka kecukupan gizinya tidak terpenuhi.
Penelitian ini sejalan dengan Amini (2017) tentang hubungan konsumsi Fe, vitamin C, protein, kafein dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswa asrama Kebidanan Aisyiyah Pontianak menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan kadar Hb, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata asupan protein responden kurang, semakin rendah tingkat asupan protein maka semakin rendah kadar Hb responden9.
Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan rendahnya kadar hemoglobin yang merupakan ikatan protein globin dan heme sehingga akan terjadi defisiensi besi. Konsumsi protein yang rendah dapat disebabkan karena konsumsi protein lebih didominasi protein nabati dari pada hewani yang seharusnya
berimbang. Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan sebagai cadangan energi jika asupan energi kurang10.
Hubungan Antara Asupan Zat Besi dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi responden dengan kadar Hb. Asupan zat besi yang kurang pada responden sebesar 94,1%, artinya responden kurang mengonsumsi makanan
yang mengandung zat besi seperti bayam, hati ayam,telur,dll, mereka lebih senang mengkonsumsi makanan jank food atau fast food seperti mie instant, burger, dll yang rendah zat besi sehingga AKG zat besi dibawah normal. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel darah merah akibat kekurangan zat besi padahal zat besi diperlukan tubuh untuk meningkatkan kadar Hb seseorang agar tidak terjadi anemia defisiensi besi.
Penelitian ini sejalan dengan Khatimah (2017) tentang hubungan asupan protein, zat besi dan pengetahuan terhadap kadar Hb pada remaja putri di MAN 1 Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar Hb, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan zat gizi dalam makanan terutama zat besi yang dikonsumsi oleh siswi dan faktor yang
48 mempengaruhi peningkatan penyerapan
zat gizi terutama zat besi dalam tubuh11. Kekurangan zat besi selain dapat menimbulkan turunnya kadar hemoglobin juga dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, bahkan penderita kekurangan zat besi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Kurangnya hemoglobin didalam tubuh menyebabkan sel darah merah tidak mampu membawa
oksigen ke jaringan sehingga menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah, kondisi cepat lelah merupkan tanda dari seseorang mengalami anemia. Tanda- tanda ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas8.
Hubungan Antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar Hb. Asupan vitamin C yang kurang pada responden sebesar 86,1% artinya responden kurang mengonsumsi makanan yang bersumber dari vitamin C seperti sayur-sayuran dan buah-buahan selain itu banyak responden tidak mengonsumsi tablet vitamin C sehingga asupan vitamin C nya tidak dapat terpenuhi dengan baik sesuai dengan AKG yang telah dianjurkan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Farahdiba (2018) tentang hubungan tingkat konsumsi Fe, protein dan vitamin C dengan kadar Hb siswi di MTSN Ngemplak Kabupaten Boyolali yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb12.
Vitamin C sangat penting untuk penyerapan zat besi yang dibutuhkan kadar Hb dan produksi sel darah merah maka jika asupan Vitamin C seseorang kurang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk penyerapan zat besi sehingga menyebabkan terjadinya anemia. Vitamin C membantu penyerapan Zat Besi (Fe) untuk dapat membantu mencegah anemia13.
Vitamin C umumnya terdapat pada pangan nabati sayur dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja putri karena dalam metabolisme tubuh, vitamin C berfungsi untuk mempercepat proses pemindahan ke dalam darah, dalam mobilisasi simpanan Fe terutama dalam pembentukan homosiderin dalam Limpa maka jika seseorang kekurangan vitamin C dapat menyebabkan terjadinya anemia10. Hubungan Antara Konsumsi Kopi dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil peneitian diperoleh bahwa ada hubungan yang
49 bermakna antara konsumsi kopi dengan
kadar Hb. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kebiasaan responden yang sering mengkonsumsi kopi secara berlebihan yaitu sebesar 74,3%, sehingga dapat membuat tubuh tidak mendapat asupan zat besi yang memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan tubuh untuk memproduksi sel darah merah (Hb).
Kandungan kafein dalam kopi juga dapat merusak dan menggagalkan proses
penyerapan zat besi dengan cepat sehingga menyebabkan terjadinya anemia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marina (2015) tentang konsumsi tanin dan fitat sebagai determinan penyebab anemia pada remaja putri di SMAN 10 Makasar yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dengan kadar Hb14. Di dalam kopi mengandung tannin yang dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan lain, maka dianjurkan untuk tidak mengkonumsi kopi bersamaan dengan makanan dan konsumsi kopi pada saat 1-2 jam sebelum/setelah makan15.
Hubungan Antara Konsumsi Teh dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi teh dengan kadar Hb. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa responden pada saat mengkonsumsi teh bersamaan dengan waktu makan yaitu sebesar 76,5% selain itu tingkat konsumsi teh pada saat haid juga tinggi yaitu sebesar 68,4% dan dikonsumsi secara berlebihan sehingga dapat menghambat penyerapan zat besi oleh zat tannin yang terdapat dalam teh.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suni (2016) tentang pengetahuan gizi dengan kadar
hemoglobin yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar Hb16. Kebiasaan mengonsumsi teh yang tidak tepat dapat menimbulkan anemia, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi teh 1-2 jam sebelum/setelah makan. Konsumsi teh dibawah 1-2 jam sebelum/setelah makan dapat mengurangi penyerapan zat besi sebesar 64%, Selain itu pada teh hitam terkandung senyawa polifenol yang apabila teroksidasi akan mengikat mineral seperti zat besi17.
Hubungan Antara Konsumsi Obat Cacing dengan Kadar Hb Remaja Putri Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi teh dengan kadar Hb. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa rata-rata responden yang tidak
50 memiliki penyakit cacingan sebear 54%
dan rata-rata responden mengonsumsi obat cacing sebesar 82,4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang mengkonsumsi obat cacing dapat menurunkan atau mencegah infeksi kecacingan dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin responden sehingga responden yang mengkonsumsi obat cacing tidak mengalami kehilangan darah yang menyebabkan anemia.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhtar (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan yang diberikan tablek fe + obat cacing18. Penelitian yang dilakukan oleh Samudar, et al (2013) menyatakan bahwa kejadian anemia disebabkan oleh kehilangan darah akibat kecacingan selain itu penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara infeksi kecacingan dengan kadar hemoglobin namun tidak ada hubungan antara konsumsi obat cacing dengan kadar hemoglobin19.
Tingginya prevalensi kejadian anemia pada remaja dikarenakan berbagai faktor, selain karena asupan dan absorbi Fe yang kurang, juga disebabkan karena perdarahan, penyakit malaria dan infeksi kecacingan. Perdarahan patologis akibat
penyakit/infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang hilang akibat infestasi cacing bervariasi antara 2- 100 cc/hari, tergantung beratnya infestasi20. Anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi, seperti malaria, ISPA dan cacingan terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan kebutuhan Fe untuk itu asupan zat gizi yang adekuat diperlukan
untuk proses produksi hemoglobin dan sel darah merah yang optimal21.
Hubungan Antara Konsumsi Tablet Fe Saat Haid dengan Kadar Hb Remaja Putri
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi teh dengan kadar Hb. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa rata-rata respoden yang rutin mengkonsumsi TTD pada saat haid sebesar 7,5% sedangkan pada saat haid perempuan dapat kehilangan darah sebanyak 10 hingga 80 ml per periode menstruasi sehingga itulah yang kadang- kadang yang membuat seseorang merasa pusing, lemas, cepat letih, dsb dan pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya anemia padahal rata-rata darah yang keluar pada saat haid normalnya adalah 35 ml per
51 periode menstruasi untuk itu disarankan
bagi responden untuk mengonsumsi TTD secara rutin atau makanan penambah darah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusmawati (2016) tentang kebiasaan minum tablet Fe saat menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi kelas XI di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi TTD dengan kadar Hb.
Hasil penelitian tersebut dikarenakan
keteraturan mengkonsumsi TTD pada saat haid oleh responden tidak dibarengi dengan asupan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan asupan zat besi, sehingga walaupun diminum secara teratur tetapi zat besi yang diserap tidak maksimal22. Menstruasi/haid adalah salah satu penyebab anemia pada remaja putri.
Menstruasi merupakan pendarahan yang terjadi secara teratur akibat dari pelepasan sel telur dalam dinding rahim yang terjadi setiap bulan. Menstruasi adalah salah satu penyebab kadar zat besi dalam tubuh menjadi rendah karena pendarahan yang menyebabkan zat besi dalam darah keluar dari tubuh. Kadar zat besi yang dibawah batas normal dalam waktu yang lama menyebabkan terjadinya anemia23.
Menurut Arisman remaja putri yang memiliki siklus haid pendek dan cepat berkemungkinan kehilangan zat besi
dalam jumlah banyak dan persediaannya menjadi berkurang24. Siklus haid setiap wanita berbeda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti stres, hormon, dan aktivitas fisik. Untuk menggantikan zat besi yang hilang selama haid remaja putri dapat mengkonsumsi tablet tambah darah yang telah diberikan oleh pihak puskesmas/sekolah, selain itu tablet tambah darah juga dapat dikonsumsi satu minggu sekali pada saat tidak haid untuk
mencegah terjadinya anemia dan dikonsumsi dengan menggunakan air putih hangat25.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan protein (pvalue 0,008), asupan zat besi (pvalue = 0,025), vitamin C (pvalue = 0,048), konsumsi kopi (pvalue = 0,041), konsumsi teh (Pvalue = 0,029), konsumsi tablet Fe pada saat haid (Pvalue = 0,019) dengan kadar Hb siswi SMA Negeri 2 Pontianak dan tidak ada hubungan antara konsumsi obat cacing (pvalue = 0,466) dengan kadar Hb siswi SMA Negeri 2 Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dieny, F. F. Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. (Graha Ilmu, 2014).
2. Atikah, P. Anemia Dan Anemia Kehamilan. (Nuha Medika, 2015)
52 3. WHO. Global Nutrition Target 2025
Anemia Policy Brief. (2015). Available at:
www.who.int/entity/nutrition/publicati ons/globaltargets_2025_policybrief_an emi a/en/-29k. (Accessed : 14st Agustus 2018)
4. Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2018. (2018).
Available at:
http://depkes.go.id/downloads/riskesda s2018/Hasil Riskesdas 2018.pdf.
(Accessed : 18st Agustus 2018)
5. Amini, A. Hubungan Konsumsi Fe, Vitamin C, Protein, Kafein dan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Asrama Kebidanan Aisyiyah Pontianak. 1–154 (2017).
6. Sumiati, et al. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi, Siklus Mestruasi Dan Berolahraga Dengan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bali. 92–102 (2014).
7. Briawan, D. Anemia Masalah GiziPada Remaja Wanita. (Jakarta:
EGC, 2014).
8. Khatimah, H. Hubungan Asupan Protein, Zat Besi dan Pengetahuan terhadap Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di MAN1 Surakarta.
Naskah Publ. 7 (2017).
9. Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
(PT. Gramedia Pustaka, 2011).
10. Agustina, E. E. Hubungan antara asupan zat gizi energi, protein, zat besi dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan jenjang pendidikan di kabupaten kebumen. Pros. Semin. Nas. dan Present. Hasil-Hasil Penelit.
Pengabdi. Masy. Hub.1, 60–69 (2016).
11. Septyasih, A., Widajanti, L. &
Nugraheni, S. Hubungan Asupan Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12 Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Siswa Di Smp Negeri 2 Tawangharjo Kabupaten Grobogan. J. Kesehat.
Masy. Univ. Diponegoro 4, 521–528 (2016).
12. Farahdiba, D. Hubungan TingkatKonsumsi Fe, Protein Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Pada Siswi Di Mtsn Ngemplak Kabupaten Boyolali. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. 21 (2018).
13. Cynthia, A., Sholicha, & L.
M.Hubungan Asupan Zat Besi , Protein, Vitamin C Dan Pola Menstruasi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Manyar Gresik. 14, 147–153 (2019).
53 14. Mariana, Indriasari, R. & Jafar, N.
Konsumsi Tanin dan Fitat Sebagai Determinan Penyebab Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 10 Makassar. J. MKMI6, 54–57 (2015).
15. Pratiwi, R. & Widari, D. Hubungan Konsumsi Sumber Pangan Enhancer
Dan Inhibitor Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
Amerta Nutr.2, 283 (2018).
16. Suni, S. Pengetahuan Gizi Dengan Kadar Hemoglobin. Publ. Karya Ilm.
(2016). Kecamatan Tatah Makmur
Kabupaten Banjar Tahun 2013. 5, (2014).
17. Akib, A. & Sumarni, S. Food Consumption Habits of Female Adolescents Related to Anemia : A Positive Deviance Approach. 105–116
(2017).doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.1 05-116
18. Mukhtar. Efek Suplementasi Tablet Fe + Vitamin C Dan Obat Cacing Terhadap Perubahan Kadar Haemoglobin Pada Remaja Yang Mengalami Anemia Di Ma Darul Imad 19. Samudar, N., Hadju, V. & Jafar, N.
Hubungan Infeksi Kecacingan Dengan Status Hemoglobin Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013. J. Univ. Hasanuddin 1–
12 (2013).
20. Listiana, A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. J. Kesehat.7, 455 (2016).
21. Wulandari, S. Efektivitas Konsumsi Tablet Fe Selama Menstruasi Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Universitas Pasir Pengaraian. J.
Martenity Neonatal18, (2017).
22. Kusnawati, I. I. & Rokhanawati, D.
Kebiasaan minum tablet fe saat menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi kelas xi di sma muhammadiyah 7 yogyakarta tahun 2016. (2016).
23. Retno, P., Dumilah, A. & Sumarmi, S.
Hubungan Kejadian Anemia Dengan Prestasi Belajar Siswi Di SMP Unggulan Bina Insani The Association Between Anaemia Incident and Student Learning Achievement At Bina Insani Junior High School.
Amerta Nutr. 331–340
(2017).doi:10.20473/amnt.v1.i4.2017.3 31-340
24. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. (EGC.
Edisi 2, 2010).