HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DALAM KESEJAHTERAAN LANSIA DENGAN IMPLEMENTASI PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA
(BKL) DI DESA TAMBAK DANAU KECAMATAN ASTAMBUL TAHUN 2020
Ulfa Imaningtyas1, Yeni Riza2, Khairul Anam3
1Kesehatan Masyarakat, 13201, FKM, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 16070235
2Kesehatan Masyarakat, 13201, FKM, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 1025078601
3Kesehatan Masyarakat, 13201, FKM, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 1110046401
[email protected] Abstrak
Pemerintah Indonesia memiliki program KB yang salah satunya yaitu Bina Keluarga Lansia (BKL). BKL adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang memiliki Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki Lansia dan Lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia yang sehat, aktif, mandiri dan bermartabat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dalam kesejahteraan Lansia dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki Lansia dan jumlah responden sebanyak 93 orang. Analisis data menggunakan uji chi square dengan variabel bebas yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap sedangkan variabel terikat adalah implementasi program Bina Keluarga lansia (BKL). Berdasarkan uji statistik menunjukkan nilai p value >
0,05 yang artinya tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL). Disarankan kepada keluarga lansia untuk selalu berperan memberikan dukungan bagi Lansia untuk mengikuti kegiatan dari program Bina Keluarga Lansia (BKL).
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Implementasi Program Bina Keluarga Lansia (BKL)
ABSTRACT
The Government of Indonesia has a family planning program, one of which is the Elderly Family Development (EFD). EFD is a family activity group that has an elderly who aims to improve the knowledge and skills of families who have an elderly person and the elderly to improve the quality of life of a healthy, active, independent and dignified elderly. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge and attitudes of families in elderly welfare with the
implementation of the Elderly Family Development Program (EFD) in Tambak Danau Village, Astambul District. The population of this study is families who have elderly and the number of respondents as many as 93 people. Data analysis using chi square test with the independent variables studied were knowledge and attitudes while the dependent variable was the implementation of the elderly family development program (EFD). Based on statistical tests showing p value> 0.05 which means there is no relationship between knowledge and attitudes of families with the implementation of the Elderly Family Development Program (EFD). It is recommended for elderly families to always play a role in providing support for the Elderly to participate in the activities of the Elderly Family Development Program (EFD).
Keywords: Knowledge, Attitudes, Elderly Family Development Program (EFD) Literatures: 32 (2003–2019)
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Perserikaan Bangsa-bangsa (PBB) tentang World Population Ageing, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa penduduk lanjut usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015) Seperti halnya yang terjadi di negara- negara di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan penduduk.
Tahun 2019, jumlah lansia Indonesia diproyeksikan akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Heri, 2019). Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (UU No. 52 Tahun 2009). Salah satu desa di Kecamatan Astambul, yaitu Desa Tambak Danau memiliki penduduk dengan jumlah 1121 Jiwa, jumlah kepala keluarga 387 serta keluarga yang memiliki Lansia 82 keluarga.
(BKKBN, 2017). Berdasarkan data Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) Tambak Danau pada tahun 2018
bahwa keluarga yang memiliki Lansia sebanyak 98 keluarga dan pada tahun 2019 keluarga yang memiliki Lansia sebanyak 93 keluarga.
Dengan banyaknya Lansia ini tentu memerlukan perhatian dan menjadi tantangan untuk mencapai target Lansia yang sehat dan mandiri.
Banyaknya Lansia yang dianggap beban,karena Lansia dianggap hanya mampu bergantung pada orang lain, masih banyaknya Lansia yang dibawa ke Panti Jompo, orang tua (Lansia) yang ditelantarkan dan jumlah Lansia dalam garis kemiskinan cukup besar dan cenderung melemahnya nilai kekerabatan, sehingga Lansia kurang diperhatikan,dihormati serta dihargai.
(BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan, 2018).Lansia akan lebih merasa bahagia bila hidup dalam lingkungan keluarga,anak,cucu dan akan lebih terlayani, terawat, serta terlindungi. Oleh karena itu keberadaan Lansia, sangat penting bagi terwujudnya pembangunan keluarga.
Berdasarkan studi pendahuluan penulis yang datang langsung ke Desa Tambak Danau serta bertanya kepada
Bidan yang ada di Pos Kesehatan Desa bahwa masih banyaknya keluarga dan Lansia yang tidak mengikuti kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) di Posyandu Lansia dikarenakan beberapa faktor seperti malas untuk datang ke Posyandu Lansia, lebih memilih bekerja untuk menghasilkan uang dan mengatakan bahwa dirinya sedang sakit. Jika di lihat bahwa program BKL ini sudah berjalan di desa Tambak Danau, dengan dilaksanakannya kegiatan senam Lansia 1 bulan sekali dan sosialisasi terhadap keluarga yang memiliki Lansia dan Lansia itu sendiri. Namun, kembali lagi ke pola pikir masyarakat itu sendiri, apakah ingin mengikuti kegiatan tersebut atau tidak. Serta menurut data dari BKKBN (2018) persentasi partisipasi keluarga yaitu 14,63%.
Setelah melihat hasil data di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul maka peneliti ingin mengetahui apakah faktor pengetahuan dan sikap dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Tahun 2020.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki Lansia di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul sejumlah 93 orang. Penetuan jumlah responden ditentukan melalui teknik total populasi yaitu dimana dalam
penelitian ini sebanyak 93 orang, sesuai dengan populasi yang ada.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari alat bantu google form kuesioner yang diberikan dan diisi langsung oleh responden.
Data sekunder di peroleh dari instasi terkait seperti data dari website BKKBN Kalimantan Selatan dan POSKESDES Desa Tambak Danau.
Data yang di peroleh kemudian dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Sehingga di dapatkan hasil pengolahan data tersebut yang di sajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi.
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 menunjukkan menunjukkan bahwa yang potensial sebanyak 82 orang (88,1%) dan tidak potensial 11 orang (11,8%).
Analisis Bivariat
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 83 responden yang memiliki pengetahuan baik dengan potensial sebanyak 74 responden (89,2%) dan pengetahuan baik dengan tidak potensial sebanyak 9 responden (10,8%), sedangkan 9 responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan potensial sebanyak 7 responden (77,8%) dan pengetahuan cukup dengan tidak potensial sebanyak 2 responden (22,2%), sedangkan 1 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan potensial sebanyak 1 responden (100%) dan pengetahuan kurang dengan tidak potensial sebanyak 0 responden (0,0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,564 (p >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 91 responden yang memiliki sikap positif dengan potensial
sebanyak 80 responden (87,9%) dan sikap positif dengan tidak potensial sebanyak 11 responden (12,1%), sedangkan dari 2 responden yang memiliki sikap negatif dengan potensial sebanyak 2 responden (100%) dan sikap negatif dengan tidak potensial sebanyak 0 responden (0,0).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi: Implementasi Program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2020
Program BKL Frekuensi (n) Persentase (%) Potensial 82 88,1
Tidak Potensial 11 11,8 Total 93 100 Sumber: Data Primer, 2020
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 91 responden yang memiliki sikap positif dengan potensial sebanyak 80 responden (87,9%) dan sikap positif dengan tidak potensial sebanyak 11 responden (12,1%), sedangkan dari 2 responden yang memiliki sikap negatif dengan potensial sebanyak 2 responden (100%) dan sikap negatif
dengan tidak potensial sebanyak 0 responden (0,0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,776 (p >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul.
PEMBAHASAN
Bina keluarga Lansia (BKL) adalah BKL adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang memiliki Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki Lansia dan Lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia yang sehat, aktif, mandiri dan bermartabat. Kegiatan penyuluhan BKL yang dilaksanakan oleh kader BKL sebagai agen perubahan merupakan wahana
sosialisasi dan silahturahmi sesama keluarga, sehingga diperlukan materi tentang teknik penyuluhan Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh.
Implementasi Program BKL diukur dengan potensial dan tidak potensial. Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan dari program BKL yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan tidak potensial adalah
lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah dan tidak bisa mengikuti kegiatan program BKL
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Undang- Undang No.13 Tahun 1998).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi: Hubungan Pengetahuan Dalam Implementasi Program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2020
Pengetahuan Program BKL Jumlah Potensial tidak Potensial Uji Statistik
n % n % N % Baik 74 89,2 9 10,8 83 100
Cukup 7 77,8 2 22,2 9 100 p=0,564 Kurang 1 1,1 0 0,0 1 100
Total 82 88,2 11 11,8 93 100 Sumber: Data Primer, 2020
Bahwa yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 83 orang (89,2%), kategori pengetahuan cukup sebanyak 9 orang (9,7%) dan kategori pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,1%). pengetahuan baik dikarenakan responden paham akan pentingnya kesehatan Lansia dan program Bina Keluarga Lansia (BKL). Serta responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan contohnya sosialisasi dan senam Lansia. Senam Lansia di Desa Tambak Danau di laksanakan setiap 1 bulan sekali, biasanya di tanggal 20 serta dukungan keluarga sangat berarti dengan adanya kegiatan senam Lansia. Berdasarkan kuesioner yang
disebarkan oleh peneliti bahwa banyak responden yang mengatakan benar Lansia membutuhkan dukungan keluarga untuk kesejahteraannya, keberadaan Posyandu Lansia dapat menjadi jembatan bagi para Lansia untuk berkreasi dan mencurahkan pikirannya, Lansia akan lebih merasa bahagia bila hidup dalam lingkungan keluarga, anak, cucu dan akan lebih terlayani, terawat, serta terlindungi.
Pengetahuan keluarga yang mengatakan bahwa walau sudah berusia lanjut, Lansia harus tetap bekerja sedangkan Lansia di tempat tinggalnya sudah tidak mampu untuk melakukan kegiatan.
Hal ini bertolak belakang dengan penelitian dari Kamila (2018) di Desa Basuki Surabaya yang ada hubungan dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL). Dikarenakan kurangnya pemahaman kelompok akan
fungsinya, sehingga membuat kelompok BKL “Mawar” kurang maksimal dalam menjalankan semua programnya. Selain itu kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan Lansia serta penyebab tingginya jumlah Lansia
sakit membuat masyarakat kurang antusias berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dalam mewujudkan Lansia sehat di Desa Besuki.
Notoatmodjo (2003)
menyatakan bahwa seseorang melakukan perilaku atau tindakan disebabkan karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya praktek atau tindakan seseorang. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari teori WHO dalam Notoatmodjo (2007) tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku adalah karena 4 alasan pokok salah satu diantaranya adalah pengetahuan. Jadi hubungan pengetahuan dengan implementasi program BKL yaitu semakin tinggi pengetahuan keluarga tentang program BKL semakin tinggi pula partisipasi dalam implementasi program BKL untuk kesehatan Lansia .
Tabel 2. Distribusi Frekuensi: Hubungan Pengetahuan Dalam Implementasi Program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2020
Sikap Program BKL Jumlah Potensial tidak Potensial Uji Statistik
n % n % N % Positif 80 87,9 11 12,1 91 100
Negatif 2 100 0 0,0 2 100 p=0,776 Total 82 88,2 11 11,8 93 100
Sumber: Data Primer, 2020
Bahwa yang memiliki sikap positif sebanyak 91 orang (97,9%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 2 orang (2,1%). paling banyak sikap positif dikarenakan responden menjalankan program Bina Keluarga Lansia (BKL) dengan baik serta peneliti melihat langsung keluarga Lansia membawa Lansia ke Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) untuk berobat.
Salah satu contoh tersebut dapat diketahui bahwa sikap dari keluarga Lansia positif dan perhatian dengan mengantarkan Lansia berobat.
Berdasarkan kuesioner tentang sikap yang disebarkan peneliti bahwa banyak responden yang mengatakan keluarga membantu aktivitas Lansia yang tidak bisa Lansia lakukan, keluarga memberikan dukungan pada Lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia, keluarga memberikan suasana nyaman pada Lansia di rumah, keluarga tidak membiarkan Lansia bersedih, keluarga tidak melarang Lansia untuk tetap menjalin hubungan dengan
lingkungan, keluarga
memperhatikan makanan dan minuman Lansia, keluarga memaklumi Lansia yang mudah marah serta keluarga menemani saat Lansia sedang sakit. Dengan beberapa hal tersebut dapat diketahui bahwa sikap dari keluarga terhadap Lansia dikatakan positif.
Sikap keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan Lansia dalam mengikuti kegiatan dari Posyandu Lansia dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama Lansia. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian dari Dwi (2012) di Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan Lansia mengikuti posyandu Lansia.
Dikarenakan sebagian besar Lansia tidak diingatkan dengan oleh keluarga kapan jadwal posyandu Lansia dan kesibukan dari Lansia.
Perubahan yang dimiliki Lansia baik fisik, mental, maupun emosional memerlukan sikap yang baik dari keluarga karena dengan sikap baik keluarga membantu permasalahan yang dihadapi Lansia, agar Lansia mendapatkan kebahagiaan di hari tua. Jika sikap keluarga yang kurang baik dalam merawat Lansia maka akan berdampak buruk bagi kesehatan Lansia. (Rahayu, dalam Jamilatus 2018). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang diterimanya Notoatmodjo (2003).
KESIMPULAN
Penulis mengambil
kesimpulan dari hasil analisis dengan menggunakan data
penelitian yang diperoleh dari hasil menyebarkan form kuesioner online. Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar diketahui bahwa sebagian besar responden potensial 82 orang (88,1%).
2. Tidak ada hubungan pengetahuan keluarga dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa
Tambak Danau
Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar (p- value = 0,564).
3. Tidak ada hubungan sikap keluarga dengan implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL) di Desa Tambak Danau Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar (p-value = 0,776) atau konstan.
SARAN
1. Bagi Pihak Terkait di Desa Tambak Danau
Diharapkan pihak yang terkait dapat
menjaga dan
mempertahankan
kegiatan program Bina Keluarga Lansia (BKL) agar kegiatan ini tidak menurun tingkat apresiasi dari masyarakat.
2. Bagi Keluarga Lansia
Untuk selalu menjaga Lansia walaupun semakin menua perilaku Lansia mengalami perubahan seperti anak kecil dan mudah sensitif. Seperti apapun perubahan Lansia, beliau tetap orang tua kita serta keluarga berperan memberikan dukungan bagi Lansia untuk mengikuti kegiatan dari program Bina Keluarga Lansia.
Contohnya senam Lansia dan sosialisasi yang diadakan di Desa Tambak Danau.
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi mahasiswa tentang implementasi program Bina Keluarga Lansia (BKL).
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat meneliti lebih lanjut dengan variabel yang berbeda dan diusahakan untuk tidak menggunakan form kuesioner online
karena banyak
kekurangan yang
digunakan saat
menggunakan form kuesioner online di saat pandemi Covid 19 ini sedang mewabah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. Pos Kesehatan desa, Desa Tambak Danau.
BKKBN, 2017. Kampung KB
Sebagai Wahana
Pemberdayaan Masyarakat.
Indonesia: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Dwi, W., 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru.
Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Heri. L., 2019. Info Demografi. [e-
book]. LD-FE Universitas Indonesia
https://www.bkkbn.go.id/poc ontent/uploads/info_demo_vo
l_1_2019_jadi.pdf [diakses 8 Februari 2020]
Jamilatus, L., 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga Tentang Perawatan ADL Pada Lansia di Dusun Candimulyo Desa Candimulyo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Skripsi. Jombang Kamila, N., 2018. Pengembangan
Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Dalam Mewujudkan Lansia Sehat di Desa Basuki
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta, Rineke Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta, Rineke Cipta.
UU No 13 Tahun 1998. Tentang Kesejahteraan Lansia.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia
UU No 52 Tahun 2009. Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia