• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0 Sampai 6 Bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0 Sampai 6 Bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

30

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0 Sampai 6 Bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam

Kabupaten Bener Meriah

Wahyuni Yusra, Rahmayani, Mawadhah Yusran

Program Studi D-III Kebidanan, STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam Email : wahyuni.yusran@gmail.com

ABSTRAK

Kisaran 40% bayi yang berusia 0-6 bulan diseluruh dunia diberi ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan makanan pendamping ASI saat usianya kurang dari 6 bulan, hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktik pemberian makanan pendamping ASI diberbagai belahan dunia masih tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0 sampai 6 bulan di Desa Pante Raya tahun 2020. Penelitian ini bersifat deskriptip dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel dalam dalam penelitian ini adalah 39 ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Pante Raya tahun 2020 dengan menggunakan rumus Total Sampling, penelitian ini menggunakan analisa chi-square (fisher’s Exact test). Hasil penelitian dari 39 responden (100%) ibu yang memberikan MP-ASI dini sebanyak 26 responden (66,7%) dan hanya 13 responden (33,3%) yang tidak memberikan MP-ASI dini pada bayi yang berusia dibawah usia 6 bulan. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square antara variabel pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan variabel pemberian MP-ASI dini diperoleh nilai P Value 0,00 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia < 6 bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.

Kata kunci : pengetahuan, pemberian MP-ASI dini ABSTRACT

Approximately 40% of infants aged 0-6 months worldwide are given exclusive breastfeeding, while 60% of other babies have received complentary breastfeeding when they are less than 6 months old, this illustrates that exclusive breastfeeding is still low while the practice of complementary breastfeedingin various parts of the world the world is still high. This study aims to determine the relationship between maternal knowledge and early breastfeeding in infants aged 0 to 6 months in the Village Pante Raya Sub-District Wih Pesam Districts Bener Meriah the year 2020. This research is descriptive using a cross sectional approach. The population and sample in this study were 39 mothers who had babies aged 0-6 months in the Village Pante Raya the year 2020 by using the total sampling formula, this study uses chi-square analysis ( fisher’s exact test ). The results showed that the variable of maternal knowledge was significant with variable of early complementary feeding in infants aged 0-6 months at a significant level of 0,00. These results conclude that there is a relationship between maternal knowledge and early complementary breastfeeding in infants aged 0-6 months

(2)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2022 eISSN 2656 – 8446

31 in the Village Pante Raya Sub-District Wih Pesam Districts Bener Meriah the year 2020. Keywords : knowledge, early complementary feeding

PENDAHULUAN

Air susu ibu (ASI) merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. Selain itu, ASI mengandung zat penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Oleh karena itu word health organization (WHO) atau united nations children’s fun ( UNICEF ) telah merekomendasikan standar mas pemberian makan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan didahului dengan inisiasi menyusui dini (IMD) segera telah lahir, mulai umur 6 bulan berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan teruskan menyusui hingga anak berumur 2 tahun (Kemenkes, 2015).

Makanan tambahan pengganti ASI masih banyak ibu berikan kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan, pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui (Prasetyono, 2016).

Penelitian word health organization (WHO) tahun 2017, menyatakan bahwa hanya sekitar 40% bayi yang berusia 0-6 bulan diseluruh dunia disusui secara eksklusif pada tahun 2016, sedangkan 60% bayi lainnya telah mendapatkan MP-ASI saat usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktek pemberian MP-ASI dini diberbagai negara masih tinggi.

Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini pada masyarakat merupakan masalah yang sulit meskipun ASI diketahui memiliki banyak keunggulan dari segi gizi, imunitas, ekonomi, kepraktisan, maupun psikologis, tetapi kesadaran ibu untuk memberikan ASI masih sangat rendah. Adanya praktik pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini, yaitu pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, menjadi perhatian yang serius dimana organ-organ pencernaan pada tubuh bayi belum tumbuh sempurna. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain karena pengetahuan ibu tentang penting nya ASI masih rendah, kurangnya dukungan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, dan banyak ibu bekerja diluar rumah (Yuliarti, 2016).

Pemberian ASI eksklusif yang belum optimal disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI secara dini. Tingkat pendidikan ibu yang rendah tentang pemberian ASI mengakibatkan ibu lebih sering bayinya diberi susu botol dari pada disusui ibu nya, bahkan juga sering bayi nya yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI ( Yuliarti, 2016).

Makanan pelengkap awal atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sebelum usia 6 bulan mengakibatkan dampak negatif jangka panjang dan jangka pendek.

Dampak negatif jangka pendek jika bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan diantaranya adalah bayi kehilangan nutrisi dari ASI, menurunkan kemampuan isap bayi, memicu diare dan memicu anemia. Sedangkan dampak negatif jangka panjang bila bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan diantaranya adalah obesitas, hipertensi, artterosklerosis, alergi. Tidak tepatnya waktu pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) ini disebabkan oleh beberapa alasan salah satunya adalah karena ibu bekerja ( Savitri, 2016 ).

World Health Organization (WHO) tahun 2017, menyatakan bahwa hanya sekitar 40% bayi yang berusia 0-6 bulan diseluruh dunia diberikan ASI secara eksklusif pada

(3)

32

tahun 2016, sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan makanan pendamping ASI saat usia nya kurang dari 6 bulan, hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktik pemberian makanan pendamping ASI diberbagai dunia masih tinggi. Cakupan pemberian ASI eksklusif di indonesia untuk bayi < 6 bulan berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2016 sebesar 54,0%

sementara target pemberian ASI eksklusif secara nasional sebesar 80% ( Kemenkes RI, 2017 ).

Berdasarkan data UNICEF ( 2013 ) pada tahun 2012 jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 39% sementara target sustainable development goals ( SGDS ) 2015 - 2019 dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia kurang dari 6 bulan sebesar 50% . Data kementrian kesehatan republik Indonesia ( kemenkes RI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi tingkat nasional telah memenuhi target akan tetapi tetap terjadi penurunan yang signifikan dari 54,3% pada tahun 2013 turun menjadi 52,3% tahun 2014 sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif atau telah mendapatkan makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) secara dini mengalami peningkatan sebesar 47,7% ( Depkes, 2015).

Data Dinas Kesahatan Kabupaten Bener Beriah tahun 2018 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 73,4%, dan tidak mendapatkan ASI eksklusif atau telah mendapatkan MP-ASI sebesar 28,6%. Data Dinas Kesahatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2019 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 72,4%, dan tidak mendapatkan ASI eksklusif atau telah mendapatkan MP-ASI sebesar 27,6%. Data Dinas Kesahatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2020 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 86,1%, dan tidak mendapatkan ASI eksklusif atau telah mendapatkan MP-ASI sebesar 13,9% ( Dinkes Bener Meriah 2018-2020).

Hasil survey awal yang diperoleh dari Puskesmas Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, didapatkan bahwa seluruh jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 437 bayi. Yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 70,9% dan tidak mendapatkan ASI eksklusif atau telah mendapatkan MP-ASI sebesar 29,1% (Puskesmas Pante Raya, 2019). Desa tertinggi yang memberikan ASI ekslusif adalah Desa Simpang Balik sebesar 15,1% dan Desa Kebun Baru sebesar 8,5%. Desa terendah yang memberikan ASI eksklusif adalah Desa Bener Ayu 0%, Desa Mekar Jadi Ayu sebesar 0,46%, Desa Suka Makmur sebesar 0,46%, dan Desa Burni Telong sebesar 0,91%.

Hasil studi pendahuluan bulan Juli 2020 dengan 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan pada saat kunjungan ke posyandu Desa Pante Raya Kecamatan Wih pesam Kabupaten Bener Meriah, diketahui 6 orang ibu telah memberikan MP-ASI pada saat usia bayi kurang dari 6 bulan. 3 orang ibu dari 10 ibu lainnya memberikan ASI eksklusif. Saat ditanya kapan menurut ibu waktu yang tepat memberi MP-ASI pada bayi, 3 dari 10 orang ibu mengatakan waktu yang tepat memberi MP-ASI setelah umur 6 bulan sedangkan 7 ibu lainnya mengatakan MP-ASI bisa diberikan sejak usia bayi 4-5 bulan dengan alasan bayi sering menangis karena lapar. Salah satu ibu mengatakan sudah memberikan susu formula sejak lahir.

Upaya untuk mengurangi prilaku pemberian MP-ASI dini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga. Kegiatan peningkatan pengetahuan tersebut melalui pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar ibu dan keluarga lebih memahami bahaya, dampak dan resiko pemberian MP-ASI dini pada bayi. Peran tenaga kesehatan sebagai pemberi informasi sangat diperlukan untuk gencar mensosialisasikan program ASI eksklusif ( Arini, 2017 ).

(4)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2022 eISSN 2656 – 8446

33 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI dini Pada Bayi Usia 0 sampai 6 Bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah tahun 2020 “.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah tahun 2020 adalah penelitian yang bersifat deskriptip dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel independen dan dependen dikumpulkan secara bersamaan.

Dilakukan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.

Penelitian dilakukan pada tanggaal 15-20 November tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah 39 ibu-ibu yang mempunyai bayi usia < 6 bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah sebanyak 39 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi di Desa Pante Raya tahun 2020 sebanyak 39 ibu orang (Total Sampling). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian MP-ASI dini.

Adapun metode pengumpulan data yaitu data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah dan Puskesmas Desa Pante Raya. Penyajian data yang digunakan berupa tabel frekuensi univariat dan bivariat dengan analisis data yang digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara menggunakan korelasi product moment dari karl pearson.

Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program statistical product and service solution SPSS 20 for windows.

HASIL PENELITIAN

Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing jawaban kuesioner variabel bebas dan variabel terikat dan juga distribusi frekuensi rekapitulasinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Pante Raya pada tanggal 15-20 November 2020. Besar sample dalam penelitian ini diperoleh dari populasi yaitu 39 sample ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Pante Raya.

Data yang diperoleh dari hasil tabulasi data primer dengan menggunakan kuesioner, maka hasilnya dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASI dini Pada Ibu di Desa Pante Raya tahun 2020.

No

Pemberian MP-ASI dini

Frekuensi

(f) Persentase (%)

1 Diberikan 26 66,7%

2 Tidak diberikan 13 33,3%

Total 39 100%

Sumber : data primer diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 39 responden (100%) responden yang memberikan MP-ASI dini yaitu sebanyak 26 responden (66,7%) dan responden yang tidak ada memberikan MP-ASI dini hanya 13 responden (33,5%).

(5)

34

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI dini di Desa Pante Raya tahun 2020.

No Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Baik 6 15,4%

2 Cukup 12 30,8%

3 Kurang 21 53,8%

Total 39 100%

Sumber : data primer diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 39 responden (100%) responden yang berpengetahuan baik tentang MP-ASI hanya 6 responden (15,4%), responden yang berpengetahuan cukup tentang MP-ASI hanya 12 responden (30,8%) dan responden yang berpengetahuan kurang tentang MP-ASI yaitu sebanyak 21 responden (53,8%).

Analisa Bivariat yaitu suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen ( variabel bebas ) dengan variabel dependen ( variabel terikat ) dengan menggunakan uji chi-square :

1. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pante Raya.

Tabel 3 Distribusi frekuensi pemberian MP-ASI dini berdasarkan Pengetahuan ibu di Desa Pante Raya tahun 2020.

No Pengetahuan Diberikan tidak diberikan Total P-value

N % N % N %

1 Baik 2 33,3% 4 66,7% 6 100%

2 Cukup 4 33,3 8 66,7% 12 100% 0,00

3 Kurang 20 95,2 1 4,8% 21 100%

Total 26 66,7 13 33,3 39 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 39 responden yang yang berpengetahuan baik tentang MP-ASI hanya 6 responden (15,4%) dari responden berpengetahuan baik yang memberikan MP-ASI dini 2 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 4 responden, Responden yang berpengetahuan cukup tentang MP-ASI hanya 12 responden (30,8%) dari responden berpengetahuan cukup yang memberikan MP-ASI dini 4 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 8 responden, dan responden yang berpengetahuan kurang tentang MP-ASI yaitu sebanyak 21 responden (53,8%) dari responden berpengetahuan kuraang yang memberikan MP-ASI dini 21 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 1 responden.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan variabel pemberian MP-ASI dini diperoleh nilai P Value 0,00 (<0,05 yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini di Desa Pante Raya tahun 2020.

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) dini

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di Desa Pante Raya sebanyak 26 responden ( 66,7%) yang diberikan MP-ASI dini oleh

(6)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2022 eISSN 2656 – 8446

35 ibunya, sedangkan yang tidak diberikan MP-ASI yaitu 13 responden (33,3%). Hal ini menunjukan bahwa kebanyakan ibu memberikan makanan pendamping ASI secara dini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Lolli Nababan tahun 2018 di Tiga Desa Binaan Akkes Sapta Bakti Bengkulu. Hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI kurang dari 6 bulan, yaitu 32 responden (54,8%) yang memberikan bayi MP-ASI kurang dari 6 bulan dan 27 responden (45,8%) yang memberikan MP-ASI diusia bayi 6 bulan dari 59 responden karena faktor pendidikan ibu yang rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Santi Lestiarini tahun 2019 di kelurahan Pegirian kota Surabaya denga 35 responden Hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI kurang dari 6 bulan, yaitu 22 (62,9%) pada anak nya saat usia <6 bulan dan sebanyak 13 (37,1%) ibu yang tidak memberikan MP-ASI dini faktor yang membuat ibu memberikan MP-ASI dini pada bayi karena faktor sikap dan perilaku ibu. Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan untuk bayi selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga ( Kemenkes RI, 2016 ).

Menurut asumsi peneliti bahwa dari penelitian ini masih banyak ibu yang memberikan bayinya MP-ASI dini karena rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup atau kualitas nya buruk, keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek membuang kolostrum dengan kepercayaan adat jaman dahulu bahwa ASI yang pertama keluar adalah ASI yang sudah basi. Teknik atau posisi pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri, lecet pada putting susu, pembengkakan pada payudara, hingga mastitis karena bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif. Hal tersebut bisa jadi berakibat ibu akan menghentikan pemberian ASI dam memberikan makanan selain ASI.

3. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) dini

Berdasarkan hasil penelitan didapatkan bahwa pengetahuan ibu di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah yang mempunyai pengetahuan yang baik hanya 6 responden ( 15,4% ), pengetahuan cukup hanya 12 responden ( 30,8% ), dan pengetahuan kurang sejumlah 21 responnden ( 53,8% ). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian MP-ASI dini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Agustina P tahun 2018 di Wilayah Kerja PuskesmasBima Maroa Kecamatan Andolo Kabupaten Konawe Selatan.

Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI yang tepat masih kurang, yaitu 32 responden (50,8%) dalam kategori kurang, 18 responden (28,6%) dalam kategori cukup 13 responden 920,6%) dalam kategori baik dari 63 responden faktor yang menyebabkan ibu memberikan MP-ASI dini pada bayinya karena pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian MP-ASI yang tepat.

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indera yang dimilikinya. Panca indera manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan (Notoadmotjo, 2016). Pengetahuan ibu tentang MP-ASI ini memiliki peran yang sangat

(7)

36

penting dimana kurangnya pengetahuan tentang MP-ASI mengakibatkan berkurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut asumsi peneliti bahwa dari penelitian ini masih banyak ibu yang memberikan bayinya MP-ASI dini karena kebiasaan ibu yang tidak mau mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari tenaga kesehatan, pola fikir ibu yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan seperti air teh,air putih. Dukungan keluarga yang kurang dan kepercayaan adat istiadat jaman dahulu ASI tidak membuat bayi kenyang harus dibantu dengan makanan tambahan berupa nasi giling, pisang lembek, tepung kacang ijo atau tepung beras dsb.

4. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <

6 bulan di Desa Pante Raya tahun 2020

Berdasarkan 39 responden yang yang berpengetahuan baik tentang MP-ASI hanya 6 responden (15,4%) dari responden berpengetahuan baik yang memberikan MP-ASI dini 2 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 4 responden, Responden yang berpengetahuan cukup tentang MP-ASI hanya 12 responden (30,8%) dari responden berpengetahuan cukup yang memberikan MP-ASI dini 4 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 8 responden, dan responden yang berpengetahuan kurang tentang MP-ASI yaitu sebanyak 21 responden (53,8%) dari responden berpengetahuan kuraang yang memberikan MP-ASI dini 21 responden yang tidak memberikan MP-ASI dini 1 responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nuh di Puskesmas Padang Bulan tahun 2017, menunjukan hasil analisa bivariat didapatkan p value= 0,026 (p<0,05) bahwa secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI secara dini. Faktor pemberian MP-ASI dini karena pengetahuan ibu yang kurang akan waktu yang tepat pemberian MP-ASI.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusmiyati di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado tahun 2014, menunjukan hasil analisa bivariat didapatkan p value= 0,005 (p<0,05) bahwa secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI secara dini faktor pemberian MP-ASI dini karena faktor pendidikan ibu yang rendah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altriza Juliyandari, dkk di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang 2017, menunjukan hasil analisa bivariat didapatkan p value= 0,513 (p>0,05) bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI secara dini faktor ibu yang tidak memberikan MP-ASI dini karena pengetahuan ibu yang baik. Secara umum sudah banyak ibu yang mendapatkan informasi mengenai bahayanya memberikan MP-ASI terlalu dini dari petugas kesehatan, tetapi adanya pengaruh lingkungan sekitar dan dukungan dari keluarga serta pendidikan yang rendah memungkinkan seorang ibu kurang dalam mengadopsi pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI yang tepat. Sebagaian ibu beralasan mengapa memberikan MP-ASI dini pada bayi yang berusia <6 bulan karena faktor ibu yang bekerja diluar rumah yang tidak sempat memeras ASI untuk anaknya dan solusi yang tepat agar bayinya tidak menangis karena lapar ibu berinisiatif memberikan susu formula, pisang, tepung beras, air teh, nasi giling dsb.

Menurut asumsi peneliti bahwa penelitian ini masih banyak ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian MP-ASI yang tepat. Banyak ibu yang beralasan bahwa ASI saja tidak cukup dan bayi rewel terus sehingga harus diberikan susu formula atau pisang dan nasi lembek sebagai makanan tambahan ASI.

(8)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2022 eISSN 2656 – 8446

37 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tanggal 15-20 November 2020 tentang hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih pesam Kabupaten Bener Meriah tahun 2020 Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dari 39 responden (100%) ibu yang memberikan MP-ASI dini sebanyak 26 responden (66,7%) dan hanya 13 responden (33,3%) yang tidak memberikan MP-ASI dini pada bayi yang berusia dibawah usia 6 bulan

2. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square antara variabel pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan variabel pemberian MP-ASI dini diperoleh nilai P Value 0,00 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia < 6 bulan di Desa Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.

REFERENSI

Arini, 2017. Makanan pendamping ASI ( MP-ASI ). Jakarta : BALAI PUSTAKA.

Agustina P. 2018. Pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan diwilayah kerja puskesmas bima maroa kecamatan andolo Kabupaten konawe selatan. [ diakses pada tanggal 19 Agustus 2020]. Tersedia di http://repository.poltekkes- kdi.ac.id.

Depkes, 2015. Pencapaian ASI berdasarkan data UNICEF. [diakses pada tanggal 16 Agustus 2020 jam 10.00 ]. Tersedia di https:// www. Kemkes. Go. Id/ article/ view/

15091400003/dukung- ibu- bekerja- beri- ASI- eksklusif.html.

Kemenkes RI, 2015. Profil kesehatan Indonesia.[ diakses pada tanggal 19 Agustus 2020 jam 09.00] tersedia di http://www.kemkes.go.id.

Kemenkes RI, 2016. Pengertian MP-ASI [Diakses pada tanggal 19 Agustus 2020 jam 12.00]. Tersedia di http://Promkes,kemkes.go.id/?p:8935.

Kemenkes RI, 2017. Pencapaian ASI di Indonesia tahun 2017.[Diakses pada tanggal 19 Agustus 2020 jam 10.00]. Tersedia di http://www.kemkes.go.id.

Lestiarini Santi, Yuly sulistyorini, 2019. Perilaku ibu pada pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di kelurahan Pegirian tahun 2019 [ diakses pada

tanggal 18 agustus 2020 jam 14.00 ]. Tersedia di http:// www. E-journal. Unair. Ac.

Id.

Loli, dkk. 2018. Pemberian MP-ASI dini pada bayi ditinjau dari pendidikan dan pengetahuan.[Diakses pada tanggal 20 Agustus 2020 jam 15.00]. tersedia di http://ejournal.unisayogya.ac.id.

Notoadmotjo S, 2016. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku, Jakarta : PT Rineka cipta.

Prasetyono, Dwi sunnar. Buku pintar ASI eksklusif. Pengenalan praktek dan kemanfaatannya. Yogyakarta : Penerbit diva press ; 2009.2.

Savitri, astrid. 2016. Super komplit 365 hari MP-ASI. Yogyakarta : Ld esegar.

Yuliarti, nurheti, 2016. Keajaiban ASI makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan dan kelincahan si kecil, Yogyakarta : penerbit Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Riwayat Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Hipertensi Tabel 5.5 Hubungan Pola Asuh Ibu Riwayat Kesesuaian Pemberian MP-ASI Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-59 Bulan Di