• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan status ekonomi dan perilaku buang air besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan status ekonomi dan perilaku buang air besar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA TATAH MESJID KECAMATAN ALALAK

KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2020

Relationship On The Economic Status And Behavior Of Great Water Exposure (Babs) With Family Ownership In Ownership In The Village Of Mesjid Alalak District,

Barito District, Kuala In 2020

Eva Yusiana1, Meilya Farika Indah2, Chandra3 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari

ABSTRACT

The Indonesian Health Profile (2019) states that South Kalimantan Province has village data with Open Defecation Free (ODF) of 483 (24%) villages from 2008 villages in South Kalimantan Province, this shows that open defecation (BABS) is still high. in South Kalimantan Province. The purpose of this study was to determine the relationship between economic status and open defecation (open defecation) behavior with family toilet ownership in the village of Tatah Mesjid. This study used a quantitative approach with a cross sectional design. The sampling technique was proportional random sampling with a sample size of 66 people using a measuring instrument questionnaire and interview research methods, data analysis using the Chi Square test. The results of the bivariate test using statistical tests, the economic status variable shows p value = 0.000, this shows that there is a relationship between economic status and family latrine ownership and the behavior variable shows the p value = 0.001, this shows that there is a relationship between behavior and family latrine ownership . Suggestions in the research are the need for information on Puskesmas and local community leaders so that they can find joint solutions in the provision of family latrines in every house in Tatah Mesjid Village.

Keywords: Economic Status, Behavior, Family Latrine Ownership

ABSTRAK

Profil Kesehatan Indonesia (2019) menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki data desa dengan Open Defecation Free (ODF) sebesar 483 (24%) desa dari 2008 desa di Provinsi Kalimantan Selatan, hal ini menyatakan bahwa masih tingginya perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status ekonomi dan perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel Propotional Random Sampling dengan jumlah sampel 66 orang menggunakan alat ukur kuesioner dan metode penelitian wawancara, analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji statistik, pada variabel status ekonomi menunjukan nilai p value = 0,000, hal ini menunjukkan ada hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga dan variabel perilaku menunjukan nilai p value = 0,001, hal ini menunjukan ada hubungan perilaku dengan kepemilikan jamban keluarga. Saran dalam penelitian ialah perlunya informasi terhadap Puskesmas dan Tokoh masyarakat setempat agar dapat mencari solusi bersama dalam pengadaan jamban keluarga pada setiap rumah di Desa Tatah Mesjid

Kata Kunci : Status Ekonomi, Perilaku, Kepemilikan Jamban Keluarga

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan data WHO pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 946 juta orang penduduk di dunia masih buang air besar di area terbuka. Data ini juga menunjukkan bahwa sebesar 81%

penduduk yang buang air besar sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia menjadi negara terbanyak kedua dengan persentase sebesar 12,9%. Buang air besar sembarangan merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dimana yang menjadi tantangannya adalah masalah social budaya. Budaya masyarakat yang lebih suka membuang air besar (BAB) di sembarangan tempat membuat mereka enggan membuat jamban dirumah masing-masing.

Secara nasional, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 sebesar 12,9%. Sementara itu di Kalimantan Barat, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 adalah sebesar 18,91% dimana target akses sanitasi layak pada tahun 2015 adalah sebesar 65,91%. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goal (SDGs).SDGs merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015. Dua dari tujuan SDGs menyangkut kesehatan tersebut adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dan menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi bagi semua orang secara berkelanjutan (WHO, 2015).

Perilaku BAB (Buang Air Besar) di area terbuka seperti sungai ataupun kebun, memang telah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat. Kebiasaan buang air besar sembarangan (open defecation), yang berakibat terkontaminasinya sumber air minum serta terjadinya pencemaran ulang (rekontaminasi) pada sumber air dan makanan yang disantap di rumah secara langsung maupun tidak langsung (Sholikhah, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih menganggap perilaku hidup bersih dan sehat merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah atau buang air besar sembarangan. Masyarakat belum mengetahui bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat lainnya (Aina, dkk, 2013).

Berdasarkan Hasil Studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, masyarakat Indonesia yang

berperilaku buang air besar sembarangan sebesar 47%. Hendrik L Blum (1981) menyatakan bahwa perilaku merupakan faktor kedua setelah lingkungan yang memiliki pengaruh besar pada status kesehatan masyarakat. Perilaku tidak sehat yang dilakukan masyarakat dengan membuang kotorannya sembarangan di tempat terbuka dapat mencemari lingkungan dan berdampak pada status kesehatan masyarakat. Sedangkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia (2019) menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki data desa dengan Open Defecation Free (ODF) sebesar 483 (24%) desa dari 2008 desa di Provinsi Kalimantan Selatan, hal ini menyatakan bahwa masih tingginya perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Provinsi Kalimantan Selatan.

Penghasilan dan sosial ekonomi yang baik dapat menciptakan sanitasi lingkungan yang baik seperti pembuatan jamban yang baik, sehingga tercipta kesehatan keluarga yang diharapkan.

Sarana jamban keluarga akan efektif pemakaiannya bila disertai dengan sarana air bersih. Keluarga yang pendapatannya rendah kurang partisipasinya dalam kesehatan lingkungan, karena bagi mereka kelangsungan hidup lebih penting daripada melakukan langkah-langkah terobosan baru yang belum jelas hasilnya. Pada penelitian ini status ekonomi masyarakat sebagian besar sudah tinggi sehingga dapat kita lihat bahwa masyarakat yang memiliki status ekononi tinggi sudah memiliki jamban sehat.

Dalam penelitian ini masih ada responden yang berpenghasilan rendah dan tidak memiliki jamban sehat.Masyarakat yang memiliki status ekonomi rendah.daya beli responden masih diprioritaskan kepada pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian mereka belum bisa membangun jamban yang memenuhi syarat kesehatan karena tidak ada dana. Untuk itu hendaknya masyarakat dapat menggalang dunia usaha setempat untuk memberikan bantuan penyediaan jamban sehat. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperluksan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perubahan perilaku pada diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa ekonomi merupakan alat ukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Karena ekonomi merupakan indikator penentu perilaku masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari.

Berdasarkan hasil dari survey dan wawancara saya sebagai pra penelitian yang dilakukan peneliti kepada 5 responden. Kelima

(3)

responden ini ternyata 3 responden yang tidak memiliki jamban keluarga. Mereka mengatakan untuk pembuatan jamban keluarga diperlukan banyak biaya, serta masih ada yang beperilaku BABS karena rumah mereka berada dekat sungai.

Berdasarkan hasil data di Upt Puskesmas Rawat Inap Berangas di Desa Tatah Masjid terdapat 4 jumlah seluruh RT sebanyak 202 kepala keluarga, dari jumlah tersebut yang tidak mempunyai jamban keluarga sebanyak 190 kepala keluarga dan yang mempunyai jamban keluarga sebanyak 12.

Berlatar belakang pemaparan di atas maka peneliti tertarik mengangkat masalah ini kedalam penelitian berjudul “Hubungan Status Ekonomi dan Perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) dengan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Desa Tatah Mesjid tahun 2020.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah rancangan penelitian cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif, dimana peneliti mempelajari hubungan variabel bebas (status ekonomi dan perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) dengan variabel terikat (kepemilikan jamban keluarga) di Desa Tatah Mesjid Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala.

Sampel pada penelitian ini ditentukan menggunakan teknik Propotional Random Sampling. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 66 responden. Analisis data menggunakan uji chi-square.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Tatah Mesjid Tahun 2020

No Kepemilikan

Jamban Keluarga n % 1 Memenuhi Syarat

Kesehatan

25 37,9 2 Tidak Memenuhi

Syarat Kesehatan

41 62,1

Total 66 100

Berdasarkan Tabel 1. menunjukan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 25 responden (37,9%) dan responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 41 responden (62,1%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Ekonomi di Desa Tatah Mesjid Tahun 2020

No Status Ekonomi n % 1 < Rp. 2.877.448 49 74,2 2 ≥ Rp. 2.877.448 17 25,8

Total 66 100

Berdasarkan Tabel 2. menunjukan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang memiliki memiliki penghasilan < Rp. 2.877.448 sebanyak 49 responden (74,2%) dan responden yang memiliki penghasilan ≥ Rp. 2.877.448 sebanyak 17 responden (25,8%)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku BABS di Desa Tatah Mesjid Tahun 2020

No Perilaku n %

1 Tidak BABS 24 36,4

2 BABS 42 63,6

Total 66 100

Berdasarkan Tabel 3. menunjukan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang berperilaku tidak BABS sebanyak 24 responden (36,4%) dan responden yang berperilaku BABS sebanyak 42 responden (63,6%).

(4)

Tabel 4. Tabulasi Silang Status Ekonomi Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Tatah Mesjid tahun 2020

Status Ekonomi Kepemilikan Jamban Keluarga Jumlah p Value Memenuhi syarat

jamban sehat

Tidak memenuhi syarat jamban sehat

n % n % N %

< Rp.2.877.448 13 19,7 36 73,5 49 100 0,000

≥ Rp.2.877.448 12 18,2 5 7,6 17 100

Berdasarkan table 4 menunjukan bahwa dari 66 responden, didapatkan bahwa kepemilikan jamban yang memenuhi syarat dengan status ekonomi < Rp. 2.877.448 sebesar 13 responden (19,7%), sedangkan kepemilikan jamban yang tidak memenuhi syarat jamban sehat dengan status ekonomi < Rp. 2.877.448 sebesar 36 (73,5%). Kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat jamban sehat dengan status ekonomi ≥ Rp.2.877.448 sebanyak 12 responden (18,2%), sedangkan kepemilikan jamban yang tidak memenuhi syarat dengan status ekonomi ≥ Rp.2.877.448 sebanyak 5

responden (7,6%).

Hasil uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid di peroleh nilai p Value = 0,000. Nilai p = 0,000 < = 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

Tabel 5. Tabulasi Silang Perilaku Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Tatah Mesjid tahun 2020

Perilaku Kepemilikan Jamban Keluarga Jumlah p

Value Memenuhi syarat

jamban sehat

Tidak memenuhi syarat jamban sehat

n % n % N %

Tidak BABS 19 28,8 5 7,6 24 100 0,001

BABS 6 9,1 36 54,5 42 100

Berdasarkan table 5. menunjukan bahwa dari 66 responden, didapatkan bahwa kepemilikan jamban yang memenuhi syarat dengan perilaku tidak BABS sebesar 19 responden (28,8%), sedangkan kepemilikan jamban yang tidak memenuhi syarat jamban sehat dengan perilaku tidak BABS sebesar 5 responden (7,6%). Kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat jamban sehat dengan perilaku BABS sebanyak 6 responden (9,1%), sedangkan kepemilikan jamban yang tidak memenuhi syarat dengan perilaku BABS sebanyak 36 responden (54,5%).

Hasil uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan perilaku dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid di peroleh nilai p Value = 0,001. Nilai p = 0,000 < = 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan perilaku dengan

kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

PEMBAHASAN

1. Kepemilikan Jamban Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 25 responden (37,9%) dan responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 41 responden (62,1%).

Dalam penelitian ini, kepemilikan jamban keluarga sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu sebanyak 41 responden (62,1%). Hal ini terlihat dimana sebagian besar responden memiliki jamban yang berbentuk jamban cemplung, dimana

(5)

peletakan jamban inipun tidak berada di dalam rumah dengan septictank yang memadai, namun berada di hantaran sungai.

Tidak hanya itu, beberapa responden belum memiliki jamban sendiri sehingga masih menggunakan jamban umum dimana jamban tersebut pun merupakan jamban cemplung yang belum memenuhi syarat kesehatan.

Dalam hal dapat pula disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Sehingga sebagian besar responden hanya mementingkan kepemilikan jamban saja, tanpa memperhatikan apakah jamban yang dimiliki telah sesuai syarat kesehatan atau belum.

2. Status Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang memiliki memiliki penghasilan < Rp. 2.877.448 sebanyak 49 responden (74,2%) dan responden yang memiliki penghasilan ≥ Rp. 2.877.448 sebanyak 17 responden (25,8%).

Dalam penelitian ini, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki status ekonomi dengan penghasilan di bawah UMR yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kalimantan Selatan yaitu Rp. 2.877.448. Hal ini terlihat dari mata pencaharian responden, dimana sebagian besar responden berkerja sebagai petani, pedagang dengan penghasilan setiap hari yang tidak menentu. Sehingga hal ini menjadi salah satu kendala masyarakat dalam pemenuhan jamban sehat.

Sebagian besar responden menganggap bahwa pembuatan jamban sehat yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan akan memakana banyak biaya, sehingga responden lebih memilih untuk menggunakan jamban yang dimana tidak memerlukan pembuatan septictank. Disamping itu karena banyaknya responden yang penghasilan di bawah UMK maka menjadi suatu kendala dalam pembuatan jamban sehat tersebut.

3. Perilaku

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 responden terdapat responden yang berperilaku tidak BABS sebanyak 24 responden (36,4%) dan responden yang berperilaku BABS sebanyak 42 responden (63,6%).

Dalam penelitian ini, terlohat bahwa sebagian besar responden dengan perilaku yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Hal ini dapat terjadi karena tingkat

Pendidikan yang rendah sehingga kesadaran akan kesehatan sangat minim, termasuk pengetahuan terkait pentingnya memiliki dan menggunakan jamban keluarga. Tidak hanya latar belakang pendidikam, namun perilaku juga di dasari oleh pengetahuan dan sikap, dimana dalam hal ini sikap responden juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang lebih mengatakan lebih nyaman menggunakan jamban cemplung disbanding jamban yang ada dirumah dan telah memiliki septctank.

4. Hubungan Status Ekonomi dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

Hasil uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid di peroleh nilai p Value = 0,000. Nilai p = 0,000 < = 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

Dalam penelitian ini terlihat bahwa, sebagian besar responden yang berstatus ekonomi < Rp. 2.877.448 memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perubahan perilaku pada diri seseorang. Status ekonomi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat berpengaruh pada fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, misalnya dalam penyediaan jamban keluarga.

Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memanfaatkan jamban dengan baik, seperti membangun jamban sesuai dengan syarat jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu bangunan jamban tertutup, terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang lainnya. Demikian sebaliknya jika penghasilan rendah, maka masyarakat lebih memilih untuk membeli kebutuhan sehari-hari dibandingkan membangun jamban.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa alasan warga desa tidak mau membuat jamban karena pembuatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan (jamban leher angsa dengan septik tank) dianggap mahal, dimana sebagian besar masyarakat bekerja tidak tetap sehingga warga memilih buang air besar di sungai

(6)

karena tidak memerlukan biaya. Disamping itu, sebagian besar masyarakat menggunakan penghasilan yang didapatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (sandang dan pangan) karena masyarakat menganggap jamban bukan merupakan prioritas utama. Hal tersebut menjadi masalah utama dalam penelitian ini, dimana peras serta tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam memberikan penyuluhan khususnya tentang pentingnya jamban sehat.

Selain itu, peran serta pemerintah juga dalam pengadaan jamban khusus masyarakat di daerah pedesaan sangat diperlukan dimana status ekonomi masyarakatnya masih tergolong rendah. Status ekonomi yang rendah menyebabkan kurang perhatiannya keluarga dalam pemanfaatan jamban.

5. Hubungan Perilaku BABS dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

Hasil uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan perilaku dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid di peroleh nilai p Value = 0,001. Nilai p = 0,000 < = 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan perilaku dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

Perilaku buang air besar sembarangan atau juga disebut dengan open defecation merupakan salah satu perilaku hidup yang tidak sehat. Yang dimaksud dengan buangaair besar sembarangan (BABS) adalah perilaku/tindakan membuang tinja/kotoran manusia di tempat terbuka seperti di sawah, ladang, semak- semak, sungai, pantai, hutan, dan area terbuka lainnya serta dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara, dan air (WHO, 2010).

Dalam penelitian ini, sebagian besar responden memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan dengan perilaku BABS yang buruk, dimana hal ini didukung pula dengan pengetahuan yang buruk sehingga tidak terciptanya perilaku BABS yang baik dan masyarakat tidak merasa perlu adanya jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Perilaku ini membuktikan bahwa dalam upaya kepemilikan jamban, faktor perilaku kesehatan yang perlu diperhatikan.

Dimana merupakan determinan yang paling do-minan dalam hal penggunaan jambani.

Tersedianya jamban sebagai salah satu fasilitas kesehatan keluarga memungkinkan anggota keluarga untuk menggunakan jamban sebagai sarana buang air besar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan aparat desa dan beberapa kader posyandu, diketahui bahwa alasan sebagian besar warga desa tidak mau membuat jamban karena pembuatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan (jamban leher angsa dengan septik tank) dianggap mahal, sehingga warga memilih buang air besar di sungai atau empang karena tidak memerlukan biaya. Masyarakat enggan untuk membuat jamban sederhana seperti jamban cemplung/cubluk. Alasannya karena kondisi wilayah Desa Tatah Mesjid yang dilintasi aliran sungai, sehingga masyarakat lebih nyaman ketika langsung membuang tinjanya ke sungai disbanding harus membuat jamban sendiri. Selain kepemilikan jamban, ketersediaan sarana air bersih untuk dijamban yang dibuat didalam rumah juga sulit, dimana masyarakat sendiri masih menggunakan air sungai untuk mandi, cuci, kakus, sehingga dengan jamban di sungai bagi masyarakat akan lebih memudahkan dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembayaran air untuk BAB.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan status ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

2. Ada hubungan perilaku dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tatah Mesjid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2010). Tujuh Syarat Membuat Jamban

Sehat. Diakses dari:

http://sanitasi.or.id/index.php?option=com.

Agung, Lilik. 2007. Human Capital Competencies.

Jakarta: Elex Media Komputindo

Agustiana, I Gusti Ayu Tri dan Nyoman Tika. 2013.

Konsep dasar IPA Aspek Fisika dan Kimia.

Yogyakarta: Ombak.

Aina, R.A.F, Ibrohim dan Suarsin, E. 2013. Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Timbulnya Penyakit Skabies di Wilayah Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan.

Naskah Publikasi. Malang : Universitas Negeri Malang

Andreas, Horhorruw. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keluarga Dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawin Kecamatan Teluk Kota Ambon. Tesis. Universitas Diponegoro.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Basir Barthos, 2001. Manajemen Sumber Daya

(7)

Manusia Suatu Pendekatan Makro. Jakarta:

Penerbit Bumi Aksara

Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat:

Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Dimyati, Mahmud. (1990). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPFE Djarwanto, PS. 1994, Pokok – Pokok Analisa Laporan

Keuangan. BPFE, Cetakan I, Yogyakarta.

Goode, W. J. (2004). Sosiologi keluarga. Jakarta:

Penerbit PT Bumi Aksara.

Green, Lawrence, 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins University, Mayfield Publishing Co.

Hurlock, EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Jakarta. Erlangga

Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta Jefri Nuvika Ratma.2018. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penggunaan Jamban Di Desa Blimbing Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Kartono, Kartini. 2006. Peran Keluarga Memandu

Anak. Jakarta: CV. Rajawali.

Listyorini Sari Analisis Faktor Gaya Hidup Dan Pengaruhnya Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana. Vol 1 No.1 September 2012.

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri & Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya.

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

Mulyanto Sumardi & Hans Dieter Evers. 1982.

Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta:CV Rajawali Citra Press.

Murwati, Murwati. 2012. Faktor Host Dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan/ (Open Defecation).

Tesis. Universitas Diponegoro Semarang Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Palneti, D. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan dan Keadaan Jamban Keluarga di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pass, Christopher dan Bryan Lowes, 1994. Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Riwidikdo H. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta:

Mitra Cendekia Press.

Salim, Peter, The Contemporary Indonesian-English Dictionary, Jakarta: Modern English Press, 2001.

Sholikhah, S. 2014. Hubungan Pelaksanaan Program Odf (Open Defecation Free) dengan Perubahan Perilaku Masyarakat dalam Buang Air Besar di Luar Jamban di Desa Kemiri Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012. Surya.

Vol.02, No.XVIII.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 2008.

Skinner. (1938). Dalam: Notoatmodjo S., (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab V, Pendidikan dan Perilaku. Halaman 118.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemardji Y, 1999. Pembuangan Kotoran Manusia dan Air Limbah, Majalah Sanitasi Lingkungan : Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sumard dan;Dieter,harns, Evers, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial (Indonesia) penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial oleh Rajawali

Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan nomor.

88.44/0868/KUM/2019 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Kalsel tahun 2020.

Suparmin, S. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Usman Sunyoto. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait