• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN SKOR IPSS PADA PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DI RSU HAJI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN SKOR IPSS PADA PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DI RSU HAJI MEDAN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tes standar emas untuk pengukuran volume prostat adalah TRUS, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada DRE. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan volume prostat dengan skor IPSS pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan.

Rumusan Masalah

Pemeriksaan dubur digital (DRE) memiliki sensitivitas rendah untuk menjadi metode yang dapat diandalkan untuk memperkirakan volume prostat total karena membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan ada variabilitas antar pemeriksa. Pengukuran volume prostat dengan TRUS tidak dapat dilakukan pada setiap pasien, karena memerlukan profesional terlatih karena ketersediaan yang rendah, mahal dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

Hipotesis

Korelasi volume prostat dengan skor Ipss pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Kesimpulan: Volume prostat dengan skor IPSS memiliki hubungan yang bermakna pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

TINJAUAN PUSTAKA

Prostat

  • Defenisi Prostat
  • Anatomi Prostat
  • Fungsi Prostat
  • Volume Prostat

Prostat adalah kelenjar kecil berbentuk hati yang terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra proksimal, seukuran buah kenari. Prostat pada pria usia 25-30 tahun mengalami pertumbuhan pertama hingga mencapai ukuran normal dengan berat 15-20 gram.

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

  • Defenisi
  • Epidemiologi
  • Etiologi
  • Faktor Resiko
  • Patogenesis
  • Patofisiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Fisik
  • Pemeriksaan Penunjang
    • Urinalisa
    • Pemeriksaan Fungsi Ginjal
    • Catatan Hrian Miksi (Voiding Diaries)
    • Uroflometri
    • Pemeriksaan Residual Urine
    • Tes Prostate-Spesific Antigen (PSA)
    • Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
  • Terapi
    • Watchful Waiting
    • Medikamentosa
  • Pembedahan
    • Invasive Minimal
    • Operasi Terbuka

Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS) adalah panduan yang tepat untuk memandu dan menilai adanya gejala obstruktif yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat.9,14,15. Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang mempengaruhi pembentukan hiperplasia prostat jinak dengan meningkatkan sensitisasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel kelenjar prostat.19 2.3.5 Patogenesis. Hiperplasia prostat jinak yang telah menyebabkan komplikasi infeksi saluran kemih pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan kelainan, perlu dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk memeriksa kuman penyebab ISK.

Kateterisasi uretra lebih akurat daripada USG, tetapi dapat menyebabkan cedera uretra dan infeksi saluran kemih. Peningkatan kadar PSA sedang 30-50%, tergantung ukuran prostat dan derajat obstruksi, dan peningkatan kadar PSA 25-92%, tergantung volume tumor pada karsinoma prostat.3,12,22. Hiperplasia prostat jinak yang mengakibatkan komplikasi seperti retensi urin akut, upaya bebas kateter yang gagal (TwoC), infeksi saluran kemih berulang, gross hematuria berulang, batu kandung kemih, penurunan fungsi ginjal akibat obstruksi BPH, dan perubahan patologis pada kandung kemih. dan saluran kemih bagian atas merupakan indikasi untuk operasi.

Kerangka Teori

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan volume prostat dengan skor IPSS pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan. Hasil analisis uji korelasi Spearman menghasilkan p-value < 0,001 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara volume prostat dengan skor IPSS pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Hasil penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.6, menunjukkan hubungan yang signifikan antara volume prostat pada pasien dengan hiperplasia prostat jinak (BPH).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume prostat pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH), artinya peningkatan skor IPSS pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) merupakan akibat dari peningkatan volume. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan volume prostat dengan skor IPSS pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan. Diperoleh nilai p<0,001 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara skor IPSS pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

Jenis Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Populasi dan Sampel

  • Populasi
  • Sampel
  • Prosedur Pengambilan dan Besar sampel
    • Pengambilan Data
    • Besar sampel
    • Kriteria Inklusi
    • Kriteria Eksklusi

Untuk angket skor IPSS, peneliti terlebih dahulu menjelaskan isi angket skor IPSS yang dilihat oleh saksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menandai keluhan LUTS yang diamati, dimana pasien akan mengisi sendiri kuesioner yang disaksikan oleh saksi. Dalam menentukan ukuran sampel pada penelitian cross sectional ini menggunakan metode sample size formula untuk menguji hipotesis tentang risiko relatif.

Penderita BPH yang memiliki riwayat penyakit lain yang menimbulkan keluhan gejala saluran kemih bagian bawah (LUTS) berupa ruptur uretra, batu kandung kemih, kandung kemih neurogenik, batu uretra, kanker kandung kemih, striktur uretra.

Teknik Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

  • Pengolahan Data
  • Analisis Data

Uji ini digunakan untuk menguji dua variabel dengan data ordinal, atau satu variabel dengan data ordinal dan yang lainnya dapat berupa nominal. Selain itu juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang dapat dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasi atau r. Nilai koefisien korelasi adalah -1 sampai +1, semakin mendekati 1 semakin kuat korelasinya, sedangkan semakin mendekati nol semakin rendah korelasi antara kedua variabel.

Jika memiliki nilai koefisien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel bersifat searah, dimana jika variabel x meningkat maka variabel y juga akan meningkat. Koefisien korelasi negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, dimana jika variabel x meningkat maka variabel y akan menurun.

Alur Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa volume prostat tertinggi adalah 80,43 cc dan terendah adalah 20,84 cc, sehingga rata-rata volume prostat pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan adalah sebesar 38,82 cc. Skor IPSS tertinggi pada pasien BPH adalah 35 dan terendah adalah 4, dan 18,09 adalah skor rata-rata pada pasien dengan hiperplasia prostat jinak (BPH) di RSU Haji Medan. Sebagian besar sampel penderita Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) berusia 61 sampai 70 tahun (43%), diikuti oleh kelompok umur 71 sampai 80 tahun (22,6%), seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Umum Haji Medan terdapat hubungan yang bermakna antara volume prostat dengan skor IPSS, semakin besar volume prostat maka semakin berat gejala klinis yang dialami pasien. Penggunaan Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS) pada pasien pria Cina dengan hiperplasia prostat jinak. Hubungan usia tua dengan volume prostat pada pasien Benign Prostat Hyperplasia pada USG di Rumah Sakit Pelamonia Makassar Tahun 2014-2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Analisis Univariat
    • Distribusi penderita BPH berdasarkan umur
    • Rerata Volume Prostat dan Skor IPSS
    • Distribusi Volume Prostat
    • Distribusi Skor IPSS
    • Distribusi Volume Prostat dan Skor IPSS
    • Uji Spearman Hubungan Volume Prostat dan Skor IPSS pada pasien Benign

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian observasional analitik retrospektif dengan pendekatan cross sectional design karena menggunakan data dari rekam medis pasien. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian (KEPK) Fakultas Kesehatan. Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan nomor: 882KEPK/FKUMSU/2022. Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 93 pasien penderita Benign Prostat Hyperplasia (BPH) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selama masa penelitian. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas sampel penelitian penderita Benign Prostat Hyperplasia (BPH) berusia antara 61 sampai 70 tahun yaitu sebanyak 40 orang.

Dengan skor IPSS sedang, 23 orang (25,0%) dari 53 orang memiliki volume prostat pada klasifikasi 1, sebanyak 1 orang (1,0%) memiliki volume prostat pada klasifikasi 2 dan 3, dan tidak ada yang memiliki skor IPSS. klasifikasi 4. Sedangkan untuk IPSS berat, sebanyak 1 orang (1,0%) dari 53 orang dengan klasifikasi volume prostat 1, sebanyak 33 orang (33,5%) dari 34 orang dengan klasifikasi volume prostat 2, sebanyak 3 orang (3,2%) dari 4 subjek dengan klasifikasi volume prostat 3 dan sebanyak 2 subjek (2,1%) dari 2 subjek dengan klasifikasi volume prostat 4. Nilai koefisien korelasi positif berarti hubungan kedua variabel berada pada searah dengan bertambahnya volume prostat, semakin berat gejala klinis yang dirasakan.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan volume prostat tertinggi sebesar 80,43 cc dan terendah sebesar 20,84 cc, dengan rata-rata volume prostat pada penderita Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan sebesar 38,82 cc dapat dilihat pada tabel 4.2. . Mayoritas pasien BPH berada pada klasifikasi volume prostat 1 (20-39 cc), diikuti dengan jumlah klasifikasi volume 2, 3 dan 4 terbanyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Kang et al dan Foo yang menyatakan bahwa pada pasien dengan prostat volume besar, Anak kecil memiliki gejala ringan hiperplasia prostat jinak (BPH), dan stadium yang paling parah adalah pasien BPH dengan klasifikasi volume 2 (40-59 cc), diikuti oleh klasifikasi 3 dan 4.

Fauziyah menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara volume prostat pada penderita Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).35 Hal ini juga sesuai dengan penelitian Imtiyaz Ahmed et al di India yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara volume prostat dengan volume prostat total. Skor SPSS (p < 0,001) 26 Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fauziyyah Boenyamin di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang menyatakan tidak ada hubungan antara volume prostat dengan skor IPSS (p=0,391) dengan jumlah sampel 27 subjek. Dalam pengobatan Benign Prostat Hyperplasia (BPH) sebaiknya berdasarkan derajat keluhan, menurut skor IPSS dan pengeluaran urine menurut uroflometer, dibandingkan hanya berdasarkan hasil volume prostat saja.

Keterbatasan Penelitian

Hubungan volume prostat dan ekstensi prostat intravesikal dengan Skor Gejala Prostat Internasional pada pasien dengan hiperplasia prostat jinak. Kesimpulan: Volume prostat dengan skor IPSS memiliki hubungan yang bermakna pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Volume prostat penting sebagai acuan keparahan progresivitas hiperplasia prostat jinak (BPH) atau akibat dari penyakit ini berupa retensi urin akut (AUR), serta respon terhadap pengobatan.

Sampel yang digunakan adalah penderita Benign Prostat Hyperplasia (BPH) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 35 4 18.09 Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui volume prostat tertinggi sebesar 80,43 cc dan terendah sebesar 20,84 cc dengan rata-rata volume prostat pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan sebesar 38,82 cc. Skor IPSS tertinggi pada pasien BPH adalah 35 dan terendah adalah 4 dengan skor rata-rata 18,09 pada pasien hiperplasia prostat jinak (BPH) di RSU Haji Medan tahun 2022.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada volume prostat pasien BPH tertinggi 80,43 ml dan terendah 20,84 cc, dan 38,82 cc merupakan nilai rata-rata volume prostat pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan volume prostat 20 - 39cc adalah data terbanyak. dengan jumlah 53 orang dengan jumlah sampel 93 orang.

Saran

Korelasi volume prostat dengan skor gejala prostat internasional dan kualitas hidup pada pria dengan hiperplasia prostat jinak. Setelah mendapat penjelasan dari peneliti dan mengetahui serta menyadari sepenuhnya akan resiko yang mungkin terjadi, saya menyatakan kesediaan saya untuk secara sukarela menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Volume Prostat dengan Skor IPSS Pada Pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan”. Pendahuluan: Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah neoplasma jinak, dimana keadaan periuretra prostat mengalami hiperplasia.

Hiperplasia prostat jinak (BPH) dapat menyebabkan masalah yang mengganggu aktivitas sehari-hari, meskipun jarang mengancam jiwa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan volume prostat dengan skor IPSS pada pasien Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di RSU Haji Medan. Hiperplasia prostat jinak (BPH) dapat menyebabkan masalah yang mengganggu aktivitas sehari-hari, meskipun jarang mengancam jiwa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa seiring bertambahnya usia, kejadian Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) juga akan meningkat. Korelasi volume prostat dengan skor gejala prostat internasional dan kualitas hidup pada pria dengan hiperplasia prostat jinak.

Referensi

Dokumen terkait

Figure 15: Peak demand growth in RUPTL and Moderate growth for Java-Bali and Sumatra 29 Figure 14 Growth in energy consumption by segment (Moderate growth) Sumatra 293. Figure

(2) Related to the challenges of teachers in classroom management, teachers face a lack of student motivation in learning English and students who interfere in