Hukum Pidana Terorisme
Muhammad Fatahillah Akbar
Outline
Pengantar terorisme Definisi
Politik Hukum Pidana Terorisme Indonesia
Tindak Pidana Terorisme dan Kekhususan
Hukum Acara khusus
Pengantar
• Noam Chomsky → Terorisme→ mulai digunakan pada akhir abad ke-18, → aksi kekerasan penguasa yang ditujukan untuk menjamin ketaatan rakyat.
• Terorisme → pada umumnya menggunakan
kekerasan, namun tidak semua kekerasan adalah terorisme (Walter Laquere, 2005)
• PBB→ Terorisme negara → Melihat kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan, Israel, dan negara- negara Eropa Timur. Kekerasan negara terhadap
warga negara penuh dengan intimidasi dan berbagai penganiayaan serta ancaman lainnya yang banyak dilakukan oleh tentara termasuk para aparat penegak hukum
• Satu hari setelah peledakan gedung WTC, yakni pada tanggal 12 September 2001 Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DKPBB) mengeluarkan resolusi Nomor 1368, yang menyatakan bahwa tindak pidana terorisme merupakan ancaman terhadap
perdamaian dan keamanan internasional
Pengertian Terorisme
• PBB → “all criminal acts directed against a state and intended or calculated to create a state of terror in the minds of particular persons or a group of person or the general public”.
• Kamus Besar Bahasa Indonesia → penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan terutama tujuan politik.
• Kamus Hukum → perbuatan jahat yang umumnya ditujukan kepada negara, yang
tujuannya menakut-nakuti orang-orang tertentu, kelompok-kelompok tertentu ataupun masyarakat tertentu untuk tujuan politik.
• Black’s Law Dictionary,”.... the use or threat of violence to intimidate or cause panic...”.
• Kejahatan terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime) yang dapat disejajarkan dengan kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan yang menjadi musuh umat manusia (hostis humanist generis), sehingga menjadi perhatian utama komunitas internasional (the most serious crimes of concern to the international community). (Marcus Priyo Gunarto, 2012)
Politik Hukum Pidana terorisme
12 Oktober 2002 (Bom Bali)
18 Oktober 2002 diterbitkan Perppu 1 2002 dan Perppu 2 2002
November 2002 – September 2003 (Pelaku
Bom Bali diadili.
Sebagian divonis Mati)
April 2003 – Perppu 1/2002 disahkan UU 15/2003 dan Perppu 2/2002 disahkan UU
16/2003
15 Oktober 2003 Masykur Abdul Kadir menguji Non-Retroaktif
uu 16/2003
22 Juli 2004, Hakim MK mengabulkan
permohonan dan menyatakan UU 16/2003
(perppu 2/2002) tidak berlaku.
2013 disahkan UU 9/2013 tentang Pendanaan Terorisme
22 Juni 2018, disahkan UU 5 Tahun 2018 yang Memperbaharui UU dan
Perppu Terorisme
Tindak Pidana terorisme
Pasal 1 angka 1 : “Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan daiam Undang-Undang ini”
Pasal 1 angka 2 : Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan
korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau
fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Tindak Pidana terorisme
•
Pasal 6
•
Setiap Orang
•
dengan sengaja
•
menggunakan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan
•
yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas,
•
menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap Objek Vital yang Strategis, lingkungan hidup atau Fasilitas Publik atau fasilitas internasional
•
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun,
pidana penjara seumur hidup, atau pidana mati.
Tindak Pidana Terorisme
Pasal 7 (delik formil)
“maksud menimbulkan suasana terror”
Pasal 8 dianggap sama dengan Pasal 6 jika melakukan beberapa
perbuatan
Pasal 9, memasukan, membuat, menerima, memperoleh, etc Senjata api, bahan peledak untuk
“tindak pidana terorisme”
Pasal 10 “sama dengan pasal 6” “senjata kimiawi,
biologis, radiologi, mikroorganisme,
radioaktif”
Pasal 11 dan 13 UU Terorisme dikembangkan
dan diatur lebih lanjut dalam UU Pendanaan
Terorisme
Pasal 12 “menyediakan atau mengumpulkan harta” sebagai upaya bagian dari terorisme (tidak dicabut dengan UU
Pendanaan Terorisme)
Tindak Pidana Terorisme (pasca UU 5/2018)
• Pasal 10A
• 1 memasukkan, menyerahkan, dsb. “bahan senjata kimia, biologi, radiologi, dsb”
• 2 memperdagangkan
• 3 jika terbukti telah digunakan untuk UU terorisme dipidana
• 4 “barang lain yang dapat dipergunakan untuk terorisme”
• Pasal 12A
• (1) Merencenakan, menggerakan, atau mengorganisasikan Tindak Pidana Terorisme 3-12 th → Delik persiapan
• (2) menjadi anggota atau merekrut untuk anggota suatu korporasi organisasi “terorisme” berdasarkan putusan pengadilan.
• (3) pendiri, pemimpin, atau pengurus korporasi tersebut
• Pasal 12B
• (1) menyelenggarakan / mengikuti pelatihan militer/pelatihan lain untuk mempersiapkan terorisme
• (2) merekrut, menampung, atau mengirim orang untuk pelatihan tersebut
• (3) distribusi konten elektronik untuk pelatihan
• Sanksi tambahan pencabutan paspor selama 5 th
• Pasal 13A
• Orang yang memiliki hubungan dengan organisasi terorisme menyebarkan ucapan dan sipka untuk menghasut melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan → tindak pidana terorisme
Bedah Kasus
Prinsip-Prinsip hukum pidana
• Pasal 14 → perencanaan dan penggereak untuk tindak pidana terorisme diancam dengan pidana yang sama (sebelum ada
perubahan 5/2018 diancam dengan pidana mati/seumur hidup)
• Pasal 15 permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan dipidana sama
• Pasal 16 → memberikan bantuan, kemudahan, sarana terorisme dipidana yang sama
• Pasal 16 A → melibatkan anak ditambah 1/3
• Pasal 17 → pertanggungjawaban korporasi (Pidana Denda 1 T +
cabut izin)
Tindak pidana terkait
• Pasal 20 → Menghalangi penyidikan (kekerasan
ancamana kekerasan – intimidasi – sehingga proses peradilan terganggu)
• Pasal 21 → kesaksian palsu, alat bukti palsu, atau mempengaruhi saksi atau menyerang saksi
• Pasal 22 → mencegah merintangi atau menggagalkan penyidikan
• Pasal 23 → menyebutkan nama atau identitas
“Pelapor” dlm proses peradilan
Hukum Acara Pidana Terorisme
KUHAP berlaku kecuali diatur secara khusus Penahanan
• Penyidikan 120 hari + 60 hari + 20 hari
• Penuntutan 60 hari + 30 hari
Bukti permulaan yang cukup menggunakan laporan intelijen
• Diperiksan oleh KPN dan Wakil (3 hari ) → jika dianggap cukup diproses sidik
Alat Bukti
• Semua alat bukti KUHAP
• Informasi dan dokumen elektronik
• Informasi dan dokumen dalam berbagai bentuk
Penangkapan 14 hari + 7 Hari
• Pasal 28 ayat (4) jika penangkapan melanggar HAM diproses secara hukum.
Penuntut umum melakukan penelitian berkasi 21 hari sejak berkas perkara diterima
Hukum Acara Pidana Terorisme
Pasal 29 → Penyidik, PU, atau Hakim → memerintahkan jasa keuangan memblokir harta kekayaan hasil atau terkait terorisme
• Dilakukan secara tertulis → Wajib dilaksanakan jasa keuangan
• Pelanggaran jasa keuangan dijatuhi sanksi administratif
Pasal 30 → Jasa keuangan dapat diperiksa sebagai saksi dan prinsip kerahasiaan dikesampingkan Pasal 31 (1) Kewenangan membuka, memeriksa, dan menyita surat
Pasal 31(2) Kewenangan penyadapan
• Mendapatkan penetapan KPN (1 tahun + 1 tahun)
• Bersifat rahasia
• Pasal 31A penyadapan dapat dilakukan bagi yang diduga kuat, tiga hari.
Pasal 32 → Larangan menyebut identitas pelapor dan harus disampaikan dulu
Hukum Acara Pidana Terorisme
Pasal 33 Perlindungan kepada penyidik, PU, Hakim, Advokat, pelapor, Ahli, Saksi, dan Petugas pemasyarakatan
Perlindungan dilakukan oleh APH Dilaksanakan oleh LPSK
Pasal 35 in absensia (tidak hadir tanpa alasan yang sah)
• Jika hadir sebelum putusan, tetap harus diperiksa.
• Putusan tanpa kehadiran diumumkan → Upaya hukum kasasi.
• Jika meninggal dunia, harta dirampas.
Perlindungan korban
Pasal 35A
Korban merupakan tanggungjawab negara
Direct and indirect victims
Ditetapkan oleh penyidik
• Bantuan medis
• Rehabilitasi social dan psikologis
• Santunan
• Kompensasi
Tanggungjawab negara
Dilaksanakan oleh LPSK
Kompensasi
Kompensasi diberikan kepada korban atau ahliwarisnya Dibebankan kepada negara
Diajukan oleh korban, keluarga, atau ahli waris melalui LPSK Dapat diajukan langsung oleh LPSK
Jumlah kompensasi disampaikan dalam surat tuntuta Perintah kompensasi ada dalam amar putusan
Sekalipun putusan bebas, kompensasi tetap diberikan
Jika pelaku meningga, kompensasi didasarkan penetapan pengadilan
Restitusi
Restitusi adalah ganti rugi dari pelaku kepada korban atau ahli warisnya
Restitusi diajukan kepada penyidik sejak tahap penyidika oleh korban / ahli waris
Penuntut umum mengajukan restitusi sesuai jumlah kerugian yang diderita korban dalam surat tuntutan
Restitusi diberikan dan dicantumkan dalam amar putusan
Tidak membayar restitusi pidana pengganti min 1 th -
- max 4 th
PP Kompensasi, Restitusi
PP 7 - 2018 jo PP 35 – 2020 Kompensasi
• Korban terorisme berhak
• Diajukan mulai penyidikan sampai sebelum pemeriksaan terdakwa
• Bukti kerugian yang nyata diderita korban
• LPSK melakukan pemeriksaan substantif dari permohonan
• Menilai secara proporsional
• LPSK menyampaikan keputusan LPSK kepada Penyidik
Restitusi
• Kekayaan yang hilang, kerugian akibat penderitaan, pergantiaan biaya medis dan psikologis
• Diajukan kepada LPSK dan diperiksa oleh LPSK
• Ditetapkan oleh LPSK dan diserahkan kepada penegak hukum
Deradikalisasi
Proses terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan untuk mengurangi dan membalikan pemahaman radikal terorisme
Dilakukan terhadap tersangka, terdakwa, terpidana,
narapidana, mantan napi, orang yang telah terpapar
Dilakukan oleh pemerintah dengan BNPT
BNPT
BNPT di bawah Presiden
Pusat Analisis Pengendalian krisis untuk menangani terorisme
Fungsi
• Menyusun kebijakan penanggulangan
• Koordinasi kebijakan
• Kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi
Matur nuwun
@mfatahilahakbar
08112639121 fatahillahakbar@ugm.ac.id