• Tidak ada hasil yang ditemukan

identifikasi peran modal sosial terhadap keberlanjutan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "identifikasi peran modal sosial terhadap keberlanjutan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA

(Studi Kasus UMKM Keramik Dinoyo, Kota Malang) Oleh Rendra Hadi Wibowo

Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Abstrak

UMKM Keramik Dinoyo merupakan salah satu sentra UMKM tertua di Kota Malang. Brand image telah terbangun karena keberadaannya yang lama di tengah masyarakat. Perjalanan panjang UMKM Keramik Dinoyo memperlihatkan pola resesif sebagai akibat menurunnya entitas modal sosial di tengah kinerja klaster. Hal ini dianalisis dari aspek keuangan, produksi, sumberdaya manusia, hingga pemasaran. Keempat aspek tersebut yang menjadi faktor penentu keberkanjutan usaha.

Aspek keuangan menunjukkan kinerja yang baik karena setiap UMKM telah membuka diri untuk akses permodalan kredit perbakan. Akan tetapi, hal ini pula yang menjadi sebab menurunnya kinerja usaha akibat krisis keuangan 1997. Aspek produksi terutama tentang subkontrak dijalankan berdasarkan hubungan bisnis. Modal sosial tidak lagi menjadi perekat untuk saling membagi permintaan. Adapun aspek sumberdaya manusia, UMKM Keramik Dinoyo mengembangkan pola hubungan kekeluargaan antara pengrajin dengan pekerja. Hal ini karena motif persaingan antar pengrajin sehingga menuntut pengrajin untuk mengamankan pekerjanya. Aspek pemasaran UMKM Keramik Dinoyo berjalan baik meski masih sarat dengan dominasi persaingan. Kinerja kolektif dalam promosi, display, distribusi produk, dan brand image tidak terlihat ada.

Keberlanjutan usaha sebagai dampak peran modal sosial dalam studi UMKM Keramik Dinoyo ini sampai pada kesimpulan bahwa entitas modal sosial berperan positif signifikan. Hal ini terlihat pada awal mula berkembangnya modal sosial yang mampu mendorong kinerja klaster. Akan tetapi seiring menurunnya entitas modal sosial, kinerja klaster semakin menurun dan penurunan jaminan akan keberlanjutan usaha menjadi konsekuensi. Bahkan, menurunnya entitas modal sosial juga menjadi sinyalemen bahwa persaingan yang individualistik dan saling mematikan harus segera ditangani.

Kata Kunci: Modal Sosial, Keberlanjutan Usaha

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Krisis ekonomi telah menjadi fenomena siklikal bagi sebuah perjalanan perekonomian. Indonesia telah mengalami dua fase krisis ekonomi yaitu, krisis ekonomi tahun 1998 dan krisis ekonomi 2008. Hal ini menyebabkan terjadinya kompleksitas permasalahan ekonomi di Indonesia yang pelik untuk diselesaikan, salah satunya masalah pengangguran. Masalah pengangguran tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang saja seperti Indonesia, akan tetapi negara maju pun juga mengalami masalah pengangguran seperti Amerika dan Inggris (Purwanti, 2011).

Sektor informal menjadi sektor krusial disaat sektor formal tidak mampu berbuat banyak atas dampak krisis ekonomi, yaitu penanggulangan penganguran.

Sektor informal telah mampu melakukan serapan tinggi atas pengangguran di beberapa subsektor diantaranya menurut Yustika (2005) yaitu di sektor perdagangan dan industri rumah tangga. Kontribusi sektor informal secara alamiah pada masa krisis ekonomi menyebabkan perubahan struktural ekonomi secara mikro

maupun makro. Peralihan ini adalah tentang portofolio tenaga kerja yang terjadi sebagai indikasi penyerapan tenaga kerja yang lamban di sektor formal, sehingga ekonomi rakyat tumbuh sebagai pilihan sebagian besar rakyat.

Steward, Skinner, dan Edward (2011), ilham tentang pemberdayaan ekonomi rakyat salah satunya adalah dengan cara pengembangan UMKM dengan

berbagai mode. Mode

pemberdayaan ekonomi skala kecil, UMKM, telah banyak dirumuskan dan diterapkan meski masih jauh dari ekspektasi perkembangan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena pemberdayaan ekonomi rakyat selalu terhambat oleh penyelesaian masalah kualitas sumberdaya manusia, penguasaan teknologi, keterbatasan modal, akses terhadap pasar, akses terhadap faktor produksi, informasi serta rendahnya kualitas manajemen dan teknologi yang tidak kunjung selesai karena kompleksitasnya.

Sampai dengan akhir 2006 BPS menginformasikan bahwa 48,258 juta atau 99,99% unit usaha yang ada di Indonesia tergolong dalam kelompok UMKM. Menurut Suarja (2007), kelompok ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang

(3)

87% dari jumlah tenaga kerja yang produktif yang tersedia. Sedangkan sumbangannya terhadap PDB mencapai 54%. Data tersebut mengindikasikan bahwa pada dasarnya UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Menurut Tedy, dkk (2008) UMKM merupakan salah satu pilar perekonomian yang berpotensi untuk mendorong kembali laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Soseco (2011) industri kecil dan rumah tangga merupakan tulang punggung industri di Kota Malang. Jumlah industri kecil (yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang sampai 19 orang) dan industri rumah tangga (yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang) berjumlah sekitar 63 ribu unit.

Jumlah ini adalah sekitar 99,9% dari seluruh unit usaha yang ada di Kota Malang. Beberapa contoh home industry di Kota Malang adalah tempe sanan (Daerah Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing), kerajinan rotan (Daerah Kelurahan Balearjosari, Kec. Blimbing), dan keramik dinoyo (Daerah Kel. Dinoyo, Kec. Lowokwaru).

Sentra Industri Keramik yang berada di Kelurahan Dinoyo, Kec.

Lowokwaru, Kota Malang merupakan salah satu home industry yang terkenal. Sentra Industri Keramik Dinoyo terbentuk pada tahun 1957 dan mampu bertahan hingga sekarang. Meskipun pabrik besar produsen keramik mengalami kemunduran usaha, akan tetapi para pelaku home industry di sekitar pabrik masih menjalankan usahanya bahkan mampu menjadikan Industri Keramik Dinoyo sebagai potensi wisata Kota Malang. Pra penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa ada potensi ekonomi UMKM yang dapat dikembangkan. Hal ini dapat ditelusuri dari inovasi dan tata kelola sentra yang melekat secara sosial. Dalam perpektif sosiologis, hal ini akan menjadi variabel penting dalam pengembangan ekonomi UMKM karena kelekatan sosial akan menjadi entitas modal yang dapat dimanfaatkan dalam mendorong profuktivitas. Entitas modal ini disebut sebagai modal sosial.

Kajian tentang modal sosial telah lama berkembang yang dimulai sejak perkembangan disiplin ilmu sosiologi, oleh Emile Durkheim (Field, 2005). Relevansi modal sosial dengan UMKM adalah pada meeting point bahwa UMKM merupakan ekonomi rakyat skala kecil yang lekat dengan ideologi tradisional.

(4)

Kinerja sosial UMKM lebih lekat dari pada kontur profesional yang sarat dengan persaingan. Hal ini dapat ditelusuri dari pola interaksi UMKM yang tumbuh di perdesaan dan pinggiran kota secara geografis.

Dilain sisi, kinerja sosial yang lebih lekat ini juga terbangun atas perkembangannya sebagai unit usaha yang tumbuh secara alamiah tanpa rekayasa. Terakhir bahwa modal sosial menjadi variabel penting bagi tumbuh kembang UMKM, adalah dampak unit usaha yang dikelola tradisional berskala kecil sehingga interaksi antar UMKM menjadi lebih masif (Ollila, 2009).

UMKM memiliki masalah klasik dan fundamental hingga kini, yaitu daya saing. Porter (2001) menjelaskan bahwa daya saing ini berkenaan dengan produktivitas yang muncul atas inovasi yang muncul dari kemampuan tenaga kerja. Peningkatkan daya saing sebagai variabel inti Industri Keramik Dinoyo perlu ditingkatkan khususnya di bidang pemasaran. Berikutnya tindakan ini menyangkut adanya salah satu kearifan lokal UMKM Keramik Dinoyo sebagai kekuatan kolektif pasca adanya persaingan pasar bebas. Persaingan bebas yang pada gilirannya menjadikan banyak Unit Usaha Keramik Dinoyo

gulung tikar atau ganti ahli profesi.

Salah satu indikasi terbesarnya adalah Pabrik Besar Dinoyo telah berhenti beroperasi sejak lama.

Peran kearifan lokal terhadap keberlanjutan usaha UMKM Keramik Dinoyo sangat di perlukan, namun demikian alternatif – alternatif harus di lakukan untuk meningkatkan daya saing dalam UMKM Keramik Dinoyo.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis mengambil topik “Peran Modal Sosial untuk Keberlanjutan Usaha pada Home Industry Keramik Dinoyo (Studi pada Industri Keramik di Kelurahan Dinoyo, Kec.

Lowokwaru, Kota Malang).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana identifikasi modal sosial pada rantai kinerja UMKM berdasarkan multi interaksi di Sentra Home Industry Keramik Dinoyo?

2. Bagaimana peran modal sosial untuk keberlanjutan usaha UMKM pada Sentra Home Industry Keramik Dinoyo?

(5)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui:

1. Identifikasi modal sosial pada rantai kinerja UMKM berdasarkan multi interaksi di Sentra Home Industry Keramik Dinoyo

2. Peran modal sosial untuk keberlanjutan usaha pada Sentra Home Industry Keramik Dinoyo.

TINJAUAN PUSTAKA

Modal Sosial, Ekonomi, dan Kinerja Usaha

Menurut Fine dan Lapavitsas dalam Yustika (2006:190) teori modal sosial pertama kali dipicu oleh tulisan Pierre Bourdieu yang dipublikasikan pada akhir tahun 1970-an. Pada tahun 1993 James S.

Coleman memublikasikan topik yang sama barulah para intelektual mengambil tema yang tersebut sebagai salah satu penting yang mempertemukan antar disiplin ilmu.

Pada waktu itu banyak orang yang berkeyakinan bahwa Coleman merupakan ilmuan pertama yang memperkenalkan konsep modal

sosial, seperti dalam judul jurnal American Journal of ‘Sociology yang berjudul Social Capital in the Creation Of Human Capital’ (1988).

Menurut Coleman dalam Yustika (2006:192) mendefinisikan modal sosial bukanlah sebagai entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung 2 elemen (i) modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial dan (ii) modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor) baik individu maupun perusahan, didalam struktur tersebut. Sedangkan Bourdieu dan Wacquant dalam Field (2005:21) memandang modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seseorang individu atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama hubungan-hubungan yang lebih kurang telah diinstusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan timbal balik.

UMKM: Tinjauan Karakteristik dan Klasifikasi

Menurut Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM) Republik Indonesia No.

20 Tahun 2008 definisi UMKM adalah sebagai berikut:

(6)

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang atau perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2.2 Perspektif Modal Sosial Terhadap UMKM

Modal sosial sebagai perspektif baru dalam pengembangan kinerja usaha memiliki keterkaitan erat dengan kerjasama terutama usaha- usaha yang berkelompok.

Pengelompokan ini terbagi atas klaster dan sentra, yang secara filosofis dibedakan antar keduanya.

Sentra biasanya terbangun secara alamiah dengan sendirinya sebagai warisan sejarah. Akan tetapi, klaster merupakan pengelompokan beberapa jenis usaha dengan membentuk lini produksi tertentu melalui proses rekayasa sosial dan ekonomi (Hoetoro, 2010). Terutama UMKM, kinerja sosial melekat erat pada kinerja ekonomi karena kedekatan letak geografis dan interaksi sosial keseharian usaha.

Maka, modal sosial menjadi satu perspektif baru dalam pengembangan klaster UMKM.

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

(7)

dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat indukti

f, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna (Sugiyono, 2009:213).

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenome- nologi dengan jenis penelitian deskriptif.

a. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat pelaku usaha home industry keramik dinoyo.

b. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah konsumen keramik dinoyo dan supplier bahan baku keramik dinoyo.

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah Model Miles and Huberman. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Miles Huberman dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Industri Keramik Dinoyo

Cikal bakal berdirinya Sentra Industri Keramik Dinoyo telah ada sebelum tahun 1930-an. Namun, kala itu hanya berupa kampung gerabah atau tembikar. Hampir semua masyarakat Dinoyo saat itu berprofesi sebagai perajin gerabah.

Dalam perjalanannya, mulai tahun 1957 dikembangkan pembuatan keramik teknik (misalnya keramik bata tahan api, keramik komponen mesin tekstil) melalui pendirian pabrik keramik.

Masyrakat Kelurahan Dinoyo ini setiap harinya banyak yang melakukan pembuatan keramik Dinoyo, kegiatan kerajinan keramik ini merupakan usaha turun-temurun yang sudah ada sejak lama. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu pengerajin dan sekaligus pemilik industri keramik “Mega Jaya”

bernama Ibu Sri Bawon: “Kalau industri keramik iki yo sejak dulu mas, sebelum indonesia merdeka, usaha industri keramik didinoyo iki

(8)

hasil turun-temurun dari nenek moyang kita mas.

Berdasarkan Penjelasan diatas menunjukan bahwa industri keramik ini sudah ada dan berkembang sejak lama di Dinoyo ini, namun dengan potensi yang bagus belum dapat dimaanfaatkan secra maksimal oleh masyrakat sekitar sebagai salah satu lapangan pekrjaan.

Seiring berjalanya waktu dan berbekal niat, ketrampilan penngrajin keramik dan tekat yang kuat untuk teteap melestarikan warisan nenek moyang, peralahan- lahan keramik Dinoyo ini maju.

Tempat sentra industri keramik Dinoyo terletak di Jl. MT Haryono Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

“Kampung Wisata Keramik Dinoyo”.

Beraneka ragamnya jenis dan motif keramik yang diproduksi menyebabkan keramik Dinoyo tidak hanya diminati oleh masyrakat dalam negeri, tetapi juga minati wisata asing yang berkunjung dikeramik Dinoyo. Para wisatawan asing datang keramik Dinoyo tidak hanya membeli, namun terkadang juga ada yang ingin tahu bagimana cara membuat keramik.

Semakin banyak orang yang datang kekampung keramik Dinoyo hampir setiap tahunnya, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadikan Keramik Dinoyo ini ditetapakan sebagai salah satu sentra industri keramik oleh Pemerintah Kota Malang.

4.2 Identifikasi Modal Sosial Pada Rantai Kinerja UMKM di Sentra Home Industri Keramik Dinoyo Pada umumnya modal sosial sangat dibutuhkan pada setiap usaha untuk keberlanjutan usaha mereka. Modal sosial dalam penelitian ini dibagi ke dalam 3 aspek yang berperan penting pada keuangan, produksi, sumber daya manusia dan pemasaran yaitu jaringan, trust, dan nilai.

4.2.1 Jaringan Pemasaran dan Produksi

Jaringan pemasaran UMKM keramik Dinoyo terbentuk sejak lama karena adanya brand image yang sudah melekat sebagai kampung wisata keramik di Kota Malang.

Mayoritas pengerajin menjalankan usaha secara turun temurun,

(9)

sehingga konsumen tetap mengenal keramik Dinoyo sebagai salah satu sentra industri keramik dinoyo, yang menghasilkan berbagai macam souvenir. Kecanggihan teknologi saat ini juga turut berperan serta dalam interaksi yang dilakukan oleh pengrajin keramik dinoyo dengan konsumennya

.

. Hal ini dilakukan oleh Ibu Endarwati.

“Ya kalau sekarang ini saya juga mulai memasarkan keramik dan souvenir ini dengan online mas, melalui facebook, twitter. Lumayan kalau online bisa menambah omzet. Dan tentunya kualitas barang tetap dijaga, tidak asal-asal aja.”

Kegiatan pemasaran di Klaster

UMKM Keramik Dinoyo

menunjukkan kinerja pemasaran yang individualistik dan cenderung saling mematikan.

4.2.2 Trust : Melalui Kepercayaan, Pembentukan Brand Image dan Sistem Tanggung Renteng menjadi Alternatif Permodalan

Modal sosial yang terbentuk melalui sistem kepercayaan (trust)

dapat dilihat dari kepercayaan konsumen dalam hal pemesanan barang-barang souvenir keramik maupun gibs. Sudah banyak masyarakat baik dari Kota Malang maupun luar Kota Malang yang mengenal Sentra Industri Keramik Dinoyo sebagai salah satu produsen keramik dan gibs yang bagus. Hal ini diperkuat lagi dengan lamanya keberadaan Industri Keramik Dinoyo yang sudah ada sejak tahun 1950- an. Konsumen datang dari berbagai daerah seperti Madura, Kalimantan dan Sumatra.

4.2.3 Nilai dan Norma : Pola Konsumsi dan Kegiatan Usaha dalam Keluarga

Setiap daerah tentunya memiliki adat, budaya dan kebiasaan yang berbeda, begitu juga halnya di kampung keramik Dinoyo. Para pengrajin batik di kampung keramik Dinoyo ini memiliki kerja sama.

Akan tetapi terdapat kebiasaan yang bisa di bilang hampir serupa antar sesama pengerajin keramik yang di produksi telah terjual di pasaran, tentunya ada hasil yang di peroleh

(10)

berupa laba. Setelah itu biasanya para pengerajin langsung menggunakan untuk membeli kebutuhan sehari –hari seperti bahan- bahan makanan, sekolah.

Selain itu pengunakan keuntungan tersebut juga digunakan sebagai tambahan modal industri keramik, ( membeli bahan-bahan dan peralatan keramik), meningkatkan jumlah produksi keramik dan membuat desain yang baru

4.3 Identifikasi Potensi Pada Industri Kerajinan Keramik

Industri keramik yang ada di Di Kelurahan Dinoyo ini merupakan salah bentuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang usahanya dimiliki secara personal, memiliki beberapa pekerja atau karyawan dan bertujuan untuk memproduksi atau menghasilakan barang dan jasa. Hal ini sesuai dengan ( UU UMKM) Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

4. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.

5. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

6. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang atau perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar

(11)

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sedangkan meurut BPS lebih

menekankan pada

mengklasifikasikan secara detail untuk mempermudah kita memahami anatara industri kecil dan industri rumah tangga, untuk industri rumah tangga dengan pekerjaan 1-4 orang, industri kecil dengan pekerjaan 5-19 orang, industri menegah dengan pekeerja 20-99 orang dan industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Berdasarkan mengklasifikan tersebut, maka industri kerajinan keramik yang berada di Kelurahan Dinoyo ini tergolong pada indutri rumah tangga karena jumlah masyarakat yang bekerja di indutri keramik ini 4 orang dan industri kecil karena jumlah masyrakatnya yang bekerja di industri ini kurang

lebih 15 orang juga. Selajutnya, proses produksi dalam industri keramik ini tentunya memerlukan beberapa input, seperti modal yang di gunakan disni meliputi modal sosial untuk keberlanjutan usaha.

5.1 KESIMPULAN

UMKM Keramik Dinoyo merupakan salah satu sentra UMKM tertua di Kota Malang.

Brand image telah terbangun karena keberadaannya yang lama di tengah masyarakat.

Perjalanan panjang UMKM

Keramik Dinoyo memperlihatkan

pola resesif sebagai akibat

menurunnya entitas modal sosial

di tengah kinerja klaster. Hal ini

dianalisis dari aspek keuangan,

produksi, sumberdaya manusia,

hingga pemasaran. Keempas

aspek tersebut yang menjadi

(12)

faktor penentu keberkanjutan usaha.

Aspek keuangan

menunjukkan kinerja yang baik karena setiap UMKM telah membuka diri untuk akses permodalan kredit perbakan.

Akan tetapi, hal ini pula yang menjadi sebab menurunnya kinerja usaha akibat krisis keuangan 1997. Entitas modal sosial telah membangkitkan kembali aspek keuangan UMKM Keramik. Kebangkitan ini karena adanya kelompok pengrajin keramik dengan konsep tanggung renteng dan interaksi informal untuk saling menopang keuangan. Belakangan, kinerja aspek keuangan karena insentif modal sosial menurun karena modal bersama kelompok tidak lagi dijalankan dan hubungan interaksi keuangan informal antar

UMKM semakin berkurang. Hal ini menyebabkan UMKM Keramik Dinoyo menjadi individualistik dengan dominasi persaingan sehingga menyebabkan menurunnya kinerja aspek keuangan.

Aspek produksi terutama tentang subkontrak dijalankan berdasarkan hubungan bisnis.

Modal sosial tidak lagi menjadi perekat untuk saling membagi permintaan. Kesempatan mempersebar kapasitas produksi diambil hanya saja masih sebatas hubungan profesional usaha.

Adapun aspek

sumberdaya manusia, UMKM

Keramik Dinoyo

mengembangkan pola hubungan

kekeluargaan antara pengrajin

dengan pekerja. Hal ini karena

motif persaingan antar pengrajin

sehingga menuntut pengrajin

(13)

untuk mengamankan pekerjanya.

Sedangkan kinerja kolektif untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia tidak terjadi. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia hanya dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang. Inisiatif untuk mengembangkan inovasi dari tenaga kerja secara kolektif tidak ada karena dominasi persaingan.

Aspek pemasaran UMKM Keramik Dinoyo berjalan baik meski masih darat dengan dominasi persaingan. Kinerja kolektif dalam promosi, display, distribusi produk, dan brand image tidak terlihat ada. Para pengrajin berfokus pada usahanya masing-masing, tanpa tahu dan mengembangkan efisiensi kolektif yang seharusnya

dapat terbentuk jika kinerja kolektif digalakkan.

Keberlanjutan usaha sebagai dampak peran modal sosial dalam studi UMKM Keramik Dinoyo ini sampai pada kesimpulan bahwa entitas modal sosial berperan positif signifikan.

Hal ini terlihat pada awal mula

berkembangnya modal sosial

yang mampu mendorong kinerja

klaster. Akan tetapi seiring

menurunnya entitas modal sosial,

kinerja klaster semakin menurun

dan penurunan jaminan akan

keberlanjutan usaha menjadi

konsekuensi. Bahkan,

menurunnya entitas modal sosial

juga menjadi sinyalemen bahwa

persaingan yang individualistik

dan saling mematikan harus

segera ditangani.

(14)

5.2 Rekomendasi

Dari studi yang dilakukan maka karya ilmiah ini dapat dijadikan referensi bagi beberapa pihak atau stakeholder untuk berbagai kepentingan.

Pemerintah, dapat menggunakan studi ini dalam kebijakan pengembangan klaster UMKM keramik terutama tentang meningkatkan entitas modal sosial ditengah interaksi klaster.

Akademisi, dapat menjadikan studi awal ini dalam meneliti dan mengembangkan konsep yang lebih kompleks dan efektif efisien dalam pembangunan industri.

Dan Masyarakat, dapat menjadikan konsep ini sebagai pendorong ekonomi kerakyatan yang secara mandiri dapat berkembang tanpa intervensi yang berlebih. Sedangkan yang terakhir untuk pengrajin agar

dapat meningkatkan kembali entitas modal sosial sebagai jaminan akan keberlanjutan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Ashar, Khusnul, Bahtiar Fitanto, Supartono. 2009. Studi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Kawasan Wisata Jawa Timur Melalui Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal. Malang : Jurnal Ekonomi Terapan Indonesia, Volume 3

Badan Pusat Statistika, Berbagai Tahun

Jaya, Wihana Kirana. 2010.

Kebijakan Desentralisasi di Indonesia dalam Perspektif Ekonomi Kelembagaan.

Pidato Pengukuhan Guru Besar di Universitas Gadjah Mada 23 Desember 2010 Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Indonesia. 2013. Kebijakan Industri dalam Menyongsong ME-ASEAN 2015. Policy Paper No. 16 April 2013 Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah,

Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

(15)

Kuncoro, Mudrajad. 2007.

Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara Industri Baru 2030.

Yogyakarta: Penerbit Andi Nitisastro, Widjojo. 2010.

Pengalaman Pembangunan Indonesia, Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Ollila, Petri. 2006. “Principles of Institutional Economics, with Applications to Cooperatives Entreprise”. Working Papers no. 56 Departemen of Economics, Helsinki University

Perry, Martin. 2000.

Mengembangkan Usaha Kecil Dengan Memenfaatkan Berbagai Bentuk Jaringan Kerja Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Primiana, Ina. 2009. Menggerakkan Sektor Riil, UMKM dan Industri. Bandung: CV.

Alfabeta

Rahardjo, Muhammad Dawam.

2009. Pembangunan Pasca- Modernis, Rekayasa Ulang Membangun Masa Depan.

Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia

Schwab, Klause. 2013. “The Global Competitiveness Report 2012-2013”. World Economic Forum (WEF) Geneva Germany

Swasono, Sri-Edi. 2005. Mengapa Kita Memerlukan Pancasila?.

Diklat Pim LAN – RI 2005 Jakarta

Tambunan, Tulus. 2006.

Perkembangan Industri dan Kebijakan Industrialisasi di Indonesia Sejak Orde Baru Hingga Pasca Krisis. Kadin Indonesia-JETRO November 2006

Yustika, Ahmad Erani. 2005a.

Industrialisasi Pinggiran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yustika, Ahmad Erani. 2008.

Ekonomi Kelembagaan:

Definisi, Teori, dan Strategi.

Malang: Bayumedia Publishing

Yustika, Ahmad Erani. 2012.

Perekonomian Indonesia, Catatan dari Luar Pagar.

Malang: Bayumedia Publishing

Referensi

Dokumen terkait

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan badan anak perusahaan