• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN WILAYAH HINTERLAND KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN WILAYAH HINTERLAND KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Bagaimana nilai interaksi mempengaruhi perekonomian antara kawasan pusat pertumbuhan dan kawasan pendukung di Kabupaten Kulon Progo.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

Bagian ini menjelaskan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data yang diperlukan, serta metode analisis yang digunakan penulis untuk penelitian. Bagian ini mengolah data yang diperoleh dalam penelitian serta menjelaskan dan menganalisis hasil temuan data dari penelitian.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Landasan Teori

  • Teori Pusat Pertumbuhan Ekonomi Regional
  • Teori Tempat Sentral
  • Teori Gravitasi
  • Teori Basis Ekonomi
  • Otonomi Daerah
  • Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab. Kulon Progo

Konsep teori Hirschman yang dikemukakan oleh (Sjafrizal, 2008) mengatakan bahwa teori Hirschman lebih menitikberatkan pada pertumbuhan wilayah yang tidak seimbang, yaitu pertumbuhan ekonomi secara geografis akan bergantung pada kemajuan wilayah, yang memberikan dorongan untuk pembangunan lebih lanjut. Suatu daerah memiliki kecamatan sebagai pusat fungsi daerah pendukungnya, daerah tersebut disebut kota pusat tingkat tinggi, sedangkan daerah yang menjadi pusat kegiatan masyarakat setempat disebut pusat kota tingkat rendah. . Dengan tersedianya fasilitas yang menunjang kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup di bidang ekonomi, sosial dan budaya sehingga dapat terselenggaranya pekerjaan, tempat tinggal dan perjalanan di daerah tersebut (Jayadinata, 1986). .

Teori gravitasi digunakan untuk mengkuantifikasi nilai interaksi antar subarea dengan menganalogikan suatu area sebagai objek atau objek, sedangkan populasinya adalah kerumunan. Economic base theory adalah teori yang menjelaskan bahwa penggerak utama pertumbuhan ekonomi di suatu daerah didasarkan pada tingkat ekspor. Sektor dasar adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas ekonomi perusahaan yang sama.

Sektor non basis adalah sektor yang menghasilkan barang-barang yang diperlukan bagi masyarakat yang hidup dalam batas-batas ekonomi masyarakat tersebut. Berdasarkan UU 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan otonomi adalah agar daerah berdaya untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Diharapkan dengan desentralisasi potensi sumber daya alam dan sumber daya lainnya dapat dimaksimalkan, dapat meningkatkan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat dengan dana yang diperoleh dari APBD. Berorientasi pada pertumbuhan dan penguatan pembangunan ekonomi melalui sektor-sektor unggulan dengan tata kelola yang baik dimana masyarakat diharapkan mampu menghadapi perdagangan bebas berdaya saing mandiri. Meningkatkan nilai tambah sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi meliputi sektor, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Meningkatkan koordinasi pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara terpadu (integrated water resources management) dengan memberdayakan petani pemakai air dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, kelembagaan, teknis dan keuangan. Berorientasi pada perilaku dan karakter masyarakat Kabupaten Kulon Progo melalui pendidikan masyarakat yang telah terbentuk dan diterima secara umum, yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan peraturan hukum, menjaga kerukunan. Berorientasi pada pembangunan pemerintahan yang bebas KKN dengan mengutamakan fasilitas aparatur publik bagi masyarakat setempat, peran serta masyarakat dan kesadaran hukum seluruh komponen masyarakat Kabupaten Kulon Progo.

Hipotesis

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data sekunder adalah data yang dibuat atau dikumpulkan oleh orang lain yang digunakan oleh penulis dalam kurun waktu tertentu. Data sekunder ini tersedia dan bersumber dari BPS Kulonprogo (Badan Pusat Statistik), data yang digunakan terdiri dari.

Metode Analisis

  • Analisis Skalogram
  • Analisis Gravitasi
  • Analisis Location Quetiont

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan dan kawasan pendukung (catchment area) di Kabupaten Kulon Progo yang terdiri dari 12 kecamatan yaitu. Tabel terlampir memuat data mengenai 6 fasilitas dan terdapat 22 jenis fasilitas di 12 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Pada penelitian ini jumlah pesanan dibulatkan menjadi 5 pesanan atau kelas untuk kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis skalogram di Kabupaten Kulon Progo pada Tabel 4.3 tidak terdapat kecamatan yang masuk dalam Orde I dikarenakan fasilitas yang tidak lengkap di kecamatan tersebut, sehingga pusat pertumbuhan berada di II. Terdapat lima kecamatan pada urutan II yang berarti terdapat lima kecamatan yang memenuhi kriteria kecamatan pusat pertumbuhan di Kabupaten Kulon Progo. Dari lima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Kulon Progo, hanya tiga kecamatan dengan data lengkap yang memenuhi syarat, yaitu Kecamatan Sentolo dengan jumlah sarana terbanyak sebanyak 365 unit, Kecamatan Temon sebanyak 325 unit sarana dan Kecamatan Galur dengan jumlah sarana terbanyak. jumlah unit fasilitas terbanyak.

Pada kajian kawasan pusat pertumbuhan dan hinterland di Kabupaten Kulon Progo, ditemukan lima kecamatan yang menjadi kawasan pusat pertumbuhan, yaitu Kecamatan Sentolo, Kecamatan Temon, Kecamatan Galur, Kecamatan Wates dan Kecamatan Pengasih. kabupaten pusat pertumbuhan. Dengan demikian, sektor ekonomi ini dapat memenuhi kebutuhan daerah di Kabupaten Kulon Progo dan dapat mengekspor hasil produksinya ke daerah lain. Kesepuluh sektor tersebut memiliki nilai LQ rata-rata < 1 yang berarti tingkat spesialisasi sektor ekonomi tersebut di Kabupaten Kulon Progo lebih kecil dibandingkan dengan sektor ekonomi yang sama di Provinsi D.I Yogyakarta.

Serta sektor yang memiliki skor rata-rata satu adalah Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai rata-rata LQ = 1 yang berarti sektor ekonomi di Kabupaten Kulon Progo memiliki nilai ekonomi yang sama. sektor. di provinsi D.I Yogyakarta. Dari hasil analisis skalogram dan analisis gravitasi diketahui bahwa dengan penetapan lima pusat pertumbuhan di Kabupaten Kulon Progo maka rencana pengembangan program pembangunan dapat efisien. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan basis ekonomi produksi pertanian atau degradasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan hasil analisis skalogram dan analisis gravitasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kulon Progo dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kulon Progo memiliki lima kecamatan sebagai pusat pertumbuhan yaitu Sentolo, Wates, Galur, Temon dan Kasih. Berdasarkan PDRB tahun 2010, sektor basis perekonomian Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, pengolahan serta perdagangan besar dan eceran. No PDRB Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Harga Tetap 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah).

HASIL DAN ANALISIS

Hasil dan Analisis

  • Analisis Skalogram
  • Analisis Gravitasi

Dari data tersebut dibuat tabel kesimpulan yang diperoleh dari jumlah seluruh fasilitas yang ada pada setiap kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, selanjutnya dibuat tabel hasil skalogram dengan perhitungan bernomor “1” pada kolom untuk jenisnya. fasilitas yang memiliki fasilitas di kecamatan, dan angka “0” pada kolom untuk jenis fasilitas yang tidak terdapat pada fasilitas di kecamatan. Perhitungan di atas menunjukkan tingkat t-error sebesar 0,9394, nilai yang berada di antara 0,9 - 1 atau lebih dari 90%, sehingga analisis skalogram pada fasilitas di setiap kecamatan di Kabupaten Kulon Progo dianggap layak. Terlihat bahwa urutan pertama adalah kecamatan yang memiliki fasilitas terlengkap sehingga menjadi pusat pertumbuhan.

Berdasarkan tabel kesimpulan terdapat lima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yaitu Sentolo, Temon, Galur, Wates dan Pengasih. Dalam menentukan kecamatan mana yang menjadi catchment area suatu kawasan pusat pertumbuhan dapat dilihat dari nilai interaksi kawasan catchment area urban dengan lingkungan pusat pertumbuhan tersebut. Analisis Location Quotient atau sering disingkat LQ digunakan untuk menentukan sektor dominan yang dapat dikategorikan sebagai basis sektor pada kabupaten yang menjadi pusat pertumbuhan di Provinsi D.I Yogyakarta dengan cara membandingkan besarnya peran suatu sektor di Kabupaten Kulon Progo dengan besarnya peran sektor yang sama di provinsi D.I Yogyakarta.

Di Kabupaten Kulon Progo dengan harga konstan tahunan terlihat bahwa enam dari tujuh belas sektor yang ada di Kabupaten Kulon Progo merupakan sektor unggulan yang ditunjukkan dengan nilai LQ masing-masing sektor, dimana sektor-sektor tersebut memiliki nilai LQ lebih besar dari satu. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010, terdapat tiga sektor dominan yang mempengaruhi PDRB Kabupaten Kulon Progo, yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan, industri pengolahan, serta perdagangan besar dan eceran. Di Yogyakarta terdapat enam sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian, penyediaan air bersih, pengelolaan dan daur ulang sampah, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, serta sektor jasa lainnya.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa sektor ekonomi dasar Kabupaten Kulon Progo seperti yang ditunjukkan oleh RPJP Kabupaten Kulon Progo menurut data PDRB tahun 2010, sektor basis meliputi pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian dan perdagangan besar. dan eceran. Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa hal yang dijadikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu peningkatan pelayanan publik melalui sarana dan prasarana di setiap kecamatan Kabupaten Kulon Progo, sehingga visi dan misi pemerintah dan untuk menghindari kesenjangan antara pusat pertumbuhan dan daerah pedalaman. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo hendaknya merevisi rencana jangka panjang daerah Kabupaten Kulon Progo dengan menambah lahan pertanian untuk menghindari kemunduran atau keterpurukan sektor ekonomi dasar yang merupakan nilai tambah masyarakat untuk menambah kekayaan guna menciptakan.

Referensi

Dokumen terkait

To answer the research question on “how do the lecturers and students’ perceptions towards the concept of active learning and its practices in second language classroom in

By the simulation, the ombined scheme has better energy and spectral efficiency, but the fairness will be lower compared with the original mean-greedy algorithm..