• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN DURIAN ( Durio zibethinus Murr)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN DURIAN ( Durio zibethinus Murr) "

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Saya siap menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya terima dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiarisme dalam skripsi ini. 6Jl), QQ. Penelitian bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun durian. Hasil penelitian ini adalah tiga jenis daun durian yaitu Tembaga, Bakul, Sp A.

Terdapat beberapa jenis metabolit sekunder yang terdiri dari alkaloid, steroid dan terpenoid, untuk analisis skrining fitokimia terpenoid menggunakan kromatografi lapis tipis dengan menunjukkan nilai RF pada tiga jenis daun durian yang terdiri dari tembaga, keranjang, Sp. A dengan pelarut metanol : etil asetat dengan perbandingan 3 : 1 untuk nilai RF pada durian tembaga 0,97, pada durian Bakul 0,95 untuk durian Sp. Selanjutnya pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi S1 ​​di Fakultas Biologi Universitas Medan Area dengan konsentrasi Biologi Kesehatan.

Puji dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih pada penelitian ini adalah senyawa metabolit sekunder dengan judul “Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Durian (Durio zibethinus Murr)”. Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan penulis dan pembaca, Aaamiiinn.

1. Gambar 1. Bagian daun  durian (Durio zibethinus Murr)..........................  6
1. Gambar 1. Bagian daun durian (Durio zibethinus Murr).......................... 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu bentuk olahan buah durian dibuat menjadi selai kulit buah. Selai merupakan salah satu jenis pangan yang diawetkan berupa sari buah atau buah yang dihaluskan, ditambah gula pasir dan dimasak hingga kental atau setengah padat (Herman, 2009). Sheet marmalade merupakan modifikasi dari bentuk marmalade yang semula berbentuk semi padat (agak cair), menjadi lembaran-lembaran yang kompak, plastis dan tidak lengket. Selain praktis dalam penggunaannya, produk selai juga memberikan hasil yang relatif merata pada roti.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Setiap buah mengandung 5 duri yang didalamnya terdapat 1-5 biji yang berdaging putih, krem, kuning atau kuning tua. Setiap varietas durian menentukan ukuran buah, rasa, tekstur dan ketebalan daging (Nazaruddin, 1994). Tiap ruang berisi biji (pongge) yang daging buahnya lembut, manis, dan berbau merangsang. Setiap cabang tanaman durian tumbuh secara horizontal atau vertikal dengan sudut 30o-40o tergantung jenis atau varietasnya (Bernard, 2009).

Bunga durian berbentuk seperti mangkok yang tersusun pada batang agak panjang berbentuk dompolan. Setiap pohon durian mekar melimpah, mencapai 100 kuntum. Buah durian berbentuk bulat atau lonjong atau tidak beraturan, berukuran kecil hingga besar, cangkangnya berduri dan bagian dalamnya berlubang. Irawan dkk (2007) mengatakan bahwa setiap varietas durian mempunyai perbedaan pada bentuk daunnya.

Durian tumbuh berbentuk pohon, batang terlihat jelas, berkayu (lignosus), berbentuk silindris, arah tumbuh batang tegak lurus percabangan monopodial, arah tumbuh cenderung ke atas dan ada yang mendatar, papagan ( kulit kayu) berwarna coklat, pengelupasannya tidak merata. Bagian batang tulang daun (costa) memanjang dari pangkal daun sampai ke ujung daun dan muncul dari tulang sisi tulang cabang (saraf lateral), sehingga mengingatkan kita pada sirip durian. (Durio zibethinus Murr) berbentuk tombak cm cm. Berbeda dengan Irawan dkk (2007) yang menyatakan bahwa bagian daun yang paling lebar terdapat pada bagian tengah.

Khusus daun sukun durian mempunyai tebal daun 0,02 cm, perkamen (perkamen) tipis namun kaku, tepi utuh, ujung daun runcing/akuminatus, pangkal daun, rumus daun 2/5. Menurut Tjitrosoepomo (2003), tangkai daun merupakan bagian daun yang menopang lamina dan memastikan posisi helaian daun agar dapat menerima banyak sinar matahari. Daun pada banyak tumbuhan dikotil (beberapa tumbuhan monokotil) bersifat dorsiventral, yaitu mempunyai permukaan atas (adaksial) dan permukaan bawah (abaksial) yang berbeda secara morfologi (Divinkom, 2008).

Tulang daun (nervatio) berfungsi mengangkut air (bersama garam terlarut) dari tanah ke daun dan mengangkut hasil asimilasi daun ke bagian lain pada cabang (Tjitrosoepomo, 2003). Struktur tulang daun durian sukun adalah tulang menyirip (enninervis) dan mempunyai satu tulang induk (costa) dari pangkal hingga ujung daun. Tulang bercabang (saraf lateral) berasal dari tulang induk, sehingga strukturnya menyerupai sirip ikan.

Gambar 1. Bagian-bagian daun Durio zibethinus Murr (Sumber:Gembong tjitrosoepomo, 1993).
Gambar 1. Bagian-bagian daun Durio zibethinus Murr (Sumber:Gembong tjitrosoepomo, 1993).

Metabolit

Metabolit sekunder

  • Alkaloid
  • Saponin
  • Flavonoid
  • Terpenoid
  • Steroid
  • Tanin

Alkaloid menurut Winterstein dan Trier diartikan sebagai senyawa yang bersifat basa dan mengandung atom nitrogen, yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid sejati adalah senyawa yang memiliki cincin nitrogen heterosiklik, bersifat basa, dan berasal dari asam amino. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar yang terdapat di alam, senyawa tersebut berupa zat warna merah, ungu dan biru.

Senyawa ini sangat tersebar luas pada bagian-bagian tumbuhan, baik pada akar, batang, daun, maupun buah, sehingga secara tidak sadar senyawa ini juga dimasukkan dalam makanan sehari-hari. tidak normal jika menu tidak mengandung flavonoid/isoflavon tersebut. Kelompok senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan aslinya melalui penyulingan atau ekstraksi uap dan dikenal sebagai minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai, selentingan, pepermin, kapur barus, cedar (tanaman cedrus) dan yang paling penting senyawa organik dari bahan alam golongan minyak atsiri sangat sering digunakan dalam minyak atsiri. industri wewangian (wewangian), makanan dan obat-obatan.

Bau harum berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 atom karbon yang disebut terpenoid (Putri, 2011). Terpen awalnya merupakan golongan senyawa yang hanya terdiri atas atom C dan H dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5H8 (satuan isoprena) yang digabungkan dari kepala ke ekor (head – tail). Senyawa steroid merupakan senyawa turunan lipit yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang merupakan turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol dan estrogen.

Fitokimia merupakan ilmu teknis analisis kandungan kimia pada tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan merupakan data kualitatif tentang kandungan kimia yang tumbuh pada suatu jenis tumbuhan. Secara umum kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol dan kuinon, senyawa-senyawa tersebut tersebar luas pada tumbuhan. Metabolit sekunder dihasilkan melalui tahapan reaksi pada jaringan tanaman yang disebut biosintesis Alkaloid terpenoid, steroid dan flavonoid adalah beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari biosintesis ini. Penelitian kandungan kimia suatu tumbuhan (daun, batang, kulit kayu, akar, dll) atau penapisan kandungan kimia beberapa jenis tumbuhan dalam satu famili pada bagian tertentu akan memberikan informasi tingkat evolusinya (Sabarwati, 2006). .

Fitokimia merupakan suatu teknis analisis kandungan kimia pada tumbuhan, analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode fitokimia dapat ditentukan secara kualitatif kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tanin polifenol, dan kuinon. Senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan sebagai pereaksi tersendiri dan spesifik, misalnya pereaksi Dragendorf, Meyer, Wegner, asam pikrat, dan asam tanat untuk alkaloid.

Kromatografi Lapis Tipis

Reagen Liebermenn-burehard untuk terpenoid, FeCl2 untuk mengidentifikasi flavonoid dan larutan gelatin untuk senyawa tanin (Abraham, 2010). Cara penggunaan pelat kromatografi lapis tipis KLT adalah: (1) Digambar garis dengan menggunakan pensil di dekat bagian bawah pelat dan setetes pelarut hasil campuran pewarna diteteskan pada garis tersebut. (2) Setelah tetesan campuran mengering, cawan dimasukkan ke dalam gelas kimia bertutup, tidak mengandung banyak pelarut. Untuk memperoleh kondisi ini, biasanya terdapat kertas saring yang dibasahi dengan pelarut di dalam gelas kimia.

Lingkari titik tersebut, lalu hitung jarak yang ditempuh zat terlarut dan jarak yang ditempuh pelarut, kemudian hitung dengan membandingkan kedua jarak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan tertentu untuk memastikan titik-titik yang terbentuk memiliki jarak yang sama meskipun ukuran jarak lempeng berbeda. Nilai Rf juga menunjukkan laju retensi suatu komponen dalam fasa diam sehingga nilai Rf sering disebut dengan faktor retensi.Nilai Rf dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Semakin tinggi nilai Rf sampel maka semakin besar jarak gerak senyawa pada pelat KLT. Ketika membandingkan tiga sampel berbeda dalam kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar jika senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorben polar pada pelat KLT. Apabila nilai Rf yang teridentifikasi mempunyai nilai yang sama, maka senyawa tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat yang sama atau mirip.

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Metode Penelitian

Karakteristik

Tinggi tanaman dapat mencapai 34-45 meter dari permukaan tanah, diameter batang 30 cm, bentuk tajuk pohon tidak beraturan, warna daun bagian atas hijau mengkilat, bagian bawah warnanya coklat keemasan. Letak daun mendatar, bentuk ujung daun runcing, bentuk daun Lurus memanjang, setiap cabang terdapat 5 ranting besar dan setiap cabang terdapat beberapa ranting kecil. Tanaman ini mempunyai tinggi 35-50 meter dari permukaan tanah, diameter batang 45 cm, warna daun bagian atas hijau tua, daun bagian bawah hijau keperakan, letak daun mendatar, bentuk daun lanset, bentuk tajuk pohon lonjong, letak dahan mendatar. Tanaman ini mempunyai tinggi 25-37 meter dari permukaan tanah, diameter batang 38 cm, warna daun hijau pucat pada bagian atas sedangkan bagian bawah hijau abu-abu, letak daun mendatar.

Prosedur kerja

Ekstrak pekat yang diperoleh siap untuk dianalisis secara kualitatif (skrining fitokimia) untuk menentukan metabolit sekunder. 1 gram ekstrak pekat daun durian ditambahkan 1 ml 2 mol HCL dan 10 ml air suling, dipanaskan selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian yang masing-masing ditambahkan pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, dan pereaksi Dragendroff.

Identifikasi flavonoid dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat daun durian dalam metanol panas dan menambahkan 0,1 gram mg bubuk dan 5 tetes HCl pekat. Identifikasi terpenoid dan steroid dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat daun durian dalam 0,5 ml kloroform, kemudian menambahkan 0,5 ml asetat anhidrida dan meneteskan campuran tersebut dengan 2 ml H₂SO₄ pekat melalui dinding tabung. Identifikasi tanin dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat daun durian dalam 10 ml aquades, kemudian disaring dan ditambahkan 3 tetes FeCl3 1% ke dalam filtratnya.

Identifikasi saponin dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat daun durian dalam 10 mL air panas kemudian dikocok kuat-kuat selama 15 detik. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz) pada Ekstrak Etanol. Okulasi tanaman Durian (Durio zibethinus Murr) beserta asal pucuk batang atas dan cara pemotongan batang bawah.

Keterangan: uji metabolit sekunder pada daun durian; a) pengujian tembaga; b) tes pada jenis keranjang; c) uji tipe Sp A; d) foto hasil pembentukan bercak pada pelat KLT ekstrak daun durian dengan menggunakan sinar UV (ultraviolet).

Lampiran 1. Tabel perhitungan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis daun durian
Lampiran 1. Tabel perhitungan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis daun durian

Gambar

1. Gambar 1. Bagian daun  durian (Durio zibethinus Murr)..........................  6
1. Lampiran 1. Tabel perhitungan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis      daun durian........................................................................................
1. Gambar 1. Bagian daun  durian (Durio zibethinus Murr).......................... 6
1. Tabel 1. Hasil uji skrining fitokima ekstrak daun durian........... 25 2. Tabel 2. Perhitungan nilai Rf ekstraksi daun durian..................
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian lain terhadap beberapa jenis mangrove melaporkan bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman tersebut adalah golongan senyawa alkaloid, fenolik, steroid dan