• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS JURNAL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTITAS JURNAL"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Skor prediktif untuk memprediksi penyakit jantung iskemik pada pekerja Jenis penelitian: Penelitian medis. Abstrak: Penyakit jantung iskemik (ICH) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di banyak negara, salah satunya Indonesia. Dari hasil MCU dapat dideteksi lebih dini, beberapa penyakit pada pekerja termasuk IHD terjadi karena beberapa faktor risiko.

Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan (MCU) di salah satu perusahaan di Jakarta yang menggunakan skor kardiovaskular, diketahui 38% karyawan berisiko tinggi terkena penyakit jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan skor prediktif dari berbagai faktor risiko yang berperan sebagai alat deteksi IBD pada pekerja Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran faktor risiko individu dan peran skor prediktif sebagai alat/metode deteksi dini dalam menggambarkan risiko kejadian PJK pada populasi kerja.

Tabel 1  Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja  27
Tabel 1 Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja 27

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum

  • Tujuan Khusus
  • Untuk pekerja
  • Untuk Perusahaan
  • Untuk Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat membantu para pekerja dalam mengetahui status kesehatannya, terutama terkait dengan risiko penyakit jantung iskemik dini. Skor prediktif ini diharapkan dapat membantu dokter okupasi atau SDM perusahaan dalam mengambil keputusan klinis untuk menyusun strategi, mengidentifikasi risiko penyakit, dan memberikan panduan kepada pekerja berisiko tinggi sehingga penatalaksanaan penyakit jantung iskemik menjadi lebih baik. Dengan skor prediktif ini, langkah antisipatif dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tingkat kesehatan karyawan serta menjaga kinerja dan produktivitas perusahaan.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangsih FK UHAMKA kepada Kementerian Ketenagakerjaan RI terkait perlindungan tenaga kerja khususnya terkait masalah kesehatan.

Penyakit Jantung Iskemik .1. Definisi

  • Diagnosis
  • Faktor Risiko
  • Komplikasi
  • Terapi

Infark miokard adalah konsekuensi dari ketidakseimbangan jangka panjang dan parah antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Pada kebanyakan kasus, infark miokard terjadi akibat aterosklerosis koroner dengan trombus luminal yang tumpang tindih. Stenosis koroner derajat tinggi yang berkembang lambat sering berkembang menjadi oklusi lengkap tanpa menyebabkan infark miokard akut karena pembentukan jaringan vaskular kolateral melindungi kardiomiosit dari kematian iskemik.

Infark miokard biasanya terjadi akibat oklusi tiba-tiba arteri koroner ketika plak 'berisiko tinggi' yang rawan trombotik mengikis atau pecah. (K.Thygesen, 2018). Mengacu pada pasien dengan gejala angina pektoris yang khas yang tidak memiliki bukti penyakit arteri koroner yang signifikan pada angiogram, dianggap karena toko vasodilator vaskular koroner yang tidak mencukupi yang tidak berdilatasi dengan baik selama periode peningkatan denyut jantung, permintaan oksigen miokard. Faktor risiko penyakit jantung iskemik terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.

Saat ini, pengobatan infark miokard berfokus terutama pada rekanalisasi arteri koroner yang tersumbat untuk mengembalikan perfusi dan mencegah nekrosis miokard. Prinsip terapi trombolitik dalam pengobatan infark miokard akut adalah rekanalisasi arteri koroner yang tersumbat dan pembentukan sirkulasi darah sesegera mungkin.Sejumlah besar studi klinis menunjukkan bahwa terapi trombolitik mencapai efek penyembuhan terbaik dalam waktu 6 jam setelah timbulnya infark miokard. , dan semakin dini pengobatan dimulai, semakin baik efek kuratifnya. Prosedur ini secara efektif memulihkan aliran darah dan mengembalikan fungsi otot jantung dengan memasukkan kateter khusus ke dalam vena dan menggembungkannya di area arteri koroner yang menyempit [9].

Tetapi PCI juga memiliki beberapa risiko potensial, seperti perdarahan atau infeksi di tempat pemasangan kateter, reaksi alergi terhadap pewarna kontras yang digunakan, penggumpalan darah di pembuluh yang dirawat, pecahnya arteri koroner, dan oklusi total arteri koroner. Merupakan perawatan bedah yang efektif untuk penyakit jantung koroner dan iskemia miokard, yang dapat meredakan gejala secara efektif.

Gambar 1. Manifestasi Klinis dari Patofisiologis PJI
Gambar 1. Manifestasi Klinis dari Patofisiologis PJI

Urgensi Penelitian/State of Art

Ini juga merupakan metode yang efektif untuk mengobati restenosis dan komplikasi akut pada pasien setelah PCI. Setelah komplikasi akut terjadi setelah pembedahan, CABG akut akan meminimalkan kerusakan miokard dan mengurangi kematian di rumah sakit serta efek samping.Oleh karena itu, CABG merupakan pengobatan alternatif atau kombinasi yang penting untuk PCI. Skor prediktif ini diharapkan dapat memandu dokter perusahaan atau departemen SDM di perusahaan dalam mengambil keputusan klinis untuk mengembangkan strategi, mengidentifikasi risiko penyakit dan memantau pekerja berisiko tinggi sehingga penatalaksanaan penyakit jantung iskemik menjadi lebih tepat.

Roadmap Penelitian

Tujuan untuk mencapai level ini adalah untuk membuat perangkat prediksi yang direkomendasikan untuk memprediksi kejadian penyakit jantung iskemik pada populasi pekerja. Parameter variabel dengan hasil uji multivariat yang signifikan ditetapkan sebagai variabel independen dalam skor prediktif untuk penyakit jantung iskemik. Setelah menghitung skor prediktif, prosedur penerima operasi karakteristik (ROC) dilakukan untuk menentukan nilai area di bawah kurva (AUC) dan titik batas optimal untuk memperkirakan kemungkinan penyakit jantung iskemik.

Populasi sasaran adalah pekerja di Jakarta dan sekitarnya Sampel penelitian diambil dari mereka yang telah menjalani pemeriksaan kesehatan (MCU) di Laboratorium Klinik Jakarta, dengan kriteria kelayakan pekerja berusia ≥18 tahun yang mengikuti MCU dan bersedia mengikuti pembelajaran. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: yang tidak datang untuk pemeriksaan MCU atau yang hasil MCU-nya tidak lengkap. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian subyek penelitian dengan kriteria inklusi yang dimaksud dalam penelitian ini.

Tim peneliti meninjau database identitas pribadi kandidat subjek penelitian dan mengidentifikasi kesesuaian keseluruhan karakteristik masing-masing kandidat dengan kriteria kelayakan yang telah ditentukan untuk penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian subyek penelitian dengan kriteria eksklusi yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Tim peneliti mereview database untuk mendapatkan data variabel prediktor, outlier, dan variabel outcome.

Pengukuran variabel prediktor dan variabel outcome untuk masing-masing subjek penelitian dilakukan oleh pemeriksa yang berbeda, secara membabi buta. Indikasi dari hasil penelitian ini adalah dikembangkannya sistem skoring baru sebagai skor prediktif untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung iskemik pada pekerja.

Hasil

Hal ini sesuai dengan temuan bahwa lebih banyak responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh/BMI > 25, yaitu sebanyak 2115 orang (51,6%). Sedangkan yang memiliki riwayat sesak nafas terdapat 191 orang (4,7%), lebih banyak dari yang memiliki riwayat nyeri dada yang hanya 73 orang (1,8%). Pada Tabel 3 terlihat bahwa dari 48 responden yang positif penyakit jantung iskemik, berdasarkan kategori demografi, responden berjenis kelamin laki-laki (38 orang atau 84,4%), lebih tua dari 40 tahun (77,1%) atau sebanyak 37 kali cuci. . orang, responden yang memiliki IMT > 25 yang setinggi orang) dan yang memiliki lingkar pinggang > 80 cm terdapat pada 42 responden (93,3%).

Dalam hasil lab, kadar gula darah dan fungsi hati merupakan faktor paling umum yang menunjukkan penyakit jantung iskemik. Untuk profil lipid, 41 orang (85,4%) dengan rasio LDL/HDL ≤ 4,4 positif mengidap penyakit jantung iskemik. Pada kategori riwayat kesehatan, hanya sedikit responden yang memiliki beberapa riwayat kesehatan/keluhan positif penyakit jantung iskemik.

Sebaliknya, lebih banyak responden yang memiliki riwayat sesak napas yang positif iskemia. Pada kategori kebiasaan, baik responden yang rutin berolahraga maupun yang tidak menunjukkan hasil yang sama. Kemudian hanya 8 orang (0,16%) responden yang memiliki kebiasaan merokok yang mengalami penyakit jantung iskemik secara bersamaan yang menunjukkan hasil yang signifikan.

Berdasarkan hasil bivariat, variabel yang memiliki p-value < 0,05 dimasukkan dalam analisis regresi logistik multivariat dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.Hasil yang ditunjukkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari sepuluh variabel faktor usia adalah >40 tahun . Nilai HDL <50 mg/dL, kebiasaan merokok dan riwayat sesak nafas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penyakit jantung iskemik. 33 Langkah selanjutnya adalah menentukan skor Cut off point probabilitas seseorang terkena penyakit jantung iskemik, yaitu dengan membuat kurva ROC dan area AUC yaitu Sensitivity (Se) dan Spesifisitas (Sp), dengan hasil sebagai berikut.

Tabel  2  menunjukkan  pada  karakteristik  demografi  dapat  dilihat  dari  4100  responden, didapatkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 3427 responden  (  83,5%) berjenis kelamin  laki-laki dan  berusia  lebih dari 40 tahun  sebesar  66,7 %  atau
Tabel 2 menunjukkan pada karakteristik demografi dapat dilihat dari 4100 responden, didapatkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 3427 responden ( 83,5%) berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih dari 40 tahun sebesar 66,7 % atau

Pembahasan

34 kejadian penyakit jantung koroner secara nasional berdasarkan diagnosis atau gejala dokter adalah 1,5% (Ghani et al., 2016). Pekerja dengan penyakit jantung iskemik terbanyak adalah pekerja dengan kategori usia >40 tahun (77,1%) dan ditemukan hubungan yang signifikan antara usia dengan penyakit jantung iskemik. Wu et al., 2014). Sedangkan penyakit jantung iskemik pada mereka yang berusia lebih muda terjadi akibat faktor risiko lain, terutama kebiasaan merokok.

Di Amerika Serikat, merokok menyumbang 33 persen dari semua kematian CVD dan 20 persen kematian akibat penyakit jantung koroner pada orang di atas usia 35 tahun (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko penting dan termasuk dalam salah satu komponen prediktif skor, meskipun hanya 8 orang (0,16%) responden yang memiliki kebiasaan merokok mengalami penyakit jantung iskemik. 36 Merokok merupakan faktor risiko utama dan independen untuk penyakit jantung iskemik yang terkait dengan berbagai mekanisme.

Pada penyakit jantung iskemik, nyeri dada dan sesak napas/sesak napas merupakan gejala yang paling umum. Dispnea adalah ketidaknyamanan pernapasan yang terdiri dari berbagai sensasi dengan intensitas yang bervariasi. Responden yang melaporkan riwayat sesak napas/dispnea dan penyakit jantung iskemik pada penelitian ini sebanyak 13 orang (27,08%). Hal ini sangat kontras dengan penelitian oleh Bøtker et al., 2016 yang melakukan penelitian mulai 1 Juni 2008 pada semua pasien yang menjalani triase telemedis berdasarkan elektrokardiogram (EKG) di ambulans untuk dugaan penyakit jantung iskemik di wilayah tengah Denmark. hingga 1 Januari 2013.

Pada penelitian ini, jumlah responden yang mengaku pernah mengalami sesak napas di masa lalu mungkin karena penyakit selain penyakit jantung iskemik, seperti penyakit paru obstruktif, gagal jantung, atau penyebab lainnya. Hasil penelitian pada berbagai penelitian sebelumnya menemukan bahwa prevalensi penyakit jantung iskemik cukup tinggi pada pekerja dengan dislipidemia atau diabetes.

Kesimpulan

Saran

Keluaran yang direalisasikan memuat identitas keluaran penelitian yang telah peneliti realisasikan sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

IDENTITAS JURNAL

IDENTITAS SEMINAR

Identifikasi individu yang berisiko penyakit jantung tetapi saat ini tanpa gejala telah menjadi metode yang diterima untuk pencegahan primer penyakit jantung iskemik di banyak negara. Di Indonesia, sejauh ini belum ada penelitian yang mengembangkan skor prediktif untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung iskemik, khususnya di kalangan pekerja. Rencana penelitian ini selanjutnya adalah uji validasi Predictive Score untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung iskemik pada pekerja.

Tujuan untuk mencapai fase ini adalah memvalidasi skor prediktif pada populasi yang lebih luas yang memiliki karakteristik berbeda. Tahap akhir adalah penyusunan rekomendasi untuk Kementerian Ketenagakerjaan, dimana tujuan untuk mencapai tahap ini adalah perumusan perangkat prediktor rekomendasi untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung iskemik pada populasi kerja. Pengaruh berhenti merokok, olahraga teratur dan/atau aktivitas fisik terhadap kelangsungan hidup: Sebuah studi kohort 13 tahun terhadap penduduk Indonesia di Jakarta.

Gambar

Tabel 1  Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja  27
Gambar 1. Manifestasi Klinis dari Patofisiologis PJI
Tabel 2. Karakteristik Base Line Pekerja
Tabel 1. Prevalensi Penyakit Jantung Iskemik pada Pekerja
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

This paper analyzes the simultaneous equation estimation of the relationship between the level of economic globalization as measured by the trade global- ization ratio,