• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ika Rahmawati 13103241089

N/A
N/A
tinna utami

Academic year: 2023

Membagikan "Ika Rahmawati 13103241089"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Teridentifikasi adanya siswa kelas III yang mengalami kesulitan dalam matematika sebagai bukti rendahnya hasil belajar dibandingkan mata pelajaran lain yang belum tercakup secara maksimal. Belum adanya GPK yang dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika di kelas III, sehingga keberhasilan siswa menjadi tantangan tersendiri bagi guru kelas.

Fokus Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Akomodasi tuntutan waktu dan penjadwalan yang dapat dilakukan guru bagi siswa yang kesulitan belajar matematika adalah:. Akomodasi Belajar Anak Kesulitan Belajar Matematika Kelas III SD N Karanganyar Yogyakarta Nama Pengamat. Itu saja mungga loro, jadinya berapa kali?" dan seterusnya. 5. Guru menggunakan tabel atau fakta matematika seperti tabel perkalian dan pembagian).

Kalau guru bertanya kepada seluruh siswa 1/8..apa nama delapan ini?" guru sendiri menjawab "itu namanya penyebut". REDUKSI DATA DARI HASIL OBSERVASI AKOMODASI PENGAJARAN ANAK KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SD N KARANGANYAR YOGYAKARTA.

Batasan Istilah

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Terdapat kesenjangan antara potensi dan prestasi, umumnya anak yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukkan prestasi yang rendah, namun IQ-nya normal atau bahkan di atas rata-rata. Pernyataan ini menegaskan sekali lagi bahwa kondisi yang dialami anak dengan kesulitan belajar tertentu bukan disebabkan oleh faktor kecerdasan di bawah rata-rata. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian anak kesulitan belajar tertentu dapat diartikan sebagai anak yang mengalami permasalahan internal.

Anak yang mengalami kesulitan belajar matematika sebagaimana disebutkan di atas termasuk dalam kelompok anak yang mengalami kesulitan belajar tertentu yang sering disebut diskalkulia. Dari definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa anak kesulitan belajar matematika adalah anak yang mempunyai kendala atau kesulitan dalam mempelajari konsep perhitungan dan penalaran matematis, sehingga hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya, bukan karena rendahnya kecerdasan.

Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Anak yang mengalami kesulitan belajar terkadang juga mengalami kendala bahasa. Misalnya anak yang kesulitan dalam menulis akan mengalami kesulitan ketika diminta mengungkapkan perasaannya melalui tulisan dan dalam matematika, anak akan mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, anak yang mengalami kesulitan belajar juga bisa mengalami gangguan motorik. Jika persepsi visual anak rendah, maka anak akan mengalami kesulitan, misalnya pada koordinasi tangan dan penglihatan. Ketika guru mengatakan tangan kiri dan penglihatan, Jika siswa kemudian diminta menirukan, dia akan bingung harus mengangkat tangan yang mana. Dapat dikaji lebih lanjut sebagai berikut: bangun datar yaitu siswa belum memahami proses pengurangan pada operasi pembagian, kesulitan memahami bilangan multi angka, diskriminasi (kesulitan membedakan lambang bilangan).

Berdasarkan pengalamannya sebagai pendidik di bidang ketidakmampuan belajar, Martini Jamaris menambahkan bahwa kesulitan belajar yang dialami anak yang mengalami kesulitan belajar matematika adalah anak yang mengalami kelemahan dalam berhitung, kesulitan dalam mentransfer pengetahuan, rendahnya pemahaman bahasa matematika, dan kesulitan. dalam mempelajari matematika. dalam persepsi visual. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut: kesulitan memproses informasi, yang berkaitan dengan proses visual-auditori, persepsi, spasial, dan memori; Kesulitan dalam berhitung tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan membaca anak, tetapi juga oleh masalah penalaran.

Kajian Akomodasi Pembelajaran

  • Hakikat Akomodasi Pembelajaran
  • Bentuk-Bentuk Akomodasi Pembelajaran
  • Prinsip Akomodasi Pembelajaran

Bentuk akomodasi yang dapat dilakukan antara lain: akomodasi presentasi, respon, pengaturan, waktu, jadwal dan keterampilan berorganisasi. Sedangkan dalam proses belajar mengajar, kisaran akomodasi yang dapat dilakukan menurut Hayden (2004) dalam Sari Rudiyati, dkk: (1) bahan dan metode pengajaran, (2) tugas dan penilaian di kelas, (3) ) tuntutan waktu dan penjadwalan, (4) lingkungan belajar, dan (5) penggunaan sistem komunikasi khusus. Kisaran akomodasi yang dapat dilakukan guru menurut Hayden (2004) dalam Sari Rudiyati, dkk, meliputi: (1) bahan dan metode pengajaran, (2) penugasan dan penilaian di kelas, (3) tuntutan waktu dan penjadwalan, (4 ) lingkungan belajar, dan (5) penggunaan sistem komunikasi khusus.

Maksud dari saran di atas adalah penyesuaian materi dan metode pengajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami informasi lisan adalah: (1) penggunaan media visual (bagan, papan tulis) dan materi praktik (kegiatan yang menggunakan terbuat dari pendidikan jasmani). ), (2) memberikan catatan tertulis atau gambaran umum materi, (3) menggunakan teknik pembelajaran kooperatif, (4) menggunakan isyarat verbal, memparafrasekan dan merangkum poin-poin penting materi, (5) mengizinkan penggunaan alat perekam, (6) memperbolehkan siswa mengulangi atau menuliskan informasi penting. Akomodasi dalam tugas yang dapat diberikan kepada anak berkebutuhan belajar yang menurut Hatcher dkk mengalami kesulitan dalam mengikuti instruksi antara lain:

Kajian Akomodasi Pembelajaran untuk Anak Berkesulitan Belajar

Memprioritaskan tujuan berarti mengidentifikasi seluruh tujuan pembelajaran untuk menentukan mana yang penting dan mana yang tidak diperuntukkan bagi siswa dengan ketidakmampuan belajar. Pemberian lembar soal berisi gambar dapat meningkatkan minat anak, terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca (kecuali anak dengan gangguan pemusatan perhatian, yang lebih ditekankan pada pengurangan jumlah rangsangan visual). Permasalahan yang sering muncul pada anak yang mengalami kesulitan belajar matematika adalah konsep nilai tempat dan penyelesaian masalah pada soal cerita.

Siswa dengan ketidakmampuan belajar mungkin dapat menyelesaikan tugas atau bekerja lebih lambat dibandingkan siswa lainnya. Lingkungan belajar yang bercirikan kolaborasi menimbulkan motivasi yang lebih besar sehingga berdampak pada peningkatan prestasi, terutama bagi anak-anak yang kesulitan belajar matematika.

Kajian Penelitian Relevan

Kelas III SD N Karanganyar berisikan anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika sesuai kriteria penelitian ini. Berikut pedoman pengamatan fasilitas pembelajaran oleh guru bagi anak yang mengalami kesulitan belajar matematika. Pedoman Observasi Akomodasi Belajar Oleh Guru Kelas III Bagi Siswa yang Kesulitan Belajar Matematika Kelas III SD N.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hasil wawancara dengan guru kelas III SD N Karanganyar mengenai adaptasi pembelajaran pada anak berkesulitan belajar matematika. Hal ini bertentangan dengan pandangan Fashl bahwa pengaturan yang dapat diberikan secara khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika, salah satunya adalah tugas. Guru memberikan umpan balik kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika berupa pujian dan koreksi verbal.

Berdasarkan hasil survey dan diskusi dapat disimpulkan bahwa guru kelas III SD N Karanganyar Yogyakarta telah menciptakan fasilitas pembelajaran bagi anak yang kesulitan belajar matematika. Peneliti : “Apa standar penilaian khusus sekolah bagi siswa berkebutuhan khusus di kelas reguler?”

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian   F.  Pertanyaan penelitian
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian F. Pertanyaan penelitian

Kerangka Berpikir

Pertanyaan Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Subjek dan Objek Penelitian
  • Setting dan Waktu Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Analisis Data
  • Pengujian Keabsahan Data

Peneliti : “Bu, pernahkah ibu memberikan contoh penggunaan kertas grafik kepada siswa untuk memudahkan dalam mengerjakan soal perhitungan susun?” Peneliti : “Silahkan bu, bagaimana cara ibu memberikan masukan terhadap apa yang dilakukan RRB dalam pembelajaran matematika?” Peneliti : “Iya, hari ini misalnya guru memberikan RRB selembar kertas untuk diisi yaitu 1.

Peneliti : “RRB saat pelajaran MTK dipasangkan dengan teman untuk membantu tugas atau tidak?” Peneliti : “Apakah ada instruksi khusus dari pihak sekolah kepada guru untuk memberikan waktu tambahan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar?”

Tabel 1. Rincian agenda penelitian
Tabel 1. Rincian agenda penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Secara geografis SD Negeri Karanganyar terletak di wilayah kota Yogyakarta tepatnya di Jalan Sisingamangaraja no. SD Negeri Karanganyar merupakan salah satu sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif, berdiri di atas tanah seluas 1.810 m2. Tenaga kependidikan dan non pedagogi yang dipekerjakan sebanyak 16 orang, diantaranya 1 orang guru bergelar magister, 10 orang guru S1, 2 orang guru D2, 1 orang guru SMA (keterampilan) dan 2 orang pegawai TU yang berpendidikan tinggi.

Pada tahun ajaran 2016/2017, siswa SD Negeri Karanganyar kelas I hingga VI berjumlah 129 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Karanganyar saat ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor (Guru dan Kepala Sekolah), 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium, 1 ruang UKS, 1 ruang penyimpanan, 2 kamar mandi siswa dan 1 toilet Guru. Gedung sekolah terletak sekitar 20 m dari jalan utama Sisingamangaraja, berbentuk persegi, didalamnya terdapat lapangan upacara yang dikelilingi ruang kelas, UKS dan gedung perpustakaan.

Kelas III yang siswanya mengalami kesulitan belajar matematika terletak di nomor 4 dari ruangan paling utara, setelah kelas II. Di bagian depan kelas terdapat papan tulis yang menempel di dinding dan lemari di samping meja guru. Ruang kelas tertata rapi, terdapat jam dinding, beberapa foto hasil karya siswa, 1 layar jam, penggaris (panjang, setengah lingkaran dan segitiga).

Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah laki-laki, beragama Islam, lahir pada tanggal 7 Agustus 2007, beralamat di Bantul, dan berusia 9 tahun 9 bulan pada saat penelitian dilakukan. Menurut guru kelasnya, kemampuan motorik halus dan motorik kasarnya cukup baik untuk anak seusianya. Kelima kemampuan sensorik dan pendengarannya juga baik, menandakan bahwa ia tidak mengalami kendala pada aspek tersebut selama menempuh pendidikan di SD N Karanganyar.

Namun hal ini berbanding terbalik ketika RRB menghadapi soal berhitung atau soal sejarah pada mata pelajaran matematika. Saat bekerja di RRB, ia terlihat bingung dan cemas, namun ketika ditanya secara klasik, “Ada yang mau bertanya?”, RRB hanya terdiam meski sedang kesulitan. Berdasarkan observasi pada bulan Februari 2017 di kelas III pada saat pembelajaran matematika, RRB sudah mengetahui dan dapat mengurutkan lambang bilangan dari 1 sampai dengan 100.

Selain itu, pada soal-soal sejarah yang dikerjakan, jawabannya pun salah bahkan tidak ada hubungannya dengan soal tersebut. Hal ini terungkap dalam penelitian bahwa selain mengalami kesulitan pada penjumlahan dan soal cerita, RRB juga mengalami kesulitan pada materi selanjutnya yang disampaikan oleh guru. Pada materi pecahan RRB juga belum memahami konsepnya, terbukti dari hasil pengerjaannya yang salah total.

Selanjutnya RRB terlihat kebingungan mengenai satuan ukuran mm, cm, m dan seterusnya saat mengerjakan soal 2 m + 50 cm. Tidak hanya itu, meskipun guru menanyakan pertanyaan secara lisan, 1 m sama dengan berapa cm, RRB tidak dapat menjawabnya. Subjek penelitian ini adalah seorang wanita beragama Kristen, lahir pada tanggal 16 tahun 1962, beralamat di Yogyakarta dan berusia 55 tahun.

Deskripsi Hasil Penelitian

Hal serupa juga diungkapkan RRB saat wawancara pada 29 April 2017 bahwa SI telah melakukan rambu-rambu berikut untuk menarik perhatian. Hal ini juga diakui SI saat wawancara pada 27 April 2017 bahwa SI tidak menggunakan tabel fakta matematis, yaitu sebagai berikut. Hal tersebut diakui SI dalam wawancaranya pada tanggal 27 April 2017 bahwa selama perkuliahan seluruh siswa tidak diperbolehkan menggunakan kalkulator yaitu sebagai berikut.

Hal senada juga diungkapkan RRB dalam wawancara tanggal 29 April 2017 bahwa SI tidak memberikan daftar tugas kepada RRB sebagai berikut. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan RRB pada wawancara tanggal 29 April 2017 tentang guru yang memberikan waktu tambahan sebagai berikut. Hal senada diungkapkan SI dalam wawancara pada 27 April 2017, bahwa SI menyamakan tugas seluruh siswa kelas 3, yaitu sebagai berikut.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan SI dalam wawancara tanggal 27 April 2017, bahwa SI membantu RRB memfokuskan tugas-tugas berikut dari yang mudah ke yang sulit. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan SI pada wawancara berikutnya pada tanggal 27 April 2017.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan SI dalam wawancara tanggal 27 April 2017 sebagai berikut. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 13 April 2017 dan 7 Mei 2017 dimana SI memberikan pujian ketika RRB mampu melaksanakan tugas. Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan SI dalam wawancaranya pada tanggal 27 April 2017 berikut ini.

Pembahasan

  • Materi dan Cara Pengajaran
  • Tugas dan Penilaian
  • Tuntutan Waktu dan Penjadwalan
  • Lingkungan Belajar

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian   F.  Pertanyaan penelitian
Tabel 1. Rincian agenda penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Akomodasi Pembelajaran Oleh Guru  kelas III Untuk Siswa Berkesulitan Belajar Matematika di kelas III SD N
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman wawancara Guru Kelas III SD N Karanganyar
+7

Referensi

Dokumen terkait

This research used the descriptive method to seek out the scholars difficulties vocabulary in writing english of second level students from SMA Raksana Medan..