• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS TINGKAT KESADARAN MAHASISWA EVE DALAM MEMAHAMI SAFE WORK PROCEDURE (SWP) MESIN BUBUT DI EVE WORKSHOP

N/A
N/A
Rio Okd

Academic year: 2024

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS TINGKAT KESADARAN MAHASISWA EVE DALAM MEMAHAMI SAFE WORK PROCEDURE (SWP) MESIN BUBUT DI EVE WORKSHOP"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS TINGKAT KESADARAN MAHASISWA EVE DALAM MEMAHAMI SAFE WORK PROCEDURE (SWP)

MESIN BUBUT DI EVE WORKSHOP

Disusun Oleh:

1. Abdullah Firman Rasuly (2202315036) 2. Dian Mustofa (2202315038)

3. Gigih Ubaidillah Ihsan (2202315018) 4. Zia Ulhaq (2202315006)

EVE PROGRAM 18 CILACAP PT SOLUSI BANGUN INDONESIA TBK.

2022

(2)

2 Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul

“ANALISIS TINGKAT KESADARAN MAHASISWA EVE DALAM MEMAHAMI SAFE WORK PROCEDURE (SWP) MESIN BUBUT DI EVE WORKSHOP”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah menuntun umat manusia hingga dapat bangkit dari zaman jahiliyah.

Karya tulis ini kami buat sebagai tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Ibu Ratna Khoirunnisa sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.

3. Bapak Rinto Kurniawan sebagai supervisor EVE (Enterprised-based Vocational Education) Program PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Cilacap, 29 November 2022

Penulis

(3)

3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 5

PENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup ... 9

BAB II... 10

KAJIAN TEORI ... 10

2.1 Definisi K3 ... 11

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Para Ahli ... 11

2.1.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 12

2.2 Dasar Hukum Penerapan K3 ... 13

2.3 Kerugian Kecelakaan Kerja ... 14

2.4 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 15

2.5 Manfaat Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 15

2.6 Langkah-langkah Penerapan K3 ... 16

2.7 Prosedur Kerja Aman ... 17

2.8 Keselamatan di Lingkungan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk ... 18

2.9 Keselamatan di Lingkungan EVE Workshop ... 20

2.10 Mesin Bubut di EVE Workshop... 21

2.11 Pentingnya Memahami SWP Mesin Bubut ... 21

BAB III ... 22

METODOLOGI ... 22

3.1 Metode Penelitian... 22

3.2 Waktu Penelitian ... 22

3.3 Tahap Penelitian ... 22

BAB IV ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Hasil Wawancara Kronologi Kejadian Mahasiswa EVE 15 di Mesin Bubut ... 25

(4)

4 4.1.2 Hasil Wawancara Mahasiswa EVE terkait Feedback yang

Diberikan ... 25

4.1.3 Umpan Balik ... 25

4.2 Analisis Data ... 26

4.3 Solusi Permasalahan ... 26

BAB V ... 29

PENUTUP ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(5)

5 BAB I

PENDAHULUAN

SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan pengawasan. Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 234.270 kasus pada 2021. Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 221.740 kasus. Jika dilihat trennya, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia terus tumbuh dalam lima tahun terakhir.

Sejak 2017, jumlah kecelakaan kerja tercatat sebanyak 123.040 kasus. Jumlahnya naik 40,94% menjadi 173.415 kasus pada 2018. Setahun setelahnya, kecelakan kerja kembali meningkat 5,43% menjadi 182.835 kasus. Kecelakaan kerja di dalam negeri meningkat 21,28% menjadi 221.740 kasus pada 2020. Angkanya pun kembali mengalami peningkatan pada tahun lalu. Menurut BPJS Ketenagakerjaan, mayoritas kecelakaan tersebut dialami di lokasi kerja. Hal itu pun paling banyak terjadi pada pagi hari pukul 06.00 hingga 12.00. Atas berbagai kecelakaan kerja tersebut, BPJS Ketenagakerjaan telah mengeluarkan Rp. 1,79 triliun untuk membayar klaim pada 2021. Jumlah itu mengalami kenaikan 14,97% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 1,56 triliun. Dapat disimpulkan, masih banyak perusahaan yang tidak menerapkan SMK3 bahkan tidak menjadikan masalah K3 sebagai prioritas utama. Hal ini dikarenakan masih ada perusahaan menganggap bahwa semua pengeluaran yang terkait dengan program-program K3 hanya sebagai biaya (costs) yang harus ditanggung, pemborosan, dan bukan sebagai investasi untuk melindungi aset-aset (mesin, fasilitas dan infrastruktur produksi, dan SDM).

Kewajiban penerapan SMK3 diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan yang berisi bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. Ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) juga

(6)

6 diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya”. ILO (International Labour Organization) menilai penerapan SMK3 di Indonesia kurang memuaskan, dipaparkan bahwa dari sekitar 15.043 perusahaan skala besar, hanya sekitar 317 perusahaan (2,1%) yang menerapkan SMK3. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun Indonesia sudah menerapkannya, tetapi masih perlu memperbaiki penerapan SMK3 itu dengan mengetahui peranan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam upaya pencapaian zero accident di suatu perusahaan. Salah satu perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan dan kesehatan kerja yaitu PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, dengan beberapa pencapaian terkait zero accident.

1.1 Latar Belakang

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan publik dimana mayoritas sahamnya (83,52%) dimiliki dan dikelola oleh PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) yang merupakan bagian dari Semen Indonesia Group (SIG). PT Solusi Bangun Indonesia Tbk menjalankan usaha yang terintegrasi dari semen, beton siap pakai, dan produksi agregat. Perseroan ini mengoperasikan empat pabrik semen di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh), dengan total kapasitas 14,8 juta ton semen per tahun, dan mempekerjakan lebih dari 2.400 orang. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk saat ini mengoperasikan jaringan penyedia bahan bangunan yang mencakup distributor khusus, toko bangunan, ahli bangunan binaan perusahaan dan solusi-solusi bernilai tambah lainnya.

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama. Hal ini terlihat dari slogan yang dimiliki oleh PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yaitu “Safety Is Our Priority”, yang memiliki arti bahwa keselamatan merupakan prioritas seluruh anggota bagan dalam perusahaan.

Slogan tersebut menyangkut segala aspek mengenai perusahaan, salah satunya EVE Program.

(7)

7 EVE Program adalah suatu program pendidikan kejuruan yang telah dibentuk oleh PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (dahulu PT Holcim Indonesia Tbk) sejak pertengahan tahun 2005. Program ini dibentuk sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial (CSR) PT Solusi Bangun Indonesia Tbk terhadap masyarakat sekitar dimana siteplant PT Solusi Bangun Indonesia Tbk didirikan. EVE Program ini menjalankan pendidikan selama 3 tahun untuk setiap angkatan dengan kurikulum Politeknik untuk mendapatkan ijazah dengan predikat Diploma III (D3) Jurusan Teknik Mesin dengan Program Studi Konsentrasi Rekayasa Industri Semen dari Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) yang telah dipercaya untuk bekerjasama dengan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

Mahasiswa EVE mempelajari beberapa materi penting dalam ilmu permesinan. Mesin bubut menjadi salah satu mesin pokok yang wajib untuk dipelajari oleh seluruh mahasiswa EVE. Mesin bubut adalah mesin perkakas yang memutar benda kerja pada sumbu rotasi untuk melakukan berbagai proses seperti pemotongan, pengamplasan, knurling, pengeboran, ataupun deformasi dengan alat yang diterapkan pada benda kerja untuk membuat objek dengan simetri terhadap sumbunya. Mesin bubut ini tentu memiliki bahaya yang dapat timbul saat dioperasikan. Bahaya tersebut setidaknya harus diminimalisasi.

Salah satu cara untuk meminimalisasi bahaya mesin bubut yakni dengan menyediakan prosedur kerja aman sebelum mesin digunakan.

Prosedur Kerja Aman atau Safe Work Procedure (SWP) adalah proses langkah demi langkah tentang bagaimana cara melakukan aktivitas secara aman agar terhindar dari bahaya yang mungkin dapat terjadi. Pembuatan SWP didasarkan pada penilaian risiko bahaya pada suatu tempat atau sebuah alat, seperti halnya mesin bubut. Mesin bubut memiliki beberapa bahaya sehingga diperlukan prosedur kerja aman dalam pengoperasiannya. Akan tetapi, sangat disayangkan apabila SWP yang telah disediakan tidak diperhatikan dengan baik. Seperti mahasiswa EVE 15 yang pernah mengalami insiden saat melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut. Kejadian tersebut kemudian menjadi fokus permasalahan mengenai keselamatan kerja kala itu. Sehingga saat ini pun kami tertarik untuk menganalisis bagaimana insiden tersebut bisa

(8)

8 terjadi, dan perihal kesadaran mahasiswa EVE terkait prosedur kerja aman dari mesin bubut yang berada di EVE Workshop Cilacap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan kejadian yang dialami oleh mahasiswa EVE 15 saat menggunakan mesin bubut dan beberapa feedback yang telah diberikan, maka rumusan masalah yang akan kami bahas diantaranya:

1. Seberapa tinggi tingkat kesadaran dan pengetahuan mahasiswa EVE terkait pentingnya memahami SWP sebelum melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut?

2. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran mahasiswa EVE terhadap pemahaman SWP pada saat melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kejadian yang dialami oleh mahasiswa EVE 15 saat menggunakan mesin bubut dan beberapa feedback yang telah diberikan, maka tujuan dari penelitian kami diantaranya:

1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kesadaran dan pengetahuan mahasiswa EVE terkait pentingnya memahami SWP sebelum melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut.

2. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesadaran mahasiswa EVE terhadap pemahaman SWP pada saat melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian yang kami lakukan mengenai tingkat kesadaran mahasiswa EVE saat menggunakan mesin bubut dan berdasarkan kejadian yang dialami oleh mahasiswa EVE 15, maka kami berharap agar karya ini dapat memberi pemahaman mengenai seberapa tinggi tingkat kesadaran dan pengetahuan mahasiswa EVE terkait pentingnya memahami SWP sebelum melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut serta bagaimana cara

(9)

9 meningkatkan kesadaran mahasiswa EVE terhadap pemahaman SWP pada saat melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut.

1.5 Ruang Lingkup

Sebagai lingkup kuantitatifnya, penelitian ini dilaksanakan di EVE Workshop PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, dengan identifikasi masalah difokuskan pada insiden yang dialami mahasiswa EVE 15 saat menggunakan mesin bubut. Sumber informasi diperoleh dari narasumber dan beberapa mahasiswa EVE yang pernah mendapat teguran atau feedback mengenai pemahaman SWP mesin bubut.

(10)

10 BAB II

KAJIAN TEORI 2.1 Definisi K3

Mengenai definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), ada tiga versi dengan pengertian yang berbeda.

• Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, pengertian keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

• Menurut OHSAS 18001, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

• Menurut ILO 2008, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebuah ilmu untuk antisipasi, rekoginis, evaluasi, dan pengendalian bahaya yang muncul di tempat kerja yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja, serta dampak yang mungkin bisa dirasakan oleh komunitas sekitar dan lingkungan umum.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/paling sering digunakan diantara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) lainnya. Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.

K3 sangat penting untuk menjamin keamanan dan keselamatan tenaga kerja baik karyawan maupun kontraktor yang berkegiatan dan berkaitan dengan pekerjaan dalam suatu perusahaan dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi hal tersebut bertujuan supaya para pekerja merasa aman saat melakukan pekerjaan sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang sehat.

(11)

11 Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi juga untuk mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perlindungan K3 yang efektif dan efisien dapat mendorong produktivitas jika dilaksanakan dan diterapkan melalui sistem manajemen K3.

Kunci dari keselamatan saat bekerja yaitu peduli terhadap diri sendiri, rekan kerja atau orang yang berada di lingkungan kerja tersebut. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk memang sangat memperhatikan keselamatan kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan menerima penghargaan nihil kecelakaan untuk yang kelima kalinya dari Kementerian Ketenagakerjaan RI, atas 5.290.895 jam selamat yang dicapai terhitung dari tanggal 1 November 2011 hingga 31 Oktober 2021.

Kepedulian hal tersebut diwujudkan melalui beberapa tindakan, antara lain seperti mengindetifikasi bahaya di sekitar sebelum melakukan pekerjaan dan saling mengingatkan satu sama lain jika ada tindakan yang tidak aman ataupun kondisi tidak aman yang terjadi. Selain itu juga dapat dilakukan melalui pelaporan secara konsisten, serta berbagai program untuk meningkatkan kepedulian karyawan maupun kontraktor akan pentingnya keselamatan kerja.

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Para Ahli 1. UU No. 1 Tahun 1970

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

2. OHSAS 18001 (1999)

Kecelakaan kerja adalah sebuah kejadian yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak diinginkan serta mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan benda, maupun kerugian waktu.

3. Suma’mur (2009)

(12)

12 Pada dasarnya sebuah kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada sebab dibaliknya. Maka dari itu, penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan sehingga terdapat tindakan korektif dan preventif lebih lanjut untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan serupa terulang kembali.

2.1.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program K3 adalah sebuah rencana tindakan yang dirancang untuk mencegah kecelakaan kerja dengan program:

1. Menyusun rencana kerja pencegahan dan mengatasi kasus kecelakaan kerja

2. Menyusun organisasi K3 dan menyediakan alat perlengkapannya 3. Melaksanakan berbagai program termasuk antara lain:

• Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara periodik

• Mengidentifikasikan sebab-sebab kasus kecelakaan kerja

• Menganalisis dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi pengusaha, dan bagi masyarakat pada umumnya

• Merumuskan saran-saran bagi Pemerintah, Pengusaha, dan Pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja

• Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi mereka yang mengalami kecelakaan kerja

• Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengamanan lingkungan kerja, pengukuran tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan penyuluhan K3

• Melakukan pengawasan program. Prosedur penerapan program K3 perlu dikuasai oleh semua pihak karena ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Bahaya pada area kerja dikenali dan dilakukan tindakan pengontrolan yang tepat

b. Kebijakan yang sah pada tempat kerja dan diikuti prosedur pengontrolan risiko

c. Tanda bahaya dan peringatan dipatuhi

(13)

13 d. Pakaian pengamanan digunakan sesuai dengan SI (Standar

Internasional)

e. Teknik dan pengangkatan/pemindahan secara manual dilakukan dengan tepat

f. Perlengkapan dipilih sebelum melakukan pembersihan dan perawatan secara rutin

g. Metode yang aman dan benar digunakan untuk pembersihan dan pemeliharaan perlengkapan

h. Peralatan dan area kerja dibersihkan/dipelihara sesuai dengan keamanan, jadwal pemeliharaan berkala, tempat penerapan, dan spesifikasi pabrik.

2.2 Dasar Hukum Penerapan K3 Apa dasar hukum penerapan K3?

Di Indonesia sendiri, K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ini diatur dalam Undang-Undang sebagai berikut:

1. Keselamatan kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 2. Kesehatan diatur dalam UU No. 23 Tahun 1992 3. Ketenagakerjaan diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003

Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden untuk melengkapi undang-undang terkait pengaturan K3, yaitu:

• Tentang keselamatan kerja pada permunian serta pengelolaan minyak dan gas bumi yang diatur dalam PP No. 11 Tahun 1979.

• Tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpangan pestisida yang diatur dalam PP No. 7 Tahun 1973.

• Tentang pengaturan serta pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan dalam PP No. 13 Tahun 1973.

• Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 mengenai penyakit yang timbul akibat hubungan kerja.

• Sementara tata cara penunjukan Ahli K3 Umum ini diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 4 Tahun 1987, yang berisi tata cara Penunjukan dan Kewajiban Wewenang Ahli K3. Setiap tempat

(14)

14 kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

• Selain Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Penerapan K3 dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, terdapat juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No. 5 Tahun 1996 yang juga membahas tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Rangkuman dasar- dasar hukum tersebut.

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3 adalah bahwa setiap perusahaan dengan 100 tenaga kerja atau lebih, dan/atau yang mengandung potensi bahaya melalui karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja.

2.3 Kerugian Kecelakaan Kerja

Berbagai pengertian kecelakaan kerja menurut para ahli pada dasarnya merujuk pada sebuah simpulan bahwa kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Jika ditelusuri lebih jauh berdasarkan studi yang dilakukan kerugian atas kecelakaan kerja seperti fenomena gunung es. Artinya, ada banyak dan lebih besar kerugian yang tidak terlihat.

Kecelakaan kerja setidaknya dapat menimbulkan lima jenis kerugian, yakni kerusakan, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan cacat, kematian, dan kekacauan organisasi. Beberapa daftar kerugian yang tersembunyi dari kecelakaan kerja menurut Heinrich (1959) dalam ILO (1989:11) antara lain sebagai berikut.

• Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka, karyawan lain yang ikut membantu (menolong), dan para pimpinan

• Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, dan/atau peralatan lainnya

• Kerusakan akibat tercemarnya bahan-bahan baku

(15)

15

• Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa

• Kerugian biaya umum (overhead) karyawan yang terluka

Tidak ada perusahaan yang mengharapkan terjadinya kecelakaan kerja.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dengan tepat melalui identifikasi risiko bahaya, pengendalian bahaya, dan beberapa tahap lainnya.

2.4 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K3 memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

c. Agar kesejahteraan dan produktivitas meningkat.

d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar aset-aset perusahaan dapat terjaga.

f. Agar meningkatan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja g. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

h. Agar setiap tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.5 Manfaat Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manfaat penting dalam penerapan K3 yaitu:

a. Perlindungan Karyawan, tujuan inti penerapan sistem manajemen K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja.

b. Memperlihatkan kepatuhan pada Peraturan dan Undang-Undang.

Perusahaan telah menunjukan itikad baiknya dalam memenuhi peraturan dan perundang- undangan sehingga dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan.

(16)

16 c. Mengurangi Biaya. Sistem Manajemen K3 dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja, sehingga dapat mengurangi biaya seperti premi asuransi.

d. Membuat sistem menejemen yang efektif. Adanya prosedur yang terdokumentasi maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah, dan berada dalam koridor yang teratur.

e. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

f. Dengan adanya pengakuan penerapan Sistem Manajemen K3, citra organisasi terhadap kinerjanya akan semakin meningkat.

2.6 Langkah-langkah Penerapan K3

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penerapan K3 adalah:

a. Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen yang harus dilakukan oleh manajemen puncak.

b. Menetapkan cara penerapan Sistem Manajemen K3.

c. Membentuk kelompok kerja penerapan yang terdiri atas wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.

d. Menetapkan sumber daya yang diperlukan, mencakup personel/orang, perlengkapan, waktu, dan dana.

e. Kegiatan penyuluhan untuk membangun partisipasi seluruh karyawan perusahaan dalam penerapan Sistem Manajemen K3.

f. Peninjauan sistem yang sedang berlangsung untuk dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yakni dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaannya.

g. Penyusunan jadwal kegiatan.

h. Pengembangan Sistem Manajemen K3 mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir, penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur dan instruksi kerja.

(17)

17 i. Penerapan sistem dari hasil pengumpulan dan pembuatan dokumen, dan

dilakukan pemantauan secara berkalasebelum pelaksanaan audit internal.

j. Proses sertifikasi ke lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3.

2.7 Prosedur Kerja Aman

Prosedur Kerja Aman atau Safe Work Procedure (SWP) adalah proses langkah demi langkah tentang cara melakukan suatu pekerjaan dengan aman.

Sebelum membuat prosedur kerja yang aman, penilaian risiko harus dilakukan terlebih dahulu. Setelah prosedur kerja aman dibuat, maka bila perlu dilakukan pelatihan mengenai pemahaman prosedur sehingga risiko bahaya dapat dikurangi. Memutuskan perlu atau tidaknya prosedur kerja aman maka perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

• Persyaratan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja atau peraturan terkait lainnya

• Temuan dari penilaian risiko yang telah diselesaikan

• Kontrol yang ada (eliminasi, substitusi, dan/atau kontrol teknik)

• Tingkat keparahan potensi cedera jika prosedur kerja yang aman tidak diikuti (yaitu akibat kecelakaan)

• Tingkat pengalaman pekerja yang mungkin ditugaskan untuk melakukan tugas tersebut

• Kompleksitas tugas (dengan meningkatnya kompleksitas, kemungkinan kesalahan atau langkah yang terlewat meningkat)

• Frekuensi tugas dilakukan (prosedur yang jarang atau tidak teratur lebih sulit untuk dikuasai)

• Rekomendasi yang dihasilkan dari inspeksi atau investigasi insiden sebelumnya

Prosedur kerja aman yang efektif dan fungsional memerlukan konsultasi menyeluruh dengan pekerja yang melakukan aktivitas tersebut. Supervisor harus memastikan dengan pekerja bahwa prosedur keselamatan kerja realistis dan telah mempertimbangkan dengan baik tuntutan tempat kerja, baik sebelum maupun sesudah penerapan. Prosedur yang ‘terlihat bagus di atas kertas’

(18)

18 mungkin memerlukan penyesuaian saat diterapkan. Sumber daya berikut tersedia untuk membantu pengembangan atau peninjauan prosedur:

• Layanan Keselamatan & Risiko

• Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bersama (JOHSC)

• Tim Keamanan Lokal

• Peninjau Prosedur Kerja Aman

Prosedur Kerja Aman harus ditinjau oleh JOHSC dan Kepala Departemen/Dekan dalam kedua situasi berikut:

a. Jika tugas yang tercakup dalam prosedur kerja aman memiliki potensi wajar untuk mengakibatkan insiden yang dapat segera dilaporkan. Insiden yang dapat segera dilaporkan tercantum di bawah ini:

• Kematian

• Cedera Serius (cedera yang mengancam nyawa atau merusak anggota tubuh secara permanen)

• Pelepasan besar zat berbahaya

• Kebakaran atau ledakan yang berpotensi menyebabkan cedera serius pada pekerja

• Kegagalan atau keruntuhan struktural utama

• Terkait menyelam (penyakit dekompresi atau tekanan berlebih)

• Peledakan (mengakibatkan cedera serius atau peristiwa yang tidak biasa) b. Prosedur kerja yang aman bersifat umum dan berlaku di seluruh fakultas/fasilitas/sekolah/departemen/gedung dan tidak dilokalkan ke satu unit atau kelompok kerja tertentu.

2.8 Keselamatan Di Lingkungan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk

Keselamatan, merupakan aspek yang sangat penting dan diutamakan di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk bahkan di setiap perusahaan dikarenakan nyawa seseorang tidak dapat diperjual belikan. Oleh karena itu di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk keselamatan selalu menjadi fokus utama agar tidak ada kecelakaan atau accident yang terjadi.

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk memiliki 10 peraturan keselamatan kerja yang perlu ditaati pada saat melakukan pekerjaan sebagai berikut:

(19)

19 a. Jika terdapat komponen bergerak dan/atau energi potensial pada objek kerja, maka prosedur isoalasi dan penguncian harus diterapkan oleh setiap orang yang melakukan pekerjaan.

b. Pekerjaan yang dilakukan di area yang memiliki perbedaan ketinggian dan berpotensi jatuh harus menerapkan pengendalian risiko jatuh serta wajib memakai full body harness pada ketinggian > 1,8 m.

c. Setiap bagian mesin yang bergerak, selalu dalam keadaan terlindungi dari potensi tersentuh.

d. Mengemudi hanya dapat dilakukan jika pengemudi mempunyai lisensi, dalam keadaan sehat, kendaraan dalam kondisi aman serta keselamatan rute perjalanan telah teridentifikasi.

e. Bila bekerja menggunakan peralatan listrik atau bekeria di dekat peralatan/instalasi listrik, pastikan bahwa peralatan tersebut dalam kondisi aman dan memenuhi persyaratan keselamatan.

f. Pekerjaan di ruang terbatas hanya dapat dilakukan setelah memastikan tidak ada bahaya atmosfer, timbunan, terperangkap dan/atau bahaya lainnya.

g. Pekerjaan pengangkatan atau penurunan muatan hanya dapat dilakukan setelah memastikan hal itu aman untuk dilakukan.

h. Tidak ada penggunaan dan penyimpanan bahan mudah atau bisa terbakar tanpa ada pengendalian resiko kebakaran yang tepat.

i. Penanganan gas & material panas hanya dapat dilakukan setelah upaya rekayasa dan penggunaan alat pelindung khusus terpenuhi.

j. Setiap pekerjaan yang dilakukan harus memiliki prosedur kerja aman. Jika prosedur kerja aman tidak tersedia, maka prosedur izin kerja harus dilaksanakan serta pekerjaan dilakukan oleh petugas terlatih.

Selain itu, terdapat pula Komitmen Keselamatan & Kesehatan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk:

Komitmen 1

Saya berkomitmen melakukan penilaian dan mengontrol resiko sebelum melakukan pekerjaan.

Komitmen 2

Saya berkomitmen hanya melakukan aktifitas yang menjadi kewenangan saya.

(20)

20 Komitmen 3

Saya berkomitmen tidak akan pernah melanggar atau menyalahgunakan peralatan kesehatan dan keselamatan dan saya selalu memakai APD yang dipersyaratkan.

Komitmen 4

Saya berkomitmen tidak bekerja dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan.

Komitmen 5

Saya berkomitmen untuk melaporkan seluruh insiden.

2.9 Keselamatan Di Lingkungan EVE Workshop

Keselamatan di EVE Workshop juga perlu diperhatikan seperti halnya yang sudah dijelaskan pada bagian keselamatan di lingkungan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk sendiri. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk dapat meminimalisasi terjadinya kecelakaan atau accident. Sebelum memasuki EVE Workshop perlu dilakukan induksi safety oleh manager safety dan diterapkan JSA, SWP, serta SOP yang berlaku di EVE Workshop.

Namun ada saja mahasiswa yang mengalami accident di EVE Workshop pada saat melakukan pekerjaan dikarenakan kelalaian dan kurangnya pemahaman tentang SWP yang ada di EVE Workshop sehingga terjadi suatu accident. Oleh karena itu sebelum melakukan suatu pekerjaan, sangat penting untuk memahami bahaya apa yang akan terjadi pada saat melakukan pekerjaan tersebut. Agar tidak terjadi kecelakaan atau accident, setiap mahasiswa harus mematuhi dan memahami aturan yang berada di EVE Workshop atau bisa meminta arahan kepada seseorang yang telah mahir dalam pekerjaan tersebut.

Mungkin dengan memahami dan meminta arahan kepada seseorang yang telah mahir dalam pekerjaan tersebut akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan atau accident di area EVE Workshop. Apabila suatu perusahaan memiliki sesuatu hasil pekerjaan yang baik tetapi ada salah satu pekerja yang mengalami kecelakaan dan accident maka dianggap percuma karena juga dapat menyebabkan kerugian di perusahaan tersebut.

(21)

21 2.10 Mesin Bubut EVE Workshop

Mesin bubut adalah alat mesin yang dapat mengurangi dimensi luar dan dalam yang tidak diinginkan dari benda kerja yang berputar berupa chips dengan bantuan alat yang menembus benda kerja dan dapat digerakkan jauh ke dalam benda kerja. Mesin bubut adalah salah satu peralatan mesin yang paling serbaguna dan banyak digunakan di seluruh dunia. Mesin bubut memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut.

• Fungsi utama mesin bubut adalah untuk mengurangi dimensi dari suatu benda kerja untuk memberikan bentuk dan ukuran yang diinginkan.

• Mesin bubut memiliki banyak fungsi dalam berbagai bidang, diantaranya adalah pengerjaan logam, pemintalan logam, thermal spraying, dalam industri otomotif terutama di poros engkol, pembubutan kayu, operasi pembubutan kaca, untuk membentuk ulir sekrup, juga digunakan untuk pemulihan suku cadang, dan banyak lagi.

• Selain itu, mesin bubut banyak digunakan di berbagai bidang industri lainnya seperti industri tekstil, pembangkit energi, pertahanan, medis, plastik, aerospace, otomotif, dan lain sebagainya.

Potensi bahaya pada mesin bubut diantaranya:

• Terkena serpihan chips yang berterbangan

• Tergores mata pahat

• Terpeleset

• Kejatuhan benda kerja

2.11 Pentingnya Memahami SWP Mesin Bubut

Dalam suatu perusahan tentunya SWP ini berperan penting karena setiap pekerjaan yang akan dikerjakan memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda.

Oleh karena itu SWP di dalam suatu perusahaan termasuk ke dalam hierarki kontrol bahaya yang berada pada tingkatan sebelum digunakannya alat pelindung diri atau APD.

(22)

22 BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Penelitian karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Data diperoleh melalui metode observasi pasrtisipasi dan wawancara dengan tenik rekam dan catat. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan terori teori sosiolinguistik dan pragmatik. Hal ini nantinya bisa dipergunakan untuk analisis individu, kelompok, lembaga, masyarakat, dan keadaan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian karya ilmiah ini berlangsung pada bulan November 2022 di EVE Workshop PT Solusi Bangun Indonesia Tbk siteplant Cilacap.

3.3 Tahap Penelitian

• Tahap Persiapan

Peneliti mempersiapkan berbagai hal seperti perizinan, rumusan masalah, bahan literasi, informan tepat, jadwal wawancara, daftar pertanyaan, buku, alat tulis, perekam suara, dan kamera.

• Tahap Pelaksanaan

Berikut ini tahapan pelaksanaan penelitian untuk kepentingan karya ilmiah ini:

1. Pengambilan Informan atau Narasumber

Teknik pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik snowball, dimana teknik ini informan yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2011)

2 Pengumpulan Data

Berikut beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data:

- Wawancara Mendalam - Observasi

- Dokumentasi

(23)

23

• Tahap Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif model Miles dan Huberman. Teknik ini menggunakan tiga komponen analisis yaitu:

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada mahasiswa EVE yang pernah mendapat teguran mengenai pemahaman SWP mesin bubut di EVE Workshop.

Peneliti melakukan wawancara terhadap para informan dengan mengunjungi informan secara langsung pada saat informan berada di EVE Workshop.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992). Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Dalam proses reduksi data ini, peneliti melakukan pemilahan hasil wawancara untuk kemudian kutipan wawancara tersebut digunakan untuk menguatkan hasil pembahasan dan analisis. Pemilahan pada hasil wawancara dipilih berdasarkan dengan fokus pembahasan dalam penelitian ini.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan analisis data selanjutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kemudian mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Setelah menyimpulkan hasil penelitian

(24)

24 Pengumpulan

Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data

Penyajian Data

Bagan Analisis Miles dan Huberman

dari data yang telah didapatkan dan diolah, peneliti melakukan verifikasi dengan cara melihat ataupun kembali mendiskusikannya. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian lebih valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Berikut ini bagan model analisis interaktif Miles dan Huberman:

(25)

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Wawancara Kronologi Kejadian Mahasiswa EVE 15 di Mesin Bubut

Kronologi insiden yang dialami oleh mahasiswa EVE kami dapatkan dari sumber yang kami wawancarai yaitu mahasiswa EVE 15 dengan inisial S.

Menurut penuturan beliau, pada saat itu beberapa mahasiswa EVE 15 termasuk Z (korban) sedang mendapatkan tugas tertentu. Pengerjaan tugas tersebut menggunakan mesin bubut. Ketika Z sedang mengoperasikan mesin bubut, ia menemukan satu kendala. Mesin bubut yang sedang berputar untuk mengurangi dimensi dari benda kerja menghasilkan sebuah potongan atau chips dengan panjang lebih dari 20 cm. Dengan chips sepanjang itu, Z berusaha mengambilnya agar tidak mengganggu proses pembubutan. Saat ingin mengambil chips tersebut, Z lalai tidak menggunakan sarung tangan ataupun alat yang telah disediakan khusus untuk mengambil chips. Sehingga Z mencoba mengambil chips dengan tangan kosong.

Seketika saat ingin diambil, chips hasil pengurangan dimensi dari benda kerja yang dibubut tersangkut pada bagian mesin bubut yang tengah berputar.

Sehingga menyebabkan chips tersebut bergerak dan melukai empat jari tangan dari Z. Saat itu pula ada rekan Z yang melihat tangan Z terluka dan akhirnya membawa Z ke unit pelayanan kesehatan yang ada di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk untuk mendapatkan perawatan.

4.1.2 Hasil Wawancara Mahasiswa EVE terkait Feedback yang Diberikan Setelah terjadi insiden yang menimpa mahasiswa EVE 15 ketika mengoperasikan mesin bubut, tentu peraturan keselamatan semakin diperketat.

Salah satu upaya untuk memperketat peraturan ialah dengan melakukan inspeksi bulanan, baik terhadap mesin ataupun orang yang mengoperasikannya. Pada bulan November 2022, terdapat beberapa temuan terkait inspeksi yang telah dilakukan oleh pihak OHS. Salah satu temuan tersebut menyangkut keselamatan saat pengoperasian mesin bubut. Terdapat mahasiswa EVE dengan insial I tengah melakukan proses pembubutan tanpa

(26)

26 menggunakan APD yang lengkap, sehingga berpotensi menambah bahaya.

Tindakan tersebut langsung mendapat teguran dari pihak yang melakukan inspeksi.

4.1.2 Umpan Balik

Setelah terjadi beberapa kejadian yang berisiko menimbulkan bahaya pada saat pengoperasian mesin bubut, maka EVE Team (penanggungjawab EVE) melakukan beberapa penyesuaian dan perubahan diantaranya yaitu sebagai berikut.

1. Dilaksanakan safety improvement atau peningkatan upaya keselamatan 2. Perubahan warna “emergency stop” pada mesin bubut

3. Pembaharuan SWP

4. Penambahan stiker peringatan bahaya pada mesin bubut

5. Penyediaan ganco (alat khusus pengambil chips) untuk mesin bubut

4.2 Analisis Data

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memang menjadi persoalan yang sering dibahas dalam suatu perusahaan, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk menjadi satu diantaranya. Kecelakaan kerja yang terjadi tentu akan mempengaruhi produktivitas dan prospek kerja dari suatu perusahaan. Hal tersebut yang tidak diinginkan suatu perusahaan terhadap kinerja para pekerja.

Gambar 4.2.1 Peninjauan langsung pada mesin bubut

(27)

27 EVE Program merupakan salah satu bagian penting dalam susunan departemen yang ada di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa EVE dipantau sepenuhnya karena menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan.

Insiden yang pernah dialami oleh salah satu mahasiswa EVE program tentu menjadi satu pertanyaan apakah prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja benar-benar diterapkan atau tidak. Pertanyaan yang muncul tentu akan berpengaruh terhadap seluruh aspek perusahaan, terutama mengenai jaminan keselamatan. EVE workshop memang berdiri sejak 2005 dengan segala pertimbangan dari beberapa pihak. Sehingga diharapkan pula bahwa EVE akan menjadi salah satu bagian yang memberi pengaruh baik untuk perusahaan.

Apabila dilihat dari insiden yang dialami oleh mahasiswa EVE 15 saat menggunakan mesin bubut, sangat terlihat bahwa perusahaan benar-benar memperhatikan setiap kinerja mahasiswa yang dinaungnya. Diadakannya rapat dan beberapa penyesuaian mengenai mesin bubut merupakan salah bentuk kepedulian terhadap EVE Program. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa EVE mengenai pentingnya menjaga keselamatan selama bekerja, terutama di lingkungan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesadaran mahasiswa EVE masih kurang.

4.3 Solusi Permasalahan

Berdasarkan kronologi insiden yang dialami oleh mahasiswa EVE dan beberapa feedback yang diberikan terkait dengan penggunaan mesin bubut, maka kami menyertakan solusi permasalahan terkait bagaimana cara meningkatkan kesadaran mengenai prosedur kerja aman pada pengoperasian mesin bubut. Solusi tersebut yaitu sebagai berikut.

• Secara eksternal

Menurut kami, pada saat pengoperasian mesin bubut perlu dilakukan pengawasan oleh EVE Team. Berawal dari membaca SWP, mahasiswa yang akan mengerjakan tugas menggunakan mesin bubut harus dipastikan terlebih dahulu apakah mahasiswa tersebut tahu dan paham tentang apa yang dimaksud di dalam SWP. Dalam hal ini mahasiswa perlu diberikan

(28)

28 pertanyaan mengenai SWP. Evaluasi seperti ini harus dilakukan secara rutin guna meminimalisasi terjadinya insiden saat mesin bubut digunakan.

• Secara internal

Menurut kami, kesadaran seseorang tentu berasal dari orang itu sendiri.

Begitupun mengenai tingkat kesadaran dalam memahami SWP pada mesin bubut. Perlu ditanamkan prinsip pada mahasiswa bahwa apabila seluruh prosedur dilakukan sesuai dengan SWP, maka disitulah target akan tercapai dengan baik. Mahasiswa juga harus memahami bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) itu penting tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.

Gambar 4.3.1 Penambahan stiker peringatan pada mesin bubut

Gambar 4.3.2 Perubahan warna pada “emergency stop” di mesin bubut

(29)

29 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis tingkat kesadaran mahasiswa EVE dalam memahami SWP mesin bubut, beberapa kesimpulan yang kami dapat diantaranya sebagai berikut.

1. Tingkat kesadaran mahasiswa EVE dalam memahami SWP mesin bubut sudah cukup baik, namun ada beberapa yang masih mengabaikan fungsi dari disediakannya SWP. Sehingga mereka yang mengabaikan SWP juga turut mengabaikan keselamatan mereka.

2. Pengetahuan mahasiswa EVE dalam memahami maksud SWP mesin bubut sudah cukup baik. Sebagian besar mahasiswa yang pernah menggunakan mesin bubut telah memahami isi yang tercantum di dalam SWP.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis tingkat kesadaran mahasiswa EVE dalam memahami SWP mesin bubut, beberapa saran yang dapat kami berikan diantaranya sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan pengawasan sebelum hingga sesudah mahasiswa EVE melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut. Mulai dari memastikan bahwa mahasiswa tahu dan memahami isi dari SWP, bagaimana mahasiswa bekerja menggunakan mesin bubut, hingga cara agar mahasiswa selesai melakukan aktivitas menggunakan mesin bubut tanpa menimbulkan bahaya.

2. Perlu dilakukan inspeksi pada mesin dan pelatihan untuk mahasiswa EVE selama minimal 6 bulan sekali agar bahaya yang mungkin akan terjadi dapat diminimalisasi.

(30)

30 DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, E dkk. 2016. Analisis Program Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai Bentuk Upaya Promosi Budaya K3 di Lingkungan Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Cendikia Utama, Vol. 4, No. 1, Halaman 1-8.

DK3N. Visi Misi Kebijakan Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional, Jakarta, 2007.

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta, 2008.

Candra, Kartika. Pelaksanaan Inspeksi K3 Sebagai Tindakan Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja di PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Java, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2008.

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Hewitt, M. Relative Culture Strength: A Key to Sustainable World Class Safety Performance. Wilmington: DuPont, 2009.

Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, OHSAS 18001, Dian Rakyat, Jakarta, 2010.

Samiinstansi.com (POTENSI BAHAYA MESIN BUBUT DI PABRIK INDUSTRI, 2020).

Erick Y. Stella Maris College: Pengertian Mesin Bubut (Spesifikasi, Jenis, Prinsip Kerja, Fungsi, dan Bagian), 2022.

Gambar

Gambar 4.2.1 Peninjauan langsung pada mesin bubut
Gambar 4.3.1 Penambahan stiker peringatan pada mesin bubut
Gambar 4.3.2 Perubahan warna pada “emergency stop” di mesin bubut

Referensi

Dokumen terkait