PENGARUH LAMA WAKTU SANGRAI BIJI DUWET (SYZYGIUM CUMINI LINN.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN “BUBUK
KOPI DUWET” YANG DIHASILKAN
(The Effect of Duwet Seed Long Time (Syzygium cumini linn.) on the Antioxidant Activity "Duwet Coffee Powder" Produced)
Martin Santoso1, Rohadi2, Bambang Kunarto3
1Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
2 Staff Pengajar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
3 Staff Pengajar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the duration of the roasting of duwet seeds (syzygium cumini linn.) On the antioxidant activity of the resulting "Duwet coffee powder". The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications with each test variable being subjected to a triplo test. The treatments include the treatment of roasting time with P1: 10 minutes, P2: 15 minutes, P3: 20 minutes, P4: 25 minutes, P5: 30 minutes. Analysis of statistical data using ANOVA, if there is a difference between treatments, it will be continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at the 5% level to determine the differences in each treatment level. Based on the research that has been carried out the duration of roasting of duwet seeds on the antioxidant activity of the results of the proximate test analysis in a row, namely water content of 9.52%, ash content of 0.31%, fat content 0.12%, protein content of 0.61%, carbohydrate content (by difference) 89.45%; pH test, namely in the range 4.63 - 4.68; total phenolic test ranged from 36.61% - 46.29%; total
flavonoid test 0.007% -0.011%; % RSA DPPH test ranged from 90.89% - 91.78%.
It can be concluded that the total flavonoid test and% RSA DPPH increased due to the roasting process (thermal) breaking down the duwet bean roasting powder compound so as to increase the content and scavenging ability, while the total phenolic denatured into simpler compounds and groups.
Keywords : Duwet seeds, roasting, antioxidants ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu sangrai biji duwet (syzygium cumini linn.) terhadap aktivitas antioksidan “bubuk kopi duwet”
yang dihasilkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan setiap variabel uji dilakukan uji triplo. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan lama waktu penyangraian dengan P1:10 menit, P2:15 menit,P3:20 menit, P4:25 Menit, P5:30 Menit. Analisa data statistik menggunakan ANOVA, bila terjadi perbedaan antar perlakuan akan dilanjutkan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan masing-masing taraf perlakuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan lama penyangraian biji duwet terhadap aktivitas
antioksidan hasil analisis uji proksimat berturut-turut yaitu kadar air 9,52%, kadar abu 0,31%, kadar lemak 0,12 %, kadar protein 0,61%, kadar karbohidrat (by difference) 89,45% ; uji pH yaitu berkisar 4,63 – 4,68 ; uji fenolik total berkisar 36,61% - 46,29% ; uji total flavonoid 0,007%-0,011%; uji %RSA DPPH berkisar 90,89% - 91,78%. Dapat disimpulkan bahwa pengujian total flavonoid dan % RSA DPPH mengalami kenaikan disebabkan karena proses penyangraian (thermal) memecah senyawa bubuk sangrai biji duwet sehingga menambah kandungan dan kemampuan scavenging, sedangkan total fenolik terdenaturasi menjadi senyawa dan gugus yang lebih sederhana.
Kata Kunci : Biji duwet, penyangraian, antioksidan,
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman jenis obat tertinggi di dunia. Wilayah hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazil. Para ahli memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25.000 jenis flora tumbuh dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Primarck dkk., 1998), salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan duwet (Eugenia cumini Linn). Biji duwet merupakan limbah pertanian padat yang belum dapat dimanfaatkan (under utilized) sebagai sumber antioksidan alami. Saha dkk. (2013) Biji duwet banyak mengandung tanin (19%), asam galat (1-2%) dan asam elagat. Swami dkk. (2012) menyebutkan senyawa kimia yang terdapat pada biji duwet antara lain; jambosine, korilagin, kuersetin, asam galat, asam elagat, 1- galloylglucose, 3-galloylglucose, 3,6- hexahydroxy diphenoylglucose, 4,6 hexahydroxy diphenoylglucose dan β- sitosterol. Biji duwet (Syzygium cumuni Linn.) (Skeels) telah diketahui potensinya sebagai sumber senyawa fenolik yang bersifat antioksidan (Rohadi dkk., 2016). Stabilitas senyawa fenolik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan
lama waktu pemanasan, pH dan lama penyimpanan (Horvathova dkk., 2007;
Teppakorn, 2016). Pemanasan ekstrak biji duwet selama 10 menit/110 oC mampu meningkatkan total fenolik, total flavonoid, total tannin dan aktivitas penangkapan radikal bebas dan kemampuan mereduksi.
Berdasarkan referensi dan pustaka sebelumnya belum ada penelitian tentang penyangraian/roasting terhadap aktivitas antioksidan bubuk “kopi duwet” yang dihasilkan sehingga hal ini pula yang menjadi dasar penelitian ini, oleh sebab itu penting untuk diteliti pengaruh lama waktu penyangraian biji duwet terhadap aktivitas antioksidan bubuk “kopi duwet” yang dihasilkan
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, Laboratorium Rekayasa Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, Laboratorium Rekayasa Proses Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, UGM. Penelitian ini berlangsung selama bulan Maret
2020 - Juli 2020.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAL) dengan 5 perlakuan lama waktu penyangraian dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan 3 kali dengan suhu 110o C Perlakuan adalah sebagai berikut :
P1 : lama waktu penyangraian 10 menit P2 : lama waktu penyangraian 15 menit P3 : lama waktu penyangraian 20 menit P4 : lama waktu penyangraian 25 menit P5 : lama waktu penyangraian 30 menit Lama waktu penyangraian berdasarkan pada penelitian uji Ekstrak Metanolik Biji Duwet (EMBD) sebelumnya (Hidayah dkk.,2019)
Parameter yang akan diamati adalah uji kadar proksimat, uji kadar pH, uji fenolik, uji kadar flavonoid, uji RSA-DPPH dan masing-masing uji di lakukan 3 kali pengujian (triplo) setiap sampel kemudian data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA).
Bahan penelitian dipakai meliputi bubuk biji duwet varietas genthong (S.
Cumini Linn). (Skeels), ukuran ≥ 40 mesh. Buah duwet diperoleh dari kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Bahan kimia dipakai meliputi akuades, ethanol 95%, asam galat hidrat (Sigma Chemical Co. St. Louis USA), butylated hydroxyanisole –BHA (Sigma Chemical Co.),AlCl3, Na2NO3, (+)/- Catechin hydrate (sigma aldrich), NaNO3, asam hidroklorida (HCl), 2,2-diphenyl-1- picrylhydracyl radical (DPPH) (Aldrich Chemical Co.), kertas saring Whatman No.4 (Whatman International, Ltd.
England), Folin-Ciocalteu reagent dan buffer phosphate pH 7. Reagen kimia dan standar yang digunakan dalam penelitian kategori pro analisis kemurnian 95-98%.
Peralatan yang dipakai antara lain: kabinet drying (dehidrator food MKS- FDH6), mesin sangrai (Bar Well Coffe Roaster , model SCR -300, China), timbangan
analitik Shimadzu SF 400 (Shimadzu, Kyoto Japan) dan Fujitsu, Grinder (GETRA, model IC-06B), ayakan Tyler 40 mesh, vortex (Velp Scientifica Europe), water-bath shaker (Julabo SW 22), UV-Visible spectrophotometer (UV- 1601 Shimadzu, Japan),
Tahapan Penelitian (Laboratorium) Dan Analisis Data
Biji duwet segar dibersihkan dengan air bersih untuk memisahkan dari buahnya, setelah itu biji duwet yang telah bersih ditimbang, selanjutnya dikeringkan mencapai kadar air 11,3% (bb). Tahap pertama dilakukan dengan menyiapkan mesin sangrai model (Bar Well Coffe Roaster , model SCR -300, China) sesuai kapasitas mesin dengan kecepatan putar 50 rpm, ketika proses penyangraian dibatasi menggunakan kontrol waktu sesuai perlakuan 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit dengan suhu 110oC, kemudian hasil dari sangrai digiling menggunakan grinder, lalu disaring dengan ayakan 40 mesh.
Selanjutnya dilakukan pengujian proksimat, pengujian derajat keasaman, uji stabilitas sifat oksidatifnya meliputi uji total fenolik, uji total flavonoid, uji penangkapan radikal bebas (RSA-DPPH)
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Proksimat
No. Analisa Hasil (g/100g)
1. Air 9,52± 0,00
2. Abu 0,31± 0,00
3. Lemak 0,12± 0,00
4. Protein 0,61± 0,00
5. Karbohidrat (by difference)
89,45± 0,00
Hasil dari analisis proksimat menunjukkan kadar air, abu lemak, protein dan karbohidrat secara berturut- turut yaitu sebesar 9,52%, 0,31%, 0,12%,0,61% dan 89,45%. Kandungan terbesar bubuk “kopi duwet” adalah karbohidrat by difference 89,45%
sedangkan kandungan terendah adalah lemak 0,12%. Hasil proksimat ini tidak jauh berbeda dengan proksimat Ekstrak Metanolik Biji Duwet (EMBD) penelitian sebelumnya dengan perlakuan preses thermal oven suhu 1100C/10 menit.
(Hidayah dkk., 2019).
Uji pH (Tingkat Keasaman)
Hasil Analisis uji pH digunakan untuk mengetahui tingkat derajat keasaman pada Bubuk Kopi Duwet (BKD), berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa lama penyangraian berbeda nyata (P <
0,05) terhadap nilai pH (tingkat keasaman).
Lama waktu Penyangraian (110
oC)/t-menit
Nilai pH
10 menit 4,63 ± 0,01a
15 menit 4,64 ± 0,01 a
20 menit 4,64 ± 0,01 a
25 menit 4,68 ± 0,01 b
30 menit 4,68 ± 0,02 b
Keterangan: rerata yang diikuti dengan superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata (p<0,05) antar perlakuan, (n = 3)
rentang pH yang diperoleh (4,63 – 4,68) terjadi penurunan nilai pH dari perlakuan 10 menit sampai 30 menit. Nilai pH paling tinggi pada perlakuan 30 menit (4,68 ± 0,02 b). Nilai pH mengalami penurunan tingkat keasaman menuju pH netral (7) dengan semakin lama waktu proses penyangraian ditunjukan dengan perlakuan 10 menit (pH = 4,63±0,01) menjadi 30 menit (pH = 4,68 ± 0,02).
Menurut (Mulato, 2002) penelitian tentang sangrai kopi menyatakan pH (derajat keasaman) berpengaruh pada rasa dan aroma kopi yang terdapat beberapa zat asam (asam klorogenat dan asam karboksilat) yang mudah menguap menurunkan nilai pH kopi yang disangrai.
Uji Kualitatif
Pada pengujian sampel BKD dapat diamati bahwa dari pengujian RSA DPPH pemberian sampel pada pengujian bersifat reaktif (positif), hal ini ditunjukan pada perubahan warna dari ungu dan berubah menjadi kuning cerah, untuk hasil pengujian fenolik menunjukan adanya
perubahan warna dari bening menjadi hitam kebiruan, hal ini menunjukan bahwa dalam dalam sampel tersebut terdapat senyawa fenolik. Keberadaan flavonoid juga ditunjukan dengan perubahan warna dari putih kemerahan menjadi warna kuning, hal ini menunjukan bahwa dalam sampel tersebut terdapat senyawa flavonoid (Rathinavel dkk, 2018).
Uji Kuantitatif
Hasil anlisis Uji Kuantitatif meliputi kuantitatif dari uji total fenolik dan Uji total flavonoid pada BKD dengan menggunakan ekuivalensi asam galat (gallic acid equivalent-GAE) utk uji total fenolik dengan kurva standar y= 7,145x- 0,034, R2=0,986. Hasil Analisis kuantitatif flavonoid EMBD dilakukan dengan menggunakan ekuivalensi dengan (+)/- catechin. Kurva standar y = 0,0012x - 0,0038, R2=0,998. Hasil kuantitatif total fenolik dan total flavonoid dapat dilihat pada tabel
Keterangan: rerata yang diikuti dengan superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata (p<0,05) antar perlakuan, (n = 3)
1. Fenolik Total
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (p <0,05) pada uji DMRT 5% diikuti dengan tanda superscript yang berbeda, perlakuan 15 menit dan 20 menit tidak mengalami perbedaan nyata ditunjukan kode superscript sama “c”.
Dilihat berdasarkan tabel 4 rentang kadar fenolik total menunjukan penurunan kadar (46,29% ± 1,23d hingga 36,61% ± 0,40a).
Dilihat pada tabel 4 hasil uji fenolik
Lama Fenolik Flavonoid
Waktu
Pemanasan/(110
(g-GAE/100g) (g-CE/100g)
oC)
10 menit 46,29 ± 1,23d 0,007 ± 4,63a 15 menit 40,78 ± 0,46c 0,008 ± 4,49b 20 menit 39,96 ± 0,43c 0,010 ± 4,00c 25 menit 38,26 ± 0,37b 0,011 ± 2,31d 30 menit 36,61 ± 0,40a 0,012 ± 0,00e
perlakuan 10 menit memiliki kadar fenolik tertinggi mencapai 46,29%
sedangkan perlakuan 30 menit kadar fenolik terendah 36,61 %, semakin bertambahnya lama waktu pemanasan total fenol semakin menurun hal ini terjadi dikarenakan lama waktu pemanasan berpengaruh terhadap kandungan total fenol. Pada dasarnya suhu dan lama pemanasan yang tinggi akan menyebabkan kandungan total fenol yang semakin tinggi pula akan tetapi pada penelitian ini kandungan total fenol menurun setelah dilakukan pemanasan selama 30 menit suhu 110 0C
2. Total Flavonoid
hasil analisis SPSS (Anova) menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (p <0,05) diikuti dengan tanda superscript pada uji lanjut DMRT 5% menunjukan peningkatan kadar flavonoid dari perlakuan 10 menit 0,007 ± 4,63a sampai perlakuan 30 menit 0,012 ± 0,00e. lama waktu sangrai mampu meningkatkan kadar flavonoid Nilai total flavonoid sampel selalu lebih rendah dibanding total fenoliknya, hal ini karena senyawa flavonoid dengan struktur bangun spesifik C6-C3-C6 merupakan bagian dari kelompok fenolik dengan ciri khusus struktur fenol (Heim dkk. 2002). Wu dkk., (2013) mengatakan sangrai (roasting) (150oC/60 menit) pada biji sorghum proses pembuatan teh sorghum (sorghum tea) secara signifikan mampu meningkatan kadar asam fenolik, total fenolik, total flavonoid dan procyanidin (PAC) serta korelatif dengan uji penangkapan radikal bebas DPPH (RSA- DPPH).
Uji Radical Scavenging Activity (RSA) - DPPH
Hasil uji pada tabel 7 menunjukan lama waktu sangrai BKD berpengaruh nyata terhadap uji RSA-DPPH (p<0,05).
Pengujian menggunakan konsentrasi 250 ppm dan OD blanko sebesar 0,892 dilihat hasil pengujian aktivitas penangkapan bebas naik dari tiap perlakuan 10 menit (91,04±0,17a%) hingga perlakuan 30 menit (91,78±0,07c%) . Rentang Hasil yang didapatkan dari perlakuan 10 menit
hingga 30 menit (90,89%±0,16a - 91,78±0,07c), nilai tertinggi DPPH 91,78
% pada perlakuan 30 menit dan nilai DPPH
Lama waktu Penyangraian/(110
oC)
% RSA DPPH 10 Menit 90,89±0,16a 15 menit 91,04±0,17a 20 menit 91,37±0,20b 25 menit 91,51±0,09b 30 menit 91,78±0,07c Keterangan: rerata yang diikuti dengan superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata (p<0,05) antar perlakuan, (n = 3) KESIMPULAN
Hasil analisis pengaruh lama waktu sangrai/roasting biji duwet berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan bubuk “kopi duwet”. Sifat antioksidan dari BKD. Pada variabel uji kadar flavonoid tertinggi (0,12 % ± 0,00e) dan pengujian kadar RSA DPPH tertinggi (91,78±0,07c) pada perlakuan 30 menit memiliki sfat antioksidan paling stabil, sedangkan kadar fenolik (46,29 % ± 1,23d) tertinggi pada perlakuan 10 menit.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC 1995. Official Methods of Analysis.
Ed ke-16. Jurnal Kesehatan
MASyarakat (KEMAS).
Washington DC: Association Official Analytical Chemists.
Ami wahyu & Gagas ulung. (2002). 493 Resep ramuan herbal berkhasiat untuk cantik alami (Intarina H).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Brewer, M.S. (2011). Natural Antioxidant:
Source, Compounds,
Mechanisms of Action, and Potential Application.
Comprehensive Reviews. Food Science and Food Safety 10: 221- 247.
Chanwitheesuk, A., Teerawutgulrag, A. &
Rakariyatham, N. 2005.
Screening of antioxidant activity and antioxidant compounds of some edible plants of Thailand.
Food Chemistry, 92(3): 491–497 Cruz, J. F. M., P. B. Leite, S. E. Soares,
and E. S. Bispo. 2013.
Assessment of the Fermentative Process from Different Cocoa Cultivars Produced in Southern Bahia, Brazil. African Journal of Biotechnology 12 (33): 5218–25.
doi:10.5897/AJB2013.12122.
Dikta, P G Asnawa dkk,. (2015).
Kandungan gizi pada kopi biji salak (salacca zalacca) produksi kelompok tani abian salak desa sibetan yang berpotensi sebagai produk pangan lokal berantioksidan dan berdaya saing. Jurnal Virgin, (2), 123–
133.
Frankel, E.N. (1998). Antioxidants in lipid foods and their impact on food quality. Food Chemistry, 57(1):51-55.
Friedman, M. & Rgens, H.S.J. 2000.
Effect of pH on the stability of DNA origami. J. Agric. Food Chem, 48(2101–2110): 1993–
2000.
Henderson, S.M. dan R.L. Perry. 1982.
Agricultural Process Engineering. Inc. Westport : The AVI Publishing Company.
Hidayah, N.2019. Pengaruh Lama Waktu Pemanasan Oven Terhadap Stabilitas Antioksidatif Ekstrakmetanolik Biji Duwet (Syzygium cumini Linn.).
Universitas Semarang.
Hihat, S., Remini, H. dan Madani, K.
2017. Effect of oven and microwave drying on phenolic compounds and antioxidant capacity of coriander leaves.
International Food Research Journal, 24(2): 503-509
Hithamani, G., dan Srinivasan, K. 2014.
Effect of domestic processing on the polyphenol content and
bioaccessibility in finger millet (Eleusine coracana) and pearl millet (Pennisetum glaucum).
Food Chemistry, 164:55-62.
DOI:
10.1016/j.foodchem.2014.04.107.
Horváthová, J., Suhaj, M. dan Šimko, P. 2007. Effect of thermal treatment and storage on antioxidant activity of some spices. Journal of Food and Nutrition Research, 46(1):20-27.
Jahangiri, Y., H. Ghahremani., J.A.
Torghabeh., dan E.A. Salehi.
2011. Effect of temperature and slovent on the total phenolic compounds extraction from leaves of Ficus carica. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 3(5):253-259.
Jin, L., Zhang, Y., Yan, L., Guo, Y. &
Niu, L. 2012. Phenolic compounds and antioxidant activity of bulb extracts of six Lilium species native to China.
Molecules, 17: 9361–9378.
Kartika, B., Hastuti, P., dan Supartono, W., (1988). Pedoman uji inderawi bahan pangan.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Mawaddah, A. 2012. Teknologi Pengolahan Pangan. Yogyakarta.
Menon, A.S., Hii, C.L., Law, C.L., Suzannah, S., Djaeni, M. 2015.
Effects of water blanching on polyphenol reaction kinetics and quality of cocoa beans. In AIP Conference Proceedings (1699):
030006. DOI:10.1063/1.4938291.
Mulato S. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat.
Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Prince, P.S., Kamalakkannan, M.N., Menon, V.P. (1998).
Hypoglycaemic activity of Syzigium cumini seeds: effect on lipid peroxidation in alloxan diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology, 61(1):1-7.
Prince, P.S., Kamalakkannan, M.N., Menon, V.P. (2003). Syzigium cumini seed extracts reduce tissue damage in diabetic rat
brain. Journal of
Ethnopharmacology, 84 (2- 3):205-209.
Prince, P.S., Kamalakkannan, M.N., Menon, V.P. (2004). Antidiabetic and antihyperlipidaemic effect of alcoholic Syzigium cumini seeds in alloxan induced diabetic albino
rats. Journal of
Ethnopharmacology, 91(2- 3):209-213.
Purnamayanti, N, P, A., Gunadnya, I, B, P., Arda, G. (2017). Pengaruh suhu dan lama penyangraian terhadap karakteristik fisik dan mutu sensori kopi arabika (coffea arabica L). Jurnal Beta (Biosistem dan Teknik Pertanian), Vol 5(2), 39-48.
Rachmawati, Siti Irma dan Nobuyaki Hayasi. (2012). The Effect og Batch Reactor Extration On Antioxidant Activity From Securulla Antropurpurea.
American Journal of Applied Science 9(3) 337.
Rahayoe, S., J. Lumbanbatu, dan W. K. J.
Nugroho. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian terhadap Sifat Fisik-Mekanis Biji Kopi Robusta. Jurnal Penelitian.
Yogyakarta: UGM.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi.
Jurnal. Jurusan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Rohadi, Raharjo, S., Falah, I.I. and Santoso, U. (2016). Antioxidant activity of duwet (Syzygium cumini Linn.) seed extract Genthong varieties on lipid peroxidation models in vitro.
Jurnal Agritech, 36(1): 30-37.
Rohadi. 2017. Biji Duwet (Syzygium Cumini L. (Skeel) Sebagai Sumber Antioksidan Alami Dan Potensi Aplikasinya Di Bidang Pangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rohdiana, D. (2001). Aktivitas daya tangkap radikal polifenol dalam daun teh. majalah. Jurnal Indonesia. 53-58.
Rozi, W. 2016. Pengaruh Tingkat Penyangraian Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Kopi Robusta (Coffea canephora. L). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rydlewski, A. A. de Morais, D.R., Rotta, E.M., Clause, T. and Visentainer, J.V. (2013b).
Determination of bioactive compounds, antioxidant activity and physical and chemical composition of different parts of four Brazilian fruits. Colombo, Brazil: State University of Maringa, Postgraduate Program.
Saha, R.K., Zaman, N.M. & Roy, P. 2013.
Comparative evaluation of the medicinal activities of methanolic extract of seeds, fruit pulps and fresh juice of Syzygium cumini in vitro. Journal of Coastal Life Medicine, 1(4): 300– 308.
Sari, P., Wijaya, C.H., Sajuthi, D., Supratman, U. & I 2009.
Identifikasi Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini) Menggunakan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi - Diode Array Detection. J. Teknolol. dan Industri Pangan, xx(2): 102–110.
Sultana, B., Awar, F. dan Ashraf, M.
(2009). Effect of extraction solvent/technique on the antioxidant activity of selected medicinal plant extracts.
Molecules 14: 2167-2180.
Swami, S.B., Thakor, N.S.J., Patil, M.M. dan Haldankar, P.M.
(2012). Jamun (Syzygium cumini L.): A Review of Its Food and Medicinal Uses. Food and Nutrition Science 3:1100-1117.
Sutisna, N. 2016. Pengaruh pH Larutan Penyeduh Dan Lama Penyeduhan Terhadap Kapasitas Antioksidan Ekstrak Teh Daun Sirsak (Annona muricata Linn).
Theppakorn, T. 2016. Stability and chemical chahornges of phenolic compounds during Oolong tea processing. International Food Research Journal, 23(2): 564–
574.
Utami, Retno. (2016). Aktivitas antioksidan kulit biji kakao dari hasil penyangraian biji kakao kering pada derajat ringan, sedang dan berat. Jurnal Gizi.
Vol. 5. No.3.
Vasi, S., dan Austin, A. (2009).
Antioxidants Potential of Eugenia jambolana Lam. Seeds. Journal of Biological Sciences 9(8): 894-
898.
Vignoli, J, A, Viegas, M, C, Bassoli, D, G, Benassi, M, T. (2014). Roasting process affects differently the bioactive compounds and the antioxidant activityof arabica and robusta coffees. Journal Food Research International. 6 (3).
279-285.
Waterhouse A 1999. Folin-Ciocalteau micro method for total phenol in wine, Department of Viticulture
& Enology University of California. Davis: 152- 178.
Widjaya, C.. 2003. Peran Antioksidan Terhadap Kesehatan Tubuh, Healthy Choice. 4 ed.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta.
Xu, B.J., Yuan, S.H. & Chang, S.K.C.
2007. Comparative analyses of phenolic composition, antioxidant capacity, and color of cool season legumes and other selected food legumes. Journal of Food Science, 72(2).
Yoshida, H. dan Takagi, S. 1997. Effects of Seed Roasting Temperature and Time on The Quality Characteristics of Sesame (Sesamum indicum) Oil. Journal of the Science of Food and Agricultural, 75(1):19-26.