• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS PERSPEKTIF SIYASAH DUSTURIYAH (Studi Pembangunan Infrastuktur Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS PERSPEKTIF SIYASAH DUSTURIYAH (Studi Pembangunan Infrastuktur Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sedangkan mengenai hak-hak penyandang disabilitas, undang-undang membakukan hak-hak tersebut dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas yang memuat Pasal 2 Realisasi dan realisasi hak-hak penyandang disabilitas. Bagi pemerintah pusat dan daerah, pengakuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas harus diprioritaskan dan diintegrasikan ke dalam struktur kebijakan nasional.

Rumusan Masalah

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat, penyandang disabilitas dan petugas kebersihan Masjid Raya Baitul Izzah. Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pada Prasarana Pembangunan Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu.

Tabel 1.3 Data Narasumber
Tabel 1.3 Data Narasumber

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

  • Jenis dan pendekatan penelitian
  • Lokasi penelitian
  • Subjek / informan penelitian
  • Sumber dan jenis data
  • Teknik pengumpulan data
  • Teknik analisis data
  • Teknik keabsahan data

KAJIAN TEORI

Implementasi undang undang

10 Muhammad Afdal Karim “Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas di Kota Makassar”, skripsi tersedia pada 26 Juni 2021. 11 Yune Anggel Anggelia Rumateray “Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas di Perguruan Tinggi Negeri Sunan Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta”, jurnal diakses pada 26 Juni 2021.

Teori Peraturan Perundang-undangan

Ada beberapa prinsip umum yang diakui dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, salah satunya adalah peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut. Hakim atau orang lain tidak mempunyai hak untuk menguji undang-undang, hanya pembentuk undang-undang yang mempunyai hak tersebut. Hukum merupakan instrumen untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat dan individu, melalui pembaharuan (asas welvarstaat).

Undang-undang yang lebih tinggi mengatasi undang-undang yang lebih rendah (lex superiori derogira lex inferiori). Undang-undang khas mengatasi undang-undang am (lex specialis mengatasi lex generalis). Ini bermakna bahawa undang-undang atau peraturan sebelumnya (lama) tidak lagi terpakai apabila pihak berkuasa berwibawa menguatkuasakan undang-undang atau peraturan tersebut.

Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Tidak hanya itu, Pasal 8 ayat (2) UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa ada peraturan perundang-undangan yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibuat atas dasar peraturan perundang-undangan. berdasarkan pada wewenang yang diberikan. Tatanan peraturan perundang-undangan sering dikaitkan dengan ajaran Hans Kelsen tentang Stuffenbau des Recht atau Hirarki Hukum.Hans Kelsen berpendapat bahwa norma hukum bersifat berjenjang dan berlapis dalam suatu struktur hierarki, dimana berlaku norma yang lebih rendah, yang berasal dari 35.

Pengertian disabilitas

Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang beragam, termasuk penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas fisik, disabilitas mental, atau gabungan dari disabilitas fisik dan mental. Kementerian Sosial mengkualifikasikan penyandang disabilitas sebagai penyandang disabilitas, Kementerian Pendidikan Nasional mengkualifikasikan penyandang disabilitas, dan Kementerian Kesehatan sebagai penyandang disabilitas.36. Penyandang disabilitas diartikan sebagai seseorang yang mengalami atau menderita suatu hal, sedangkan disabilitas sendiri merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disabilitas yang berarti ketidakmampuan atau ketidakmampuan.

UU No. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas secara umum menyatakan bahwa penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang mungkin mengalami hambatan dan kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, penuh, dan efektif. kerjasama dengan warga negara lain atas dasar persamaan hak.37. Orang dengan gangguan jiwa mungkin mengalami masalah dalam berkonsentrasi, berpikir, mengambil keputusan, dan mengekspresikan pikiran.

Teori Siyasah Dusturiyah

Dengan demikian, segala peraturan perundang-undangan harus mengacu pada konstitusi masing-masing negara yang tercermin dalam nilai-nilai Islam dalam hukum syariah yang dijelaskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, seperti dalam kaitannya dengan keimanan, akhlak, ibadah, muamalah. , atau sesuatu yang lain. Dengan demikian, sijasah dusturiyah merupakan bagian dari siyasah fiqih yang membahas tentang masalah peraturan perundang-undangan negara agar sesuai dengan nilai-nilai syariat. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, prinsip yang ditetapkan Islam dalam rumusan hukum dasar ini adalah jaminan terhadap hak asasi manusia, setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di hadapan hukum, tanpa membedakan stratifikasi sosial, kekayaan, pendidikan dan agama. ..39.

Prinsip-prinsip yang ditetapkan Islam dalam rumusan konstitusi ini adalah jaminan hak asasi manusia, setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di hadapan hukum, tanpa pembedaan. Rancangan undang-undang tersebut tidak lepas dari latar belakang sejarah negara yang bersangkutan, baik dalam masyarakat, politik, maupun budaya. Materi dalam undang-undang tersebut demikian sesuai dengan aspirasi dan semangat masyarakat negara yang bersangkutan.

Pengertian Infrastruktur

Berdasarkan asas keadilan dalam siyasah dusturiyah seperti pada bagian di atas, maka dapat dipahami bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 juga dibentuk berdasarkan keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali bagi penyandang disabilitas. kunci penting dalam penyelenggaraan negara. Jalur pejalan kaki harus memiliki lebar minimal 140 sentimeter, stabil, kuat, tahan cuaca dan tidak licin serta dilengkapi dengan guide block dan warning block yang dapat memandu tunanetra memasuki masjid;

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Provinsi Bengkulu

Profil Masjid Raya Baitul Izzah

Pemerintah dan otoritas daerah wajib mengaudit ketersediaan fitur aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di setiap bangunan. Implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Khususnya Bidang Prasarana, berdasarkan fenomena yang terjadi di Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu, masih belum terlaksana. Masyarakat mulai khawatir dengan nasib para penyandang disabilitas yang kesulitan mengakses infrastruktur Masjid Raya Baitul Izzah.

Kurangnya perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan PUPR Provinsi Bengkulu yang bertanggung jawab atas pembangunan Masjid Raya Baitul Izzah mengakui kurangnya perencanaan dan kurangnya pengawasan dan pelaksanaan yang fokus pada infrastruktur bagi penyandang disabilitas. Perspektif Siyasah Dusturiyah Terhadap Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas Dalam Sarana Prasarana Pembangunan Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas jelas mengatur hak-hak masyarakat, khususnya penyandang disabilitas, dan pemerintah wajib menaatinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Undang – Undang Republik Indonesia

Ketiga, asas pembentukan peraturan perundang-undangan dalam RUU Penyandang Disabilitas sesuai dengan asas pembentukan Perpu. Bangunan gedung yang mudah diakses oleh Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi fasilitas dan aksesibilitas dengan memperhatikan kebutuhan, fungsi, luas dan tinggi bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Islam menjunjung tinggi kemanusiaan yang artinya Islam juga menginginkan terpenuhinya hak infrastruktur bagi penyandang disabilitas khususnya bangunan keagamaan seperti masjid dan lain-lain, dan hal ini terkait dengan pembangunan infrastruktur di Masjid Raya Baitul Izzah.

Dinas PUPR Provinsi Bengkulu wajib memenuhi seluruh kebutuhan infrastruktur pembangunan, termasuk aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di setiap bangunan yang menjadi tanggung jawab PUPR. Pemeriksaan kecukupan fungsi fasilitas dan aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan atau manajemen konstruksi yang bersertifikat. Masjidil Haram didesain semegah mungkin dengan fasilitas modern dan lahan yang luas, namun belum terdapat fasilitas yang ramah difabel sehingga menghambat proses peribadatan bagi difabel.

Keluhan dari para penyandang disabilitas menjadi alasan utama penulis untuk melanjutkan karya ilmiah ini, karena hal ini akan terus menghambat proses ibadah para penyandang disabilitas dan tidak jarang juga membahayakan bagi para penyandang disabilitas yang mencoba mengakses infrastruktur atau Masjid Agung Baitul Izzah yang tidak ramah difabel. Setelah adanya undang-undang dan peraturan menteri tentang pembangunan infrastruktur bagi penyandang disabilitas, sangat jelas bahwa hal tersebut wajib dilakukan oleh pihak yang berwenang.

Perspektif siyasah dusturiyah terhadap Implementasi

Selanjutnya dalam sistem kepemimpinan ini, seorang pemimpin wajib memenuhi hak-hak penyandang disabilitas khususnya dalam pembangunan infrastruktur di Masjid Raya Baitul Izzah kota Bengkulu, dan inilah yang kurang atau belum menjadi kenyataan. UU Nomor tidak melaksanakan. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pada bagian prasarana menjelaskan bagian-bagian bangunan prasarana yang harus dipenuhi untuk memenuhi hak penyandang disabilitas dalam pembangunan infrastruktur dan ini khusus pada Masjid Raya Baitul Izzah sesuai dengan lokasi penelitian. dari karya ilmiah ini. Perspektif siyasah duturiyah dalam kasus Al-sulthah al-tanfidziyyah, dalam kasus ulil amri atau lembaga eksekutif yang dianggap belum patuh secara keseluruhan, padahal seharusnya bisa berproses atas dasar kepemimpinan dalam Islam. atau memenuhi hak setiap masyarakat dengan seadil-adilnya tanpa terkecuali bagi penyandang disabilitas, dan hal ini merupakan kekurangan yang dimiliki oleh pimpinan Provinsi Bengkulu dalam implementasi Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Studi Pembangunan Prasarana Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu), secara jelas disebutkan bahwa hak infrastruktur bagi penyandang disabilitas harus dipenuhi, namun dalam praktiknya justru masih belum terpenuhi karena adanya kendala antara lain Masjid Raya Baitul Izzah merupakan bangunan tua yang sudah direnovasi sehingga hanya beberapa bagian yang diperbarui dan akses bagi penyandang disabilitas masih belum tercapai, dan masih terdapat kendala yang lebih umum . yang diungkapkan oleh penanggung jawab pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Baitl Izzah adalah kekurangan dana.

Tinjauan Siyasah Dusturiyah Terhadap Implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas (Penyelidikan Pembangunan Prasarana Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu), Tujuan Utama Siyasah Dusturiyah Ditinjau dari Pembangunan yang dilakukan oleh rakyat hendaknya hanya mengejar satu tujuan utama, yaitu kesejahteraan rakyat. Diharapkan dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas khususnya mengenai pembangunan infrastruktur Masjid Raya Baitul Izzah, pemerintah harus lebih memperhatikan hak-hak masyarakat dan mempertimbangkan penyandang disabilitas yang juga mempunyai hak untuk menjadi penyandang disabilitas. hak untuk mendapatkan akses terhadap Masjid Raya Baitul Izzah sebagai tempat ibadah agar masyarakat khususnya penyandang disabilitas, penyandang disabilitas dapat merasakan perkembangan khususnya akses terhadap Masjid Raya Baitul Izzah yang lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat dan memudahkan untuk menyembah. Untuk mewujudkan pembangunan daerah yang terpadu, terarah, dan berkeadilan, PUPR hendaknya memperhatikan peraturan yang ada dan lebih berupaya dalam melaksanakannya sehingga memenuhi kewajibannya dalam menangani pembangunan bagi masyarakat, khususnya penyandang disabilitas.

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi konsep pembangunan dalam siyasah dusturiyah adalah upaya pembangunan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan eksistensi manusia seutuhnya. Berbeda dengan konsep pembangunan lainnya yang lebih menitikberatkan pada pemahaman fisik dan materi, tujuan pembangunan dalam siyasah dusturiyah lebih dari itu. Al-Sulthah al-Tanfidziyyah merupakan pertanyaan inti/yang secara khusus menekankan temuan penelitian ini.

Saran

أسطح جلالدن, العصيبه والنازحير, (بيروت: دار الكتب المياه, ١٤٠٣ أه).

Referensi

Dokumen terkait