PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Richard Susskind, teknologi berdampak pada layanan hukum baik firma hukum maupun pengadilan negeri dalam yurisprudensinya dengan kemajuan teknologi informasi.12. Hingga bulan Oktober 2021, jika melihat website e-Court, 382 (tiga ratus delapan puluh dua) dari 382 (tiga ratus delapan puluh dua) Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia telah memiliki e-Court dan e-Trial yang aktif. 9 PN Surabaya, PN Tangerang dan PN Jakarta Selatan termasuk 3 (tiga) yang paling berhasil memperoleh nomor perkara pada e-Court, selisih perkara yang menggunakan e-Court di PN Makassar cukup besar.
17 Berdasarkan data pada website e-Court Mahkamah Agung Pengadilan Negeri Makassar, (http://ecourt.pn-makassar.go.id diakses pada 10 Oktober 2021). Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk menyelidiki dan menganalisis sejauh mana penerapan e-Court di Lingkungan Pengadilan Negeri Makassar, serta faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan e-Court.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini membahas hubungan litigasi elektronik dengan asas-asas Hukum Acara Perdata dan kesesuaian penyelenggaraan persidangan secara elektronik dengan asas-asas Hukum Acara Perdata. Sedangkan penelitian peneliti fokus pada pemanfaatan e-Court dalam kaitannya dengan salah satu asas Hukum Acara Perdata yaitu asas peradilan yang sederhana, cepat dan murah. Penelitian ini secara khusus menjelaskan implikasi hukum dari e-Panggilan sebagai salah satu fungsi e-Court yang berkaitan dengan proses pemanggilan para pihak ke pengadilan, sedangkan peneliti melakukan penelitian terhadap seluruh fungsi e-Court.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Sistem Peradilan di Indonesia
- Peradilan dan Pengadilan
- Hukum Acara Perdata
- Tahapan Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Secara
Yang dimaksud dengan “yurisdiksi” bagi pengadilan negeri adalah berkaitan dengan yurisdiksi relatif, yang meliputi antara lain hukum acara pidana mengenai tempat terjadinya tindak pidana (locus delicti) dan hukum acara perdata mengenai pengajuan suatu gugatan. gugatan.29. Hukum acara perdata adalah hukum perdata formal yang pada hakekatnya berfungsi untuk mempertahankan atau menegakkan hukum perdata substantif melalui pengadilan apabila terjadi pelanggaran hukum perdata substantif atau terjadi perselisihan. Undang-Undang Acara Perdata juga mengatur tata cara memperoleh hak dan jaminan hukum, apabila tidak terjadi perselisihan, dengan mengajukan permohonan ke pengadilan.30.
Hukum Acara Perdata pada umumnya mengatur tentang proses penyelesaian perkara perdata oleh hakim di pengadilan dalam hal penyiapan gugatan, pengajuan gugatan, penyidikan gugatan, putusan pengadilan sampai dengan dan termasuk pelaksanaan atau pelaksanaan putusan pengadilan.31 . 30 Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia: Masalah Eksekusi dan Mediasi, Yogyakarta: Deepublish, 2020, hal. 19 Secara pasti, berbagai ahli hukum perdata memberikan definisi tentang Hukum Acara Perdata, antara lain sebagai berikut:.
Menurut Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana menjamin ditaatinya hukum perdata substantif melalui hakim. 32 Abdulkadir Muhammad secara singkat merumuskan bahwa Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur tentang proses penyelesaian perkara perdata oleh hakim. pengadilan, sejak gugatan diajukan sampai dengan pelaksanaan putusan pengadilan.33. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa Hukum Acara Perdata adalah serangkaian peraturan yang memuat tahapan-tahapan proses beracara, bagaimana seharusnya masyarakat bersikap terhadap dan di hadapan pengadilan, serta bagaimana seharusnya pengadilan bertindak untuk melaksanakan peraturan hukum perdata yang bersifat substantif. Hukum Acara Perdata bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum melalui pengadilan untuk mencegah tindakan main hakim sendiri (self-direction) sehingga ketertiban hukum dapat berlangsung.
Artinya apabila terjadi proses acara perdata di pengadilan maka ketentuan tersebut tidak boleh dilanggar melainkan harus dipatuhi oleh para pihak, jika tidak ditaati maka akan berakibat buruk bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tersebut. Sifat memaksa ini bukan dalam konteks hukum publik, karena Hukum Acara Perdata termasuk Hukum Perdata, namun sifat memaksa adalah dalam rangka memaksa para pihak ketika akan melakukan proses acara perdata di pengadilan. Hakikat Hukum Acara Perdata adalah melaksanakan hukuman terhadap pelanggar hak pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam hukum substantif sehingga dapat ditegakkan secara paksa melalui pengadilan.37 3.
Tinjauan Umum Tentang Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik
- Definisi dan Pengertian
- Ruang Lingkup e-Court
- Tahapan Penyelesaian Perkara Perdata melalui e-Court
- Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik (e-Litigasi)
- Perbandingan Sistem e-Court Di Berbagai Negara
1 Tahun 2019 pada Pasal 1 angka 6 administrasi perkara elektronik merupakan serangkaian proses penerimaan tuntutan/permohonan/keberatan/sanggahan/. Pada saat suatu perkara didaftarkan, pengguna yang terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM yang dihasilkan secara elektronik oleh aplikasi e-Court. Aplikasi e-court juga mendukung pengiriman dokumen persidangan seperti Jawaban, Duplikat, Kesimpulan dan/atau tanggapan secara elektronik yang dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.
Dalam e-Litigasi atau e-Litigasi, proses dengar pendapat para pihak secara elektronik diawali dengan jawaban, tanggapan, tanggapan dan kesimpulan. Pengguna terdaftar dan pengguna lainnya menyerahkan asli surat kuasa, asli surat tuntutan dan asli persetujuan prinsipal untuk melanjutkan dalam bentuk elektronik; Ketua senat menawarkan kepada terdakwa pengelolaan persidangan secara elektronik, tetapi jika terdakwa diwakili oleh perwakilan hukum, persetujuan untuk persidangan secara elektronik tidak diperlukan;
Presiden Senat dapat memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban para pihak terkait sidang elektronik. Dengar pendapat secara elektronik dapat dilakukan atas persetujuan para pihak dan dilaksanakan setelah selesainya proses mediasi. 47 Lihat ayat 1 Pasal 20 PERMA no. 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik.
Prosedur pengujian yang dapat dilakukan dengan penerapan e-Litigasi adalah sebagai berikut: 48 1) Pengujian tahap respon secara elektronik. 7 (Lihat juga PERMA No. 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik Bab V, dan Buku Panduan e-Court). Apabila pihak ketiga tidak bersedia bersidang secara elektronik, maka majelis hakim menyatakan permohonan intervensi tidak dapat diterima melalui putusan.
Bagi pihak yang memulai perkara secara elektronik sejak awal dapat mengajukan upaya hukum secara elektronik. Selain dapat mengakses berkas sebagai pengguna yang mendaftar PACER, pengguna yang mendaftar sebagai NextGen Attorney Filers juga dapat mengajukan secara elektronik dengan mengajukan secara elektronik di semua pengadilan, pengadilan negeri, dan pengadilan kepailitan.
Tinjauan Umum Tentang Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya
- Pengertian Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
- Dasar Hukum Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
49 Yang dimaksud dengan keadilan adalah proses dan penyelesaian kasus dilakukan secara efisien. Namun asas kesederhanaan, kecepatan dan murahnya proses dan penyelesaian perkara di pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian dan ketelitian dalam mencari kebenaran dan keadilan.53 Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai asas keadilan yang sederhana, cepat dan murah. Arti dari asas keadilan sederhana dapat diartikan bahwa hakim dalam mengadili para pihak dalam suatu perkara hukum wajib menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pihak yang bersengketa serta berusaha semaksimal mungkin. untuk dapat berdamai dengan menginformasikan akibat negatif dari putusan tersebut.hak yang dapat diputuskan secara paksa, apabila para pihak tetap mempertahankan keinginannya dan tidak mau berdamai, maka perkara tersebut hanya dapat diselesaikan melalui proses pengadilan.
Maksud dari asas cepat dalam suatu persidangan adalah hakim ketika memeriksa para pihak yang terlibat dalam suatu proses peradilan harus menjamin bahwa proses tersebut terselesaikan setelah adanya bukti-bukti yang akurat dari para pihak dan saksi-saksi segera memberikan putusan dan waktu tidak tertunda atau terlambat. terlambat. . 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara Tingkat Pertama dan Banding di 4 (empat) Lingkungan Peradilan (SEMA 2/2014), penyelesaian perkara di pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri) dalam jangka waktu 5 (lima) bulan sampai dengan masa jabatan terakhir. . 54 Biaya yang murah juga berarti bahwa mencari keadilan melalui lembaga peradilan tidak hanya sekedar mempunyai harapan untuk menjamin keadilan di dalamnya, namun harus ada jaminan bahwa keadilan itu tidak mahal, keadilan tidak dapat terwujud dan keadilan itu mandiri dan bebas dari nilai-nilai lain. . yang merusak nilai-nilai keadilan itu sendiri.67.
Biaya yang rendah dalam hal ini berarti tidak diperlukan biaya lain kecuali memang benar-benar diperlukan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Terdapat 55 ketentuan sederhana yang diterapkan oleh hakim pengadilan, terutama dalam hal hakim dapat mengupayakan perdamaian atau segera mengambil keputusan dalam menyelesaikan perkara. Selain permasalahan akan cepat selesai, biaya yang harus dikeluarkan para pihak tentunya juga akan lebih ringan. . Sekalipun prinsip cepat dan sederhana tidak dilaksanakan dengan baik, biaya yang ditanggung para pihak akan semakin besar karena adanya perlawanan dari pihak yang kalah terhadap putusan pengadilan.
Agar dapat menyelesaikan perkara dengan cepat, sederhana, dan biaya yang murah, maka hakim yang memutus perkara haruslah seorang yang profesional dan benar-benar ahli di bidangnya serta penuh kebijaksanaan dalam menangani suatu perkara. Landasan hukum peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan tertuang dalam UU No. 48 Tahun 2009 tentang Peradilan, antara lain Pasal 2 Ayat (4) yang berbunyi, “Peradilan dilaksanakan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan” dan Pasal 4 Ayat (2) berbunyi: “Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan.” dan rintangan.
Landasan Teori
- Teori Efektivitas Hukum
- Teori Kemanfaatan Hukum
57 Kelima faktor tersebut saling berkaitan sehingga menjadi hakikat penuntutan pidana. Indikator yang menentukan dapat berjalannya hukum tertulis dengan baik didasarkan pada faktor pertama, tergantung dari aturan hukum itu sendiri. Undang-undang sendiri merujuk pada peraturan hukum dalam arti materiil, yaitu peraturan tertulis yang sah secara umum dan dikeluarkan oleh otoritas pusat atau daerah yang sah.72.
Kemudian faktor kedua yang menentukan efektif atau tidaknya penegakan hukum tertulis adalah aparat penegak hukumnya. Dalam hal ini adalah kesadaran untuk menaati peraturan perundang-undangan atau yang disebut dengan derajat kepatuhan. Dalam hal ini derajat kepatuhan hukum masyarakat menjadi salah satu parameter yang berkaitan dengan efektif atau tidaknya suatu hukum.
Berbicara mengenai efektivitas undang-undang berarti membicarakan mengenai daya operasi undang-undang dalam mengatur dan/atau memaksa masyarakat untuk menaati undang-undang. Sejauh mana suatu undang-undang yang berlaku efektif atau tidak dapat disimpulkan dari perilaku masyarakatnya. Apabila suatu undang-undang atau peraturan perundang-undangan mencapai tujuan yang diinginkan, maka efektifitas undang-undang atau peraturan perundang-undangan tersebut telah tercapai.
Selanjutnya peneliti menggunakan teori efektivitas hukum dalam penelitian ini untuk melihat apakah implementasi atau penegakan PERMA No. Bentham kemudian mencoba menerapkannya dalam bidang hukum, yaitu dalam peraturan perundang-undangan yang baik dan buruknya ditentukan oleh ukuran tersebut. Dengan bersatunya kepentingan-kepentingan untuk tujuan yang sama, maka terbentuklah masyarakat dan negara, yang merupakan hasil dari penyatuan kepentingan-kepentingan untuk tujuan yang sama.82.
Kerangka Pikir
- Alur Kerangka Pikir
- Bagan Kerangka Pikir
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Pendekatan Masalah
Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penerapan e-Court sebagai perwujudan asas cepat, sederhana, dan
Faktor yang memengaruhi penerapan e-Court di lingkungan
PENUTUP
Kesimpulan
Saran