IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL PENCAK SILAT DI SD NEGERI LIALANG KOTA SERANG
Patra Aghtiar Rakhman1*,Siti Rokmanah2, Sayidatul Fariha3 Universitas Sultan Ageng Tirtaya, Indonesia123
Corresponding Author: Sayidatul Fariha, [email protected]
ARTICLE INFO Article history:
Received 9 Oktober
Revised 11 November 2023
Accepted 24 Desember 2023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi muatan lokal pencak silat di SD Negeri Lialang kota Serang.
Pembelajaran muatan lokal ini sangat diperlukan, apalagi untuk kemajuan daerah yang otomatis berdampak positif bagi kemajuan nasional. Selain itu, muatan lokal diperlukan untuk pengembangan budaya. Penelitian ini meneliti terkait proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian atau evaluasi implementasi muatan lokal pencak silat. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif karena menyajikan berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pada hasil penelitian terdapat beberapa tahapan (1)Perencanaan implementasi muatan lokal pencak silat kegiatannya berupa menyusun perangkat-perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran.
(2)Pelaksanaan muatan lokal pencak silat ada beberapa kendala yaitu, perhatian peserta didik yang kurang sehingga praktek gerakan tidak maksimal, menginstruksikan peserta didik di lapangan dengan suara yang kecil, tidak mengajarkan maupun mengingatkan jurus dengan gerakan per gerakan, tidak memperhatikan bagaimana gerakan peserta didik secara terperinci, pembelajaran non praktek hanya diajarkan lewat buku. Pada tahap (3) penilaian guru menilai disaat pertengahan semester dan akhir semester dengan gerakan yang sudah dihafalnya.
Kata Kunci: Pencak Silat, Budaya, Muatan Lokal
How to Cite : Patra Aghtiar Rakhman, dkk, “Implementasi Muatan Lokal Pencak Silat Di SD Negeri Lialang Kota Serang", Vol. 7, No. 2 (2023): 257-267.
DOI : https://doi.org/https://doi.org/10.52266/
Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/
This is an open access article under the CC BY SA license
: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
PENDAHULUAN
ada dasarnya kebudayaan sudah seharusnya dilestarikan dan diterapkan sedari dini, sekolah menjadi jembatan awal untuk mempelajari berbagai kebudayaan.
Dalam kebudayaan tidak akan mengalir dalam gen seseorang, sehingga memang harus diteruskan secara turun temurun dengan proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran yang berkaitan dengan kebudayaan bisa dilakukan baik dalam pendidikan formal dan non formal. Dalam artian bahwa sifat kebudayaan diperoleh melalui pendidikan baik secara formal maupun nonformal. Pelestarian kebudayaan tersebut bisa masuk ke dalam pembelajaran, karena pembelajaran merupakan aktivitas penting dalam proses pendidikan, karena melalui aktivitas belajar ini diharapkan dapat dicapai tujuan Pendidikan sebagai wahana dalam proses perubahan tingkah
P
laku individu (Nabila, 2021). Pembelajaran kebudayaan juga bisa dimuat dalam Muatan Lokal.
Secaar regulatif, posisi muatan lokal ini telah diatur dalam Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 yang dimana menjelaskan bahwa muatan lokal murapakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal juga telah diatur dalam Peraturan Walikota Serang Nomor 5 Tahun 2021 Bab 4 pasal 9 yang didalamnya menjelaskan tentang penyusunan bahan perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum muatan lokal dan pembangunan karakter pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal.
Demikian pula, Banten menggabungkan materi lokal dengan keunikannya, termasuk pencak silat, karena wilayah ini terkenal dengan sebutan "Jawara" yang kaya akan seni pencak silat yang sering digunakan dalam komunitas debus dan dianggap sebagai bagian dari warisan budaya Banten (Azizah et al., 2023).
Diliat dari sisi konsep, Pencak Silat merupakan seni bela diri tradisional yang kaya akan sejarah dan filosofi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Sejak berabad-abad lamanya, Pencak Silat tidak hanya diakui sebagai bentuk olahraga dan pertahanan diri, tetapi juga sebagai ekspresi seni yang mencakup nilai-nilai spiritual, kebijaksanaan, dan keindahan gerakan. Dalam beberapa dekade terakhir, minat terhadap Pencak Silat tidak hanya tumbuh di Indonesia, tetapi juga meraih perhatian di tingkat global (Ediyono, 2005; Mufarriq, 2021). Pencak Silat bukan sekadar kumpulan teknik bertarung, melainkan sebuah sistem yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Dengan akar yang dalam dalam tradisi dan kepercayaan lokal, Pencak Silat mengekspresikan identitas budaya dan filosofi masyarakat Indonesia. Selain itu, Pencak Silat juga dikenal sebagai sarana untuk mengembangkan karakter, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab (Ruswinarsih, 2023).
Penting untuk memahami bahwa Pencak Silat bukan hanya aktivitas fisik, melainkan juga refleksi dari keragaman etnis, sejarah, dan kepercayaan di Indonesia.
Setiap aliran atau jurusan Pencak Silat membawa keunikan tersendiri dalam teknik, gerakan, dan nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi (Kumaidah, 2012;
Hasanah, 2021) . Penelitian yang berkaitan dengan Pencak Silat tidak hanya dapat memberikan wawasan lebih dalam terhadap aspek-aspek teknis seni bela diri ini, tetapi juga dapat memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang warisan budaya dan identitas masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, penelitian ini akan mencoba menguraikan dan menganalisis beberapa dimensi penting dari Pencak Silat, melibatkan aspek-aspek seperti fisik dan kesehatan, nilai-nilai budaya, serta implikasinya dalam konteks pendidikan dan pengembangan individu (Kurnia, 2018).
Dengan memahami lebih baik esensi Pencak Silat, diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti, baik dalam konteks pengembangan seni bela diri itu sendiri maupun dalam konteks yang lebih luas terkait dengan pelestarian budaya dan pembangunan manusia (Ediyono, 2005; Mufarriq, 2021). Sehingga penting untuk melaksanakan pembelajaran muatan lokal teramasuk pelatihan pencak silat
bagii para siswa di sekolah, yang mana pembelajaran ini sebenarnya dapat mendukung pengembangan dan pelestarian budaya. dan dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal ini pula yang akan berdampak pada sikap positif yang ditunjukan. Jadi melalui pelajaran muatan lokal siswa dapat menerapkan bahwa muatan lokal bukan sekedar pemebelajaran tetapi juga sebagai bentuk pelestarian yang ada di daerahnya( Kumaidah, 2012; Hasanah, 2021).
Dilihat pada SD Negeri Lialang ada beberapa hal yang masuk kedalam tujuan penelitian yaitu perencanaan pembelajaran muatan lokal Pencak Silat yang dimana melalui perencanaan yang baik, setidaknya dapat mengantisipasi atau meminimalisir permasalahan- permasalahan yang nantinya akan muncul, sehingga pembelajaran berjalan baik, sesuai, terstruktur dan keberhasilan pembelajaran tercapai (Djamaluddin, 2019). Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Pencak Silat dan penilaian pembelajaran muatan lokal pencak silat, karena menurut (Mardotillah et all., 2017) dalam (Nabila, 2021). Berpendapat bahwa seseorang yang telah belajar silat, secara otomatis kemampuan fisik bela dirinya berkembang selaras dengan karakter terpuji yang dibangun.
TINJAUAN TEORITIS 1. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan pengembangan atau program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah guna mengembangkan kebudayaan di daerahnya masing- masing. Menurut (Arifin, 2011) dalam (Aharis, 2018) mengatakan Muatan lokal merupakan informasi atau pembahasan yang spesifik pada suatu daerah tertentu. Cara pengembangan muatan lokal berkaitan dengan keadaan, landasan, ciri-ciri, manfaat, dan kondisi daerah yang ditunjang dalam berbagai aspek dibentuk dalam suatu mata pelajaran dengan alokasi pembelajaran yang sudah ditentukan. (Tirtarahardja dan La Sula) dalam (Jannah, 2021) menunjukkan bahwa menyangkut muatan lokal adalah sebuah pembelajaran yang dalam isi dan penyampaiannnya dikaitkan dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
2. Pencak Silat
Pencak silat merupakan kebudayaan bangsa indonesia yang sudah ada sejak nenek moyang yang merupakan gerak-gerak seni yang mempunyai makna.Pencak silat adalah seni budaya merupakan hasil cipta karsa atau hasil karya dari bangsa Indonesia, yang merupakan salah satu dari kekayaan seni budaya daerah-daerah di Indonesia, bahkan di beberapa daerah unsur seni tersebut jauh lebih menonjol, sehingga sementara mesyarakat menganggapnya benar-benar sebagai bentuk seni tari dan bukan seni bela diri. Dan apabila diamati lebih lanjut akan nampak bahwa seni tari tersebut dikembangkan dari gerak-gerak dasar pencak silat sebagai seni bela diri.
Kelincahan dan gerak dinamis diiringi dengan instrumen musik daerah sungguh sangat menarik dan memukau (Muhtar, 2020). Sejalan dengan Muhtar, menurut (Kriswanto, 2015) Pencak Silat merupakan sistem beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang sebagai budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina, dan dikembangkan.
3. Manfaat Pencak Silat
Pencak Silat, sebagai seni bela diri tradisional, tidak hanya mengajarkan teknik- teknik pertahanan diri, tetapi juga membawa sejumlah manfaat lainnya (Rachman.
2021; Nugroho, 2021). Berikut adalah beberapa manfaat Pencak Silat:
a. Kesehatan Fisik. Pencak Silat melibatkan gerakan tubuh yang kompleks, termasuk berbagai jenis pukulan, tendangan, dan gerakan tubuh lainnya. Ini dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan daya tahan fisik.
b. Kesehatan Mental. Latihan Pencak Silat memerlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi. Ini dapat membantu meningkatkan kesehatan mental, memperbaiki kemampuan kognitif, dan mengurangi stres.
c. Disiplin dan Kemandirian. Praktisi Pencak Silat dikenalkan pada nilai-nilai disiplin dan kemandirian sejak awal. Latihan yang teratur dan konsisten diperlukan untuk menguasai teknik-teknik yang rumit.
d. Peningkatan Keterampilan Koordinasi. Gerakan-gerakan yang terkoordinasi antara tangan, kaki, dan tubuh secara keseluruhan dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik dan koordinasi.
e. Pengembangan Karakter.
f. Pencak Silat mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan rasa tanggung jawab. Ini dapat membantu dalam pengembangan karakter dan membentuk kepribadian yang baik.
g. Pertahanan Diri.
h. Salah satu manfaat utama Pencak Silat adalah kemampuan untuk membela diri.
Praktisi diajarkan untuk mengenali dan merespons situasi berpotensi berbahaya.
i. Keberlanjutan Budaya. Pencak Silat memiliki nilai-nilai budaya dan sejarah yang kaya. Praktik dan pelestarian seni bela diri ini dapat membantu dalam menjaga dan meneruskan warisan budaya Indonesia.
j. Rasa Persaudaraan dan Komunitas.
k. Latihan Pencak Silat sering melibatkan kerjasama dan interaksi dengan sesama praktisi. Ini dapat membangun rasa persaudaraan dan solidaritas dalam komunitas Pencak Silat.
l. Kreativitas dan Ekspresi Seni. Pencak Silat juga dianggap sebagai bentuk seni.
Praktisi memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam gerakan dan penampilan.
m. Pengembangan Spiritual. Beberapa aliran Pencak Silat memiliki dimensi spiritual yang kuat, melibatkan meditasi, pemahaman energi, dan pengembangan kesadaran diri.
Manfaat-manfaat ini membantu menjelaskan mengapa Pencak Silat bukan hanya sekadar seni bela diri, tetapi juga suatu sistem yang holistik yang memberikan dampak positif pada berbagai aspek kehidupan.
4. Model Intergasi Kegiatan Pencak Silat dalam Pemelajaran Mulok
Model Integrasi Kegiatan Pencak Silat dalam Mata Pelajaran (Mulok) adalah suatu pendekatan dapat digunakan dalam konteks pendidikan formal untuk memasukkan unsur-unsur Pencak Silat ke dalam mata pelajaran tertentu. Integrasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan manfaat Pencak Silat tidak hanya sebagai seni bela diri tetapi juga sebagai alat pembelajaran holistik (Hamid, 2013; Sutrisno, 2020). Berikut adalah contoh model kegiatan Pencak Silat dalam Mata Pelajaran (Mulok). Model ini dirancang untuk mengintegrasikan Pencak Silat ke dalam kurikulum Mata Pelajaran tertentu, seperti Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, atau Keterampilan Hidup. Tujuan utamanya memberikan pengalaman belajar yang holistik, memadukan aspek fisik, mental, dan budaya Pencak Silat dengan pembelajaran di dalam kelas sebagai berikut:
a. Identifikasi Tujuan Pembelajaran. Tentukan tujuan khusus dari integrasi Pencak Silat dalam Mata Pelajaran. Misalnya, pengembangan keterampilan fisik, pemahaman budaya, atau peningkatan kesehatan.
b. Pengenalan Sejarah dan Budaya Pencak Silat. Pelajari aspek sejarah dan budaya Pencak Silat sebagai bagian dari mata pelajaran. Diskusikan peran Pencak Silat dalam tradisi dan sejarah Indonesia.
c. Demonstrasi dan Pengenalan Teknik Dasar. Undang instruktur Pencak Silat untuk memberikan demonstrasi dan pengenalan tentang teknik dasar Pencak Silat kepada siswa.
d. Latihan Fisik. Siswa melakukan latihan fisik Pencak Silat, termasuk pemanasan, teknik dasar, dan latihan keterampilan motorik. Ini dapat dilakukan dalam sesi khusus Pendidikan Jasmani atau olahraga.
e. Korelasi dengan Materi Pelajaran. Pencarian keterkaitan antara konsep-konsep Pencak Silat dengan topik yang diajarkan dalam Mata Pelajaran tersebut. Misalnya, korelasi gerakan Pencak Silat dengan konsep seni rupa atau struktur gerak dengan konsep fisika.
f. Proyek Seni atau Kreatif.
g. Siswa dapat diminta untuk membuat proyek seni atau kreatif yang terinspirasi oleh Pencak Silat. Ini dapat mencakup pembuatan seni visual, penulisan esai, atau bahkan koreografi tarian.
h. Refleksi dan Pembahasan Kelas. Sesi refleksi dan diskusi kelas tentang pengalaman belajar siswa dalam kegiatan Pencak Silat. Diskusikan nilai-nilai budaya, keterampilan yang diperoleh, dan dampaknya pada kesehatan dan kesejahteraan.
i. Penilaian Keterampilan dan Pemahaman. Gunakan penilaian yang sesuai untuk mengukur keterampilan fisik dan pemahaman siswa tentang materi Pencak Silat.
Ini bisa mencakup penilaian praktik, proyek seni, atau ujian tulis.
j. Penyelenggaraan Acara Pencak Silat. Agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mereka, rencanakan penyelenggaraan acara Pencak Silat di sekolah, seperti pertunjukan seni atau pertandingan antar kelas.
k. Evaluasi dan Pengembangan Lanjutan. Setelah kegiatan selesai, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap model ini. Terima umpan balik dari guru dan siswa untuk
perbaikan dan pengembangan kegiatan Pencak Silat dalam Mata Pelajaran di masa depan.
Model ini dirancang untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menyeluruh, memadukan elemen-elemen Pencak Silat dengan materi pelajaran agar siswa dapat memahami nilai-nilai budaya, meningkatkan keterampilan fisik, dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang seni bela diri tradisional Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Karena data disajikan secara verbal. Karena analisis dan penyajian data akan diberikan dalam bentuk uraian penyajian datanya yaitu, data yang dihasilkan dari observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukan bahwa peneliti memilih untuk menggunakan teknik kualitatif deskriptif. Pendekatan penelitian kualitatif ini digunakan peneliti dengan ikut serta turun ke lapangan, mendokumentasikan peristiwa secara cermat, dan melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap dokumen-dokumen yang mereka temukan di sana. Penelitian kualitatif juga bertujuan untuk mendapatakan pemahaman yang mendalam tentang Implementasi Muatan Lokal Pencak silat. Dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang mana bertempat di SDN Lialang Kec. Taktakan, Kota Serang Provinsi Banten, termasuk sekolah negeri yang terakreditasi A.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik diantaranya yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. 1.
Teknik analisis data Penelitian kualitatif ini rumit dan bersifat tumpang tindih, karena materi yang dikumpulkan tidak hanya terfokus pada topik yang telah ditentukan, tetapi juga dapat berkembang berdasarkan kondisi lapangan. Maka dari itu ada beberapa hal yang dilakukan agar ruang lingkup penelitian kualitatif tetap terbatas (Sahir, 2021). Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan ini yaitu tahap akhir dalam analisis data, tahap ini dilakukannya di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang akan dikumpulkan. Membuat kesimpulan yang baik membutuhkan tindakan verifikasi secara teratur dan rapih selama proses penelitian untuk memastikan bahwa temuan-temuannya dipahami dan kesimpulan akhir disiapkan dengan tepat terkait dengan Implementasi Muatan Lokal Pencak silat.
bertempat di SDN Lialang Kec. Taktakan, Kota Serang Provinsi Banten.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan Implementasi Muatan Lokal Pencak Silat
Ada 3 tahap dalam implementasi muoatan lokal pencak silat ini, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (evaluasi). Tahap perencaan pada pembelajaran muatan lokal ini dilakukan dengan cara menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini termasuk ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, materi ajar dsb. Menurut (Supriyono, 2018) dalam
jelas, dan siswa mudah memahaminya (2) media dirancang sedemikian rupa sesuai dengan pembahasan (3) media yang dirancang tidak terlalu rumit dan sulit (4) media dirancang dengan alat dan bahan sederhana yang mudah didapat atau bahan yang ada dilingkungan sekitar siswa. Berdasarkan kriteria di atas, maka media pembelajaran hendaknya dirancang dengan sederhana, sesuai dengan pembahasan dan mudah dibuat, sehingga memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran dan membuat pembelajaran berkesan menarik sehingga menimbulkan semangat. Hal ini sejalan dengan penyampaian oleh bapak A selaku guru mata pelajaran olahraga dan pencak silat. Selain mengembangkan dan menyiapakan sumber belajar, Bapak A juga mengembangkan buku-buku untuk pengajaran muatan lokal pencak silat yang telah disediakan sekolah sebagai bahan referensi untuk semester yang akan datang. Hal ini dilakukan pada saat tahap perencanaan pelaksanaan muatan lokal pencak silat.
Dari yang peniliti dapat bahwa tahap perencanaan ini bukan hanya sekedar menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) saja tapi menyiapkan bahan ajar tambahan untuk siswa yang akan digunakan dalam satu semester dan bapak A juga mengatur jadwal dan memberikan pembelajaran tambahan untuk siswanya yang terlambat mengikuti proses pembelajaran muatan lokal tersebut. Keterlambatan disini maksudnya ada beberapa siswa yang kesulitan mengikuti pelajarannya. Tentunya upaya tersebut tidak terlepas dari tugas utama guru sebagai pendidik profesional dengan fokus menjagar dari membimbing, melatih dan mengevaluasi siswa yang mengikuti dan menempuh pendidikan sejak usia dini melalui jalur resmi pemerintah, seperti sekolah dasar hingga sekolah menengah. (Undang Undang No 14 Tahun 2005).
Dalam menyusun perencanaan tersebut, bapak A menyusunnya bersama pihak- pihak lain, seperti kepala sekolah, guru olahraga yang lain dan juga guru kelas masing-masing yang sudah ada mata pelajaran muatan lokal pencak silat. Mengingat bahwa muatan lokal ini bukan mata pelajaran wajib yang harus ada di sekolah dasar, bapak A mengatakan bahwa mulok pencak silat ini erat kaitannya dengan kebudayaan khususnya di provinsi Banten, jadi pihak-pihak tersebut membuat perencanan sebaik mungkin untuk menerapkan muatan lokal ini agar nantinya terlaksana di sekolah.
Perencanaan seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga sudah dibuat dari awal semester dan untuk satu semester ke depan karena pembelajaran muatan lokal pencak silat ini bersifat praktik dan hanya ada beberapa kali pertemuan saja membahas materi atau belajar di dalam kelas. Selebihnya pembelajaran ini dilakukan di luar kelas atau di lapangan. Dalam perencanaan ini juga perencanaan pembuatannya sudah diatur dari kelas 3 sampai kelas 6, berdasarkan wawancara oleh bapak A, kelas 3 itu hanya memaparkan materi sederhana dan mempraktikkan gerakan sederhana, selanjutnya di kelas 4 bapak A juga membuat gerakan menengah, dan kelas 5-6 gerakan jurusan perjurusan karena nantinya di kelas ini lah untuk menilai sejauh mana materi yang telah di pelajari.
2. Pelaksanaan Implementasi Muatan Lokal
Pelaksanaan merupakan kegiatan yang mana kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai rencana. Pencak silat ini bukan hanya sekedar pembelajaran saja tetapi juga menyangkut kebudayaan serta ilmu bela diri menurut (PB IPSI) dalam (Candra, 2021)
menyatakan bahwa pencak silat merupakan budaya masyarakat Indonesia dalam fokus mempertahankan diri yang terintegrasi terhadap lingkungan dan meningkatkan keimanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan wawancara yang dilakukan kepada bapak A, mengatakan bahwa muatan lokal pencak silat ini mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu untuk menajaga diri dari kejahatan, menjaga kelestarian budaya yang ada di Banten karena terkenal dengan kesenian pencak silatnya, jadi muatan lokal pencak silat ini sudah bisa di kenalkan dari mulai sekolah dasar karena menurut bapak A jika nanti sudah masuk SMP-SMA pencak silat ini hanya sebagai kegiatan ekstrakulikuler saja tidak ada di pembelajaran.
Dalam tahap pelaksanaan ini guru menerapkan pembelajarannya dengan praktik hanya ada beberapa kali penguatan materi saja di dalam kelas. Materi penguatan tentang pencak silat biasanya diberikan di awal semester selebihnya akan melakukan praktik. Tetapi tidak halnya dengan kelas 3, kelas ini masih diberi materi dan hanya beberapa kali praktik saja. Karena berdasarkan wawancara dan observasi siswa lebih senang belajar di luar kelas daripada belajar di dalam kelas, hal ini pun sejalan dengan muatan lokal pencak silat yang memang sudah seharusnya dilakukan di luar kelas.
Pada tahap pelaksanaan ini muatan lokal pencak silat dilaksanakan pada kelas 3, 4, 5, dan 6 di hari senin, rabu, kamis dan jumat. Setiap kelas memiliki tingkatan tersendiri dalam melaksnakan muatan lokal pencak silat, yang mana setiap siswa yang sudah naik kelas akan nanik pula tingkatan jurus yang dipelajarinya. Karena setiap proses pasti mengalami trial and error maka sudah pasti peneliti menemukan beberapa kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal pencak silat.
Berdasarkan analisis yang dilakukan setelah adanya observasi dan wawancara, peneliti menemukan beberapa hal yang menyebabkan munculnya bebarapa masalah, misalnya siswa yang kurang memperhatikan gurunya pada saat melakukan gerakan pencak silat, hal ini juga terjadi karena kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dan suara guru juga tidak terdengar oleh seluruh siswa sehingga gerakan yang dicontohkan oleh guru tidak bisa maksimal ditiru oleh siswa.
Permasalahan yang lain yaitu pembelajarannya tidak mengajarkan maupun mengingatkan jurus dengan gerakan per gerakan, jadi pada kendala ini gerakan siswa jadi tidak teratur dan berantakan. Apalagi jika guru tidak memperhatikan bagaimana gerakan peserta didik secara terperinci, sehingga tidak mengoreksi gerakan- gerakan yang salah. Pada permasalahan ini seharusnya lebih diperhatikan lagi karena pada dasarnya siswa sekolah dasar belum paham mengenai gerakan-gerakan dasar pencak silat terlebih lagi kelas 3 yang masih baru mendapatkan muatan lokal pencak silat. Hal inilah yang membuat siswa terlambat dalam proses pembelajarannya, ada beberapa siswa yang masih belum paham atau bingung mengenai gerakan dasarnya jadi kedepannya siswa juga tidak hafal dan tidak paham urutannya gerakannya seperti apa, tetapi bapak A mempunyai penunjang bagi siswa yang yang terlambat dalam proses pembelajarannya, bapak A biasanya menggunakan sisa waktu pembelajaran untuk mengulang kembali kembali gerakannya kepada siswa yang masih tidak hafal mengenai gerakan-gerakannya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada bapak A mengatakan bahwa pembelajaran non prakteknya awalnya hanya diajarkan lewat buku yang diberikan oleh sekolah, tidak ada bahan ajar lain atau media lain untuk anak mempelajari muatan lokal pencak silat ini hal ini juga menjadi permasalahan dikarenakan siswa hanya terpaku pada materi yang buku saja, tidak melihat media lain yang. Sekarang bapak A sudah menggunakan media pembelajaran yang lain, seperti menggunakan video gerakan- gerakan pencak silat yang ditampilkan di dalam kelas. Menurut (Artawijaya & I Putu Panca Adi, 2023) Mengembangkan media pembelajaran (video + speaker) Proses pembelajaran akan berlangsung secara tenang dan tertib apabila pendidik atau guru menggunakan model dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa model tersebut tentunya inovatif dan kreatif. Salah satunya adalah media pembelajaran dalam bentuk video.
Pelaksanaan pencak silat bukan hanya sebagai muatan lokal yang diberikan oleh sekolah tetapi juga sebagai jembatan bagi siswa untuk mengukir prestasinya. Pencak silat di SD Negeri Lialang ini sudah beberapa kali mengikuti ajang perlombaan yang dimana beberapa kali membawa pulang piala kejuaran biasanya untuk siswa yang mengikuti lomba ini mendapat pelatihan khusus oleh Bapak A dan biasanya mendatangkan pelatih khusus pencak silat. Melihat hal ini guru yang lain beranggapan positif bahwa pencak silat ini bermanfaat untuk siswa, bukan hanya bermanfaat sebagai pengenalan budaya, dan bela diri saja tetapi bermanfaat karena siswa mendapat pengalaman dan prestasi baru hasil proses pembelajarannya. Bapak A mengatakan bahwa harapan kedepannya muatan lokal pencak silat ini diperhatikan lagi terlebih harus ada guru khusus untuk muatan lokal pencak silat ini agar nantinya siswa bisa lebih fokus pada muatan lokal ini karena mengandung nilai-nilai serta ajaran moral yang terkandung didalamnya.
3. Penilaian Atau Evaluasi Implementasi Muatan Lokal
Evaluasi atau penilaian merupakan proses pengukuran yang dilakukan selama proses pembelajaran hingga penilaian akhir yang mencakup keseluruhan kegiatan penilaian keperluan evaluasi implementasi (Rahman & Nasryah, 2019). Pada tahap penilaian ini bapak A mengamati gerakan siswa lewat pertemuan setiap minggunya, jadi pada tahap penialian ini bapak A tidak mengambil penilaian mingguan atau setiap kali pertemuan, hanya ada evaluasi sampai sejauh mana siswa sudah menghafalnya.
Siswa juga tidak pernah diberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan dalam bentuk soal dan dikerjakan di buku, berdasarkan wawancara pekerjaan rumah siswa hanya menghafal gerakan-gerakan pencak silat dari jurus perjurus. Nantinya siswa akan di tes satu persatu dipertemuan tengah semester dan selanjutnya akan diberikan gerakan baru lagi yang nantinya di nilai pada akhir semester. Bukan hanya penilaian praktik saja tetapi juga ada tes tertulis yaitu ujian akhir untuk kenaikan kelas.
Dari penilaian praktik dan tulis yang dihasilkan oleh siswa nantinya akan dijumlahkan dan diakumulasikan sehinngga dapat masuk ke dalam rapor. Dilihat berdasarkan wawancara dan observasi penilaian muatan lokal pencak silat ini masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata karena gerakan yang dilakukan
kurang maksimal dan bapak A biasanya memberi nilai tambahan atau remedial berdasarkan tugas tes maupun nontes untuk memperbaiki nilai.
SIMPULAN
Pelestarian kebudayaan tersebut bisa masuk ke dalam pembelajaran, karena pembelajaran merupakan aktivitas penting dalam proses pendidikan, karena melalui aktivitas belajar ini diharapkan dapat dicapai tujuan Pendidikan sebagai wahana dalam proses perubahan tingkah laku individu (Nabila, 2021). Pembelajaran kebudayaan juga bisa dimuat dalam Muatan Lokal. Muatan lokal ini telah diatur dalam Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 yang dimana menjelaskan bahwa muatan lokal murapakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal.
Hasil penelitian pada tahap (1) perencanaan perencanaan implementasi muatan lokal pencak silat kegiatannya berupa menyusun perangkat-perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini termasuk ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Bahan ajar, materi ajar dsb. Bukan hanya perangkat ajar saja bahan ajar tambahan untuk siswa yang akan digunakan dalam satu semester dan bapak A juga mengatur jadwal tambahan untuk siswanya yang terlambat mengikuti proses pembelajaran muatan lokal tersebut. Keterlambatan disini maksudnya ada beberapa siswa yang kesulitan mengikuti pelajarannya. pada tahap (2) pelaksanaan dilaksanakan pada kelas 3, 4, 5, dan 6 di hari senin, rabu, kamis dan jumat. Muatan lokal pencak silat ini bukan hanya sebagai pembelajaransaja tetapi juga menyangkut kebudayaan serta ilmu bela diri . Tetapi ada beberapa kendala atau masalah yang terlihat perhatian peserta didik yang kurang sehingga praktek gerakan tidak maksimal, menginstruksikan peserta didik di lapangan dengan suara yang kecil, tidak mengajarkan maupun mengingatkan jurus dengan gerakan per gerakan, tidak memperhatikan bagaimana gerakan peserta didik secara terperinci, sehingga tidak mengoreksi gerakan - gerakan yang salah, pembelajaran non praktek hanya diajarkan lewat buku. Disisi lain pelaksanaan muatan lokal pencak silat ini juga bukan hanya pembelajaran tapi menjadi jembatan untuk anak mungukir prestasi dengan mengikuti lomba. Pada tahap (3) penilaian guru menilai disaat pertengahan semester dan akhir semester saja, tidak mengambil penilaian mingguan atau setiap kali pertemuan, hanya ada evaluasi sampai sejauh mana siswa sudah menghafalnya. Siswa juga tidak pernah diberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan dalam bentuk soal dan dikerjakan di buku, berdasarkan wawancara pekerjaan rumah siswa hanya menghafal gerakan- gerakan pencak silat dari jurus perjurusan.
DAFTAR PUSTAKA
Aharis, Y. (2018). Implementasi Muatan Lokal Di SD Negeri 2 Patalan. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1.302.
Artawijaya, I. P. E., & I Putu Panca Adi. (2023). Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Materi Teknik Dasar Pencak Silat. Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha, 11(1), 37–44. https://doi.org/10.23887/jiku.v11i1.57869
Azizah, S., Sholih, & Ganiadi, M. (2023). Implementasi Program Muatan Lokal Pencak
Silat Dalam Penanaman Nilai Karakter Pada Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD AN- NUR Kecamatan Serang. Jurnal Pendidikan Kepda Masyarakat, 4(2), 255–264.
Candra, J. (2021). Pencak Silat. CV Budi Utama.
Djamaluddin, A. (2019). Belajar dan Pembelajaran. CV. Kaaffah Learning Center.
Hasanah, P. F. A., Hartati, S., & Yetti, E. (2021). Apakah Bela Diri Pencak Silat dapat Melatih Kedisiplinan pada Anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2082-2089.
Hamid, A., & Sudira, P. (2013). Penanaman nilai-nilai karakter siswa smk salafiyah prodi tkj kajen margoyoso pati jawa tengah. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2).
Jannah, F. M. (2021). Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Pemahaman Agama Di SDIT Smart Insani Yukum Jaya Bandar Jaya.
Kumaidah, E. (2012). Penguatan eksistensi bangsa melalui seni bela diri tradisional pencak silat. Humanika, 16(9).
Kurnia, A. N., & Lestari, P. (2018). Internalisasi Nilai Moral Melalui Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. E-Societas, 7(6).
Kriswanto, E. S. (2015). Pencak Silat. PT.Pustaka Baru.
Muhtar, T. (2020). Pencak Silat. UPI Sumedang Press.
Nugroho, S. S. (2021, August). MEMBUMIKAN MADIUN KOTA PENDEKAR:
Menggagas Kebijakan Pengembangan Wisata Budaya Berbasis Pencak Silat.
In Proceeding of Conference on Law and Social Studies.
Nabila. (2021). Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(5), 867–875.
Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia.
Sahir, S. H. (2021). Metodologi Penelitian. Penerbit KBM Indonesia.
Supriyono. (2018). Pentingnya Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Pendidikan Dasar, 2(1), 43–48.
Mufarriq, M. U. (2021). Membentuk Karakter Pemuda Melalui Pencak Silat. Khazanah Pendidikan Islam, 3(1), 41-53.
Ediyono, S. (2005). Beladiri Pencak Silat dalam pembentukan konsep diri manusia Jawa:: Kajian beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Ruswinarsih, S., Apriati, Y., & Malihah, E. (2023). Penguatan Karakter Melalui Seni Bela Diri Pencak Silat Kuntau Pada Masyarakat Kalimantan Selatan, Indonesia. Padaringan (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi), 5(01), 50-62.
Rachman, J. B., Adityani, S., Suryadipura, D., Utama, B. P., Sutantri, S. C., & Novalini, M. R. (2021). Sosialisasi pelestarian pencak silat sebagai warisan budaya dan soft power indonesia. Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 17(2), 207-219.
Sutrisno, S. (2020). Implementasi Manajemen Madrasah Unggul Berbasis Kurikulum Pesantren (Doctoral dissertation, IAIN Kudus).