• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching ISSN 2615-7551

Korespondensi: Mukni’ah

Gedung Pascasarjana IAIN Jember Jl. Mataram Nomor 1 Jember mukniah@gmail.com

di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Mukni’ah

Dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Jember

Diunggah 24 Mei 2018 / Direvisi 25 Juni 2018/ Diterima 30 Juni 2018

Abstract: Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari is an institution appointed by the Ministry of Religion of Indonesia to implement the Curriculum 2013 both on thematic and religious learning in accordance with the Decision of Director General of Islamic Education No. 481 of 2015 on Stipulation of Madrasah Assistance 2013 Curriculum Implementation. How to implement thematic learning in 2013 curriculum in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Jember Regency. Some of the elements used as the focus of this research are how the implementation of thematic learning in the curriculum 2013 in setting the lesson theme in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Jember regency, how the implementation of thematic learning in the curriculum 2013 in the principles of determining the theme, how the implementation of thematic learning in the 2013 curriculum in setting the theme network, and how the implementation of thematic learning in the 2013 curriculum in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Jember District. Through the qualitative research, the results of research show that: First, the implementation of thematic lesson in the curriculum 2013 at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, in the process of determining the theme, the teacher and students is not the one who create the theme, instead the theme has been determined by the Ministry of Education and Culture of Indonesia with the issuance of Permendikbud No 57 of 2014. Second, Implementation of thematic lesson in the 2013 curriculum at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari in the principle of determining the theme based on the principles that pay attention to students' environment, train students to think, and according to the development, interest, and the students need. Thirdly, the implementation of thematic learning in the 2013 curriculum at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari in determining the theme network is done by the theme network interaction in the implementation of thematic learning and the theme network that already exist in the teacher handbook. Fourth, the implementation of thematic learning in the 2013 curriculum at Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari in the implementation of learning activities includes: preliminary activities, core activities, and closing activities.

Keywords: thematic learning, 2013 Curriculum

(2)

2 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching A. PENDAHULUAN

Keberhasilan pendidikan di Indonesia bergantung pada sistem pendidikan yang ada di dalamnya, baik meliputi penyelenggara pendidikan, kurikulum yang digunakan, pendidik, dan peserta didik. Namun, sistem yang paling mempengaruhi keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah dalam proses pendidikan.

Kurikulum merupakan komponen terpenting yang harus ada dalam pendidikan.

Kurikulum merupakan pedoman yang akan memandu dan membawa ke arah mana pendidikan itu dilaksanakan.1 Sebab itu, sangatlah penting pemerintah untuk menetapkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga kurikulum dapat menjadi alat untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 yang menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2 Pengertian Kurikulum dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut lebih mengarah kepada proses pembelajaran di lembaga pendidikan.

Kurikulum pendidikan dalam Islam merupakan dimensi dari proses pembelajaran yang menghasilkan verbal learning (belajar verbal), yaitu berupa kemampuan memperoleh data dan informasi yang harus dipelajari dan dihafalkan.3 Dimensi ini diambil dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh Allah SWT kepada Nabi Adam As. dengan memberitahukan dan mengajarkan nama-nama benda (asma’) seperti yang tertera dalam firman Allah :





1 S. Nasution, Asas-asasKurikulum, (Jakarta: BumiAksara, 2011), 5.

2Undang-Undang RI Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Citra Umbara, 2010), 4.

3Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014), 126

(3)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 3

Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar!"” (QS. Al-Baqarah : 31) 4

Berdasarkan uraian dari teori yang dikemukakan oleh Abdul Mujib&Jusuf Mudzakkir, yang kemudian di kaitkan dengan Surat Al-Baqarah ayat 31 tersebut perlu di tindaklanjuti dari proses pembelajaran yang menghasilkan verbal learning (belajar verbal), kepada proses pembuatan keputusan yang sifatnya aplikatif, sehingga peserta didik tidak cukup menghafalkan suatu pengetahuan tetapi betul-betul dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Shaf ayat 3 sebagai berikut :





















Artinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.5

Menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS), tantangan masa depan serta untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, seperti yang telah dirumuskan pasal 3 Undang- Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.6Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut pemerintah merealisasikannya dengan mengembangkan kurikulum pembelajaran di Indonesia yang dahulunya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kemudian disempurnakan dalam kurikulum 2013 (K-13).

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang telah diberlakukan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sejak

4Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Per Kata, (Bandung : Pondok Yatim Al-Hilal, 2010), 6.

5 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujtamak al malik, Madinah munawarah, 1990, 928

6Undang-UndangPendidikan Indonesia nomor 20 Tahun 2003 TentangSistemPendidikanNasional, 68.

(4)

4 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching tahun pelajaran 2013/2014.7 Kurikulum2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.8 Jadi, Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah terintegrasi ke dalam pembelajaran Tematik. Pembelajaran tematik adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu mode terjala (webbed). Pada intinya pembelajaran tematik ini menekankan pola pengorganisasian materi yang terintegrasi yang dipadukan oleh suatu tema. Tema diambil dan dikembangkan dari luar mata pelajaran, tetapi sejalan dengan kompetensi dan topik- topik (standar isi) dari mata pelajaran.9 Jadi, Model pembelajaran terjala (webbed) merupakan model pembelajaran dengan mengaitkan beberapa bidang studi ke dalam suatu tema tertentu.

Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.10 Jadi, Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, kreativitas, nilai, dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.

Pelaksanaan kurikulum 2013 di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Jember hanya di laksanakan oleh beberapa madrasah yang ditunjuk oleh Kementerian Agama dan siap melanjutkan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang pada tahun 2015 lalu telah di terapkan oleh semua Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah Ibtidaiyah yang menjalankan kurikulum 2013 secara utuh, baik dalam pembelajaran tematik maupun pembelajaran keagamaan seperti Aqidah Akhlak, Qur’an Hadis, Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Fikih masih terbatas di Madrasah Ibtidaiyah Negeri saja, seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Arjasa, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Balung

7Permendikbud Nomer 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

8Permendikbud Nomer 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

9Denikurniawan, PembelajaranTematikTerpadu, (Bandung :Alfabeta, 2014), 95.

10IifKhoiruAhmdi, Pengembangandan Model PembelajaranTematik Integrative, (Jakarta : PT PrestasiPustajaya, 2014), 94.

(5)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 5

Tutul, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sempolan, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tanggul dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Garahan.

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari merupakan Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ditunjuk oleh kementerian Agama untuk melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 481 tahun 2015 tentang Penetapan Madrasah Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013.Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari melaksanakan pembelajaran tematik mulai dari kelas I sampai kelas IV, sedangkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang lain hanya dilaksanakan pada kelas I, II, IV, dan V.11 Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang urgen untuk mengkaji secara sistematis tentang bagaimana implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema, prinsip penentuan tema, menetapkan jaringan tema, dan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember.

B.METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dihasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.12 Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data deskriptif berupa kata-kata maupun lisan tentang Implementasi Pembelajaran Tematik Pada Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari baik berupa implementasi pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 dalam menentukan tema, prinsip penentuan tema, menetapkan jaringan tema, dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari informan atau subyek penelitian.

Subyek penelitian yaitu orang yang berkaitan dengan penelitian yang menjadi pelaku dari suatu kegiatan yang diharapkan dapat memberikan informasi yang terkait dengan

11Observasiawal, tanggal 20 januari 2017 di MIN Sumbersari

12 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), 4.

(6)

6 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching penelitian yang dilakukan. Subyek penelitian merupakan sumber data untuk mendapatkan atau memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.13

Penentuan subyek penelitian dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.14 Artinya bahwa subyek menjadi informan penelitian ini dipilih dengan mempertimbangkan bahwa mereka betul- betul dapat memberikan data sesuai kebutuhan.

Berdasarkan hal tersebut maka ketika peneliti mengadakan wawancara dengan kepala madrasah, wakil kepala kurikulum, dan guru mengenai implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, pertama-tama dipilih satu atau dua orang informan, tetapi karena orang pertama ini memberikan data kurang lengkap, maka peneliti mencari informan lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang telah diberikan oleh orang sebelumnya. Proses ini terus berlanjut sampai terpenuhi data-data yang dibutuhkan atau sampai data tersebut mengalami titik kejenuhan.

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil kepala kurikulum, dan guru kelas yang terkait dalam proses pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari.

Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 dalam menentukan tema, prinsip penentuan tema, menetapkan jaringan tema, dan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember.

Sumber data adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, Pembantu Kepala Madrasah Kurikulum, dan guru kelas I-V. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif Milles and Hubbermen, dengan langkah-langkah : Koleksi data, reduksi data, penyajian data, penarikan data dan verifikasi. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan metode.

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014), 216.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R & D), (Bandung : Alfabeta, 2013), 300.

(7)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 7

C. IMPLEMETASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KURIKULUM 2013 DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

a. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari merupakan salah satu lembaga yang ditunjuk oleh Kementerian Agama untuk melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013 secara keseluruhan baik mata pelajaran agama maupun tematik yaitu Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dan hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 481 tahun 2015 tentang penetapan Madrasah Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013.15 Melalui Surat Keputusan tersebut, maka Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari melaksanakan Kurikulum 2013 pada semua jenjang kelas mulai kelas 1 sampai kelas 6.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Alfiah selaku Pembantu Kepala Madrasah bidang Kurikulum dan Pengembangan Mutu di Ibtidaiyah Negeri Sumbersari yang menyatakan :

Menentukan tema dalam Kurikulum 2013 dengan langsung mengacu pada Permendikbud No. 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.16

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa guru tidak menentukan tema dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013, hal ini dikarenakan tema telah ditentukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Permendikbud No. 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.

Penyajian data tentang implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari bisa dilihat pada penyajian data sebagai berikut :Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memuat tema-tema pelajaran yang diajarkan kepada siswa, dalam hal ini tema merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena tema memuat beberapa mata pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Menurut data yang terkumpul

15Dokumen, Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 481 tahun 2015 tentang penetapan Madrasah Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, 1 Maret 2017

16Alfiah, Wawancara, Jember 30 Januari 2017.

(8)

8 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching penentuan tema dalam kurikulum 2013 telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi tersebut dapat dianalisis bahwa implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, guru tidak menentukan tema karena tema telah di tentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan dikeluarkannya Permendikbud No. 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, sehingga guru terikat dengan tema yang sudah ditentukan.

b. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam prinsip penentuan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember Secara garis besar pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 harus berdasarkan prinsip-prinsip penentuan tema dimana dalam pelaksanaannya prinsip tersebut harus disesuaikan dengan kondisi siswa.

Berikut ini paparan data yang disampaikan oleh Didik Mardiyanto tentang implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam prinsip penentuan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dengan melihat kondisi lingkungan siswa, sebagai berikut :

Pembelajaran tematik harus memperhatikan lingkungan siswa. sebelum proses pembelajaran siswa disuruh mengamati keadaan sekitar. Lalu dari proses pengamatan itu tadi dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Tema dalam kurikulum 2013 hanya digunakan untuk mengikat KD, terutama dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif dan memperhatikan lingkungan siswa.

Kalau dalam proses pembelajaran guru memperhatikan lingkungan siswa maka siswa akan memiliki nalar yang baik dan memiliki pengalaman dalam belajar sehingga anak dapat mengungkapkan pengalamnya dan kemudian dikaitkan ke dalam pembelajaran kurikulum 2013.17

Hal yang serupa juga peneliti dapatkan pada saat observasi di kelas 1 pada saat guru menerangkan tentang balok dan tabung, guru mencari bahan yang mudah di kenali oleh siswa di lingkungannya dengan memberikan contoh kardus dan botol Aqua yang memiliki bentuk seperti balok dan tabung.18

17 Didik Mardiyanto, Wawancara, Jember 11 Februari 2017.

18Observasi, 16 Februari 2017 di kelas 1 Madrash Ibtidaiyah Negeri Sumbersari

(9)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 9

Berdasarkan paparan data tersebut dapat diketahui bahwa prinsip memperhatikan lingkungan siswa dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan meningkatkan kemampuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa tetapi dalam pelaksanaannya prinsip tersebut kurang adanya oleh orang tua karena orang tua tidak peduli terhadap pembelajaran disekolah dan menyerahkan semuanya kepada guru terutama dalam hal pembelajaran yang melibatkan praktik.

Selain prinsip memperhatikan lingkungan siswa pada penentuan tema, juga ada prinsip tema yang dipilih harus memungkinkan proses berpikir pada diri siswa.

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menuntut agar siswa aktif dalam proses pembelajaran, dengan menekankan siswa sebagai sumber belajar, maka secara tidak langsung siswa akan menggunakan kemampuan berpikirnya.

Beberapa guru berpendapat dalam hal ini, salah satunya adalah Nurin Badriyah selaku guru kelas 2, beliau mengatakan :

Iya sangat memungkinkan terjadinya proses berfikir pada siswa. pada awalnya memang sulit, pada pelaksanaannya guru sebagai sumber belajar tetapi ada umpan balik dari siswa dan siswa membentuk kelompok-kelompok belajar.19 Menurut Ahmad Fauzi Yusuf pembelajaran tematik mengajarkan siswa untuk berpikir secara kritis karena adanya pendekatan saintifik di dalamnya. Hal ini juga di perkuat oleh Didik Mardiyanto selaku kepala madrasah. Didik Mardiyanto menyatakan:

Pembelajaran tematik sudah jelas memungkinkan proses berpikir pada siswa.

jadi, prinsip kurikulum 2013 menggunakan prinsip 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan dan itu sudah diterapkan di Madrasah. Hanya saja tidak semua guru dapat melaksanakan, terkadang guru kurang tahu bagaimana penggunaan metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran. 20

Berdasarkan paparan data tersebut dapat dianalisis bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik siswa dilatih untuk berpikir secara kritis dengan menggunakan

19Nurin Badriyah, Wawancara, Jember 8 Februari 2017

20Didik Mardiyanto, Wawancara, Jember 11 Februari 2017

(10)

10 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching pendekatan saintifik yang meliputi 5 M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Selain dua prinsip tersebut, ada satu prinsip lagi dalam menentukan tema yaitu prinsip ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Proses pembelajaran haruslah memperhatikan usia dan perkembangan siswa, hal ini dikarenakan siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat usianya. Dengan adanya hal tersebut dapat diketahui minat, kebutuhan, dan kemampuannya, sehingga minat, kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya dapat di latih dengan bimbingan guru sehingga dapat dikembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Jadi, sangat diperlukan suatu pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pengembangan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat dianalisis bahwa implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dalam prinsip penentuan tema telah meliputi prinsip memperhatikan lingkungan siswa, meningkatkan daya berpikir pada siswa, dan telah sesuai dengan perkembangan, minat dan kebutuhan siswa. tetapi dalam pelaksanaannya prinsip tersebut kurang adanya dukungan orang tua karena orang tua tidak peduli terhadap pembelajaran disekolah dan menyerahkan semuanya kepada guru terutama dalam hal pembelajaran yang melibatkan praktik.

c. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menetapkan jaringan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Pembuatan jaringan tema merupakan implementasi penerapan pembelajaran terpadu model webbed. Pembelajaran terpadu model webbed berisi tentang keterkaitan mata pelajaran dan kompetensi dasar yang dibahas dalam suatu tema. Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari tidak menetapkan jaringan tema dalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013, hal ini disebabkan karena jaringan tema sudah tertera di buku pegangan guru.21 Hasil observasi tersebut dikuatkan dengan pernyataan Alfiah selaku Pembantu Kepala Madrasah bidang Kurikulum dan Pengembangan Mutu di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, Alfiah menyatakan :

21 Observasi, 16 Februari 2017

(11)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 11

Keterkaitan tema dan kompetensi dasar sudah ada di buku pegangan guru.22 Hal senada juga disampaikan oleh Slamet Riyadi, beliau menyatakan :

Jaringan tema sudah ada di buku guru dan guru tinggal mengajar saja. Memang pada awalnya ketika mengaitkan tema dengan pelajaran termasuk KD dan indikator kelihatan sulit karena belum terbiasa, tetapi setelah terbiasa akan menjadi mudah. Kalau KI 1 dan KI 2 pemetaannya tentang sikap sedangkan untuk KI 3 dan 4 tentang pengetahuan dan ketrampilan.23

Berdasarkan pernyataan tersebut guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari tidak membuat jaringan tema, karena jaringan tema sudah di tentukan oleh pemerintah dalam buku pegangan guru. Tetapi, ketika proses pembelajaran guru masih mengalami kesulitan terutama dalam mengaitkan tema dengan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ahmad Fauzi Yusuf menyatakan :

Kadang-kadang guru masih mengalami kesulitan karena posisi guru masih ditakar dalam pelaksanaan kurikulum 2013.24

Berbeda dengan pendapat Ahmad Fauzi Yusuf, Slamet Riyadi menyatakan :

Guru tidak mengalami kesulitan, karena sudah ada di buku guru dan guru tinggal mengajar saja. Memang pada awalnya kelihatan sulit karena belum terbiasa, tetapi setelah terbiasa akan menjadi mudah. Kalau KI 1 dan KI 2 pemetaannya tentang sikap sedangkan untuk KI 3 dan 4 tentang pengetahuan dan ketrampilan. Tapi, yang sulit itu ya bagaimana kita mengajarkan KI 1 dan KI 2 kepada siswa, dan ini merupakan tantangan bagi guru.25

Berdasarkan paparan data tersebut, dapat diketahui bahwa guru pada awal pelaksanaan pembelajaran tematik di terapkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari masih kesulitan dalam mengaitkan tema dalam proses pembelajaran, tetapi setelah di terapkan setiap hari guru jadi terbiasa. Keterkaitan tema dan indikator yang telah di tentukan di buku pegangan guru, membuat guru lebih mudah dalam proses mengajar, selain itu guru juga diberi kebebasan dalam menambah materi yang akan diajarkan dengan mengambil materi dari beberapa sumber belajar. Didik Mardiyanto, menyatakan :

22 Alfiah, Wawancara, Jember 30 Januari 2017

23 Slamet Riyadi, Wawancara, Jember 9 Februari 2017

24 Ahmad Fauzi Yusuf, Wawancara, Jember 31 Januari 2017

25 Slamet Riyadi, Wawancara, Jember 9 Februari 2017

(12)

12 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching Guru tidak mengalami kesulitan dalam mengaitkan kompetensi dasar dalam tema karena tema, KD, dan indikator juga sudah ada di buku pegangan guru.

Tetapi, guru dapat menambah indikator pembelajarannya. Hanya saja dalam pelaksanaannya guru diberi kebebasan untuk menambah materi yang akan diajarkan. Dan hal yang paling mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran tematik adalah guru menilai proses, jadi pembelajaran tidak hanya terpaku pada nilai akhir dan dalam pembelajaran tersebut guru harus inovatif dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran agar siswa mendapatkan pengalaman bermakna selama proses pembelajaran.26

Berdasarkan hasil paparan data tersebut dapat diketahui bahwa guru diberikan kebebasan dalam menambah materi yang diajarkan melalui berbagai sumber belajar sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisis bahwa implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, guru tidak membuat jaringan tema karena jaringan tema sudah ada di buku pegangan guru. Buku pegangan guru ini memuat pemetaan jaringan tema dari KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Meskipun guru tidak menetapkan jaringan tema, tetapi dalam pengintegrasian jaringan tema dalam pembelajaran tematik guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari masih mengalami kesulitan karena guru masih terbiasa dengan pengajaran permata pelajaran seperti yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

d. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dan penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran memuat kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa, dan proses interaksi antara guru dan siswa dan sebaliknya. Guru sebagai pendidik berperan penting dalam kegiatan pembelajaran ini karena guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman yang bermakna. Pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

26 Didik Mardiyanto, Wawancara, Jember 11 Februari 2017

(13)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 13

1. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dilakukan untuk membangun ketertarikan siswa atau memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari yaitu : guru melakukan apersepsi yang berupa penyampaian tujuan pembelajaran, pengulasan kembali materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya dan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Erni Novianita selaku guru kelas 4 mengatakan:

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan melakukan persepsi, memberikan motivasi, dan mengulas materi pembelajaran sebelumnya.27

Nurin Badriyah, yang menyatakan :

Kalau kegiatan pendahuluan sama seperti yang ada di RPP, yaitu : salam, membaca surat pendek dan doa harian yang sudah tertera di buku pedoman anak yang sesuai dengan pembelajaran Qurdis yang diajarkan di dalam kelas, membaca shalawat nariyyah secara bersama-sama, setelah itu mengabsen siswa dan menyanyikan lagu nasional, selanjutnya mengingat pembelajaran yang kemarin, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.28

Pernyataan Nurin Badriyah sesuai dengan hasil observasi di kelas 2. Pada saat kegiatan pendahuluan siswa membaca doa harian, surat pendek, dan membaca shalawat serta menyanyikan lagu nasional seperti Indonesia raya dan tanah airku.29

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda seperti halnya pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu guru memberikan apersepsi, memotivasi siswa untuk belajar, dan mengulas materi pembelajaran yang telah diajarnya sebelumnya. Tetapi, di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari kegiatan pendahuluan diselingi dengan kegiatan keagamaan yaitu membaca doa harian, surat-surat pendek, dan shalawat. Selain kegiatan keagamaan siswa juga disuruh menyanyikan lagu nasional untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa.

27Erni Novianita, Wawancara, Jember 17 Februari 2017

28Nurin Badriyah, Wawancara, Jember 8 Februari 2017.

29Observasi,25 Februari 2017

(14)

14 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 2. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran.

Kegiatan inti memuat kegiatan pembelajaran aktif dimana siswa belajar dan mengeksplorasi pengetahuannya untuk mengetahui suatu hal yang dipelajarinya.

Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik memuat pendekatan saintifik, dimana pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berdasarkan prinsip-prinsip kerja ilmiah, yang meliputi : kegiatan menanya, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Berikut pernyataan beberapa guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari tentang kegiatan inti dalam pembelajaran tematik. Alfiah mengatakan :

Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran pada KTSP karena dalam pembelajaran tematik ada yang namanya pendekatan saintifik yang meliputi : mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dan pendekatan saintifik ini siswa harus didampingi oleh guru. Dalam kegiatan inti yang dilakukan selanjutnya adalah memberikan penguatan-penguatan, memberikan reward kepada siswa, dan melakukan learning together.30

Berdasarkan paparan data tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan inti pada pembelajaran tematik menekankan agar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pendekatan saintifik.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dilakukan oleh dua orang guru yang disebut dengan team teaching dan tugas dari team teaching ini adalah sebagai pengontrol kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran tematik.

Didik Mardiyanto, mengatakan :

Dalam proses kegiatan tematik dibuatlah team teaching yang terdiri dari dua atau tiga orang guru dalam kelas, satu guru untuk menyampaikan materi dan satu lagi untuk pengontrol dan menilai proses kegiatan pembelajaran.31

30Alfiah, Wawancara, Jember 30 Januari 2017

31Didik Mardiyanto, Wawancara, Jember 11 Februari 2017

(15)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 15

Berdasarkan paparan data tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari guru membentuk team teaching untuk mengontrol pelaksanaan pembelajaran, dengan membagi tugas sebagai pemberi materi dan penilai proses pembelajaran. Hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan pembelajaran tematik guru harus menilai semua kompetensi baik dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4.

3. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan pembelajaran terakhir dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini memuat kesimpulan dan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti pernyataan Alfiah berikut ini :

Proses kegiatan penutup dimulai dari siswa melakukan perenungan dengan menjawab pertanyaan yang ada di buku siswa, melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari, melakukan program perbaikan dan pengayaan.

Dan melakukan tindak lanjut seperti pemberian PR dan penugasan yang dikerjakan bersama orang tua di rumah.32

Senada dengan Alfiah, Didik Mardiyanto, mengatakan :

Kegiatan penutup dalam pembelajaran tematik berupa pemberian penguatan berupa kesimpulan dan penambahan materi oleh guru. Kemudian direfleksikan hasil pembelajaran dan membuat rencana tindak lanjut.33 Berdasarkan penjelasan Alfiah dan Didik Mardiyanto dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan penutup dalam pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari guru memberikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi yang telah diajarkan serta memberikan pengayaan yang berupa tugas kepada siswa untuk menambah pengetahuan mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat dianalisis bahwa implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, guru tidak memiliki kendala dalam kegiatan pendahuluan, dan kegiatan penutup tetapi dalam kegiatan inti guru mengalami kesulitan terutama pada proses pembelajaran di kelas rendah hal ini dikarenakan masih adanya siswa yang tidak bisa membaca dan

32Alfiah,Wawancara, 31 Januari 2017

33Didik Mardiyanto, Wawancara, 11 Februari 2017

(16)

16 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching menulis. Namun, pihak Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari telah membuat team teaching untuk mengatasi hal tersebut.

D.PEMBAHASAN

Berdasarkan paparan data yang telah disajikan dan dilakukan analisis, maka dilakukan pembahasan terhadap hasil temuan dalam bentuk interpretasi dan diskusi dengan teori-teori yang ada serta relevan dengan topik penelitian ini. Pembahasan temuan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus penelitian yang terdapat fokus penelitian. Perincian pembahasan temuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Pembelajaran pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat diketahui bahwa dalam implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, guru tidak menentukan tema karena tema telah di tentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan dikeluarkannya Permendikbud No. 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, jadi guru tinggal melaksanakan pembelajaran saja dan hanya terpaku pada tema-tema yang telah ditentukan. Sehingga guru tidak bisa menentukan tema yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di kelas pembelajaran.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Abdul Majid sebagaimana berikut :

Menentukan tema merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran tematik.

Penentuan tema dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang umum tetapi produktif, dapat pula dilakukan melalui negosiasi antara guru dan siswa atau dengan cara berdiskusi dengan tema. Setiap tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada di sekitar lingkungan siswa.34 Berdasarkan teori tersebut kegiatan menentukan tema dalam pembelajaran tematik dilakukan oleh guru bersama siswa dengan cara berdiskusi dan

34 Abdul majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, 100

(17)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 17

mempertimbangkan supaya tema yang ditentukan merupakan konsep atau pokok bahasan yang ada di sekitar siswa.

Temuan tersebut juga di dialog kan dengan teori yang dikembangkan M.

Hosnan sebagaimana berikut :

Menentukan tema dilakukan oleh pendidik sebagai alat atau wahana pemersatu dari kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran yang dipadukan.

Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit.35

Berdasarkan teori tersebut, menentukan tema merupakan kegiatan yang digunakan sebagai pemersatu kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran yang kemudian diintegrasikan menjadi suatu tema dengan ruang lingkup tema yang tidak terlalu luas sehingga mudah dijangkau oleh siswa.

Tahap selanjutnya, setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Abdul Majid dan M. Hosnan, dapat dipahami bahwa temuan hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang telah dikembangkan karena guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari tidak menentukan tema, karena tema telah ditentukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan dikeluarkannya aturan Permendikbud No. 57 Tahun 2017 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.

Maka dapat diketahui bahwa hasil penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari yaitu tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Abdul Majid dan M. Hosnan bahwa tema dibuat oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan lingkungan siswa.

2. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam prinsip penentuan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Berdasarkan temuan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dapat diketahui bahwa guru tidak menentukan tema. Tetapi, guru mengkaji lebih dalam apakah tema tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema. Guru

35 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, 366-367.

(18)

18 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching memberikan penjelasan dalam paparan data bahwa dalam pembelajaran tematik sudah sesuai dengan prinsip penentuan tema yaitu tema yang terdapat dalam buku tematik telah memperhatikan lingkungan siswa, mengasah siswa dalam berpikir kritis, dan sesuai dengan perkembangan termasuk bakat, minat dan kebutuhan siswa. tetapi dalam pelaksanaannya prinsip tersebut kurang adanya dukungan orang tua karena orang tua tidak peduli terhadap pembelajaran disekolah dan menyerahkan semuanya kepada guru terutama dalam pembelajaran yang melibatkan praktik.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh M. Hosnan sebagai berikut :

1) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa.

2) Memulai dari yang termudah menuju ke yang sulit.

3) Memulai dari yang sederhana menuju yang kompleks 4) Dari yang konkret menuju ke yang abstrak

5) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa

6) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan pengembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.36

Berdasarkan teori tersebut prinsip penentuan tema dalam pembelajaran tematik meliputi pengembangkan materi pembelajaran menjadi suatu tema yang sesuai dengan karakteristik siswa dan disepakati oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti juga menemukan bahwa guru mengajar di dalam kelas dengan menggunakan media pembelajaran yang terdapat di lingkungan sekitar siswa. Media yang digunakan dipilih agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena bahan yang digunakan oleh guru mudah didapatkan dan berada di sekitar siswa.37 Belajar dengan memperhatikan lingkungan siswa dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan meningkatkan kemampuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa.

36 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, 367.

37 OBSERVASI, 1 Maret 2017

(19)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 19

Temuan tersebut juga di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Abdul Majid sebagai berikut :

Setiap tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada di sekitar lingkungan siswa.38

Berdasarkan teori tersebut tema dalam pembelajaran tematik haruslah memperhatikan lingkungan sekitar siswa agar siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dari proses pembelajaran, kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran tematik siswa dilatih untuk berpikir secara kritis dengan menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi 5 M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Temuan-temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Iif Khoiru Ahmadi sebagai berikut :

Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, kreativitas, nilai, dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.39

Berdasarkan teori tersebut pembelajaran tematik melatih siswa untuk mengasah kemampuan berpikir mereka dengan menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari juga memperhatikan perkembangan siswa baik dari minat, kebutuhan dan perkembangannya.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan Permendikbud No. 57 Tahun 2017 sebagai berikut :

Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan

38 Abdul majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, 100

39 Iif Khoiru Ahmadi, Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik Integrative (Jakarta : PT Prestasi pustajaya, 2014), 94.

(20)

20 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.40

Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik juga harus memperhatikan perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa sesuai dengan teori psikologi Gestalt dan Piaget.

Setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh M. Hosnan, Abdul Majid, dan Iif Khoiru Ahmadi, dapat diketahui bahwa hasil penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam prinsip penentuan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari yaitu menguatkan teori yang dikemukakan oleh M. Hosnan, Abdul Majid, dan Iif Khoiru Ahmadi dengan prinsip penentuan tema yang memperhatikan lingkungan siswa, melatih siswa untuk berpikir, dan sesuai dengan perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa.

3. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menetapkan jaringan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat diketahui bahwa implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari, guru tidak membuat jaringan tema karena jaringan tema sudah ada di buku pegangan guru. Buku pegangan guru ini memuat pemetaan jaringan tema dari KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Meskipun guru tidak menetapkan jaringan tema, tetapi dalam pengintegrasian jaringan tema dalam pembelajaran tematik guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari masih mengalami kendala karena guru masih terbiasa dengan pengajaran per mata pelajaran seperti yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Temuan penelitian tersebut kemudian di dialog kan dengan Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 190-191 yang berbunyi :

40 Permendikbud No 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah ibtidaiyah.

(21)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 21





































































Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imron : 190- 191).41

Berdasarkan teori pengintegrasian beberapa konsep ilmu pengetahuan dengan ilmu agama dalam pembelajaran tematik diperoleh dari lingkungan sekitar siswa yang merangsang siswa untuk memiliki sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan ketrampilan.

Temuan penelitian tersebut juga di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Abdul Majid sebagai berikut :

Jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema satu persatu, dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang dipilih.42

Berdasarkan teori tersebut jaringan tema dalam pembelajaran tematik digunakan untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dalam setiap mata pelajaran

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah guru masih mengalami kesulitan mengaitkan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran hal ini dikarenakan guru masih terbiasa dengan pengajaran per mata pelajaran.

41 Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Per Kata, (Bandung : Pondok Yatim Al-Hilal, 2010),75.

42 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, 105

(22)

22 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Andi Prastowo sebagai berikut :

Jaringan tema atau lebih kita kenal dengan sebutan jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran terpadu dengan mengikat kegiatan- kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata pelajaran. 43

Berdasarkan teori tersebut, jaringan tema digunakan untuk mengikat kegiatan pembelajaran maupun mata pelajaran dan hal tersebut sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013.

Tahap selanjutnya, setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Abdul Majid dan Andi Prastowo, dapat dipahami bahwa jaringan tema dalam pembelajaran tematik telah ditentukan dalam buku pegangan guru tetapi dalam pelaksanaannya guru masih mengalami kendala dikarenakan guru terbiasa dengan pembelajaran per mata pelajaran seperti yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari Kabupaten Jember

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran tematik terdiri dari 3 kegiatan yaitu : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan pendahuluan

Berdasarkan temuan hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari menunjukkan bahwa kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran tematik adalah guru memberikan apersepsi, motivasi, dan pengulasan materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, kegiatan pendahuluan juga diselingi dengan kegiatan keagamaan yaitu membaca doa harian, surat-surat pendek, dan shalawat. Selain kegiatan keagamaan siswa juga disuruh menyanyikan lagu nasional untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa. Kegiatan tersebut merangsang siswa dalam mencapai KI 1 dan KI 2 tentang sikap spiritual dan sikap sosial pada siswa.

43 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Paduan Lengkap Aplikatif, (Yogyakarta : Diva Press, 2014), 113.

(23)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 23

Temuan penelitian tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang di kembangkan oleh Andi Prastowo sebagai berikut :

Kegiatan pendahuluan dilakukan untuk membangun ketertarikan atau motivasi atau pengait dengan pemahaman terdahulu (apersepsi).44

Berdasarkan teori tersebut kegiatan pendahuluan dimulai dengan melakukan kegiatan apersepsi yang digunakan untuk membangun ketertarikan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar.

Temuan tersebut juga di dialog kan dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik yang memuat kegiatan yang harus dilakukan guru dalam pendahuluan, yaitu :45

1) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan

2) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan,

3) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari

4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan, dan

5) Menyampaikan ruang lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

Berdasarkan teori tersebut guru dalam kegiatan pendahuluan harus dilakukan pengkondisian siswa agar siap belajar dan menyampaikan teknis pelaksanaan pembelajaran yang akan dilalui.

Setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang di kembangkan oleh Andi Prastowo dan Permendikbud No. 103 tahun 2014, dapat dipahami bahwa guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari telah melakukan kegiatan pendahuluan sesuai teori tentang langkah-langkah kegiatan pendahuluan. Meskipun dalam pelaksanaannya guru hanya melakukan apersepsi yang berupa melakukan pengulasan terhadap materi yang diajarkan serta pemberian motivasi kepada siswa.

44 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Paduan Lengkap Aplikatif, 384.

45 Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, (Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 10.

(24)

24 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching b. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan inti

Berdasarkan temuan hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dalam pelaksanaan kegiatan ini pembelajaran tematik guru telah melakukan kegiatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Temuan tersebut di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh M.

Hosnan sebagai berikut :

Pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. 46

Berdasarkan hasil observasi dalam pelaksanaan kegiatan inti pada pembelajaran tematik guru masih mengalami kendala terutama di kelas rendah, hal ini dikarenakan adanya siswa yang masih belum bisa membaca dan menulis. Siswa yang tidak bisa membaca dan menulis ketika proses pembelajaran tematik di keluarkan dari kelas untuk mengikuti kelas khusus membaca di perpustakaan, di sana mereka diajari untuk membaca dan menulis, dan uniknya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran tematik tersebut juga mempelajari materi yang sama tetapi dibimbing oleh guru khusus secara bertahap.47 Selain itu, adanya team teaching yang dibentuk oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dapat mengatasi kesulitan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik, karena tugas dari team teaching adalah sebagai pengontrol pelaksanaan pembelajaran dan penilai proses kegiatan siswa.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan Permendikbud No.

103 tahun 2014 sebagai berikut :

Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi /mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.48

46 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, 31.

47 Observasi, 2 Maret 2017

48 Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, 10

(25)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 25

Berdasarkan teori tersebut pelaksanaan pendekatan saintifik haruslah disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan siswa sehingga siswa mampu untuk mengikuti pembelajaran tematik.

Setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh M. Hosnan dan Permendikbud No. 103 tahun 2014, dapat dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari sudah menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meskipun dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala, terutama pada siswa yang belum bisa membaca dan menulis, tetapi dengan adanya team teaching kendala tersebut dapat teratasi.

c. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kegiatan penutup

Berdasarkan hasil temuan penelitian dari paparan data menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari meliputi kesimpulan pembelajaran yang dibuat oleh guru bersama siswa, refleksi terhadap materi pembelajaran yang telah diajarkan dan rencana tindak lanjut.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan teori yang dikembangkan oleh Indisusilo sebagai berikut:

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.49

Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa kegiatan penutup dalam pembelajaran meliputi kegiatan membuat simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan pada pembelajaran yang akan datang.

Temuan tersebut kemudian di dialog kan dengan Permendikbud No.

103 tahun 2014 sebagai berikut :

a) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu : 1) Membuat rangkuman/simpulan pelajaran; 2) Melakukan refleksi terhadap tahap

49 Isdisusilo, Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Yogyakarta : Kata Pena, 2012), 26.

(26)

26 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pelajaran, dan

b) Kegiatan guru yaitu : 1) Melakukan penilaian; 2) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedi, program pengayaan, layanan konseling, dan/atau memberikan tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan 3) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.50

Berdasarkan Permendikbud No. 103 tahun 2014 dapat diketahui bahwa kegiatan guru dalam penutup adalah melakukan refleksi, menyimpulkan pembelajaran, melakukan penilaian, serta membuat rencana tindak lanjut pembelajaran.

Berdasarkan analisis hasil temuan dalam implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil temuan tersebut yaitu menguatkan teori yang dikembangkan oleh Indisusilo dan sesuai dengan Permendikbud No. 30 tahun 2014 dengan melakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan temuan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa : Pertama, Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam menentukan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari yaitu tema tidak dibuat oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan lingkungan siswa, karena tema telah di tentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan dikeluarkannya Permendikbud No. 57 tahun 2014.Kedua,Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam prinsip penentuan tema di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari dengan berdasarkan prinsip penentuan tema yang memperhatikan lingkungan siswa, melatih siswa untuk berpikir, dan sesuai dengan perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa. Ketiga, Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumbersari

50 Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014,10

(27)

Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching 27

dalam menetapkan jaringan tema dilakukan dengan pengintegrasian jaringan tema dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dan jaringan tema telah ada di buku pegangan guru.

Keempat, Implementasi pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jember, meliputi : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

F. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Per Kata. 2010. Bandung : Pondok Yatim Al-Hilal

Arikunto,Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Debdikbud. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Endah, Loeloek Poerwati & Sofan Amri. 2013.Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta :Prestasi Pustakaraya.

Hajar,Ibnu. 2013. Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI. Yogyakarta: Diva Press.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Irham, Muhammad & Noval Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Isdisusilo.2012. Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.Yogyakarta : Kata Pena.

Islamuddin, Haryu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jember : STAIN Press.

J.LexiMoleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013.

Khoiru, Iif Ahmdi. 2014.Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik Integrative. Jakarta : PT Prestasi Pustajaya.

Kurniasih, Imas& Berlin Sani. 2014. Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Yogyakarta : Kata Pena.

Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung :Alfabeta.

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 2.

Jakarta : Lentera Hati

Majid, Abdul. 2014. PembelajaranTematikTerpadu. Bandung :RemajaRosdakarya.

(28)

28 Hak Cipta © 2018 Indonesian Journal of Islamic Teaching Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada

Media Group

Mulyasa, E. 2015.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mundir.2013. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Jember : Stain Press.

Nasution, S. 2011. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: BumiAksara.

Permendikbud Nomer 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Permendikbud Nomor 103 Tahun2014. 2014. Jakarta :Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Prastowo,Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Paduan Lengkap Aplikatif.

Yogyakarta : Diva Press

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R & D).

Bandung :Alfabeta.

Syaodih, Nana Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum & Pembelajaran.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun. 2015. Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Jember: IAIN Jember Press.

Umar, Bukhari . 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Amzah.

Undang-Undang Pendidikan Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian otentik (authentic asessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan tentang implementasi pembelajaran tematik berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi di atas, maka