46 TENTANG LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Kasus PT. Marga Mitrakhatulistiwa)” telah diselesaikan dengan sangat baik. Dimana laporan keuangan perusahaan diekspos oleh berbagai pengguna, terutama para investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
PENDAHULUAN
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Sistematika Penelitian
Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menilai kebijakan bisnisnya dan membantu mereka memahami bagaimana penerapan akuntansi pajak penghasilan berdasarkan PSAK No. Bab ini berisi tentang variabel-variabel penelitian dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.
LANDASAN TEORI
Pengertian dan Tujuan Akuntansi
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam kasus seperti ini, laporan keuangan akan memberikan informasi dengan memilih angka-angka yang kurang menguntungkan bagi perusahaan.
Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan
Dalam rekonsiliasi perpajakan, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari jumlah penghasilan kena pajak (TIP) atau dipotong dari laba menurut akuntansi komersial. Dalam akuntansi komersial, kerugian tersebut mengurangi laba bersih, sedangkan dalam akuntansi perpajakan, kerugian tersebut tidak dapat dikurangkan dari jumlah penghasilan (laba) kena pajak.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Bagian keuntungan dari perusahaan asosiasi dan ventura bersama dicatatkan berdasarkan metode nilai aktiva bersih. Laba rugi periode berjalan dapat diatribusikan kepada kepentingan minoritas dan pemilik perusahaan induk.
Pajak
- Pajak Penghasilan
- Subjek Pajak
- Objek Pajak
- Tarif Pajak
- Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Pajak penghasilan dipungut kepada wajib pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. 15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari para anggotanya yang terdiri atas wajib pajak yang melakukan pekerjaan komersial atau wiraswasta;
Laporan Keuangan
- Perbedaan Tetap (Permanent Differences)
- Perbedaan Sementara (Temporary Differences)
- Rekonsiliasi Fiskal
- PPh Kurang/Lebih Dibayar
- Pajak Penghasilan 22
- Pajak Penghasilan 23
- Pajak Penghasilan Final
- Penyusutan dan Amortisasi
Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan yang berasal dari luar negeri yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; Beberapa pembayar pajak perusahaan memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong ultramewah.
Ketentuan dalam Pasal 23 UU Pajak Penghasilan mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Badan Usaha Tetap (PER) yang bermodal, memberikan jasa, atau melakukan kegiatan di luar penghasilan yang dipotong Pasal 21. Pajak yang dibayar, diharapkan untuk dibayar, atau pembayaran yang terhutang, oleh suatu badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan lain dari perusahaan di luar negeri. Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri atau Badan Usaha Tetap yang menerima atau menerima penghasilan yang berasal dari modal, pelaksanaan jasa, atau pelaksanaan kegiatan selain yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21. Hadiah, imbalan, bonus dan sejenisnya selain yang dipotong Pajak Penghasilannya sebagaimana diatur dalam Pasal 21.
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa selain jasa yang dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). ), besarnya persentase pemotongan lebih tinggi 100% (seratus persen).
PSAK No. 46 Akuntansi Pajak Penghasilan
- Tujuan PSAK No. 46
- Terminologi yang Digunakan Dalam PSAK No. 46
- Perbedaan PSAK No. 46 (revisi 2010) dengan PSAK No. 46 1997
- Cara Menghitung Pajak Tangguhan
- Penyajian dalam Laporan Laba Rugi
- Prosedur untuk Menghitung dan Melaporkan Pajak Penghasilan yang
- Pencatatan Pajak Tangguhan
- Penyajian Pajak Tangguhan di Laporan Keuangan
Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak kini yang dikenakan atas laba kena pajak suatu badan. Menurut Kieso (2008), kewajiban pajak tangguhan merupakan hasil pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan temporer kena pajak.
Aset pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Ukur kewajiban pajak tangguhan atas perbedaan temporer kena pajak (Gunakan tarif pajak yang ditetapkan). Aset pajak tangguhan dapat dikompensasi dengan kelebihan pembayaran pajak yang akan dibalik di masa depan ketika perbedaan temporer dipulihkan.
Kewajiban pajak tangguhan dapat disamakan dengan kekurangan pajak yang akan dibayar di masa depan pada saat perbedaan temporer dipulihkan. Jumlah manfaat rugi pajak yang belum diakui sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer dari periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak tangguhan;
Penelitian Terdahulu
Menurut Mohammad Zain (2008), penghitungan seluruh beban pajak penghasilan didasarkan pada penghasilan sebelum pajak pada rekening komersial dikalikan dengan tarif semula, tidak termasuk selisih tetap, dengan ketentuan perusahaan menyiapkan rekonsiliasi (dengan persentase atau persentase yang berlaku). mata uang) antara beban pajak, yang berkaitan dengan aktivitas yang dilanjutkan dengan laba sebelum pajak dikalikan dengan tarif yang juga dapat diatribusikan pada aktivitas yang dilanjutkan. Besarnya pajak penghasilan yang terutang dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan tarif semula, sedangkan pajak tangguhan didasarkan pada perbedaan temporer dikalikan tarif semula atau perubahan saldo pajak tangguhan pada tahun tersebut (saldo penutup dikurangi saldo awal) . Pelaporan beban pajak penghasilan yang meliputi pajak kini dan pajak tangguhan memberikan laba akuntansi yang lebih informatif dan dapat mencerminkan kinerja usaha sebenarnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Baridwan (2001:48) dan Harmanto dalam Riduwan (2008) menyatakan bahwa metode akuntansi pajak penghasilan tanpa alokasi pajak antar periode merupakan metode akuntansi yang mengakibatkan laba bersih perusahaan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, karena pajak penghasilan yang dilaporkan bebannya tidak sama antara laba komersial sebelum pajak dan laba fiskal sebelum pajak. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Lucresia (2011) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa perbedaan waktu yang terjadi menyebabkan terciptanya liabilitas pajak tangguhan atau aset pajak tangguhan. Setelah PSAK 46 diterapkan pada laporan keuangan perusahaan, maka akan mengakibatkan laba bersih atau laba setelah pajak usaha tersebut menjadi lebih kecil.
Dengan mengakui konsekuensi perpajakan di masa depan atau pajak tangguhan akibat perbedaan temporer yang timbul, maka laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, sehingga laporan keuangan yang disajikan menjadi lebih relevan dan dapat diandalkan informasinya.
Kerangka Teori
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Pengumpulan Data
- Data yang Dihimpun
- Teknik Pengumpulan Data
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
- Variabel Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
Aset pajak tangguhan, yaitu kemungkinan pemulihan aset sehingga mengakibatkan pembayaran pajak di masa depan menjadi lebih kecil. Kewajiban pajak tangguhan, yaitu kemampuan membayar kembali kewajiban sehingga mengakibatkan pembayaran pajak yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Aset pajak tangguhan merupakan kerugian pajak yang masih dapat dikompensasikan berdasarkan peraturan perpajakan atau kemungkinan adanya manfaat ekonomi di masa depan yang akan mengurangi beban pajak.
Pengiktirafan aset cukai tertunda adalah berdasarkan fakta bahawa terdapat kemungkinan pemulihan aset menyebabkan pembayaran cukai yang lebih rendah dalam tempoh akan datang akibat daripada pemulihan aset yang tidak mempunyai akibat cukai. Liabiliti cukai tertunda ialah perbelanjaan susut nilai aset tetap yang diiktiraf secara fiskal yang lebih besar daripada perbelanjaan pelunasan aset tetap yang diiktiraf secara komersial, jadi perbezaan itu akan menyebabkan perbelanjaan cukai yang lebih rendah sekarang, tetapi akan mengakibatkan pengiktirafan perbelanjaan cukai komersial yang lebih besar dalam masa hadapan. tempoh. Pengiktirafan liabiliti cukai tertunda bertujuan untuk fakta bahawa terdapat kemungkinan penyelesaian liabiliti mengakibatkan pembayaran cukai dalam tempoh masa hadapan menjadi lebih besar akibat daripada penyelesaian liabiliti cukai.
Pajak yang dinilai adalah beban pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif pajak penghasilan menurut peraturan perpajakan dikalikan dengan laba kena pajak (laba akuntansi setelah koreksi pajak sesuai peraturan perpajakan yang berlaku). Besarnya pengakuan aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat dihitung dengan meneruskan perbedaan waktu antara laporan keuangan operasional dengan laporan keuangan operasional atau rugi fiskal yang dapat saling hapus dengan tarif pajak yang berlaku.
Metode Analisis Data
Tidak ada pengakuan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan, serta beban (penghasilan) pajak tangguhan. penerapan praktik akuntansi pajak penghasilan sesuai PSAK No. 46 karena minimnya pemahaman terhadap PSAK No. 46 Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah pegawai yang memahami peraturan perpajakan dan metode pelaporan sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Sedangkan kredit PPh 25 merupakan angsuran pajak yang dibayarkan setiap bulan yaitu Rp. Pada tahun 2011 hanya terdapat kredit PPh sebesar 25, angsuran pajak yang harus dibayar setiap bulan sebesar Rp.
Berdasarkan hasil penyajian pajak tangguhan dalam laporan tahunan dapat diketahui bahwa laba bersih tahun 2008-2011 menjadi lebih kecil setelah diterapkannya pajak penghasilan berdasarkan PSAK No. Beban pajak yang harus dibayar untuk tahun 2008 adalah lebih kecil, karena adanya pemulihan aset sebesar Rp. Untuk tahun 2009, beban pajak yang terutang juga lebih kecil karena adanya pemulihan nilai buku harta, yaitu sebesar Rp.
Untuk tahun 2010, jumlah beban pajak yang harus dibayar lebih tinggi karena kewajibannya sebesar Rp. Untuk tahun 2011, jumlah beban pajak yang harus dibayar juga lebih tinggi, karena dibebani sebesar 1.564.670.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Perusahaan
Melaksanakan pekerjaan pemborongan umum seperti pemasangan rambu lalu lintas, rambu petunjuk arah, pengecatan jalan, pengaspalan jalan.
Kebijakan Akuntansi PT. Marga Mitrakhatulistiwa
Piutang ini akan tetap tertagih meskipun perusahaan bangkrut dengan cara mencicilnya sampai lunas. Biaya pemeliharaan dan perbaikan diakui sebagai beban pada saat terjadi pengeluaran yang dapat memperpanjang masa manfaat aset tetap dan aset tetap disusutkan sesuai dengan tarif penyusutan yang berlaku. Nilai pajak penghasilan ditentukan berdasarkan jumlah laba kena pajak pada periode berjalan dikalikan tarif pajak yang berlaku.
Analisis Data dan Interpretasi
- Analisis Praktek Akuntansi Pajak Penghasilan pada PT. Marga
- Penerapan PSAK No. 46 Terhadap Laporan Keuangan PT. Marga
- Analisis Pajak Tangguhan dan Pencatatannya
- Penyajian dalam Neraca
- Penyajian dalam Laporan Keuangan
- Hasil Evaluasi
Adapun marga Mitrakhatulistiwa adalah sebagai berikut: Penerapan praktik akuntansi pajak penghasilan sesuai PSAK No. 46 karena minimnya pemahaman terhadap PSAK No. 46 Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah pegawai yang memahami peraturan perpajakan dan metode pelaporan sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Beban penyusutan menurut anggaran lebih kecil dibandingkan dengan beban penyusutan menurut akuntansi sehingga terjadi penyesuaian positif sebesar Rp. Beban penyusutan menurut pajak lebih besar dibandingkan beban penyusutan menurut akuntansi sehingga menimbulkan penyesuaian negatif sebesar Rp.
Besaran pinjaman PPh 22 diperoleh dari pemungutan pajak yang dilakukan Satker LLAJ Jawa Pusat, Satker Peningkatan KTD dan Bea Cukai sebesar Rp32.956.861. Kemudian, besaran kredit PPh 23 diperoleh dari pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak dari modal. Besaran pinjaman PPh 22 tersebut diperoleh dari pemungutan pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp10.045.000.
Besaran kredit PPh 22 diperoleh dari pemungutan pajak yang dilakukan Satker PLLAJ Jawa Tengah sebesar RP. Jadi semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar perusahaan setiap tahunnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Aturan ini mulai berlaku pada tahun 1999 dan direvisi pada tahun 2010, yang mulai berlaku pada tahun 2012. Menerapkan aturan tersebut pada laporan keuangan suatu perusahaan memang tidak mudah, namun perlu proses pembelajaran untuk memahami penerapan akuntansi pajak atas penghasilan berdasarkan PSAK. . 46 yang direvisi pada tahun 2010 agar dapat diterapkan dengan benar. Selain itu, manajemen harus menetapkan kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangannya, agar dalam penyusunan laporan keuangan, angka-angka yang dihasilkan lebih konsisten dan relevan dengan keadaan saat ini.
Keterbatasan tersebut adalah data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan dan SPT tahunan, sehingga peneliti tidak dapat mengidentifikasi transaksi lain yang perlu dilakukan koreksi fiskal.