• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ALAT PENGATUR PH DAN MONITORING KETINGGIAN AIR BERBASIS INTERNET OF THINGS PADA MEDIA AKUAPONIK KOLAM GURAME - Teknokrat Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLEMENTASI ALAT PENGATUR PH DAN MONITORING KETINGGIAN AIR BERBASIS INTERNET OF THINGS PADA MEDIA AKUAPONIK KOLAM GURAME - Teknokrat Repository"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

Sebagai sivitas akademik Program Studi S1 Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Benhouzer N.P Pasaribu

NPM : 18316135

Program Studi : S1 Teknik Komputer Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Program Studi S1 Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalti-FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Implementasi Alat Pengatur pH dan Monitoring Ketinggian Air Berbasis Internet of Things pada media akuaponik kolam Gurame.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- eklusif ini Program Studi S1 Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar Lampung Pada tanggal : 27 November 2023 Yang menyatakan,

Benhouzer N.P Pasaribu NPM. 18316135

(5)

v

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Teknik (S.T) pada Program Studi SI Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia. Skripsi ini berjudul “Implementasi Alat Pengatur pH dan Monitoring Ketinggian Air Berbasis Internet of Things pada media akuaponik kolam Gurame”. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H.M. Nasrullah Yusuf, S.E., M.B.A., selaku Rektor Universitas Teknokrat Indonesia.

2. Dr. H. Mahathir Muhammad, S.E., M.M., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia.

3. Styawati S.T., M.Cs. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Teknokrat Indonesia sekaligus Dosen Penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji demi kelancaran jalannya sidang dan perbaikan skripsi..

4. Rakhmat Dedi Gunawan, S.Kom., M.Kom., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtua Tercinta Bapak P.Pasaribu/ R.Sihite, yang selalu mendukung dan membiayai penuh selama skripsi berlangsung.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini membawa manfaat.

Bandar Lampung, 27 November 2023 Penulis,

(6)

vi

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Literature 1 ... 6

2.1.2 Literature 2 ... 8

2.1.3 Literature 3 ... 9

2.1.4 Literature 4 ... 10

2.1.5 Literature 5 ... 11

2.2. Keaslian Penelitian ... 12

2.3. Akuaponik ... 12

2.4. Ikan Gurame ... 13

2.5. Selada ... 14

2.6. Internet of Things (IoT) ... 15

2.7. Metode Pengembangan ADDIE ... 15

2.8. Implementasi Perangkat Lunak ... 16

(7)

vii

2.8.3 My SQL ... 18

2.9. Implementasi Perangkat Keras ... 18

2.9.1 NodeMCU ESP 32 ... 19

2.9.2 Sensor pH Air ... 20

2.9.3 Pompa Air ... 21

2.9.4 Kabel Jumper ... 22

2.9.5 PCB Board ... 22

2.9.6 Adaptor ... 23

2.9.7 Relay ... 24

2.9.8 Sensor Ultrasonik HCSR04 ... 24

2.9.9 Buzzer ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ... 27

3.2. Tahapan Penelitian ... 28

3.2.1. Penentuan Bidang... 28

3.2.2. Masalah ... 28

3.2.3. Pendekatan ... 28

3.2.4. Perancangan ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembuatan ... 36

4.2. Pembuatan Software ... 39

4.3. Pengujian ... 47

4.4. Kendala Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 59

(8)

viii

Tabel 3. 1 Skema Rangkaian Penelitian ... 27

Tabel 3. 2 Tahapan Metode Pengembangan ADDIE ... 29

Tabel 3. 3 Alat ... 30

Tabel 3. 4 Bahan ... 30

Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Sensor pH. ... 48

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Sensor Ultrasonik. ... 48

Tabel 4. 3 Pengujian Pompa ... 49

Tabel 4. 4 Pengujian Website. ... 50

(9)

ix

Gambar 2. 1 Tahapan Metode ADDIE ... 16

Gambar 2. 2 Tampilan Arduino IDE ... 17

Gambar 2. 3 ESP 32 ... 19

Gambar 2. 4 Sensor pH Air ... 21

Gambar 2. 5 Pompa Air ... 21

Gambar 2. 6 Kabel Jumper ... 22

Gambar 2. 7 PCB Board ... 23

Gambar 2. 8 Adaptor ... 23

Gambar 2. 9 Relay 2 Channel ... 24

Gambar 2. 10 Sensor Ultrasonik HC-SR04 ... 25

Gambar 2. 11 Buzzer ... 26

Gambar 3. 1 Perancangan Skematik Elektronika. ... 31

Gambar 3. 2 Rancangan Aplikasi web ... 33

Gambar 3. 3 Cara Kerja Alat. ... 34

Gambar 4. 1 Rangkaian Elektronika Tampak Depan. ... 37

Gambar 4. 2 Rangkaian Elektronika Tampak Samping. ... 38

Gambar 4. 3 Tampak Depan Kerangka Akuaponik. ... 39

Gambar 4. 4 Tampak Samping Kerangka Akuaponik. ... 39

Gambar 4. 5 Tampilan Kodingan Arduino. ... 40

Gambar 4. 6 Kodingan Tahapan Awal. ... 41

Gambar 4. 7 Konfigurasi Sensor pH. ... 41

Gambar 4. 8 Konfigurasi Sensor Ultrasonik. ... 42

Gambar 4. 9 Konfigurasi Alamat Web. ... 42

Gambar 4. 10 Konfigurasi Wi-Fi. ... 43

Gambar 4. 11 Fungsi Proses. ... 44

Gambar 4. 12 Fungsi Kirim. ... 45

Gambar 4. 13 Tampilan Web ... 47

Gambar 4. 14 Pengujian Web. ... 51

(10)

x

Lampiran 1 Persiapan Bahan Untuk Pembuatan Kerangka. ... 59

Lampiran 2 Tahapan Pembuatan Kerangka. ... 59

Lampiran 3 Proses Pembuatan Dan Penyusunan Rangkaian Di Black Box X8. ... 59

Lampiran 4 Pembuatan Dan Penyusunan Rangkaian Pompa Pada Black Box X3. ... 60

Lampiran 5 Implementasi Rangkaian Black Box X8 Dan Black Box X3. ... 60

Lampiran 6 Implementasi Rangkaian Elektronika Dan Kerangka Akuaponik. .. 61

Lampiran 7 Implementasi Dengan Objek. ... 61

Lampiran 8 Pengujian Pada Sample Air Minum... 61

(11)

xi

Memantau pH dan ketinggian air secara manual dapat memungkinkan sewaktu waktu kadar pH dalam kolam tidak selalu stabil. Penelitian ini akan mengendalikan dan memonitoring kadar pH berbasis Internet of Things secara otomatis serta memonitoring ketinggian air. ESP 32 sebagai mikrokontroler yang akan berperan mengolah sistem dan mengirimkan data serta menyimpan perintah- perintah yang sudah dikoding dalam platform Arduino IDE untuk menggerakan semua komponen elektronika yang telah dibuat. Sensor pH digunakan untuk mendeteksi kadar pH dan sensor ultrasonik digunakan untuk mendeteksi ketinggian air. Data yang dikumpulkan oleh sensor-sensor ini akan dikirim ke sebuah sistem komputer yang terhubung dengan internet. Sistem kendali pH dan monitoring ketinggian air berbasis Internet of Things berhasil bekerja dengan baik melalui hasil pengujian yang dilakukan yaitu pengujian sensor pH, sensor ultrasonik, pengujian pompa dan pengujian website yang dilakukan dengan cara pengujian Black Box sehingga Pengguna dapat memantau dan mengontrol pH dan monitoring ketinggian air pada aplikasi web di perangkat mobile atau komputer.

Dengan kemampuan untuk memantau dan mengendalikan pH air secara otomatis, praktisi akuaponik dapat mencapai kualitas air yang optimal, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan tanaman dan kesehatan ikan gurami dengan lebih baik.

Kata kunci : Akuaponik, Gurame, IoT, pH, Ketinggian air, ESP 32

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. pH normal memiliki nilai 7, bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 memiliki sifat keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tertinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Kesesuaian kualitas air pada 9 variabel penelitian yang terdiri dari variabel kimia air dan variabel faktor pengelolaan ; suhu air, pH air, Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrit, Kecerahan, umur ikan, waktu mengganti air dan perilaku petani dalam mengelola air (Harvyandha et al., 2019).

Kadar pH air suatu kolam berpengaruh pada pertumbuhan makhluk hidup dalam kolam. Kondisi pH yang terlalu asam tidak baik untuk kegiatan budidaya perikanan karena akan menurunkan produktivitas perairan dan dapat mengganggu metabolisme ikan. Nilai pH yang mematikan bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Kandungan pH yang tinggi akan meningkatkan kadar amoniak dalam air sehingga bisa bersifat tosik bagi ikan. Kadar amoniak yang tinggi menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen, kerusakan pada insang dan mengurangi kemampuan transport oksigen dalam darah. pH kurang dari kisaran optimal maka pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit. pH yang lebih dari kisaran optimal maka pertumbuhan ikan akan terhambat, namun pada kondisi yang kurang optimal, suatu jenis ikan akan

(13)

mencapai ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada kondisi optimal ( Puspitasari

& Purnomo, 2018).

Ikan gurami merupakan jenis golongan hewan omivora yang cenderung herbivore karena pakan yang digunakan untuk konsumsi ikan gurami berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ikan tersebut hidup di perariran air tawar dengan suhu optimal antara 27 – 30 °C dengan pH 7 – 8, ikan tersebut juga dapat hidup dengan kondisi kualitas air yang rendah kandungan oksigen terlarutnya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh ikan gurami karena, ikan gurami memiliki tambahan alat pernafasan sehingga ikan gurami dapat mengambil oksigen bebas (Munawaroh, 2023).

Pada penelitian yang dilakukan oleh ( Pratama et al., 2022) yang berjudul Sistem pemantauan dan pengontrolan pada tanaman sawi dan ikan nila untuk pola cocok tanam akuaponik berbasis IoT, sistem yang dapat memantau pH Air, tinggi air, kepekatan air dan melakukan pengontrolan pada akuaponik berbasis berbasis Internet of Things. NodeMCU ESP32 digunakan sebagai pengontrol keseluruhan sistem. Sensor pH Air untuk pembacaan asam atau basa air, sensor suhu air untuk membaca suhu pada air, sensor ultrasonik untuk membaca tinggi air dan sensor TDS untuk membaca kepekatan air. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemantauan pH, suhu, tinggi air, dan kepekatan nutrisi air berhasil dilakukan dimana data hasil pemantauan ditampilkan pada antarmuka website.

Faktor yang menyebabkan banyaknya kematian pada ikan yaitu mengenai kualitas air yakni suhu dan pH pada air, dan juga yang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ikan yaitu pemberian pakannya tidak teratur.

Pentingnya mengontrol kualitas air dalam melakukan budidaya ikan yaitu untuk

(14)

mendapatkan keuntungan yang maksimal. Salah satu permasalahan yang dihadapi pada budidaya ikan nila yaitu pemberian pakan masih menggunakan cara manual dan tidak terjadwal karena terkadang pemilik ikan tersebut lambat memberikan makanan pada ikan karena memiliki kesibukan lainnya dan untuk melihat kualitas airnya seperti mengontrol suhu, dan kadar pH dalam air masih melihat dari warna, bau air dan juga menyelupkan tangan ke kolam (Maryam et al., 2023).

Sistem alat pengatur pH otomatis berbasis IoT pada media akuaponik kolam gurame merupakan sebuah inovasi penting dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Sistem ini menawarkan sejumlah keuntungan untuk memantau dan mengontrol pH air secara akurat. Melalui pemanfaatan sensor pH yang terhubung ke jaringan IoT, pengguna dapat memantau kondisi pH air secara real-time melalui perangkat mobile dengan akses melalui website. Kemampuan ini memungkinkan pemantauan yang lebih akurat dan respons cepat terhadap perubahan signifikan pada pH air (Hamidah et al., 2023).

Dalam kesimpulan, sistem alat pengatur pH otomatis berbasis IoT pada media akuaponik kolam gurame merupakan sebuah solusi dalam menjaga keseimbangan pH air. Dengan kemampuan pemantauan real-time, kontrol otomatis, dan notifikasi yang cepat, sistem ini mampu meningkatkan kualitas produksi akuaponik. Pengembangan dan modifikasi sistem ini menjadi bukti kontribusi penulis dalam bidang pertanian berkelanjutan. Dengan teknologi IoT, pemantauan real-time, pengendalian otomatis, dan notifikasi yang cepat dapat dicapai, sehingga membantu mempertahankan kondisi pH air yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan kesehatan ikan. Sehingga pada penelitian ini penulis mengangkat judul “IMPLEMENTASI ALAT PENGATUR PH DAN

(15)

MONITORING KETINGGIAN AIR BERBASIS INTERNET OF THINGS PADA MEDIA AKUAPONIK KOLAM GURAME”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah Bagaimana membuat alat pengatur pH dan monitoring ketinggian air berbasis Internet of Things pada media akuaponik kolam gurame dalam bentuk web?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Membuat sistem otomatis mengukur pH dalam bentuk web yang dapat memonitoring dan mengontrol secara otomatis dengan real time.

1.4 Batasan Masalah

Berikut ini adalah batasan-batasan masalah yang diperlukan untuk menjadi tolak ukur pemahaman yang sesuai dengan diharapkan :

1. Jenis tanaman yang akan digunakan dalam eksperimen hidroponik adalah selada.

2. Berfokus pada pengaturan pH dan ketinggian air, parameter – parameter lain seperti suhu, kualitas air, nutrisi tidak akan dibahas.

3. Tanaman pada hidroponik berjumlah 10 netpot. Netpot akan ditempatkan di dalam dua pipa paralon yang berisikan masing-masing 5 netpot dengan panjang masing-masing 70 cm.

4. Jumlah ikan yang akan digunakan dalam eksperimen ini adalah 10 ekor.

5. Wadah kolam yang akan digunakan adalah sterofoam dengan ukuran 51 x 37 x 32 cm.

6. Penelitian ini akan dilakukan di dalam ruangan tertutup dengan

(16)

memperhatikan intensitas cahaya matahari.

7. Monitoring selama eksperimen akan dilakukan melalui aplikasi web.

1.5 Manfaat Penelitian

Alat pengatur pH dapat membantu menjaga kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman dan ikan, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil dalam akuaponik kolam gurame. Dengan adanya sistem monitoring secara real-time, pengelola atau petani dapat merespon lebih cepat terhadap perubahan kondisi pH dalam kolam, meningkatkan ketahanan sistem terhadap perubahan atau kondisi yang berubah-ubah.

.

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini, penulis membutuhkan literatur dari penelitian sebelumnya untuk mendukung penelitian ini, adapun tinjauan pustaka tersebut terdapat pada tabel 2.1

Tabel 2. 1 Studi Literature.

No Penulis Judul

Literature 1 (Pratama et al., 2022)

Sistem pemantauan dan pengontrolan pada tanaman sawi dan ikan nila untuk pola

cocok tanam akuaponik berbasis IoT

Literature 2 (Mufida et al., 2020)

Perancangan Alat Pengontrol pH Air Untuk Tanaman Hidroponik Berbasis Arduino

Uno

Literature 3 ( Nurazura Alfahira, 2021)

Sistem Monitoring Dan Kendali Tanaman Hidroponik Indoor Farming Menggunakan

Led Grow Light Berbasis Website

Literature 4 (Putra, 2022)

Prototipe alat monitoring dan controlling pH serta suhu pada budidaya akuaponik

berbasis IoT (Internet of Things)

Literature 5 (Megawati et al., 2020)

Rancang Bangun Sistem Monitoring PH dan Suhu Air pada Akuaponik Berbasis

Internet of Things (IoT)

2.1.1 Literature 1

Penelitian ini dilakukan oleh (Pratama et al., 2022) dengan judul Sistem pemantauan dan pengontrolan pada tanaman sawi dan ikan nila untuk pola cocok tanam akuaponik berbasis IoT ini membahas :

(18)

a. Masalah : Kurang akuratnya pengawasan dan pengendalian parameter dalam pola cocok tanam akuaponik yang mendukung dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi dan ikan nila.

b. Solusi : Untuk mengatur pola cocok tanam akuaponik pada tanaman sawi dan ikan nila, jurnal tersebut menyarankan penerapan sistem pemantauan dan pengontrolan yang terintegrasi berbasis Internet of Things (IoT).

c. Metode : Perancangan sistem melibatkan pemilihan sensor yang tepat untuk memantau dan mengontrol parameter, serta pengembangan perangkat lunak untuk memproses data dan menghubungkannya dengan platform IoT.

Implementasi perangkat keras melibatkan pemasangan sensor di dalam sistem akuaponik. Data yang dikumpulkan oleh sensor dikirim ke platform IoT untuk pemantauan real-time dan kontrol sistem.

d. Pengujian : Pertama, sensor-sensor suhu, pH, kelembaban, dan kualitas air dipasang dan data sensor dikumpulkan secara berkala. Selanjutnya, sistem IoT digunakan untuk mengirim data sensor ke dalam sistem pemantauan yang terhubung secara online. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mengevaluasi keakuratan dan kestabilan sistem serta responsnya terhadap perubahan lingkungan. Selama pengujian, pengontrolan otomatis suhu dan pH juga diaktifkan dan performanya dievaluasi. Seluruh pengujian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas dan kinerja sistem pemantauan dan pengontrolan berbasis IoT dalam mengelola pertumbuhan tanaman sawi dan ikan nila dalam pola cocok tanam akuaponik.

(19)

e. Hasil : Sistem dapat merespons perubahan lingkungan dengan baik, menjaga kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman sawi dan kualitas air ikan nila.

2.1.2 Literature 2

Penelitian ini dilakukan oleh (Mufida et al., 2020) dengan judul Perancangan Alat Pengontrol pH Air Untuk Tanaman Hidroponik Berbasis Arduino Uno membahas :

a. Masalah : Pengontrolan pH air secara manual dapat menjadi tugas yang rumit dan rentan terhadap kesalahan manusia

b. Solusi : Menciptakan sistem pengontrol pH air yang dapat meningkatkan hasil pertumbuhan tanaman hidroponik dengan menjaga keseimbangan pH yang optimal.

c. Metode : Metode perancangan alat pengontrol pH air untuk tanaman hidroponik berbasis Arduino Uno melibatkan pemilihan dan kalibrasi sensor pH, penggunaan Arduino Uno sebagai pusat kontrol, pengembangan perangkat lunak, dan penggunaan alat pengontrol seperti pompa atau katup. Alat ini akan memantau dan mengontrol pH air secara otomatis dengan membandingkan data pH dengan nilai target yang diinginkan, dan mengatur aliran bahan pengatur pH ke dalam larutan nutrisi hidroponik. Pemantauan dan validasi dilakukan secara berkala untuk memastikan kinerja yang akurat dan stabil dari alat pengontrol pH.

d. Pengujian : Pengujian kalibrasi sensor pH untuk memastikan akurasi pengukuran, pengujian respons kontrol pH terhadap perubahan nilai target pH, dan pengujian jangka waktu serta stabilitas kontrol pH.

(20)

e. Hasil : Alat pengontrol pH air berbasis Arduino Uno menunjukkan kinerja stabil dalam menjaga pH air pada nilai target yang diinginkan selama periode waktu yang ditentukan. Dengan demikian, alat ini terbukti dalam menjaga keseimbangan pH air dalam sistem hidroponik.

2.1.3 Literature 3

Penelitian ini dilakukan oleh (Nurazura Alfahira, 2021) dengan judul Sistem Monitoring Dan Kendali Tanaman Hidroponik Indoor Farming Menggunakan Led Grow Light Berbasis Website membahas :

a. Masalah : Saat ini, pemilik kebun sayur hidroponik masih menggunakan tangan untuk mengawasi dan mengawasi bibit tanaman mereka. Setelah benih disemai, petani menyiram semaian setiap hari. Setelah media tanam benih hidroponik (rockwool) cukup basah, petani menjemur benih di bawah sinar matahari dan mengangkat benih jika hujan. Petani harus melihat bibit tanamannya secara berkala saat matahari terlalu terik untuk melakukan penyiraman agar rockwool tidak kering dan bibit tidak hangus.

b. Solusi : Membuat sistem yang dapat melakukan monitoring dan kendali pembibitan tanaman hidroponik indoor farming secara realtime.

c. Metode : Metode pada sistem ini melibatkan beberapa komponen elektonika seperti NodeMcu Esp-32 sebagai mikrokontroler, Sensor YL-69, Relay,Light Growing LED, dan yang lainnya yang dirancang dan diimplementasikan pada website.

d. Pengujian : Pengujian melibatkan .Pengendalian sistem monitoring dan kendali hidroponik indoor farming dilakukan melalui website, dimana user pada sistem ini terdiri dari admin dan petani. Admin dapat melakukan

(21)

monitoring, manajemen alat, dan manajemen user. Sedangkan petani dapat melakukan monitoring dan pengendalian melalui website. Untuk melakukan pengendalian hanya bisa dilakukan oleh petani melalui halaman kendali pada website.

e. Hasil : Implementasi sistem terdiri dari node sensor dan node controller. Node sensor dapat melakukan pengukuran suhu, kelembapan dan nutrisi kemudian di tampilkan secara realtime melalui antarmuka website.

Node controller dapat mengendalikan suhu, nutrisi, penyiraman tanaman, dan lama penyinaran cahaya led grow light melalui pengaturan kendali pada antarmuka website.

2.1.4 Literature 4

Penelitian ini dilakukan oleh (Putra, 2022) dengan judul Prototipe alat monitoring dan controlling pH serta suhu pada budidaya akuaponik berbasis IoT (Internet of Things) membahas :

a. Masalah : Kebutuhan akan alat monitoring dan pengendalian otomatis untuk pH dan suhu dalam budidaya akuaponik berbasis IoT (Internet of Things).

b. Solusi : Mengembangkan prototipe alat monitoring dan pengendalian otomatis untuk pH dan suhu dalam budidaya akuaponik berbasis IoT.

c. Metode : Pada sistem ini, sensor pH dan suhu dipasang pada akuarium akuaponik untuk memantau pH dan suhu air secara real-time. Data tersebut dikirim ke platform IoT melalui koneksi internet. Alat kontrol terhubung dengan platform IoT dan mengambil keputusan pengendalian berdasarkan batasan yang ditentukan. Algoritma kontrol digunakan untuk menentukan tindakan yang harus diambil, seperti penambahan larutan pengatur pH atau

(22)

pengaturan suhu. Petani akuaponik dapat memonitor kondisi pH dan suhu serta mengatur batasan nilai melalui antarmuka pengguna pada platform IoT.

d. Pengujian : Pengujian dilakukan dengan mengintegrasikan prototipe alat ke dalam sistem akuaponik yang sebenarnya. Alat kontrol mampu mendeteksi perubahan pH dan suhu di luar batasan dan mengambil tindakan pengendalian yang sesuai, seperti mengirimkan notifikasi dan mengaktifkan peralatan pengendali.

e. Hasil : Alat ini mampu memantau pH dan suhu air secara real-time dan memberikan informasi yang akurat kepada petani akuaponik melalui platform IoT.

2.1.5 Literature 5

Penelitian ini dilakukan oleh (Megawati et al., 2020) dengan judul Rancang Bangun Rancang Bangun Sistem Monitoring pH dan Suhu Air pada Akuaponik Berbasis Internet of Things (IoT) membahas :

a. Masalah : Pemantauan pH dan suhu air pada akuaponik saat ini dianggap kurang maksimal karena bergantung pada pengawasan manual

b. Solusi : Dirancang dan dibangun sebuah sistem monitoring untuk memantau pH dan suhu air pada akuaponik berbasis Internet of Things (IoT).

Sistem ini menggunakan sensor pH dan suhu yang terhubung ke mikrokontroler dan jaringan IoT. Data dari sensor dikirim secara nirkabel ke platform IoT yang dapat diakses oleh petani akuaponik melalui perangkat mobile atau komputer.

c. Metode : Sensor pH dan suhu yang sensitif terhadap perubahan di dalam air akuaponik dipilih dan dipasang pada akuarium. Sensor tersebut terhubung ke

(23)

mikrokontroler yang berfungsi sebagai otak sistem. Selanjutnya, mikrokontroler dikonfigurasi untuk mengirimkan data pH dan suhu melalui koneksi nirkabel menggunakan protokol komunikasi IoT seperti Wi-Fi atau Bluetooth. Data yang dikirim oleh mikrokontroler kemudian diterima oleh platform IoT, yang dapat diakses melalui perangkat mobile atau komputer.

d. Pengujian : Pada pengujian, prototipe alat dipasang pada akuarium akuaponik yang sebenarnya. Data dari sensor pH dan suhu dibandingkan dengan metode pengukuran konvensional sebagai pembanding. Variasi pH dan suhu yang dikontrol secara manual diinduksi untuk menguji respons alat dalam mendeteksi perubahan kondisi air. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengevaluasi akurasi dan ketepatan alat dalam mengukur pH dan suhu air.

e. Hasil : Alat monitoring yang diimplementasikan mampu memberikan data pH dan suhu secara real-time dan akurat, serta dapat diakses melalui platform IoT.

2.2. Keaslian Penelitian

Adapun hal yang menjadi pembeda antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah:

1. Ikan yang digunakan adalah Ikan Gurame.

2. Tanaman yang digunakan adalah Selada.

3. Alat yang digunakan NodeMCU Esp32, Sensor pH air, Buzzer, Pump, Adaptor, dan Sensor Ultrasonik.

2.3. Akuaponik

Menurut buku yang dibuat oleh A.S & Budiana, pada tahun 2015 yang berjudul Akuaponik panen sayur bonus ikan mengatakan bahwa “Akuaponik

(24)

merupakan alternatif budidaya tanaman dan ikan dalam satu tempat. Teknik ini mengintegrasikan budidaya ikan secara tertutup (resirculating aquaculture) yang dipadukan dengan tanaman”.

Dalam proses akuaponik, unsur hara yang terkandung dalam kotoran ikan bermanfaat bagi tanaman. Ikan akan memakan kotoran dan menjadi racun jika dibiarkan di kolam. Selain menyuplai oksigen ke dalam air yang digunakan untuk beternak ikan, tumbuhan berfungsi sebagai biofilter yang memecah zat beracun menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan. Metode ini akan menghasilkan simbiosis mutualisme, juga dikenal istilah yang saling menguntungkan. Dengan melakukan ini, penggunaan air menjadi lebih maksimal dan limbah menjadi kurang tercemar di perairan umum. Kualitas dan jumlah ikan dan tanaman yang dihasilkan dipengaruhi oleh masa resirkulasi air.

Akuaponik adalah kombinasi hidroponik dan akuakultur yang mengoptimalkan penggunaan air dengan mendaur ulang air yang bergizi untuk pertumbuhan tanaman dan ikan. Akuaponik menggunakan media tanam seperti batu dan kerikil sebagai pengganti tanah, yang memungkinkan budidaya tanaman modern tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam.

2.4. Ikan Gurame

Menurut Marianto & Pustaka, n.d. dalam buku Budidaya Gurame, gurami (Osphronemus gourami) adalah “jenis ikan air tawar yang sering ditemukan di rawa-rawa, danau, atau perairan yang tenang. Dalam praktik budi daya ikan, gurami menjadi pilihan yang populer karena kemampuannya dalam berkembang biak secara alami dan kebutuhan pakan yang mudah dipenuhi”

(25)

Gurami memiliki garis-garis hitam di seluruh tubuhnya. Mulut ikan gurami biasanya kecil, dengan bibir bawah sedikit lebih panjang daripada bibir atas. Ikan gurami memiliki sisik yang berukuran besar dengan tepi yang tidak rata. Ikan gurami muda memiliki punggung berwarna biru kehitaman dan perutnya berwarna putih. Namun, warna ini berubah seiring bertambahnya usia ikan gurami. Punggungnya berubah menjadi coklat dan perutnya menjadi keperakan.

pH kolam ikan gurami idealnya berkisar antara 6,5 dan 7,5. Anda dapat mengukur pH dengan kertas lakmus atau pH meter. Jika pH dibawah dari 6, maka kondisi air dianggap asam. Untuk mengurangi keasaman yang berlebihan, CaCO3 atau soda kue dapat ditambahkan ke dalam air. Jika pH terlalu basa, asam fosfat dapat digunakan untuk menetralkannya.

2.5. Selada

Menurut Qurrohman, 2019 dalam bukunya yang berjudul Bertanam Selada Hidroponik mengatakan bahwa “tanaman selada merupakan salah satu jenis tanaman pertanian yang umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar”.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga tanaman selada bebas dari residu pestisida dan mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknologi hidroponik yang memungkinkan produksi tanaman selada tanpa residu pestisida, bebas dari mikroorganisme berbahaya, dan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih seragam.

Tanaman selada (Lactuca sativa L.) yang ditanam secara hidroponik dapat ditanam pada berbagai sistem, seperti NFT, DFT, Aeroponik, Rakit Apung, dan

(26)

Sistem Sumbu. Tahapan budidaya tanaman selada dalam sistem hidroponik yang berbeda tidak terlalu banyak berbeda dengan sistem lainnya.

2.6. Internet of Things (IoT)

Pengunaan internet di era modern ini berkembang dengan cepat dan menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. Internet of Things (IoT) adalah ide tentang konektivitas internet yang selalu terhubung (Hasiholan Chrisyantar , Primananda Rakhmadhany, 2018).

Internet of Things (IoT) adalah konsep yang secara umum memungkinkan semua benda di dunia terkoneksi ke internet secara terus menerus. Dengan demikian, IoT memiliki kemampuan untuk mengontrol, mengirim data, dan melakukan berbagai tugas yang memerlukan internet yang dapat dilakukan dari jarak jauh (Agusta et al., 2019).

Berdasarkan pemahaman di atas, Internet of Things (IoT) membantu mengoperasikan alat pemantauan air dengan mudah dan cepat. Strategi ini dianggap tepat karena dapat mempercepat dan mempermudah proses pemantauan.

2.7. Metode Pengembangan ADDIE

Konsep instruksional ADDIE pertama kali muncul pada tahun 1975. Pusat teknologi pembelajaran di universitas Florida membuat ADDIE untuk dinas militer Amerika Serikat. Analysis, design, development, implementation, and evaluation adalah tahapan metode ini.

Model ADDIE didefinisikan sebagai "Proses generik yang secara tradisional digunakan oleh perancang instruksional dan pengembang pelatihan yang mewakili panduan dinamis dan fleksibel untuk membangun alat pelatihan efektif dan dukungan kinerja (Yong, 2012)”.

(27)

Gambar 2. 1 Tahapan Metode ADDIE Sumber : (Rayanto, 2020) 2.8. Implementasi Perangkat Lunak

Pada penelitian ini, sebagai media implementasi dalam prancangan dan pembuatan alat, penulis menggunakan perangkat lunak sebagai berikut :

2.8.1 Arduino IDE

Arduino IDE (Integrated Develoment Environment) merupakan software yang digunakan untuk mamasukan program ke Arduino , dengan kata lain sebagai media untuk memprogram board Arduino. Arduino IDE berguna sebagai text editor untuk membuat, mengedit, dan juga memvalidasi kode program. Kode program yang digunakan disebut dengan istilah Arduino “sketch” atau source code arduino. Dalam memprogam ESP32 dapat menggunakan software (IDE) Integrated Development Environment merupakan aplikasi yang mencakup, editor, compiler dan uploader Sketch yang digunakan untuk menulis progam kedalam ESP32. Bahasa pemrogamannya yaitu Bahasa C (Sanaris & Suharjo, 2020).

Arduino adalah platform pembuatan prototipe elektronik yang bersifat open-source hardware yang berdasarkan pada perangkat keras dan perangkat lunak yang fleksibel dan mudah digunakan. Arduino ditujukan bagi para seniman, desainer, dan siapapun yang tertarik dalam menciptakan objek atau lingkungan yang interaktif (JauhariArifin, 2018).

(28)

Berdasarkan pernyataan diatas, perangkat lunak Arduino IDE merupakan perangkat lunak yang memiliki fungsi pembuatan program pada sistem yang akan dikirim ke Arduino. Adapun tampilan awal Arduino IDE terdapat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Tampilan Arduino IDE Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

2.8.2 PhpMyAdmin

PhpMyAdmin adalah sebuah aplikasi Open Source yang berfungsi untuk memudahkan manajemen MySQL. Dengan menggunakan PhpMyAdmin, dapat membuat database, membuat tabel, meng-insert, menhapus dan meng-update data dengan GUI dan terasa lebih mudah, tanpa perlu mengetikkan perintah SQL secara manual (Sitinjak et al., 2020).

PhpMyAdmin adalah sebuah aplikasi/perangkat lunak bebas (open source) yang ditulis dalam bahasa pemrograman PHP yang digunakan untuk menangani administrasi database MySQL melalui jaringan lokal maupun internet.

phpMyAdmin mendukung berbagai operasi MySQL, diantaranya (mengelola basis data, tabel-tabel, bidang (fields), relasi (relations), indeks, pengguna (users), perijinan (permissions), dan lain lain (Hartiwati, 2022).

(29)

Berdasarkan pernyataan diatas, PHPMyAdmin adalah sebuah aplikasi berbasis web yang digunakan untuk mengelola dan mengelola basis data MySQL.

Dengan menggunakan PHPMyAdmin, pengguna dapat dengan mudah mengelola tabel, kolom, dan data dalam basis data.

2.8.3 My SQL

MySQL adalah sebuah program database server yang mampu menerima dan mengirimkan datanya dengan sangat cepat, multi user serta menggunakan perintah standar SQL (Structured Query Language). MySQL memiliki dua bentuk lisensi, yaitu FreeSoftware dan Shareware. MySQL yang biasa kita gunakan adalah MySQL FreeSoftware yang berada di bawah Lisensi GNU/GPL (General Public License). Selain itu anda juga dapat memiliki produk MySQL yang sifatnya komersial, biasa disebut dengan MySQL AB (Hartiwati, 2022).

MySQL merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengolah basis data yang banyak digunakan untuk membangun aplikasi yang menggunakan database (Sitinjak et al., 2020).

Berdasarkan pernyataan diatas, MySQL adalah sistem manajemen basis data yang populer dan sering digunakan. DBMS ini mampu menyimpan, mengelola, dan mengakses data.

2.9. Implementasi Perangkat Keras

Pada tahapan ini, penulis menggunakan beberapa komponen perangkat keras yang telah disusun untuk perancangan dan pembuatan alat yaitu sebagai berikut :

(30)

2.9.1 NodeMCU ESP 32

ESP32 adalah Mikrokontroler yang dikenalkan oleh Espressif System dan berfungsi untuk menampung dan memproses semua port dan ic sehingga bisa mengontrol driver sehingga port atau device yang terhubung ke Mikrokontroler tersebut dapat berjalan dengan baik. Mikrokontroler ini juga memiliki kemampuan untuk terhubung dengan internet melalui jaringan wireless tanpa tambahan board lagi karena sudah tersedia modul Wi-Fi dalam chip sehingga sangat mendukung untuk membuat sistem aplikasi Internet of Things (Mahendra

& Zarkasi, 2020)

ESP32 digunakan sebagai controller pada sistem yang dibangun untuk mengolah data input dari sensor dan memberikan instruksi terhadap perangkat output sesuai dengan kondisi yang dijabarkan oleh perangkat input (Anggraini et al., 2023)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan NodeMCU ESP 32 memiliki fungsi sebagai mikrokontroler dan koneksi internet yang dapat memudahkan pengguna dalam membuat proyek IoT. Berikut gambar NodeMCU ESP 32 terdapat pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 ESP 32 Sumber : (Pradana, 2019)

(31)

2.9.2 Sensor pH Air

Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) pada suatu larutan. Prinsip kerja dari sensor pH yaitu terdapat pada elektrode referensi dan elektrode kaca yang pada ujungnya berbentuk bulat (bulb) dan berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran ion positif (H+), pertukaran ion mengakibatkan adanya beda potensial antara dua elektrode sehingga pembacaan potensiometer menghasilkan positif atau negatif. Prinsip kerja dari alat PH A009 ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan semakin bernilai asam begitu pun sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah. Alat ini ada yang digital dan juga analog. pH meter banyak digunakan dalam analisis kimia kuantitatif. Probe pH mengukur pH seperti aktifitas ion-ion hidrogen yang mengelilingi bohlam kaca berdinding tipis pada ujungnya (sekitar 0.06 volt per unit pH) yang diukur dan ditampilkan sebagai pembacaan nilai pH. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14 (Safiroh et al., 2022).

Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui derajat keasaman. Prinsip utama kerja pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa elektroda kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H30+ di dalam larutan (Ardiyansyah & Abdullah, 2022).

Berdasarkan penjelasan diatas sensor pH air memiliki cara kerja pengukuran air secara potensiometrik. Berikut Gambar Sensor pH Air terdapat pada Gambar 2.4.

(32)

Gambar 2. 4 Sensor pH Air Sumber : (Safiroh et al., 2022) 2.9.3 Pompa Air

Mini pump atau pompa air mini adalah perangkat yang digunakan untuk memompa air. Mini pump dengan jenis Submersible memiliki ukuran sangat fleksible yaitu 24 mm x 33 mm x 45 mm. Submersible adalah jenis pompa air celup untuk dapat bekerja sehingga tidak perlu pemancing hisapan awal pompa dengan air. Pompa air ini tidak membutuhkan daya listrik yang besar yaitu 6-12 volt. Dengan daya tersebut pompa air ini dapat menghasilkan debit air 1,5 L/menit (Safiroh et al., 2022).

Berdasarkan penjelasan diatas Pompa Air memiliki cara kerja dapat mengalirkan, memindahkan, mensirkulasi air. Berikut Gambar Pompa Air terdapat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Pompa Air Sumber : (Ratna, 2019)

(33)

2.9.4 Kabel Jumper

Kabel jumper adalah kabel elektrik yang memiliki pin konektor di setiap ujungnya untuk menghubungkan dua komponen yang melibatkan arduino tanpa memerlukan solder. Intinya kegunaan kabel jumper ini adalah sebagai konduktor listrik untuk menyambungkan rangkaian listrik. Konektor yang ada pada ujung kabel terdiri atas dua jenis yaitu konektor jantan (male connector) dan konektor betina (female connector). Cara kerja kabel ini adalah menghantarkan arus listrik dari komponen satu dengan komponen yang lainnya (Saverus, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas Kabel jumper berfungsi sebagai penghubung dari PCB Board ke komponen lainnya. Berikut Gambar Kabel Jumper terdapat pada Gambar 2.6

Gambar 2. 6 Kabel Jumper Sumber : (Kalengkongan et al., 2018) 2.9.5 PCB Board

PCB merupakan singkatan dari Printed Circuit Board, PCB merupakan alat penghubung komponen elektronik dalam komputer dengan jalur konduktornya (Bere et al., 2021)

Printed Circuit Board (PCB) adalah sebuah papan yang penuh dnegan komponen-komponen elektronika yang tersusun membentuk rangkaian elektronik.

Dapat juga diartikan dengan tempat rangkaian elektronika yang menghubungkan komponen elektronika yang satu dengan yang lainnya tanpa menggunakan kabel (Munir, 2018).

(34)

Berdasarkan penjelasan diatas PCB Board memiliki fungsi untuk alat penghubung dan jalur konduktor. Berikut Gambar PCB Board terdapat pada Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 PCB Board Sumber : (Munir, 2018) 2.9.6 Adaptor

Adaptor adalah sebuah perangkat berupa rangkaian elektronika untuk mengubah tegangan listrik yang besar menjadi tegangan listrik lebih kecil, atau rangkaian untuk mengubah arus bolak-balik (arus AC) menjadi arus searah (arus DC). Adaptor / power supplay merupakan komponen inti dari peralatan elektronik. Adaptor digunakan untuk menurunkan tegangan AC 22 Volt menjadi kecil antara 3 volt sampai 12 volt sesuai kebutuhan alat elektronika. Terdapat 2 jenis adaptor berdasarkan sistem kerjanya, adaptor sistem trafo step down dan adaptor sistem switching (Afrillia, 2021).

Berdasarkan penjelasan diatas Adaptor memiliki fungsi untuk mengubah arus dari AC ke DC. Berikut Gambar Adaptor terdapat pada Gambar 2.8.

Gambar 2. 8 Adaptor Sumber : (Afrillia, 2021)

(35)

2.9.7 Relay

Relay adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk memutus atau menyambungkan aliran listrik secara tidak langsung. Relay disebut juga sebagai saklar magnet cara kerja relay adalah ketika arus listrik tersambung maka akan terjadi kontak antar plat sehingga arus listrik dapat mengalir (Hudanl, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas Relay memiliki fungsi untuk alat penghubung dan pemutus arus elektronik. Berikut Gambar Relay terdapat pada Gambar 2.9.

Gambar 2. 9 Relay 2 Channel Sumber : (Daulay, 2018) 2.9.8 Sensor Ultrasonik HCSR04

Sensor ultrasonik tipe HCSR04 merupakan perangkat yang digunakan untuk mengukur jarak dari suatu objek. Kisaran jarak yang dapat diukur sekitar 2- 450 cm. Perangkat ini menggunakan dua pin digital untuk mengkomunikasikan jarak yang terbaca. Prinsip kerja sensor ultrasonik ini bekerja dengan mengirimkan pulsa ultrasonik sekitar 40 KHz, kemudian dapat memantulkan pulsa echo kembali, dan menghitung waktu yang diambil dalam mikrodetik (Sudrajat & Rofifah, 2023).

Berdasarkan penjelasan diatas Sensor Ultrasonik memiliki fungsi sebagai sensor jarak yang memiliki range tertentu. Berikut Gambar sensor Ultrasonik terdapat pada Gambar 2.10.

(36)

Gambar 2. 10 Sensor Ultrasonik HC-SR04 Sumber : (Sudrajat & Rofifah, 2023) 2.9.9 Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loudspeaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm) (Setiawan et al., 2018).

Berdasarkan penjelasan di atas, fungsi buzzer adalah untuk menghasilkan getaran suara sebagai indikator atau alarm pada perangkat atau sistem. Dengan suaranya dengan ciri yang khas, Buzzer digunakan untuk memberikan notifikasi kepada penulis bahwa suatu proses telah selesai. Berikut Gambar buzzer terdapat pada Gambar 2.11.

(37)

Gambar 2. 11 Buzzer Sumber : (Setiawan et al., 2018)

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan konsep atau deskripsi yang dibuat dan akan diimplementasikan. Skema dapat dilihat pada tabel 3.1 Berikut :

Tabel 3. 1 Skema Rangkaian Penelitian Penentuan Bidang

Bidang yang ditentukan adalah media akuaponik dengan jenis tanaman selada dan jenis ikan gurame

Masalah

Bagaimana membuat alat pengatur pH otomatis dan monitoring ketinggian air berbasis Internet of Things pada media akuaponik kolam

gurame dalam bentuk web?

Pendekatan

Studi literature yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Perancangan

Perancangan alat dan aplikasi web untuk mengatur pH secara otomatis berbasis Internet of Things (IoT) pada sistem akuaponik kolam gurame.

Pembuatan

Proses pembuatan melibatkan perancangan alat dan pengembangan antarmuka sendiri. Selain itu, proses ini mencakup pengkodean alat menggunakan aplikasi Arduino IDE, serta pengkodean aplikasi web

dengan bahasa pemrograman PHP dan database MySql.

Pengujian

Pengujian ini meliputi pengujian alat dan pengujian sistem

(39)

3.2. Tahapan Penelitian 3.2.1. Penentuan Bidang

Pada tahap awal penelitian ini, dilakukan identifikasi bidang yang akan diteliti, peneliti memilih akuaponik sebagai sistem yang digunakan, ikan gurame sebagai subjek penelitian, dan tanaman selada sebagai tanaman yang akan ditanam dalam media hidroponik. Selain itu, parameter yang akan menjadi fokus penelitian adalah tingkat pH dan ketinggian air dalam sistem akuaponik tersebut.

3.2.2. Masalah

Dalam budidaya akuaponik, penting untuk memperhatikan parameter pH karena pemberiannya yang manual dan tidak terjadwal dapat signifikan mempengaruhi pertumbuhan ikan dan tanaman. Oleh karena itu, terdapat sebuah permasalahan yang perlu diatasi, yaitu bagaimana menciptakan sebuah alat pengatur pH otomatis dan moioring ketinggian air berbasis Internet of Things (IoT) pada media akuaponik kolam gurame dalam bentuk web.

3.2.3. Pendekatan

Dalam melakukan pendekatan studi literatur, peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan referensi terkini yang berhubungan dengan pengaturan pH otomatis pada akuaponik dengan teknologi berbasis IoT. Melalui beberapa jurnal yang relevan yang menjadi acuan untuk penulis dan beberapa buku seperti buku yang berjudul Akuaponik panen sayur bonus ikan dan buku Budidaya Gurame.

Studi literatur ini memberikan pemahaman mendalam tentang teknologi sensor pH terbaru, platform IoT yang relevan, serta contoh-contoh penerapan serupa dalam akuaponik dan pertanian berbasis IoT secara umum. Informasi dari studi

(40)

literatur menjadi dasar perencanaan untuk merancang alat pengatur pH yang dapat diakses melalui web, sehingga dapat mengatasi masalah manualitas dan ketidakterjadwalan dalam pengaturan pH dalam budidaya akuaponik kolam gurame.

3.2.4. Perancangan

Pada tahap perancangan, penulis menggunakan metode pengembangan ADDIE. Berikut adalah skema langkah-langkah metode pengembangan ADDIE pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Tahapan Metode Pengembangan ADDI E

3.2.4.1. Alat dan Bahan

Dalam mengikuti metode pengembangan ADDIE, langkah awal yang penulis lakukan adalah mengumpulkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perancangan ini.

(41)

1. Alat

Adapun alat yang digunakan terdapat pada tabel 3.3 berikut : Tabel 3. 3 Alat

No Alat Jumlah

1 Laptop 1 Unit

2 Smartphone 1 Unit

3 Kabel Secukupnya

4 Gergaji Besi 1 Pcs 5 Tang potong 1 Pcs

6 Gunting 1 Pcs

7 Pisau 1 Pcs

8 Lem Pipa Secukupnya

9 Lem Tembak Secukupnya

10 Bor 1 Pcs

11 Obeng 1 Pcs

12 Selotip Secukupnya

13 Solder 1 Pcs

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan terdapat pada tabel 3.4 berikut : Tabel 3. 4 Bahan

No Bahan Jumlah Harga Satuan Total Harga

1 Paralon ½ Inc 4 Meter Rp. 25.000 Rp. 100.000 2 Paralon 3 Inc 1,6 Meter Rp. 14.000 Rp. 28.000 3 Dof 3 Inc 4 Pcs Rp. 15.000 Rp. 60.000 4 Sambungan pipa L 16 Pcs Rp. 4.000 Rp. 64.000 5 Sambungan pipa T 12 Pcs Rp. 5.000 Rp. 60.000

6 Sterofoam 1 Pcs Rp.45.000 Rp.45.000

7 Sensor pH 1 Pcs Rp. 550.000 Rp.550.000 8 Pompa Air Akuraium 1 Pcs Rp. 110.000 Rp. 110.000

9 Pompa 5v 2 Pcs Rp. 10.000 Rp. 20.000

10 Selang 2 Meter Rp. 10.000 Rp. 20.000

11 ESP 32 1 Pcs Rp. 65.000 Rp. 65.000

12 Adaptor 12v 1 Pcs Rp. 22.500 Rp. 22.500 13 Adaptor 3v 1 Pcs Rp. 17.500 Rp. 17.500

(42)

14 Buzzer 1 Pcs Rp 5.000 Rp. 5.000 15 Relay 2 Ch 1 Pcs Rp. 12.500 Rp. 12.500 16 PCB Board 1 Pcs Rp. 14.000 Rp. 14.000 17 Kabel Jumper Secukupnya Rp. 10.000 Rp. 30.000 18 Adaptor Arduino 1 Pcs Rp. 19.000 Rp. 19.000 19 Sensor HCSR 1 Pcs Rp. 23.000 Rp. 23.000

20 Box X8 1 Pcs Rp. 18.000 Rp. 18.000

21 Box X3 1 Pcs Rp. 7.000 Rp. 7.000

22 Terminal listrik 1 Set Rp. 20.000 Rp. 20.000 23 Cairan Ph 1 Set Rp. 36.000 Rp. 36.000 24 Bibit Selada 1 Bungkus Rp. 57.000 Rp. 57.000

Total Harga Rp. 1.403.500

3.2.4.2. Perancangan Skematik Elektronika

Gambar 3. 1 Perancangan Skematik Elektronika.

Perancangan skematik elektronika pada Gambar 3.1 untuk sistem monitoring tingkat pH menggunakan Sensor pH dan ESP32. Sistem ini memungkinkan pengukuran pH secara otomatis dan pengiriman data melalui WiFi untuk pemantauan jarak jauh.

A. Komponen utama :

1. Sensor pH: Digunakan untuk mengukur tingkat pH dalam larutan.

(43)

2. ESP32: Berfungsi sebagai mikrokontroler utama untuk mengolah data dan mengatur komunikasi WiFi.

3. Modul WiFi ESP32: Menghubungkan sistem ke jaringan WiFi untuk pengiriman data.

4. Modul Adaptor Arduino: Menyediakan daya arus listrik ke sistem.

5. Modul Buzzer: Memberikan respons audio berdasarkan kondisi tertentu.

6. Modul Relay 2 Channel: Mengontrol perangkat eksternal.

7. Modul Sensor Ultrasonik: Mendekteksi ketinggian air.

B. Koneksi modul :

1. Pin VIN pada ESP32 dihubungkan ke pin 5V pada Modul Adaptor Arduino.

2. Pin GND pada ESP32 dihubungkan ke pin GND pada Modul Adaptor Arduino.

3. Modul Sensor pH terhubung ke Pin D34 pada ESP32 melalui Pin Po.

4. Modul Buzzer terhubung ke Pin D23 pada ESP32.

5. Modul Relay 2 Channel terhubung ke Pin D18 dan Pin D19 pada ESP32.

6. Kabel Jumper lainnya dihubungkan ke arus GND yang diatur pada PCB Board.

7. Modul sensor ultrasonik, dimana Pin trig dihubungkan pada Pin D25 dan Echo dihubungkan pada Pin D26.

(44)

3.2.4.3. Perancangan Aplikasi Web

Pada perancangan aplikasi web terdapat pada Gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Rancangan Aplikasi Web

Pada gambar 3.2 terdapat perancangan aplikasi web yang berfungsi untuk menampilkan beberapa kondisi melalui tampilan web ketika terhubung dengan server MQTT dan menerima data. Pertama, aplikasi ini menampilkan status pH, yaitu apakah pompa dalam keadaan aktif (on) atau tidak aktif (off). Selanjutnya, tampilan web juga menunjukkan waktu dalam bentuk tanggal dan jam, serta menyajikan status kondisi pH apakah stabil atau tidak. Selain itu, terdapat grafik yang menampilkan rangkuman data secara keseluruhan terkait kondisi pH. Grafik ini memberikan gambaran visual tentang perubahan pH dari waktu ke waktu.

Terakhir, aplikasi web juga menampilkan statistik yang mencatat riwayat

(45)

perubahan kondisi pH, sehingga pengguna dapat melacak dan menyimpan histori data tersebut.

3.2.4.4. Cara Kerja Alat

Pada perancangan alat dapat diketahui cara kerja alat yang dapat dilihat pada gambar 3.3.

Cara kerja alat pengatur pH otomatis pada gambar 3.3 Menjelaskan Adaptor 12v digunakan sebagai sumber arus dari arus AC ke DC, Sensor pH akan terpasang di dalam kolam ikan gurame untuk terus-menerus mengukur tingkat pH air secara real-time. Data pH yang dihasilkan oleh sensor akan dikirimkan ke mikrokontroler ESP32. Mikrokontroler ESP32 akan berfungsi sebagai otak sistem, menerima data pH dari sensor dan mendeteksi ketinggian air dari sensor ultrasonik lalu mengirimkannya ke server melalui koneksi Wi-Fi. ESP32 juga akan berkomunikasi dengan komponen lain seperti modul relay dan modul Wi-Fi.

ESP32 akan terhubung ke internet melalui Wi-Fi. Selanjutnya, menyediakan data MIKROKONTROLER

ESP 32

Mendeteksi nilai pH

Mendeteksi ketinggian air Sensor pH membaca

dan mendeteksi kadar pH dan Sensor HCSR mendeteksi ketinggian air pada kolam

K O L A M

Koneksi Internet (Wi-Fi)

Web menerima data

Menampilkan notifikasi dan Nilai pH dan Ketinggian

Air Pompa Up

menyala jika status pH low

Pompa Down menyala jika status pH High

Gambar 3. 3 Cara Kerja Alat.

(46)

pH yang telah disimpan kepada web interface yang dapat diakses oleh pengguna.

Pengguna dapat melihat tingkat pH ideal pada kolam gurame serta mengatur batasan pH yang diinginkan, yaitu di kisaran ideal 6,5-7,5 satuan pH. Pengguna dapat memberikan perintah melalui web interface untuk mengatur pH air di kolam sesuai dengan batasan yang ditentukan. Modul relay berfungsi sebagai mekanisme pengatur pH. Ketika menerima perintah dari ESP32, modul relay akan mengaktifkan atau menonaktifkan pompa air atau sistem lainnya untuk menyesuaikan pH air dengan batasan yang telah ditentukan (misalnya dengan memasukkan atau mengeluarkan bahan kimia tertentu). Hal ini akan terus berlangsung secara otomatis berdasarkan data pH aktual dan perintah dari web.

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembuatan

Pada bab ini akan ditampilkan tahapan pembuatan yang dibuat berdasarkan rancangan pada Bab III. Pada bab ini akan ditampilkan asil pengujian alat dan proses terhadap alat pengatur pH dan monitoring ketinggian air berbasis Internet of Things pada media akuaponik kolam gurame.

4.1.1. Pembuatan Alat

Pada tahap ini, proses pembuatan dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu pembuatan rangkaian elektronika serta pembentukan kerangka untuk media akuaponik.

a. Rangkaian Elektronika

Berikut adalah tahapan tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan Rangkaian Elektronika

1. Menyiapkan komponen-komponen elektronika yang akan dipasang, yaitu : Mikrokontroler ESP 32, Sensor pH Air, Relay, Buzzer, Sensor Ultrasonik HCSR04.

2. Merakit rangkaian elektronika dengan memasang semua komponen yang sudah disiapkan sebelumnya di atas papan PCB.

3. Menghubungkan komponen-komponen tersebut dengan kabel jumper sesuai dengan skema rangkaian yang telah dibuat dan memastikan semua koneksi elektronika terpasang dengan baik dan aman sebelum menempelkan semua komponen menggunakan solder.

4. Menyusun rangkaian elektronika yang telah dibuat ke dalam sebuat kotak berukuran 15x14x4 cm, yang disebut sebagai “Black Box x8”.

(48)

5. Membuat 3 lubang pada dinding samping Black Box x8 untuk mengalirkan kabel dan adaptor yang diperlukan dengan bor, yaitu Kabel sensor pH Air, Kabel sensor ultrasonic dari ESP 32, dan Sambungan kabel relay dari “Black Box x3”.

6. Kedua pompa disusun dalam kotak terpisah dengan ukuran 9,5x7x3,7 cm atau yang dikenal sebagai “Black Box x3” dengan membuat beberapa lubang pada dinding samping Black Box x3 untuk mengalirkan kabel dan adaptor yang diperlukan dan empat lubang tambahan untuk mengalirkan selang.

7. Menghubungkan dan menguji seluruh komponen dan memastikan semua komponen berfungsi sesuai dengan yang diharapkan

8. Menutup kotak Black Box x8 dan Black Box x3 dengan rapat menggunakan baut dengan memperhatikan semua lubang untuk kabel dan lubang untuk selang.

Hasil dari pembuatan rangkaian elektronika melalui proses dan tahapan diatas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4. 1 Rangkaian Elektronika Tampak Depan.

(49)

Gambar 4. 2 Rangkaian Elektronika Tampak Samping.

b. Kerangka Akuaponik

Berikut adalah tahapan tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan Kerangka Akuaponik.

1. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan, seperti pipa paralon, sambungan pipa L dan T, DOP Pipa dan Sterofoam untuk ikan.

2. Menyiapkan alat alat yang akan digunakan, seperti gergaji besi, lem paralon, meteran dan alat lainnya.

3. Mengukur dan memotong pipa paralon ½ inc untuk membuat kaki kaki dan dan wadah yang akan menopang pipa 3 inc dan menggunakan sambungan pipa L dan T untuk merakit kerangka dasar dengan memastikan kerangka dasar kokoh dan stabil.

4. Memotong pipa paralon 3 inci sekitar 70 cm untuk digunakan sebagai wadah hidroponik dan membuat lubang masing-masing 5 pada setiap pipa paralon untuk menempatkan netpot.

5. Memasang DOP pipa pada kedua ujung pipa 3 inci. DOP pipa ini akan memastikan aliran air yang baik dari satu pipa ke pipa lainnya.

(50)

6. Menggunakan pompa air akuarium sebagai pengatur sirkulasi air dalam sistem dengan menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari kolam ikan ke pipa hidroponik tempat tanaman ditanam.

7. Memastikan semua komponen sistem telah terhubung dengan baik dan berfungsi dengan baik. Uji sirkulasi air untuk memastikan sistem akuaponik dapat beroperasi dengan baik.

Hasil dari pembuatan kerangka akuaponik melalui proses dan tahapan diatas dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Gambar 4. 3 Tampak depan kerangka akuaponik.

Gambar 4. 4 Tampak samping kerangka akuaponik.

4.2. Pembuatan Software

Pada tahap, proses ini terdiri dari dua bagian utama, yakni penerapan perangkat lunak di platform Arduino dan pembuatan web interface.

(51)

1. Arduino IDE

Memasukan, memverifikasi, dan mengirimkan perintah ke Mikrocontroller NodeMcu Esp32 melalui kodingan yang dibuat melalui software IDE Arduino berbahasa pemrograman C.. Gambar pemrograman Arduino IDE dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4. 5 Tampilan kodingan Arduino.

Tampilan kodingan pada gambar 4.6 merupakan tahap awal program, atau insialiasi, dan pendeklarasian jenis piranti elektronik, seperti sensor, juga dimasukkan ke dalam deklarasi library NodeMcu ESP32. Selanjutnya, variable yang diperlukan dideklarasikan. Tujuan library adalah untuk membuat komponen bekerja sesuai dengan fungsinya. Misalnya, mereka ingin mendefinisikan variable fix untuk masing-masing sensor ultrasonik, buzzer, dan sensor pH NodeMCU ESP32.

(52)

Gambar 4. 6 Kodingan tahapan awal.

Tampilan kodingan pada gambar 4.7 adalah kodingan untuk mengkonfigurasi kode untuk membaca data dari sensor pH, menghitung rata-rata nilai pH dari beberapa sampel, mengkalibrasi nilai-nilai tersebut, dan menyimpan hasilnya dalam variabel pH setelah semua proses selesai.

Gambar 4. 7 Konfigurasi Sensor pH.

Tampilan kodingan pada gambar 4.8 adalah kodingan yang berfungsi untuk menghidupkan dan mengatur sensor ultrasonik sehingga dapat berkomunikasi dengan mikrokontroler. Setelah pengaturan selesai dapat menggunakan objek ultrasonic untuk mengukur ketinggian air atau jarak ke objek di depan sensor. Hasil pengukuran kemudian dapat disimpan dalam variabel ketinggian_air untuk digunakan dalam program selanjutnya.

(53)

Gambar 4. 8 Konfigurasi Sensor Ultrasonik.

Tampilan kodingan pada gambar 4.9 adalah kodingan yang menghubungkan data Arduino ke server web, yang dapat digunakan untuk memantau atau mengendalikan sistem akuaponik secara online. HTTPClient adalah deklarasi objek HTTPClient yang digunakan untuk mengelola komunikasi HTTP. Ini memungkinkan Arduino untuk mengirim dan menerima data dari server melalui protokol HTTP. Selain itu, variabel String alamat_kirim menyimpan URL server tempat data akan dikirimkan, yang dalam hal ini adalah

"https://iotprojects.my.id/akuaponik/backend/post_data.php."

Gambar 4. 9 Konfigurasi Alamat Web.

Tampilan kodingan pada gambar 4.10 adalah kodingan untuk mengarahkan perangkat secara otomatis mencoba untuk terhubung ke jaringan Wi-Fi yang telah ditentukan, seperti "Akuaponik IoT" dengan kata sandi

"akuaponik". Ketika koneksi berhasil, akan muncul pesan "WiFi Terhubung!" di serial monitor, dan buzzer akan aktif beberapa kali. Namun, jika perangkat tidak dapat terhubung ke jaringan Wi-Fi, mungkin karena kesalahan dalam kata sandi atau ketidaktersediaan jaringan, maka perangkat akan me-restart. Fungsi ini berguna ketika koneksi Wi-Fi menjadi krusial dalam operasi perangkat, sehingga jika terjadi gangguan koneksi, perangkat akan mencoba kembali atau mengambil langkah pemulihan yang sesuai. Dengan WiFiManager, proses konfigurasi

(54)

jaringan Wi-Fi dapat dilakukan tanpa perlu menuliskan secara manual nama jaringan dan kata sandi dalam kode, serta memberikan kontrol yang lebih baik dalam mengelola koneksi Wi-Fi tergantung pada hasilnya.

Gambar 4. 10 Konfigurasi WiFi.

Tampilan kodingan pada gambar 4.11 adalah kodingan Implementasi dari sebuah fungsi yang berjalan dalam sebuah tugas (task) berulang kali. Tugas ini bertujuan untuk mengendalikan berbagai aspek dalam sistem yang berhubungan dengan tingkat pH air.

Di dalam loop utama tugas ini, terdapat dua pemanggilan fungsi. Pertama, sensor_ph() digunakan untuk membaca nilai dari sensor pH, dan kedua, sensor_ultrasonik() digunakan untuk membaca data dari sensor ultrasonik yang mengukur jarak dalam sentimeter.

Setelah pembacaan sensor, terdapat serangkaian pernyataan kondisional if yang digunakan untuk mengendalikan perangkat berdasarkan nilai pH yang terukur. Misalnya, jika nilai pH berada dalam kisaran antara 6.5 hingga 7.5, maka kedua pompa (pompa atas dan pompa bawah) akan dihidupkan (HIGH) dan status pH akan diatur sebagai "Good". Selain itu, kedua pompa akan dimatikan (OFF).

(55)

Namun, jika nilai pH kurang dari 6.5, maka pompa atas akan dihidupkan dan pompa bawah dimatikan, dengan status pH disetel sebagai "Low". Sebaliknya, jika pH lebih dari 7.5, maka pompa atas dimatikan dan pompa bawah dihidupkan, dengan status pH disetel sebagai "High".

Terakhir, di akhir loop, terdapat pernyataan vTaskDelay(pdMS_TO_TICKS(10)); yang mengatur jeda selama 10 milidetik sebelum tugas dijalankan kembali. Jeda ini mungkin digunakan untuk mengatur frekuensi pembacaan sensor dan pengambilan keputusan dalam tugas ini.

Keseluruhan, kode ini memungkinkan sistem untuk merespons nilai pH air dengan mengontrol pompa-pompa sesuai kebutuhan, menjaga tingkat pH dalam kisaran yang diinginkan

.

Gambar 4. 11 Fungsi Proses.

Tampilan kodingan pada gambar 4.12 adalah implementasi dari sebuah fungsi yang berjalan dalam tugas (task) terpisah. Tugas ini bertujuan untuk mengirim data ke server secara berkala. Di dalam loop utama tugas ini, terdapat

(56)

pemanggilan fungsi mengirim_data(), yang bertanggung jawab untuk mengirim data ke server, mungkin termasuk pengukuran pH dan data sensor lainnya.

Setelah pengiriman data, terdapat pernyataan

vTaskDelay(pdMS_TO_TICKS(300)); yang mengatur jeda selama 300 milidetik sebelum tugas dijalankan kembali. Jeda ini digunakan untuk mengatur frekuensi pengiriman data ke server, sehingga tidak ada pengiriman yang terlalu sering.

Kode ini memungkinkan sistem untuk secara berkala mengirim data ke server, sehingga informasi terkini dari sensor-sensor yang terhubung dapat diakses dan dianalisis di sisi server, sesuai dengan kebutuhan aplikasi atau sistem yang digunakan.

Gambar 4. 12 Fungsi Kirim.

2. Web Interface

Pada tahap ini adalah proses pembuatan tampilan web yang dibuat khusus untuk memantau perangkat yang mengatur pH dan tinggi air melalui tahapan- tahapn berikut :

a. Menentukan informasi yang akan ditampilkan pada tampilan web.

b. Membuat desain antarmuka web, termasuk tata letak elemen-elemen.

c. Elemen pertama yaitu grafik yang akan menampilkan grafik disesuaikan berdasarkan waktu dan nilai pH.

d. Elemen kedua berwarna biru dibuat untuk menampilkan beberapa tampilan yaitu, tampilan hasil monitoring ketinggian air, tapilan status

(57)

pH, Tampilan waktu dan tanggal secara real-time selama alat dalam keadaan menyala.

e. Elemen ketiga berwarna pink dibuat untuk menampikan status kapan terakhir nilai pada pH tidak stabil.

f. Elemen keempat berwarna hijau muda dibuat untuk menampikan status pH. Dimana, jika status pada pH low maka tampilan pada pH Up akan dalam keadaan ON dan jika status pada pH High maka tampilan pada pH Down akan dalam keadaan ON, dan jika pH dalam keadaan stabil maka keduanya akan keadaan OFF.

g. Elemen kelima berwarna kuning dibuat untuk menampilkan Satistik pH yang diatur dalam rentan 3 jam sekali.

h. Pada elemen lain juga dibuat reset data untuk memulai ulang semua data tampilan pada web interface.

i. Elemen Download data dibuat untuk dapat mengunduh data yang sudah dihasilkan saat memantau.

Setelah melalui semua langkah yang telah dijelaskan, langkah selanjutnya adalah menerapkan apa yang telah dibuat ke dalam alat atau sistem sehingga hasil akhirnya akan mirip dengan yang ditunjukkan dalam gambar 4.13.

(58)

Gambar 4. 13 Tampilan Web 4.3. Pengujian

Pada tahap ini, penulis menampilkan hasil pengujian yang dilaksanakan berdasarkan desain dan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Pengujian mencakup evaluasi kinerja setiap sensor yang digunakan, pengujian fungsionalitas Black Box, serta pengujian menyeluruh terhadap sistem pengatur pH otomatis di dalam lingkungan akuaponik kolam gurame.

1. Pengujian Sensor

Pada tahap pengujian ini meliputi 2 pengujian sensor, yaitu sensor pH dan sensor Ultrasonik yang digunakan untuk mendeteksi ketinggian air. Pada sensor pH dilakukan dengan cara mengukur pH air pada 3 sample, yaitu air larutan cuka,

(59)

air larutan sabun, dan air minum apakah sesuai dengan adar pH ideal pada umumnya dan akan meampilkan nilai pH tersebut pada web interface.

Tabel 4. 1 Hasil pengujian sensor pH.

No Sample Kadar pH ideal

Tampilan pH pada web

Kesimpulan Valid Tidak Valid

1 Air Cuka 2,00-3,00 Low ✔

2 Air Minum 6,00-7,00 Good ✔

3 Air Sabun 9,01-10,0 High ✔

Dalam pengujian ini bertujuan untuk memverifikasi apakah sensor pH mampu mengukur kadar pH dalam sampel cairan dan memberikan tampilan yang sesuai (valid) berdasarkan kadar pH ideal yang telah ditetapkan. Hasilnya menunjukkan bahwa sensor pH telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan untuk semua sampel yang diuji.

Tabel 4. 2 Hasil pengujian sensor ultrasonik.

No Kondisi Ketinggian air sebelum

Ketinggian air sesudah

1 Air dalam kondisi tenang 17 c

Gambar

Tabel 2. 1 Studi Literature.
Gambar 2. 3 ESP 32  Sumber : (Pradana, 2019)
Gambar 2. 4 Sensor pH Air  Sumber : (Safiroh et al., 2022)  2.9.3  Pompa Air
Gambar 2. 5 Pompa Air  Sumber : (Ratna, 2019)
+7

Referensi

Dokumen terkait