• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi QS. An-Nahl Ayat 90 dalam Peran Organisasi Ma'had Yanbu'ul Quran Pondok Tahfidz Yanbu'ul Quran Menawan Kudus

N/A
N/A
Anwar Zamris

Academic year: 2024

Membagikan "Implementasi QS. An-Nahl Ayat 90 dalam Peran Organisasi Ma'had Yanbu'ul Quran Pondok Tahfidz Yanbu'ul Quran Menawan Kudus"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI QUR’AN SURAT AN-NAHL AYAT 90 DALAM PERANAN

(OSMYQ) ORGANISAI MA’HAT YANBU’UL QURAN PONDOK TAHFIDZ YANBU’UL QUR’AN MENAWAN

KUDUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Bidang Ilmu Qur’an dan Tafsir (IQT)

Disusun oleh:

MINAN NURIR ROHMAN 1730120003

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

(2)

TAHUN 2023

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al- Qur’ an merupakan kalam Allah yang berharga keajaiban, yang diturunkan oleh Allah SWT pada Rasul Muhammad SAW lewat bantuan Malaikat Jibril, tercatat dalam wujud mushaf serta diriwayatkan pada orang dengan cara mutawatir (berkepanjangan hingga pada Rasulullah). Adapula penafsiran kalau Al- Qur’ an merupakan buku bersih terakhir yang diturunkan Allah selaku penjelas sekalian aksesoris kepada 3 kitab lebih dahulu, ialah Zabur, Taurat, serta Injil.1

Lembaga-lembaga pendidikan terkhusus dalam hal ini adalah Pondok Pesantren merupakan suatu wadah/tempat yang mengulas dan mempelajari tentang isi kandungan Al-Qur’an, yang mana amat bermanfaat sekali dalam pembuatan dan pengembangan orang yang mempunyai intelek yang esoknya hendak bisa memahami ilmu wawasan dalam aspek agama Islam terlebih bisa menciptakan orang yang bermoral, bernyawa sosial serta senantiasa seimbang dalam mengutip bermacam ketetapan.

Dalam hal ini Pondok Pesantren seharusanya tidak semata-mata hanya melakukan Transfer Knowledege yang sifatnya fundamental dan basic, namun pula wajib berusaha dalam menciptakan aplikasi dari value yang tercantum didalamnya dalam bentuk representasi budi pekerti luhur dan nilai- nilai kemanusiaan yang bersifat universal lainnya. Sehingga implementasi dari budi pekerti dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan Islam harus memenuhi beberapa karakteristik seperti kejelasan, universal, integral, rasional, actual, ideal dan mencakup jangkauan untuk masa yang panjang atau dengan bahasa lain harus mencakup aspek kognitif

1 Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2015), 6.

(3)

(fikriyyah ma’rifiyyah), psikomotorik (jihadiyah), spiritual (ruhaniyah), dan sosial kemasyarakatan (ijtima’iyyah).2

Santri merupakan bagian dari aset Negara yang berhak untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal, karena mereka termasuk dari pada generasi-generasi muda yang produktif sebagai penerus bangsa dengan tanggung jawab menjaga dan mengembangkan bangsa dengan baik, yang tentunya semua itu didukung oleh nilai-nilai keagamaan yang bersumber dari Al-Qur’an, sehingga menjadikan cerminan bangsa dan negara yang bermoral.

Kepribadian manusia dalam Islam merupakan pokok utama yang menjadikan pusat nilai-nilai kemanusiaan, oleh sebab itu harus sudah mulai ditanamkan sejak dini, lebih-lebih dalam hal sosisal kemanusiaan.

Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah SWT QS AN Nahl ayat 90:

ىِذ ِئ َتْيِاَو ِنا َ ۤا سسسسْحِ ْلاَو ِلْدسسسَعْلاِب ُرُم ْأسسسَي َهسسسّٰللا ّنِا

ِيْغَبْلاَو ِرسسَ كْنُمْلاَو ِء َ سسشْحَفْلا ِنَع ىٰهْنَيَو ىٰبْرسسُقْلا ۤا

َنْوُرّكَذَت ْمُكّلَعَل ْمُكُظِعَي

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS. : An-Nahl : 90)

Dari ayat di atas dapat diartikan bahwa Allah mengharuskan berlaku adil yaitu pertengahan dan seimbang, berbuat kebajikan sesuai dengan tuntunan agama Islam, memberi bantuan kepada kerabat adalah bersilaturahmi, dan Allah melarang manusia melakukan perbuatan keji yaitu hal yang diharamkan serta kemungkaran yaitu segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram tersebut, Allah juga melarang dari pada memusuhi orang lain. Yang inti dari semua itu adalah Allah memerintahkan berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Semua perbuatan pasti ada pertanggung jawaban di hadapan Allah, sehingga dalam ayat di atas

2 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruz, 2006), hal.112.

(4)

ditekankan berbuat adil dalam bersikap. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an lain disebutkan bagaiman sikap adil dan keputusan apa yang lebih baik diambil dalam bersikap, yaitu sebagai berikut:

هِب ْمُتْبِقْوسسُع اسسَم ِلسسْثِمِب اْوُبِقاسسَعَف ْمُتْبَقاَع ْنِاَو

ۗ ْنِٕىَلَو

ْمُتْرَبَص

َوُهَل

ٌرْيَخ

َنْيِرِبّٰصلّل

Artinya : “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.” (QS. : An- Nahl : 126)

Kejadian diturunkan ayat di atas adalah saat Nabi Muhammad berdiri dihadapan Hamzah ketika terbunuh sebagai syahid dalam perang uhud dan malaikat jibril membawa wahyu yang berisi tentang membalas dengan balasan yang sama, namun bersabar adalah sikap yang lebih baik. dari sini dapat kita lihat bagaimana sikap Nabi Muhammad dalam mengambil keputusan. Nabi Muhammad memang adalah sosok yang sangat baik dalam tutur kata maupun tingkah laku, maka tidak heran dalam Al-Qur’an Allah menyebut Nabi Muhammad adalah sosok suri tauladan yang baik, sebagai mana dalam firman Allah berikut:

ْنَمّل ٌةَن َسسسَح ٌةَوْسُا ِهّٰللا ِلْوُسَر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

ًرْيِثَك َهّٰللا َرَكَذَو َرِخٰ ْلا َمْوَيْلاَو َهّٰللا اوُجْرَي َناَك

ۗا

Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS.

: Al-Ahzab : 21

Momentum kelahiran Nabi Muhammad adalah awal di mana seluruh alam semesta mulai terjadi perubahan, banyak kegembiraan, kesenangan bahkan tangis haru. Kelahiran Nabi Muhammad merupakah hadiah terbesar dari Allah SWT bagi seluruh umat manusia, yang mana Nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia, dari segi tutur kata maupun tingkah laku, baik terhadap sang pencipta, sesama manusia,

(5)

maupun dengan binatang dan tumbuhan sekalipun. Diutusnya Nabi Muhammad ke dunia ini tidak lepas dari pada memperbaiki budi pekerti, sehingga sudah pasti beliau memiliki budi pekerti yang sangat baik, lebih- lebih dalam bersosialisasi dengan sesama. tidak hanya baik terhadap orang yang baik terhadapnya, namun baik juga terhadap orang yang membenci atau memusuhinya. Tak heran dalam kurun waktu yang tidak begitu lama, Nabi Muhammad dapat mengajak sebagian besar bangsa Arab masuk ke dalam agama Islam dan mengikuti budi pekerti beliau, hingga perjuangan beliau diteruskan oleh para sahabat beserta para keluarga, kemudian para ulama’

masih meneruskan dan menyebar luaskan ajaran Nabi Muhammad hingga akhir zaman.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia adalah merupakan peranan yang paling penting, baik untuk individu maupun masyarakat.

Karena jika akhlak itu baik, maka tatanan masyarakat akan ikut baik dan berjalan dengan aman, nyaman dan tentram, namun jika sebaliknya maka dalam masyarakat itu akan terjadi banyak permasalahan dan tidak akan tercipta adanya ketenangan.

Beberapa fenomena yang sedang marak pada saat ini, menunjukkan berapa banyak orang yang sudah dikasih kepercayaan namun tidak menjalankan sebagai mana mestinya. Antara lain kesamarataan cuma diserahkan pada mereka yang banyak, sebaliknya mereka yang miskin banyak yang tidak memperoleh kesamarataan. Banyak orang yang membuat akad tetapi tidak tidak sering pula membelit-belitkan serta tidak menepatinya.

Banyak para calon atasan yang gampang mengumbar janji dengan maksud agar mendapatkan banyak pendukung, namun ketika sudah jadi, banyak dari mereka yang tidak menepati janji yang mereka buat. Terlebih lagi apabila berjanji dengan mengucapkan nama Allah lalu mengingkarinya, sebagaimana kita ketahui bersama banyak sekali angota pemerintahan baik dari jajaran yang paling bawah sampai yang atas menyalah gunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadinya. Maka sudah sepatutnya penanaman diri dalam

(6)

mengemban tanggung jawab sudah dilatih mulai sejak dini dengan mengikuti semua ajaran Islam yang menjelaskan bagaimana berakhlak yang baik, sehingga menimbulkan nilai-nilai tanggung jawab yang besar dalam diri dan ringan dalam menegakkan kebenaran serta bermanfaat bagi sesama.

Bertepatan dengan adab pula memiliki ruang lingkup yang mencakup 3 aspek, yaitu akhlak dengan Allah (hablum minallah), akhlak dengan sesama manusia (hablum minnas) dan akhlak terhadap lingkungan sekitar. Perihal ini membuktikan kalau bermoral amat diperlukan oleh orang yang tidak terbatas dengan siapa bersosial ataupun kapanpun, apalagi selama era kehidupan.3

Maka dapat disimpulkan bahwa manusia harus memiliki budi pekerti yang luhur sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Budi pekerti yang baik tidak dapat dihasilkan dengan cara yang instan, lebih- lebih dalam konteks generasi muda yang hidup di era seperti sekarang ini.

Lembaga Pendidikan adalah sarana yang tepat untuk menanamkan budi pekerti yang baik lebih-lebih Pondok Pesantren yang notabenya sebagai tempat belajar mendalami ilmu agama yang mengedepankan Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber dari pada pelajarannya.

OSMYQ adalah organisasi kepengurusan yang dibentuk di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Menawan mempunyai kepanjagan nama Organisasi Santri Ma’had Yanb’ul Qur’an. Organisasi ini menolong berjalannya seluruh kegiatan- kegiatan yang didesain serta dijadwalkan oleh Pondok Pesantren. Salah satu tujuannya dibangun badan ini merupakan biar meminimalisir pelanggaran- pelanggaran yang dicoba oleh santri, bagus pelanggaran yang bertabiat radikalisme, semacam memukul, berkelahi sebab silih membully sesama sahabat, pelanggaran bertabiat mudarat orang lain, semacam mencuri, ataupun pelanggaran yang bertabiat individu, semacam tidak berjama’ah sholat serta lain-lain, dengan mengedepankan keadilan tanpa melihat yang melanggar teman yang disukai atau yang kurang disukai.

3 Resky Pratiwi, Jurnal “Pengaruh Pembalajaran Aqidah Akhlaq terhadap Perilaku Peserta Didik Kelas V di MIN 2 Makasar”, Sarjana Pendidikan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Makasar, 2018, hal. 2.

(7)

Berbeda dengan kebanyakan pengurus pondok pada umumnya yang bertugas atau bertanggung jawab hanya seputar membantu agar kegiatan yang dijadwalkan pondok dapat berjalan lancar. Tugas dari pada OSMYQ lebih dari itu, karena disamping bertugas membantu agar kegiatan di pondok dapat berjalan lancar, OSMYQ juga bertugas dalam kedisiplinan santri pada waktu sekolah dan juga ikut andil dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah.

Berdasarkan pula bahwa Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an berlokasi di desa Menawan berdekatan dengan puncank gunung Songo Likur (29) yang lingkungannya sedang banyak tumbuhan serta belukar, dimana perihal ini jadi salah satu faktor yang mempermudah terbentuknya pelanggaran santri ialah angkat kaki dari pondok, hingga dengan perihal ini Atasan Pondok membuat badan yang tertata kepengurusan serta job cerita dengan tiap- tiap bagian.

Dengan cara singkat sistemis kepengurusan OSMYQ terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara, Keamanan, Pembelajaran, Bahasa, Kebersihan, Kesehatan, Kominfo serta Pramuka. Dari bentuk kepengurusan OSMYQ pula tidak bebas dari kedudukan guru bagian Kesiswaan, Guru BK (Bimbingan Konseling) serta Murobby yang turun langsung di alun- alun mendampingi santri dikala di asrama.

Tujuan lain terdapatnya OSMYQ merupakan media para pengasuh buat melatih jiwa kepemimpinan dan berfungsi aktif dalam pembuatan kepribadian sosial yang bertumpu pada Al-Qur’an serta Perkataan nabi di Pondok Thfidz Yanbu’ul Qur’an Mempesona dan untuk tercapainya tujuan, visi dan tujuan Pondok yang berhubungan pembuatan akhlakul karimah bagus dalam perkataan ataupun aksi serta pula bersosial yang adab.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka isi dari kandungan surat An-Nahl ayat 90 merupakan aplikasi mengenai alangkah berartinya angka etiket orang serta gimana wajib bersosialisasi yang bagus kepada sesama orang dengan cara berguna serta cocok dengan arahan Islam yang berikutnya hendak dikorelasikan dengan pengembangan penanaman kepemimpinan pada santri yang turut ikut serta dalam kepengurusan

(8)

OSMYQ. Gimana kasus yang hendak dialami serta pastinya khasiat apa saja yang diterima sehabis masuk kedalam barisan kepengurusan OSMYQ dan apakah ada niai- nilai pertanggung balasan dari individu santri selaku bekal perkembangan buat mengarah berusia serta hidup bermasyarakat.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini memiliki fokus subyek (pelaku) adalah santri pengurus OSMYQ Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu hanya seputar implementasi dan dampak yang ditimbulkan atas upaya pembinaan santri yang ada di dalam kepengurusan OSMYQ di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan. Serta dalam penelitian ini terdapat beberapa pokok latar belang masalah yang selanjutnya akan diangkat dalam penelitian, yaitu:

1. Bagaiman implementasi dari QS. An-Nahl ayat 90 terhadap peranan OSMYQ di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan?

2. Bagaimana tanggapan para OSMYQ tentang QS. An-Nahl ayat 90?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah di atas, maka tujuan dari pada penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetehui implementasi dari QS. An-Nahl ayat 90 terhadap peran OSMYQ di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan para OSMYQ tentang QS. An- Nahl ayat 90

E. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoristik

(9)

Untuk mengetahui implementasi tafsir QS. An-Nahl ayat 90 yang menerapkan budi akhlak terhormat yang sepatutnya dipakai Pondok selaku alas pembinaan dalam bertanggung jawabnya pengasuh OSMYQ di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan.

2. Manfaat Praktis

Dengan ulasan mengenai tanggung jawab, hingga diharapkan membagikan khasiat dari bermacam golongan yang terdapat di Pondok, bagus untuk Asatidz atau penjaga Pondok dalam kehidupan santri Pondok Tahfidz Yanbu’ ul Qur’ an Mempesona. Diharapkan riset ini hendak sanggup membagikan rujukan buat pola membimbing santri dalam usaha penanaman nilai- nilai budi akhlak terhormat selaku pengembangan kepribadian santri buat mengalami tantangan kesejagatan serta bekal dikehidupan kelak kala telah turun di warga.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami keseluruhan dari skripsi ini, penulis akan mendeskripsikan sisematika penulisan sebagai berikut:

1. Bagian awal

Bagian ini terdiri dari judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan skripsi, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman data table dan gambar serta halaman abstrak.

2. Bagian isi

Bagian ini terdiri dari beberapa bab yaitu:

Bab Pertama adalah tentang pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, fokus penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua memuat tentang kajian pustaka. Dalam hal ini akan diuraikan teori-teori referensi dari penelitian yaitu: deskripsi pustaka, penelitian terdahulu, kerangka berfikir.

(10)

Bab Ketiga tentang metode penelitian. Dalam hal ini disebutkan terkait jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan teknik keabsahan data.

Bab Keempat memuat tentang profil pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan, profil OSMYQ (Organisasi Santri Ma’had Yanbu’ul Qur’an), deskripsi data penelitian mengenai kajian tafsir QS. An-Nahl ayat 90. Dilanjutkan dengan pembahasan dan analisis data penelitian.

Bab Kelima adalah penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan beberapa lampian-lampiran serta narasi penutup berupa permohonan maaf dari penulis jika dalam pembuatan skripsi ini kurang sempurna.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

(11)

1. Kajian Living Qur’an

Studi Living Qur’an ialah amatan ataupun riset objektif yang berhubungan dengan perkara agama dengan kedatangan Al Qur’an dalam sebuah komunitas muslim tertentu. Tentunya kehadiran Al Qur’an hendak menampilkan jawaban kenyataan sosial komunitas mukmin buat membuat hidup serta menghidupkan Al Qur’an melalui interaksi yang berkesinambungan. Tentunya terdapat perbedaan antara studi Al Qur’an yang objek kajiannya berupa tekstualitas Al Qur’an maka studi Living Qur’an memfokuskan kajiannya berupa fenomena lapangan yang dijumpai pada komunitas muslim tertentu.4

Berikut ini merupakan pengertian Living Qur’an menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

a. M. Mansyur beranggapan hal Living Qur’an dilatar belakangi Qur’an in everyday life, yang mempunyai maksud guna dari kitab Al Qur’an yang nyata dan dapat dipahami dan telah dialami oleh masyarakat muslim.

b. Muhammad Yusuf menyatakan bahwa studi Al Qur’an tidak mempunyai keberadaan tekstual, melainkan pada kejadian sosial terpaut kedatangan Al Qur’an dalam wilayah geografis tertentu atau pada masa tertentu.

c. WC Canwell mengungkapkan, bahwa Al Qur’an merupakan kitab yang berperan selaku petunjuk, kehadirannya pula dijadikan selaku referensi serta kawan kerja perbincangan dalam menuntaskan dilema kehidupan yang mereka hadapi.

Bersumber pada rujukan di atas, hingga bisa ditarik kesimpulan kalau Living Qur’an merupakan amatan mengenai peristiwa- peristiwa yang berhubungan dengan kedatangan Al-Qur’an dalam suatu komunitas mukmin serta durasi khusus. Kedatangan Al-Qur’an bukan sekedar cuma suatu buku buat dibaca tetapi pula selaku

4 Muhammad Mansyur, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadist, (Yogyakarta:TH Press, 2007), 7.

(12)

petunjuk untuk kalangan muslimin dalam menuntaskan sesuatu dilema yang dialami.

2. Penjelasan Tafsir Qs. An-Nahl Ayat 90

ىِذ ِئَتْيِاَو ِنا َسسسْحِ ْلاَو ِلْدسسَعْلاِب ُرُم ۤا ْأسسَي َهسسّٰللا ّنِا

ِيْغَبْلاَو ِرسسَ كْنُمْلاَو ِء َسسشْحَفْلا ِنَع ىٰهْنَيَو ىٰبْرسسُقْلا ۤا

َنْوُرّكَذَت ْمُكّلَعَل ْمُكُظِعَي

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS. : An-Nahl : 90)

Kata (

لدعلا

) al-‘adl terambil dari kata (

لدع

) ‘adala yang terdiri dari huruf ‘ain, dal, dan lam. Susunan graf ini memiliki dua arti yang bertolak balik, ialah lurus serta serupa dan bengkok serta berlainan.

Seorang yang seimbang merupakan yang berjalan lurus serta perilakunya senantiasa memakai dimensi yang serupa, bukan dimensi dobel.

Pertemuan seperti itu yang menghasilkan seorang seimbang tidak membela pada salah seseorang yang berselisih. 5

Bagi Meter. Quraish Shihab, orang dituntut buat melempangkan kesamarataan meski kepada keluarga, bunda, ayah serta dirinya sendiri, semacam yang sudah dituturkan di dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 135 yaitu:

ِط ْسسسِقْلاِب َنْيِماّوسسَق اْوسسُنْوُك اْوسسُنَمٰا َنْيِذّلا اسسَهّيَآٰي

ِنْيَدسسِلاَوْلا ِوَا ْمُك ِسسسُفْنَا ىٰٓلَع ْوسسَلَو ِهسسّٰلِل َء َدَه ُسسش ۤا ىٰلْوَا ُهسسّٰللاَف اًرسسْيِقَف ْوَا اّيِنَغ ْنُكّي ْنِا َنْيِبَرسسْقَ ْلاَو ۚ

وْلَت ْنِاَو اْوُلِدسسْعَت ْنَا ىٰٓوسسَهْلا ساوسسُعِبّتَت َلَف َمِهِب ۚ ۗا

ْوَا آ

اْوُضِرْعُت

ّنِاَف

َهّٰللا

َناَك اَمِب

َنْوُلَمْعَت اًرْيِبَخ

5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 698.

(13)

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.

Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”

bahkan terhadap musuhnya sekalipun, yang terdapat di dalam al- Qur’an surat al- Maidah ayat 8 yaitu:

َء َدَه ُسسش ِهسسّٰلِل َنْيِماّوسسَق اْوسسُنْوُك اْوسسُنَمٰا َنْيِذّلا اسسَهّيَآٰي ۤا

ّلَا ىٰٓلَع ٍمْوسسَق ُنٰاَن َسسش سْمُكّنَمِرسسْجَي َلَو ْسسسِقْلاِب ِۖط

ّنِاَهسسّٰللا اوُقّتاَو ٰوْقّتلِل ُبَرْقَا َوُه ْوُلِدْعِااْوُلِدْعَت ۗ ۖى ۗا ۗ

َنْوُلَمْعَت اَمِب ْيِبَخ َهّٰللا ٌۢر

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.

Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

kedua ayat tersebut memiliki redaksi yang serupa dengan al- Qur’an surat an-Nahl ayat 90. Keadilan pertama yang dituntut merupakan dari diri sendiri dengan jalur menaruh syahwat serta kemarahan selaku narapidana yang wajib menjajaki perintah ide serta agama, bukan menjadikannya tuan yang memusatkan ide serta arahan agamanya. Sebab bila begitu, beliau tidak legal seimbang, ialah tidak menaruh suatu pada tempat yang sepatutnya.6

6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 698.

(14)

Adil ialah menimbang yang serupa berat, mempersalahkan yang salah serta membetulkan yang betul, mengembalikan hak pada yang sepatutnya serta janganlah legal aniaya menyiksa. Rival dari seimbang merupakan aniaya, ialah membelit- belitkan bukti sebab mau mencari profit untuk diri sendiri serta menjaga aksi yang salah. Sepanjang kesamarataan sedang ada di warga, pergaulan hidup hendak nyaman, rukun, aman serta mencuat terdapatnya rasa silih yakin.7

Allah SWT menginstruksikan melakukan seimbang dalam melakukan isi al- Qur’ an yang menarangkan seluruh pandangan kehidupan orang. Hak tiap orang wajib diserahkan begitu juga mestinya.

Penyimpangan dari kesamarataan merupakan penyimpangan dari Sunnah Allah yang menghasilkan alam ini serta perihal ini tentulah hendak memunculkan kekalutan serta kehancuran dalam warga, semacam putusnya ikatan cinta kasih sesama orang terlebih keluarga, tertanamnya dalam batin orang rasa dendam, marah, benci, cemburu serta serupanya.8

Menurut Tafsir Ath-Thabari adil itu merupakan pengakuan atas banyak orang yang sudah diberkati anugerah Allah, berlega hati atas kenikmatan yang diserahkan Allah, serta melindungi keluarganya. Serta tidak profitabel beribadah, sepanjang kita memandang kalau tidak terdapat Tuhan tidak hanya Ia serta tidak mempunyai pendamping, hingga ia mengatakan: Kesamarataan di mari berarti bukti kalau tidak terdapat Tuhan tidak hanya Allah.9

Setelah itu, diperintahkan berbuat ihsan. Arti ihsan mengandung 2 arti ialah: yang Awal, senantiasa tingkatkan kualitas ibadah, melakukan yang lebih bagus dari yang sudah- sudah, alhasil terus menjadi lama tingkatan kepercayaan terus menjadi naik. Kedua merupakan melakukan seimbang apalagi lebih dari seimbang pada sesama insan. Karena ihsan

7 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 13-14-15-16-17, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h 280.

8 Zaini Dahlan dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid V Juz 13-14-15, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1991), h. 447.

9 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Beirut: Darul Fikr, 1995), h. 212.

(15)

merupakan bimbingan budi yang lebih besar tingkatnya dari pada seimbang. Ketiga merupakan berikan dorongan pada keluarga yang terdekat. Ini merupakan sambungan dari ihsan, sebab sering- kali orang yang berawal dari satu orang berumur juga tidak serupa nasibnya. Hingga, orang yang sanggup direkomendasikan melakukan ihsan pada keluarganya yang terdekat saat sebelum ia memprioritaskan orang lain.10

Bagi Quraish Shihab, perintah ihsan berarti perintah melaksanakan seluruh kegiatan positif agak- agak memandang Allah ataupun sangat tidak, senantiasa merasa diamati serta diawasi oleh Allah. Pemahaman hendak pengawasan yang menempel itu menghasilkan seorang senantiasa mau melakukan sebaik bisa jadi serta menganggap pihak lain lebih bagus dari perlakuannya kepada diri sendiri, bukan semata- mata menganggap orang lain serupa dengan perlakuan kepada diri sendiri.11

Ihsan berarti keistimewaan semacam membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang lebih besar ataupun mengampuni orang lain yang salah. Tingkat keutamaan (al ihsan) yang paling tinggi merupakan melakukan kebaikan kepada orang yang bersalah apalagi yang melawan.

Diriwayatkan kalau Rasul Isa as. sempat mengatakan:“ Sebetulnya keistimewaan itu merupakan kalian melakukan bagus pada orang yang bersalah terhadapmu”. Tidaklah keistimewaan apabila kalian melakukan bagus pada orang yang sudah melakukan bagus kepadamu.12

Pemberian pada ahli keluarga terencana dipusatkan di mari, sebab banyak orang yang melalaikan hak keluarga ataupun lebih suka berikan dorongan pada orang lain yang bukan keluarganya, sebab terdapat arti khusus di balik pemberian itu, semacam ketenaran serta aplaus apalagi berambisi memperoleh jawaban yang lebih dari orang yang diberi. Butuh

10 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 13-14-15-16-17, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 280- 281.

11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 699-700.

12 Zaini Dahlan dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid V Juz 13-14-15, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1991), h. 452.

(16)

dicatat kalau satu di antara metode yang ditempuh Islam untuk buat membasmi kekurangan, di sisi kegiatan keras merupakan pemberian dorongan, serta sebab itu pula kala kawan Rasul SAW menanya pada Rasul Muhammad SAW mengenai nafkah, al-Qur’an telah menjelaskan di dalam surat al- Baqarah ayat 215 yaitu:

ٍرسسْيَخ ْنّم ْمُتْقَفْنَا اسسَم ْلُق ْوُقِفْنُي اَذاَم َكَنْوُلٔسْسَي ۗۗن

ِنْباَو سِنْيِكٰسَمْلاَو ىٰمٰتَيْلاَو َنْيِبَرْقَ ْلاَو ِنْيَدِلاَوْلِلَف هِب َهّٰللا ّنِاَف ٍرْيَخ ْنِم اْوُلَعْفَت اَمَو ْيِبّسلا ِۗل

ٌمْيِلَع

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

Dari ayat diatas menyatakan bahwa sasaran pertamanya adalah kedua orang tua kemudian para kerabat.13

Menurt Quraish Shihab, kata (

ء َشْحَفْلا ۤا

) al-fahsyaa’/keji adalah nama bagi segala perbuatan atau ucapan, bahkan keyakinan, yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat serta mengakibatkan dampak buruk, bukan saja bagi pelaku tetapi juga bagi lingkungannya.14

Allah melarang segala perbuatan keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Dalam al-Qur’an disebut Al Fahsyaa’ yang dituju adalah segala yang berhubungan dengan zina. Dan yang dibenci atau yang munkar adalah segala perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang memupuk budi yang luhur dan segala tingkah laku yang membawa pelanggaran atas aturan agama. Sedangkan aniaya yaitu segala

13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 700-701.

14 Ibid, hal 700.

(17)

perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak orang lain.15

Menurt Quraish Shihab, kata (

سرَكْنُمْلا

) al-munkar/kemungkara dari segi bahasa berarti sesuatu yang tidak dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya dihadapkan dengan kata al-ma’ruf yang dikenal. Dalam bidang budaya, kita dapat membenarkan ungkapan: “Apabila ma’ruf sudah jarang dikerjakan, ia bisa beralih menjadi munkar, sebaliknya bila munkar sudah sering dikerjakan ia menjadi ma’ruf”.Munkar ada bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap Allah, baik dalam bentuk pelanggaran ibadah, perintah non-ibadah, dan ada juga yang berkaitan dengan manusia, serta lingkungan.16

Kata (

يْغَبْلا

) al-baghy/penganiayaan terambil dari kata bagha yang berarti meminta/menuntut, kemudian maknanya menyempit sehingga pada umumnya digunakan dalam arti menuntut pihak lain tanpa hak dan dengan cara aniaya/tidak wajar. Kata tersebut mencakup segala pelanggaran hak dalam bidang interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab, seperti perampokan, pencurian, maupun dengan dalih yang tidak sah, bahkan walaupun dengan tujuan penegakan hukum tetapi dalam pelaksanaannya melampaui batas.17

Ketiga perintah yang wajib dikerjakan dan larangan yang wajib dijauhi itu adalah untuk keselamatan diri sendiri, agar selamat dalam pergaulan hidup. Pengajaran dan nasehat ini adalah datang langsung dari Allah. Menurut riwayat Ibnu Jarir, bahwasanya Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa ayat ini adalah ayat yang paling jelas memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang tidak baik.18

15 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 13-14-15-16-17, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 281- 282.

16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 701-702.

17 Ibid, hal 702.

18 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 13-14-15-16-17, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 282.

(18)

Firman Allah: (

َنْوُرّكَذَت ْمُكّلَعَل

) la’allakum tadzakkaruun /agar kalian semua selalu ingat adalah yang menjadi penutup ayat dan dapat dipahami sebagai isyarat bahwa tuntunan-tuntunan agama atau paling tidak nilai-nilai yang disebut di atas melekat pada hati nurani setiap orang dan berusaha menjalankannya. Karena itu, nilai-nilai tersebut bersifat universal yang mana pelanggarannya dapat mengakibatkan kehancuran kemanusiaan.19

3. Deskripsi Organisasi a. Teori Organisasi

Menurut Mathis dan Jackson dalam Rernawan, organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi meniru suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai satu kesatuan yang memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batas-batasan yang jelas, sehingga bisa dipisahkan.20

Sedangkan menurut Louis A. Allen dalam Hasibuan Organisasi sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan.21

Drs. M. Manullang juga dalam Hasibun menyatakan bahwa Organisasi adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatalan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antar unsur-unsur organisasi, sehingga memungkikan orang-orang dapat bekerja

19 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 703.

20 Dr. Hj. Erni Rernawan, S.E., M.M. Dalam buku yang berjudul: organization culture, budaya organisasi dalam perspektif eknomi dan bisnis, Tahun 2011, Terbitan Alfabeta, ha. 15.

21 Drs. H. Malayu, S.P. Hasibuan. Dalam bukunya yang berjudul: organisasi dan motivasi, dasar peningkatan produktivitas, Tahun 2005, Terbitan Bumi Pstaka, hal. 24-25.

(19)

bersama-sama secara efektif untuk mencapai tujuan, secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.22

b. Tujuan Organisasi

Setiap anggota organisasi memiliki tujuan pribadi masing- masing, namun ada juga tujuan organisasi secara keseluruhan. Berikut merupakan tujuan organisasi secara umum:

1) Merealisasikan keinginan dan cita-cita bersama anggoa organisasi.

2) Mencapai hasil akhir yang diinginkan di waktu yang akan datang.

3) Mendapat keuntungan dan penghasilan bersama-sama.

4) Mendapatkan pengalaman dan berinteraksi dengan anggota yang lain.

5) Mendapatkan pengakuan dan penghargaan bagi anggotanya.23 c. Fungsi Organisasi

sebagai suatu kelompok yang terencana, organsasi juga memiliki fungsi bagi angota-anggotanya. Berikut merupakan fungsi organisasi secara umum:

1) Memberikan arahan dan pemusatan kegiatan organisasi, mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh organisasi.

2) Meningkatkan kemampuan anggota organisasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan masyarakat.

3) Memberikan pengetahuan yang baru kepada tiap anggotanya.24 d. Manfaat Organisai

Dengan ikut serta aktif dalam organisasi, akan ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan. Berikut merupakan beberapa manfaat organisasi secara umum:

1) Mencapai sebuah tujuan dngan lebih mudah

22 Drs. H. Malayu, S.P. Hasibuan. Dalam bukunya yang berjudul: organisasi dan motivasi, dasar peningkatan produktivitas, Tahun 2005, Terbitan Bumi Pstaka, hal. 24-25.

23 Ibid, hal 24-25.

24 Ibid, hal 24-25.

(20)

2) Melatih ketahanan mental

3) Memecahkan masalah yang ingin diselesaikan 4) Melatih kepemimpinan (leadership)

5) Memperluas relasi dan pergaulan

6) Mampu menghadapi tekanan dunia kerja 7) Mengembangkan etos dan disiplin

8) Menambah wawasan dan pengetahuan umum 9) Membentuk karakteristik seseorang

10) Melatih pengaturan waktu dengan baik 11) Membentuk emotional intelligent

12) Mengasah daya analisa dalam problem soving 13) Menambah pengalaman.25

4. Deskripsi Santri dan Pondok Pesantren a. Pengertian Santri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian santri dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Orang yang mendalami agama Islam.

2) Orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh (orang yang saleh).26

Tetapi ada juga yang menempatkan makna santri dalam definisi yang berbeda yaitu, makna santri adalah bahasa serapan dari Bahasa Inggris yang berasal dari dua suku kata yakni SUN dan THREE yang artinya tiga matahari. Matahari adalah titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas bumi pada siang hari, seperti yang kita ketahui matahari adalah

25 Drs. H. Malayu, S.P. Hasibuan. Dalam bukunya yang berjudul: organisasi dan motivasi, dasar peningkatan produktivitas, Tahun 2005, Terbitan Bumi Pstaka, hal. 24-25.

26 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pusataka 2003.

(21)

sumber energi tanpa batas, matahari pula sumber kehidupan bagi seluruh tumbuhan dan semuanya dilakukan secara ikhlas oleh matahari. Namun maksud tiga matahari dalam kata SUNTHREE adalah tiga keharusan yang hars dipunyai oleh seorang santri ayitu Iman, Islam dan Ihsan.

Semua ilmu tentang Iman, Islam dan Ihsan tersebut dipelajari di pondok pesantren dengan tujuan agar menjadi seorang santri yang dapat beriman kepada Allah secara sungguh-sungguh, berpegang teguh pada ajaran Islam serta dapat berbuat Ihasan terhadap sesama.

Namun para ilmuan tidak sependapat dan saling berbeda mengenai pengertian santri, ada yang menyebutkan bahwa santri diambil dari bahasa “tamil” yang berarti “guru mengaji”, ada juga yang menilai bahwa kata santri berasal dari Bahasa India “shastri” yang berarti

orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci”. Selain itu, pendapat lainnya yang dikemukakan adalah meyakini bahwa kata santri berasal dari kata ‘cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedangan versi yang lainnya menganggap kata “santri” sebagai gabungan antara kata

saint” (manusia baik) dan kata “tra” (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Dalam praktek bahasa sehari-hari, istilah “santri” pun memiliki devariasi yang banyak. Artinya pengertian atau penyebutan kata santri masih dalam tahap suka-suka atau boleh dikatakan masih banyak menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang perlu pembahasan lebih lanjut. Dengan kata lain, bisa saja orang yang sudah mondok di pondok pesantren tidak disebut santri, karena prilakunya buruk, dan sebaliknya orang yang tidak pernah mondok di pesantren bisa disebut santri karena perilakunya yang baik dari segi metode dan materi pendidikan. Kata “santri” pun dapat dibagi menjadi dua, yakni: “Santri Moderen dan Santri Tradisional”. Seperti juga ada

(22)

pondok modern dan ada juga pondok tradisional. Sedangkan dari segi tempat belajar, ada istilah santri “kalong” dan “santri tetap”.

Santri kalong adalah orang yang berada di sekitar pesantren yang ikut belajar di pondok pada waktu-waktu tertentu. Meskipun ketika kembali kemasyarakat, tidak semuanya santri berprofesi sebagai kyai atau ustadz, ada yang berprofesi sebagai karyawan, pengusaha, petani, pedagang dan banyak lainnya, namun diharapkan santri akan tetap dan terus menjadi santri walaupun kedepannya berprofesi sebagai pedagang, jadilah pedagang yang benar ala santri. Adapun yang mendefiniskan kata santri serapan dari bahasa jawa/melayu yang berasal dari kata ngantri, memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sehari-harinya seorang santri di pondok tidak luput dari ngantri, entah itu mengantri mandi, makan dan lain sebagainya.

b. Pengertian Pondok Pesantren

Untuk memahami pengertian pondok pesantren, terlebih dahulu perlu dipahami maknanya, istilah pondok pesantren berasal dari bahasa arab Funduk yang berarti hotel, asarama, rumah dan tempat tinggal sederhana.27 Sementara itu untuk istilah pesantren terdapat perbedaan dalam makna khususnya berkaitan dengan asal- usul katanya. Secara etimologi pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, yang berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasan dari bahasa tamil yang berarti guru ngaji.28

Sedangkan menrut Nurchalis Majid ada dua pendapat yang berkaitan dengan istilah pesantren. Pertama, kata santri, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf (mengenal huruf).

27 Modernisasi Pesantren Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002) cet. 1, h. 62.

28 Mansyur dan Mahfud Juanaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agma RI, 2005), h. 95.

(23)

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa jawa dari kata cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti guru kemana pun guru itu pergi menetap.29 Pesantren didefinisikan sebagai sesuatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran Agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Selanjutnya, Pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari dan santri tinggal di asrama dalam suatu kawasan bersama senior, guru dan kyai mereka.30

Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan pada suatu pengertian, suku jawa menggunakan sebutan Pondok dan sering pula menyebutnya sebagai Pesantren.31 Sedangkan munurut Hadimulyo, Pondok Pesantren berarti suatu Lembaga Pendidikan Agama Islam yag tumbuh dan berkembang serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik seperti independent dalam segala hal.32

Dari beberapa pendapat diatas pada dasarnya tidak menunjukkan suatu kontradiksi yang mencolok, melainkan lebih kepada perbedaan yang bersifat saling melengkapi. Sehingga walaupun terdapat perbedaan dalam melihat asal-usul kata pondok dan juga kata pesantren, namun perbedaan tersebut tidak terdapat

29 Nurchalis Majid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997) cet. 1 Juni 1997, h. 19-20.

30 Mujamil Qamar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: PT Erlangga. Tth), h.2.

31 Amirudin Rosyad dan Baihaki AK, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Departemen Agama RI, 1986), h. 53.

32 Hadimulyo, Dua Pesantren Dua Wajah Budaya, dalam M Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3es 1995), cet ke-5 h. 82.

(24)

dalam segi esensial terkait. Oleh karena itu, secara simpulan sederhana Pondok Pesantren dapat diartikan sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempelajari, mendalami, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam menekankan kepada kepentingan moral keagamaan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, serta mengajarkan pada semua santri tentang pengetahuan kitab-kitab terkait semua ilmu agama Islam dengan tinggal bersama gurunnya. Maka peranan pembentukan akhlak dalam membentuk karakter seorang santri adalah sebuah daya dan upaya untuk menumbuhkan atau membina perangai, adat kebiasasan, sopan santun, kehormatan diri, adat, tabi’at atau sesuatu nilai yang baik bagi diri seseorang yang dilakukan secara bertahap sehingga mencapai batas kesempurnaan jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan yang hasilnya adalah berupa pola pikir, sikap dan prilakunya yang baik.

B. Hubungan Teori Dalam Penelitian

Berdasarkan beberapa perspektif tafsir dari para Mufasir tentang QS.

An-Nahl ayat 90 dan beberapa landasan teori tentang Organisasi, serta beberapa deskripsi tentang tanggung jawab, deskripsi santri juga pondok pesantren, maka penulis dapat memandang dari sudut pandang pentingnya memiliki akhlak yang baik sebagaimana manusia harus berusaha untuk dapat mengamalkan budi pekerti yang luhur seperti Nabi Muhammad SAW. Untuk mencapai tujuan tersebut, semua manusia memerlukan agar mengerti tentang basic ilmu dan implementasi akhlak yang baik terhadap sesama manusia dengan mengacu pada pengalaman, kematangan emosional dan prilaku hidup yang bertujuan sesuai ajaran agama terutama cerminan dari semua ajaran, larang serta norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an salah satunya dengan menempatkan, mengasuh dan mendidik anak-anak sebagai santri pondok pesantren. Karena tujuan inilah pondok pesantren hadir sebagai lembaga

(25)

yang berfungsi untuk membekali akhlak dengan syamil sebagai leadership yang berlandaskan nilai-nilai budi pekerti dan akhlak yang mahmudah agar siap dalam menghadapi berbagai macam masalah yang ada lebih- lebih dalam era globalisasi ini.

C. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Ahmad Syarifudin dengan judul “Pembentukan Karakter Melalui Organisasi (Studi Kasus pada Organisasi Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)”.

Kegiatan organisasi sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter para santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

Bahwa tujuan organisasi ini adalah (1) aktivitas para pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI) dapan membentuk karakter santri menjadi positif, (2) keikut sertaan para anggota OSTI dalam kegiatan keorganisasian memperhatikan dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut harus terpenuhi dengan baik , dan (3) pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri selepas dari Pesantren dapat ditunjukkan dengan sikap para santri yang memiliki tata karma, kesopanan dan keberanian dalam memimpin suatu acara atau kegiatan yang ada di masyarakat.33

2. Kiki Fitriana Asih dengan judul “Peranan Organisasi Intra Sekolah dalam Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SPM Negri Dua Pekuncen Kabupaten Banyumas”.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) peranan OSIS sebaga wadah, penggerak/motivator, dan pembinaan kesiswaan. Sikap kemandirian pada siswa dikembangkan melalui program kerja yang telah disusun, pelaksanaan program kerja, dan kegiatan Class Meeting. (2) faktor yang mendukung secara internal yaitu program kerja, SDM yang berkualitas, koordinasi senior atau kakak kelas, dan perencanaan kegitana pembinaan. Sedangkan faktor pendukung secara

33 Ahmad Syarifudin dngan judul “Pembentukan Karakter Melalui Organisasi (Studi Kasus pada Organisasi Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)”.

(26)

eksternal yaitu guru, tenaga admin dan orang tua siswa. (3) bahwa seluruh komunitas sekolah diikut sertakan dalam mendukung program kerja, baik dari jajaran guru, siswa yang dibawah binaan OSIS, atau yang tidak menjadi binaannya seperti kakak kelas. (4) upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal antara lain dengan cara membuka skala prioritas, melihat kalender pendidikan dan melakukan pendekatan kepada siswa.34

3. Mokhammad Mirza Farikh dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Pesantren Terhadap Peningkatan Softskill Santri Pondok Pesantren Jabal Noertaman Sidoarjo”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi pesantren di pondok pesantren Jabal Noer adalah baik. Softskill yang dimiliki santri pondok pesantren Jabal Noer terasah oleh agenda dan kegiatan yang diadakan dan diterapkan oleh organisasi pesantren.35

Diantara pembinaan yang dilakukan oleh organisasi setiap Lembaga-lembaga diatas merupakan upaya untuk membentuk siswa atau santri yang bermoral. Hal ini terdapat kemiripan dengan pembahasan peneliti, yaitu membentuk rasa tanggung jawab dengan cara melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh organisasi yang ada di Lembaga, baik kegiatan internal dikelas maupun kegiatan eksternal kelas, seperti program kerja oleh OSTI (Organisasi Santri Ta’mirul Islam) Tegalsari Surakarta.

Berdasarkan hal itu juga terdapat persamaan, yaitu mayoritas pembentukan karakter dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, baik internal maupun ekstra kurikuler, namun dalam hal yang menjadi perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu penulis melakukan penelitian pembentukan tanggung jawab santri melalui landasan QS. An-Nahl ayat 90 sebagai sandaran penting tolak ukur

34 Kiki Fitriana Asih dengan judul “Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SMP Negri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas”.

35 Mokhammad Mirza Farikh dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Pesantren Terhadap Peningkatan Softskill Santri Pondok Pesantren Jabal Noertaman Sidoarjo”.

(27)

pembentukan tanggung jawab santri melalui kegiatan yang diadakan oleh OSMYQ (Organisasi Santri Ma’had Yanbu’ul Qur’an) Menawan sesuai dengan tuntunan Rasulallah SAW.

D. Kerangka Berfikir

Peneliti melakukan penelitian di Pondok Tahfdz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus dengan melakukan kajian living Qur’an, yaitu penelitian yang berkaitan dengan persoalan agama, dimana dengan kehadiran Al- Qur’an dalam fenomena msyarakat atau dalam institusi atau lembaga atau yayasan. Subyek penelitian dalam hal ini adalah santri yang masuk dalam

Santri Pengurus OSMYQ Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Menawan

Kajian Living Qur’an

Peranan santri dalam keikutsertaan menjadi Pengurus OSMYQ Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan dan korelasi Tafsir AN-Nahl ayat 90 sebagai perspektif terkait

menjadi manusia yang bertanggug jawab

Kajian Living Qur’an, Hubungan Tafsir QS. An- Nahl ayat 90 dan Pengaruh OSMYQ terhadap sanri

Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan

(28)

kepengurusan organisasi Pondok Pesantren dalam upaya belajar tanggung jawab dan bermanfaat bagi orang lain sebagai mana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Serta bekal dalam menjalani kehidupan bersosial dalam masyarakat. Penelitian ini akan mengupas korelasi menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi orang lain seperti yang tertuang dalam QS. An-Nahl ayat 90 yang akan menjadi pedoman dalam upaya peranan santri yang masuk dalam OSMYQ Pondok Tahfidz Yabu’ul Qur’an Menawan Kudus.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan lokasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu penelitian lapangan (field research), penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian laboratorium (laboratory research). Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian lapangan (field reseasrch). Penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti datang ke tempat penelitian untuk menemukan jawaban atas suatu permasalah.

Pendekatan yang dilakukankan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Ciri-ciri pendekatan kualitatif antara lain yaitu tidak menggunakan numerik dan grafik, menggunakan deskriptif, menggunakan alasan dalam setiap kalimat dan cocok untuk penelitian eksplorasi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman perasaan dan menguraikan situasi yang dilihat di lapangan.36 Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, mendeskripsikan permasalahan yang diteliti berdasarkan data yang didapatkan dan menganalisa hasil dari data yang telah didapatkan.

B. Setting Penelitian

36 Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Andi Offset, 2017), 11.

(29)

Setting pada penelitian ini berada di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus. Adapun alasan peneliti memilih lokasi Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus yaitu yang pertama, karena peneliti melihat fenomena eksistesial tentang Organisasi Santri Ma’had Yanbu’ul Qur’an (OSMYQ) yang berada dalam Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus. Kedua, kemudahan peneliti dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan selanjutnya akan menjadi data penelitian serta dalam rangka tujuan penelitian yang secara personal peneliti ingin melihat dampak dan hasil yang akan didapatkan dalam penelitian dikarenakan lokasi penelitian yaitu Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Maenawan Kudus merupakan tempat dalam belajar mengajar peneliti.

C. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, subyek peneliti adalah santri pengurus OSMYQ.

Peneliti memfokuskan dalam penelitian ini yaitu segmentasi santri pengurus OSMYQ yang dimaksudkan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang pengaruh yang terjadi ataupun yang akan muncul, dan yang didapatkan oleh subyek penelitian yang masih mempunyai relevansi basic akademik tentang tanggung jawab dan pengembangan karakter, sehingga peneliti juga mendapatkan manfaat evaluasi atau saran yang berkolerasi dengan feedback akademik khususnya bagi pondok lokasi peneliti.

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsug dan bersumber dari informan di tempat penelitian yang sedang diteliti. Maka data primer dalam penelitian ini meliputi data yang diambil dari lokasi penelitian yaitu Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus. Data primer meliputi sejarah, profil, struktur kepengurusan OSMYQ, jadwal

(30)

kegiatan, jumlah pengurus OSMYQ dan segala hal yang meliputi data penting yang akan di display dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari luar narasumber, antara lain penelitian terdahulu baik itu berupa jurnal ilmiah maupun skripsi terdahulu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam pelaksanaan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.37 Selain itu, teknik pengumpulan data dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan catatan peristiwa, keterangan- keterangan, dan karakteristik-karakteritik yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui :38 1. Observasi

Metode observasi digunakan karena peneliti pada saat melakukan penelitian di lokasi penelitian melihat, mendengar, serta merasakan informasi secara langsung. Pada saat melakukan pengamatan, memungkinkan adanya data berupa informasi yang tidak terduga tanpa bisa diprediksi terlebih dahulu, dan merupakan hal yang sangat berharga pada penelitian ini.39

Tujuan pelaksanaan metode observasi menurut peneliti merupakan cara yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mempelajari apa yang ada pada lokasi penelitian yaitu di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus, baik itu demografi pondok pesantren, berapa jumlah santri khususnya santri pengurus OSMYQ dan juga data lainnya yang diperlukan.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 308.

38 Anak Agung Putu Agung, Metodologi PenelitianBisnis, 61.

39 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian,110.

(31)

Metode observasi yang digunakan oleh peneliti merupakan observasi terus terang yaitu peneliti memilih dengan berterus terang kepada narasumber yang berada di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus mengenai dirinya yang akan melakukan observasi pada saat pertama kali melakukan pra penelitian dan meminta ijin kepada Penanggung jawab pondok, bahkan jika memungkinkan juga pengasuh Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus terkait pelaksanaan penelitian. Tidak hanya itu, pada saat melakukan wawancara kepada narasumber, peneliti juga memberitahu kepada seluruh narasumber bahwa dirinya sedang melakukankan penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti hingga akhir pelaksanaan penelitian.

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:40

a. Observasi pra penelitian

Observasi pra penelitian merupakan tahap awal saat peneliti mulai menuju setting penelitian yaitu di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus dan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi menarik yang memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

Pada saat peneliti melakukan observasi penelitian, peneliti memperoleh hasil berupa data informasi terkait sejarah dan demografi Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus, data santri pengurus OSMYQ di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus, dan data lainnya terkait Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus melalui penanggung jawab pondok pesantren. Maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

b. Observasi terfokus

Observasi terfokus yaitu observasi yang dilakukan setelah peneliti melakukan observasi pra penelitian yang bersifat natural.

Sehingga hasil dari observasi pra penelitian dapat dijadikan acuan

40 Afifuddin dan Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, 136-138.

(32)

bagi peneliti untuk menentukan fokus penelitian. Pada tahapan ini peneliti telah menentukan judul penelitian yaitu “Implementasi Qur’an Surat An-Nahl Ayat 90 Dalam Peranan OSMYQ (Organisasi Santri Ma’had Yanbu’ul Qur’an) Menawan Kudus.”

dengan fokus penelitian yaitu dampak dan pengaruh yang dirasakan oleh santri yang ikut serta dalam kepengurusan OSMYQ Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus.

c. Observasi terpilih dan terpilah.

Observasi terpilih dan terpilah merupakan observasi terakhir yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan penelitian. Pada observasi ini peneliti melakukan pemilihan dan pemilahan data yang telah diperoleh dari observasi terfokus yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga yang ditampilkan hanya data yang terpakai.

Sementara data yang tidak terpakai akan dibuang. Maka hasil dari penelitian ini berkaitan dengan “Tafsir QS An-Nahl Ayat 90 dan Peranan OSMYQ (Organisasi Santri Ma’had Yanbu’ul Qur’an) di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus.” Hal ini dapat diperoleh dari bagaimana kewajiban, kegiatan, dan larangan yang berlaku dalam OSMYQ, juga manfaat dan tantangan yang dialami santri dalam OSMYQ. Dengan melihat indikasi Leadership, kematangan dan kemapanan mental juga karakter, dan bagaimana respect orang-orang sekitar (Santri, Asatidz serta Pembina dalam pondok pesantren).

2. Wawancara

(33)

Wawancara merupakan metode pengambilan data kepada informan dengan cara memberikan pertanyaan secara langsung kepada informan.

Pada pelaksanaan wawancara ini peneliti menyiapkan alat bantu yang digunakan yaitu pedoman wawancara, alat perekam dan juga buku catatan.41

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada narasumber yaitu, Presiden OSMYQ, Kepala per divisi OSMYQ, dan santri pengurus OSMYQ lainnya. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, khususnya data terkait pengaruh OSMYQ, mulai dari manfaat dan tantangan dalam kepengurusan organisasi OSMYQ, serta cara menghadapi masalah dan menyelesaikannya.

Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur. Pada jenis wawancara ini peneliti menyiapkan keseluruhan pertanyaan kepada narasumber, dan juga telah ditata urutan mulai dari awal hingga akhir pertanyaan.42 Tujuan peneliti memilih jenis wawancara terstruktur yaitu agar memudahkan peneliti pada saat melakukan wawancara, tidak membuang-buang waktu dalam pelaksanaan wawancara, dan data yang diperoleh bisa sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Jenis penelitian terstruktur bisa digunakan oleh peneliti karena sebelumnya peneliti telah melakukan observasi pra penelitian sehingga mengetahui data apa saja yang memang dibutuhkan oleh peneliti dan harus ditanyakan pada saat penelitian.

3. Sumber Dokumentasi

Sumber dokumentasi adalah sumber data yang berbentuk dokumen yang memuat permasalahan yang sedang diteliti. Pada dokumentasi memuat fakta-fakta yang tersimpan pada data informasi yang berbentuk

41 Afifuddin dan Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, 131- 133.

42 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV. Jejak, 2018), 88.

(34)

dokumenter.43 Foto merupakan salah satu bentuk sumber dokumentasi yang dapat menggambarkan situasi atau kondisi pada suatu tempat atau pun kegiatan, sehingga sangat membantu peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang terjadi di tempat penelitian. Maka dalam hal ini peneliti mengambil beberapa foto sebagai sumber dokumentasi sekaligus sebagai penguat data observasi di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus.

F. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti berupa uji creadibilitas. Pengujian keabsahan data bertujuan mendapatkan data yang objektif dan benar-benar valid. Berikut ini adalah merupakan pengujian kredibilatas data penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian, dan mendeskripsikan data yang akurat dan sistematis sehingga menghasilkan data yang teruji kebenarannya dan dapat dipercaya.44

Peneliti membaca jurnal maupun referensi peneliti terdahulu dan digunakan sebagai rujukan sehingga peneliti benar-benar yakin bahwa deskripsi yang disampaikana pada penelitian ini merupakan data yang akurat dan sistematis.

2. Triagulasi

Triagulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triagulasi dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dari berbagai sumber data yang diperoleh dari lapangan, dari berbagai teknik baik wawancara dengan informan, melakukan observasi ke Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan

43 Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, 23.

44 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, R&D, 370.

(35)

Kudus dan dokumentasi yang diperoleh di sana. Adapun triagulasi ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Triagulasi Teknik

Triagulasi teknik yaitu mencari kebenaran data melalui teknik atau cara yang berbeda, seperti melakukan wawancara (tanya jawab dengan informan), observasi (pengamatan) dan dokumentasi (file yang sudah ada di lapangan maupun foto saat pelaksanaan penelitian). Maka dalam hal ini data yang diperoleh dengan cara wawancara melalui tanya jawab kepada informan kemudian dicek dengan data hasil observasi atau pengamatan yang ada di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus. Dan dokumentasi berupa file penguat penelitian berupa foto wawancara.

b. Triagulasi Sumber

Triagulasi sumber membuktikan kredibilitas data dengan cara pembuktian data melalui sumber yang berbeda. Sumber data tersebut dapat diperoleh dari beberapa responden santri pengurus OSMYQ Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus.

c. Triagulasi Waktu

Triagulasi waktu merupakan pengumpulan data dilakukan pada waktu yang berbeda. Triagulasi waktu merupakan pengujian mengenai informan telah memberikan data yang sama atau tidak jika diajukan pertanyaan dalam waktu yang berbeda. Jika narasumber memberikan data yang berbeda maka datanya belum kredibel. Peneliti pada penelitian ini melakukan wawancara pada informan dalam berbagai segi waktu yaitu pada pagi, siang, sore, bahkan malam hari untuk mendapatkan data yang kredibel.

3. Member check (pengecekan anggota)

Member check dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber data yang telah memberikan data.45 Tujuan

45 Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, 375.

(36)

member check yaitu menghindari kesalahan dan perbedaan persepsi dengan cara mengulas kembali apa yang didapat. Hal ini dilakukan ketika hasil triagulasi data tidak mengalami kecocokan satu dengan lainnya untuk memastikan hasil yang sesungguhnya.

4. Perpanjang Pengamatan

Perpanjang pengamatan yaitu peneliti kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan atau wawancara lagi dengan informan yang pernah ditemui maupun yang baru. Peneliti pada saat melakukan perpanjangan pengamatan telah terbentuk rapport (semakin akrab, tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai) sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi dirasa mengganggu atas penelitian yang dilakukan.

Pada perpanjangan pengamatan ini peneliti kembali ke lokasi Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus guna untuk melihat adakah perubahan data wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah didapat.

G. Teknik Analisis Data

Menurut sugiyono, sebelum memasuki lapangan untuk melakukan penelitian telah dimulai analisis data. Sehingga analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi pra penelitian, penelitian selama di lapanagan dan setelah selesai dari lapangan dilakukan perpanjangan penelitian.46 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis selama di lapangan model Miles and hubberman dimana pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban informan yang diwawancarai.

Adapun langkah-langkah penelitian dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data ( Data Reduktion )

46 Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,336.

(37)

Counclusions:

drawing/

verifying Data

Collection

Data reduction

Data display

Mereduksi data berarti merangkum, melihat hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, mencari pola dan temanya serta membuang yang tidak perlu. Data yang reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data apabila diperlukan. Peneliti pada penelitian ini mengumpulkan dan memilah-milah data substansi wawancara yang dimodifikasi untuk mendapatkan

Gambar

Gambar 4.1 lokasi Pondok dari zoom map 1000 kaki 200 m
Gambar 4.2 lokasi Pondok dari zoom map 200 kaki50 m
Gambar 4.3 Pelantikan OSMYQ Oleh Kepala Sekolah MAS Ustadz Ulin Nuha, M.Ag
Gambar 4.4 Foto Halaqoh Tahfidz 4) Bimbingan Konseling

Referensi

Dokumen terkait