• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT GOJEK INDONESIA DALAM MENCAPAI SDGS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT GOJEK INDONESIA DALAM MENCAPAI SDGS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT GOJEK INDONESIA DALAM MENCAPAI SDGS

Gilang Permana Putra¹, Siti Hartina², Muhammad Rafii Athala³

e-mail: 2171600436@student.budiluhur.ac.id¹, 2171600303@student.budiluhur.ac.id², 2171600428@student.budiluhur.ac.id³

¹²³Fakultas Komunikasi dan Desain Kreatif, Universitas Budi Luhur

ABSTRAK

Penyandang disabilitas memerlukan pekerjaan untuk alasan yang sama seperti mereka yang tidak memiliki disabilitas. Mereka ingin mencari nafkah, memanfaatkan keterampilan mereka dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Isu ini tidak luput dari perhatian dunia sehingga masuk ke dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility PT. Gojek Indonesia dalam mencapai tujuan SDGs terutama poin 8.5 mengenai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua golongan manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan penelitian literature sebagai metode utama. Sumber penelitian ini berasal dari kutipan wawancara dan dokumen-dokumen terkait. PT Gojek Indonesia merangkul keberagaman dan mendorong inklusivitas di seluruh ekosistem mereka. PT Gojek Indonesia juga dalam hal ini berkomitmen dalam mendukung pengguna dan mitra disabilitas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2013 tentang Penyandang Disabilitas dan tujuan Pemerintah untuk mencapai SDGs terutama poin 8.5.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility; Sustainable Development Goals; Gojek Indonesia; Disabilitas

(2)

PENDAHULUAN

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Setiap manusia memiliki hak untuk tidak dibeda-bedakan dalam hal gender, warna kulit, kondisi fisik, ras, suku, dan kepercayaan yang dianut. Begitu juga dengan penyandang disabilitas yang memiliki hak setara dengan orang lain (Purinami et al, 2018).

Para penyandang disabilitas bukanlah kelompok manusia yang seragam.

Mereka ada yang mengalami disabilitas fisik, disabilitas sensorik, disabilitas intelektual atau mental. Mereka pun ada yang menyandang disabilitas sejak lahir, atau saat kanak-kanak, remaja atau dewasa ketika masih bersekolah atau bekerja.

Kondisi disabilitas mereka mungkin hanya sedikit berdampak pada kemampuan mereka untuk bekerja dan berpartisipasi di tengah masyarakat, atau bahkan berdampak besar sehingga memerlukan dukungan atau bantuan dari orang lain (International Labour Organization, 2013:6).

Penyandang disabilitas memerlukan pekerjaan untuk alasan yang sama seperti mereka yang tidak memiliki disabilitas.

Mereka ingin mencari nafkah, memanfaatkan keterampilan mereka dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Namun berbeda dengan mereka yang tidak menyandang disabilitas, para penyandang disabilitas sering menghadapi kesulitan dalam memperoleh pelatihan keterampilan dan pada saat mereka mencari pekerjaan (International Labour Organization, 2013:4).

Isu ini tentunya tidak luput dari perhatian dunia. Para pemimpin Negara- negara di dunia yang merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengagendakan pembangunan berkelanjutan untuk mengakhiri

kemiskinan ekstrim melalui Sustainable Development Goals (SDGs).

Sustainable Development Goals (SDGs) disusun oleh United Nations Development Programme (UNDP) melalui sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Program ini disusun dengan tujuan untuk memberantas kemiskinan, melindungi bumi serta memastikan semua orang dapat menikmati perdamaian dan kesejahteraan (Leonardo, 2021).

Sustainable Development Goals merupakan seperangkat tujuan pembangunan internasional dari tahun 2016 hingga 2030, yang diadopsi oleh KTT Pembangunan Berkelanjutan PBB yang diadakan pada bulan September 2015 membangun keberhasilan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).

Tujuan SDGs antara lain untuk mengentaskan kemiskinan, membangun inklusi sosial ekonomi dan melindungi lingkungan (United Nations, 1992).

Walaunpun banyak juga kritik terhadap SDGs karena dianggap terlalu ambisius, universal, ekspansif dan berpotensi inkonsisten, terutama antara pembangunan sosial-ekonomi dan tujuan keberlanjutan lingkungan (Redclift, 2005).

Agenda 2030 mencantumkan

“Sustainable Development Goals” yang terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan dunia yang berkelanjutan.

SDGs adalah tujuan universal yang dapat diterapkan, tidak hanya untuk negara berkembang tetapi juga negara maju, dan berjanji “Jangan tinggalkan siapa pun.”

melalui proses implementasi (Iskandar dalam Fauziyah, 2022).

Salah satu tujuan SDGs pada poin 8 adalah kerja layak dan pertumbuhan ekonomi. Poin ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

(3)

inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja dan kerja layak untuk semua.

Sementara, pada indikator poin 8.5 SDGs bertujuan selambat-lambatnya pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerja yang sama nilainya.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Nialda, Kaawon, dan Sampe (2022) mengatakan bahwa peran Dinas Tenaga Kerja terutama di Kabupaten Minahasa dalam mewujudkan pekerjaan yang layak masih belum optimal. Terutama dalam mewujudkan hak pekerja terkait upah dan jam kerja.

Di Indonesia, peraturan mengenai pekerjaan yang layak bagi siapapun sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 31 disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri”.

Sementara itu, dalam Undang- Undang Nomor 8 tahun 2013 tentang Penyandang Disabilitas, menyebutkan bahwa (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja; (2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

Menurut Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan bahwa jumlah pengangguran penyandang disabilitas pada tahun 2021 mencapai 247.000. Sementara itu jumlah penyandang disabilitas yang bekerja adalah 7,57 juta orang. Lebih lanjut,

Ida mengatakan rendahnya tingkat partisipasi kerja pada penyandang disabilitas dikarenakan ketidak beranian mereka masuk ke pasar kerja (Novika, Feb 24, 2021).

Beberapa faktor penyebab rendahnya partisipasi tersebut adalah rendahnya tingkat pendidikan penyandang disabilitas, kesenjangan keterampilan antara pekerja normal dengan penyandang disabilitas, dan masih adanya diskriminasi masyarakat terhadap penyandang disabilitas (Purinami et al, 2018).

SDGs di suatu Negara akan tercapai apabila seluruh pihak dapat berpartisipasi dalam membantu pemerintah mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Menurut PBB salah satu sektor masyarakat yang dapat berkontribusi dalam memajukan inisiatif pembangunan berkelanjutan salah satunya adalah Business and Industry (Leonardo, 2021).

Lebih lanjut menurut Leandro (2021), pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2017 mengenai Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan telah membagi tim pelaksana SDGs menjadi 4 platform partisipasi yaitu Pemerintah dan Parlemen, Ormas, Akademisi dan Pakar serta Filantropi dan pelaku usaha.

PT. Gojek Indonesia sebagai pelaku usaha dan bagian dari 4 platform partisipasi yang ditetapkan oleh pemerintah telah membentuk sebuah fungsi khusus Sustainability pada tahun 2020. Dalam hal ini PT. Gojek Indonesia memastikan bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) mereka berada pada tingkat tertinggi praktik global dalam bidang lingkungan (Environtment), sosial (Social), dan tata kelola (Governance) atau disebut ESG (Laporan Sustainability Gojek, 2020).

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kegiatan perusahaan dalam

(4)

mengelola bisnis perusahaan demi menghasilkan dampak positif bagi lingkungan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, budaya, dan lingkungan (Yusuf et al, 2019).

Corporate Social Responsibility telah menjadi kewajiban perusahaan berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang tertuang dalam pasal 74 dan diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.

World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan bahwa CSR adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja beserta seluruh keluarganya serta komunitas setempat ataupun masyarakat luas (Yusuf et al, 2019).

Pada prakteknya, pelaksanaan CSR cukup beragam karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan masing-masing perusahaan (Martin, Marthen & Inggit, 2017). Berbagai bentuk program-program yang dapat dilakukan perusahaan untuk masyarakat sekitar diantaranya adalah Charity (perbuatan amal) dan Community Development (pembangunan masyarakat).

Charity merupakan kegiatan kedermawanan atau perbuatan amal yang sering dilakukan oleh perusahaan- perusahaan sebagai kewajiban dalam melaksanakan kegiatan CSR. Biasanya yang mendapatkan kegiatan sosial ini adalah kelompok atau masyarakat yang hidup berdekatan dengan operasional perusahaan dan sangat susah untuk dibagikan secara merata (Situmeang, 2016).

Namun sayangnya kegiatan charity dianggap tidak efektif untuk mensejahterakan masyarakat yang menerima namun hanya memberikan rasa senang sesaat bagi penerimanya (Situmeang, 2016).

Banyak perusahaan yang akhirnya tidak menyukai pendekatan charity ini.

Mereka lebih memilih pendekatan community development yang berbasis nilai-nilai pemberdayaan, partisipasi, dan kemandirian dalam masyarakat tidak terlepas dari kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia (Situmeang, 2016).

Menurut Ife dalam Situmeang (2016) ada beberapa prinsip dalam pengembangan masyarakat antara lain:

1. Integrated Development, Kegiatan pengembangan masyarakat harus merupakan sebuah pembangunan yang terintegrasi, yang dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan spiritual. Dengan kata lain ketika kegiatan pengembangan masyarakat difokuskan pada satu aspek maka kegiatan rersebut harus memperhatikan dan memperhitungkan keterkaitan dengan aspek lainnya.

2. Human Right, Kegiatan pengembangan harus dapat menjamin adanya pemenuhan hak bagi setiap manusia untuk hidup secara layak dan baik.

3. Sustainability, Kegiatan pengembangan masyarakat harus memperhatikan keberlangsungan lingkungan, sehingga penggunaan bahan-bahan yang non- renewable harus diminimalisir. Hasil kegiatan pengembangan masyarakat pun tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup manusia.

Sustainability ini mengandung pengertian pula bahwa kegiatan pengembangan tidak hanya untuk kepentingan sesaat, namun harus

(5)

memperhatikan sifat keberlanjutan dari kegiatan yang direncanakan.

4. Empowerment, Pemberdayaan merupakan tujuan dari pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mengandung arti menyediakan sumber- sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada warga masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya agar dapat menentukan masa depannya, dan dapat berpartisipasi dalam kehidpan masyarakat dan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Termasuk di dalamnya menghilangkan berbagai hambatan yang akan menghalangi perkembangan masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa pengembangan masyarakat menjadi proses belajar bagi masyarakat untuk meningkatkan dirinya, sehingga kegiatan pengembangan masyarakat dapat berkelanjutan.

CSR tidak hanya sebagai upaya sebuah organisasi dalam menunjukkan kepedulian terhadap persoalan sosial dan lingkungan. Organisasi melalui CSR juga harus mendukung terwujudnya pembangunan yang berkesinambungan dengan menciptakan keseimbangan antara aspek ekonomi dan pembangunan sosial (Marnelly, 2012).

Dalam laporan Sustainability Gojek (2020), PT Gojek Indonesia ingin membentuk budaya organisasi yang secara aktif dapat mendorong keberagaman, kesetaraan dan inklusivitas. Sementara itu salah satu komitmen sustainability 2030 yang dimiliki oleh PT Gojek Indonesia adalah Zero Barriers yang berfokus pada pengurangan hambatan pertumbuhan sosial ekonomi mitra driver dan mitra usaha di ekosistem mereka.

Oleh karena itu, penelitian ini ingin mendeskripsikan bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility PT. Gojek Indonesia dalam mencapai tujuan SDGs terutama poin 8.5 dimana

pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerja yang sama nilainya.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan penelitian literature sebagai metode utama.

Penelitian ini menggunakan analisis konsep Corporate Social Responsibility dan Suistanable Development Program untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility PT. Gojek Indonesia dalam mencapai tujuan SDGs terutama poin 8.5 dimana pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerja yang sama nilainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyebutkan, hadirnya transportasi berbasis aplikasi online menciptakan kesempatan lapangan pekerjaan yang semakin luas. Hal ini terlihat dari data yang dirilis oleh AlphaBeta pada tahun 2017, sekitar 43 persen dari total 5.000 mitra transportasi online yang bergabung, sebelumnya pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan. Jumlah tersebut semakin terlukiskan dari hasil terakhir Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan sektor yang melakukan perluasan lapangan pekerjaan berasal dari sektor transportasi.

Salah satu perusahaan transportasi berbasis aplikasi online terbesar di Indonesia adalah PT Gojek Indonesia.

Gojek telah menjadi primadona bagi

(6)

angkatan kerja di Indonesia terutama kalangan muda. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia bekerjasama dengan PT. Gojek Indonesia (2017) ditemukan bahwa pasca menjadi mitra Gojek, 83%

dari pengemudi yang disurvei merasa kualitas kehidupannya naik, 53% merasa tahu memanfaatkan fasilitas asuransi, dan 77% mitra pengemudi mengaku mendapatkan pendapatan di atas rata-rata Upah Minimum Provinsi.

Gojek sebagai bagian dari platform partisipasi Pemerintah dalam penerapan program CSR mereka menggunakan pendekatan community development yang berbasis nilai-nilai pemberdayaan, partisipasi, dan kemandirian dalam masyarakat tidak terlepas dari kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia (Situmeang, 2016).

Menurut Tanah Sulivan (Group Head of Sustainability Gojek Indonesia), mengatakan bahwa inti dari pendekatan bisnis Gojek adalah mewujudkan masa depan yang sustainable bagi semua pemangku kepentingan mereka: karyawan, pelanggan, mitra driver, dan mitra usaha, serta seluruh komunitas di mana mereka beroperasi. Bagi Gojek, sustainability bertujuan untuk memastikan perusahaan mereka dapat menciptakan manfaat jangka panjang, tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi semua pemangku kepentingan di ekosistem mereka.

Lebih lanjut, Tanah Sulivan menyampaikan bahwa semua itu dilakukan dengan mentransformasi cara mereka melakukan bisnis, dan terus menyempurnakan aktivitas operasional mereka agar dapat memecahkan tantangan besar seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, dan kesenjangan sosial. Hal ini tentunya sejalan dengan prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife dalam Situmeang (2016) yaitu

integrated development dimana pengembangan masyarakat harus merupakan sebuah pembangunan yang terintegrasi yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia.

Dalam rangka merangkul keberagaman dan mendorong inklusivitas di seluruh ekosistem mereka, Gojek Indonesia dalam hal ini berkomitmen dalam mendukung pengguna dan mitra disabilitas.

Komitmen ini sejalan dengan Undang- Undang Nomor 8 tahun 2013 tentang Penyandang Disabilitas dan upaya pemerintah dalam mencapai tujuan SDGs poin 8.5 dimana pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan dan laki- laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerja yang sama nilainya.

Menurut Product Designer untuk GoPartner App Nunki Rehuellany (Laporan Sustainability Gojek, 2020), melalui inisiatif aksesibilitas, Gojek Indonesia berupaya untuk meningkatkan teknologi yang digunakan dengan menciptakan pengalaman yang inklusif dan dapat mudah diakses para pelanggan, mitra dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang dan memiliki kondisi fisik yang beragam. Sesuai dengan misi Gojek Indonesia untuk memberikan dampak sosial yang positif, sangatlah penting sebagai sebuah organisasi untuk ikut berperan demi memastikan bahwa semua orang di ekosistem Gojek Indonesia merasa diikutsertakan dan didukung.

Menurut VP Corporate Affairs GO- JEK Michael Say (Gojek, Okt 19, 2018) percaya bahwa teknologi dapat membantu peningkatan kesejahteraan bagi siapapun, termasuk bagi kawan-kawan penyandang disabilitas. Dengan menggunakan teknologi, Gojek bisa membantu mitranya untuk mendapatkan akses terhadap pasar dan juga perluasan pasar.

(7)

Gojek melalui Go-Life membuat gerakan sosial melalui tagar #Hilangkan Batasan. Gerakan sosial ini bertujuan untuk mengajak para penyandang disabilitas untuk percaya bahwa mereka juga dapat berkarya secara maksimal tanpa ada batasan apapun. Lebih dari 90% pengguna Go-Life merasa puas atas pelayanan yang diberikan mitra penyandang disabilitas (Gojek, Okt 19, 2018).

Bagi Lili (Thanu, Okt 29, 2022) menjadi salah satu mitra Gojek disabilitas telah mengubah harkat dan kesejahteraan hidupnya. Ia mendapatkan penghasilan 4 juta per bulan. Dengan penghasilan tersebut, kini Lili dapat mencicil rumah dan mobil baru.

Walaupun tingkat kepuasan pengguna Go-Life mencapai 90% lebih, tapi menurut VP Marketing GO-LIFE Yuanita Agata (Gojek, Okt 19, 2018) jumlah rata-rata tingkat pembatalan pemesanan terhadap para mitra difabel masih cukup tinggi. Untuk itu, Gojek Indonesia terus mendukung mitra disabilitas untuk meningkatkan pelayanan mereka dengan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Melalui program Bengkel Belajar Mitra (BBM), Gojek Indonesia memberikan pelatihan tentang cara mengemudi yang aman bagi para mitra driver. Salah satu materi pelatihan BBM yang ditujukan bagi kalangan difabel adalah kelas bahasa isyarat yang diselenggarakan di beberapa kota besar di Indonesia.

2. Menampilkan informasi tentang mitra difabel di aplikasi agar pengguna dapat memahami kondisi mitra driver.

3. Komunitas mitra driver independen yang ditujukan bagi mitra difabel.

Komunitas ini bertujuan untuk menciptakan sebuah kelompok yang aman dan mendukung bagi para mitra driver untuk dapat berbagi praktik terbaik dalam upaya meningkatkan

kualitas pengalaman mereka dan pengalaman pengguna.

PENUTUPAN

Dalam kajian ini, dapat disimpulkan bahwa PT Gojek Indonesia telah mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) terutama poin 8.5 dimana pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerja yang sama nilainya.

Adapun pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan community development yang berbasis nilai-nilai pemberdayaan, partisipasi, dan kemandirian dalam masyarakat tidak terlepas dari kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia (Situmeang, 2016). Dalam hal ini Gojek memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk dapat berkaris sebagai mitra driver maupun mitra usaha mereka.

Sementara itu, Gojek memastikan bahwa program-program yang dilakukan sebagai komitmen dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) terutama kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas sudah sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat diantaranya:

1. Integrated Development, Gojek telah mentransformasi cara mereka melakukan bisnis, dan terus menyempurnakan aktivitas operasional mereka agar dapat memecahkan tantangan besar seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, dan kesenjangan sosial.

2. Human Right, melalui program Go-Life, Gojek membuat gerakan sosial

(8)

#HilangkanBatasan yang bertujuan mengajak para penyandang disabilitas untuk percaya bahwa mereka juga dapat berkarya secara maksimal tanpa ada batasan apapun. Gerakan ini cukup direspon positif oleh pengguna Go-Life dengan tingkat kepuasan mencapai 90%

lebih walaupun rata-rata tingkat pembatalan terhadap mitra difabel masih cukup tinggi.

3. Empowerment, dalam upaya untuk menyediakan sumber-sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan, Gojek mendukung mitra disabilitas mereka untuk meningkatkan pelayanan mereka melalui program Bengkel Belajar Mitra (BBM), menampilkan informasi mengenai mitra difabel di dalam aplikasi, dan membentuk komunitas mitra driver independen khusus mitra difabel. Semua itu telah menjadi salah satu komitmen Gojek yang disebut dengan Zero Barriers yang berfokus pada pengurangan hambatan pertumbuhan sosial ekonomi mitra driver dan mitra usaha di ekosistem mereka.

REFERENSI Buku

Gojek. (2021). Laporan Sustainability 2022. Jakarta: Gojek.

Organization, International Labour. (2013).

Pedoman ILO tentang Pengelolaan Penyandang Disabilitas Di Tempat Kerja. Jakarta: ILO.

Situmeang, Ilona V.O. (2013). Corporate Social Responsibility Dipandang Dari Perspektif Komunikasi Organisasi. Yogyakarta: Ekulibria.

Artikel Jurnal

Fauziyah, Salma. (2022). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PRDB),

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah (DPK), Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Perkembangan Sustainable Development Goals (SDGS) Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 11(1), 1428-1437.

Marnelly, T. Romi. (2022). Corporate Social Responsibility (CSR):

Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis, 2(2), 49-59.

Marthin, Marthen B. S & Inggit Akim.

(2017). Implementasi Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Journal Of Private And Commercial Law, 1(1), 111-132.

Nialda R. A, Kaawoan J. E & Sampe S.

(2022). Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGS) Pekerjaan Layak Di Kabupaten Minahasa. Jurnal Governance, 2(1), 1-10.

Purinami, Geminastiti et al. (2018).

Penyandang Disabilitas Dalam Dunia Kerja. Journal Pekerjaan Sosial, 1(3), 234-244.

Redclift, Michael. (2005). Sustainable Development (1987-2005): An Oxymoron Comes of Age. John Wiley & Sons, Ltd and ERP Environment, 13, 212-227.

Yusuf, Yoga Maulana et al. (2019).

Implementasi Program Corporate Social Responsibility Oleh Perusahaan Unicorn Di Indonesia.

Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(3), 252-258.

(9)

Skripsi

Leonardo. (2021). Analisis Penerapan Sustainable Development Goals Tujuan Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Website

Novika, Soraya. (2021, Februari 24).

Menaker Ungkap Penyebab Banyak Penyandang Disabilitas yang Menganggur. Diperoleh pada 31

Januari 2022 dari

https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-5435560/menaker-

ungkap-penyebab-banyak- penyandang-disabilitas-yang- menganggur

Gojek. (2018, Oktober 19). GO-LIFE Ajak Masyarakat dan Mitra Penyandang Disabilitas #HilangkanBatasan.

Diperoleh pada 31 Januari 2022 dari https://www.gojek.com/blog/gojek/g o-life-hilangkan-batasan/

Thenu, Stefy. (2022, Oktober 29). Asa Para Mitra Melintas Badai Pandemi, Menjemput Rezeki Bersama Gojek.

Diperoleh pada 31 Januari 2022 dari https://www.rmoljawatengah.id/asa- para-mitra-melintas-badai-pandemi- menjemput-rezeki-bersama-gojek

Referensi

Dokumen terkait

Box 344, Bisha 61922, Saudi Arabia iPhysics Department, Faculty of Science, Al-Azhar University, Assiut 71524, Egypt jDepartment of Applied Physics and Astronomy, University of

PRESS RELEASE Saudi Arabia’s SISCO reports Q1 2021 net income growth of 21.4% • Q1 revenues increased 51.6% y-o-y, excluding accounting construction revenue • Strong performance by