• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi undang-undang nomor 18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "implementasi undang-undang nomor 18"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Bagaimana peran Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam mewujudkan hak rehabilitasi penyandang gangguan jiwa berdasarkan UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa. Bagaimana peran Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam mewujudkan hak rehabilitasi bagi penyandang gangguan jiwa dalam perspektif Siyasah Dusturiyah. Melaksanakan hak rehabilitasi penyandang gangguan jiwa berdasarkan UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa dalam perspektif Siyasah Dusturiyah.

Penelitian Terdahulu

Tesis Luthfia Nur Fitrianu Wahono di Universitas Islam Indonesia yang berjudul “Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Penyandang Disabilitas Psikososial Di Kabupaten Sleman (Dari Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia)”, skripsi ini membahas mengenai pemenuhan hak atas kesehatan bagi psikososial penyandang disabilitas di kabupaten Sleman dari perspektif hak asasi manusia, persamaannya sama-sama membahas tentang hak penyandang disabilitas, sedangkan perbedaannya pada penulis, mantan peneliti memfokuskan penelitian perannya dalam pemenuhan hak atas kesehatan bagi masyarakat . dengan Disabilitas Psikososial berbasis Hak Asasi Manusia, sedangkan peneliti membahas tentang Peran Dinas Sosial Kota Bengkulu Dalam Pemenuhan Hak Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Kesehatan Jiwa, Sudut Pandang Siyasah Dusturiyah, penulis lebih fokus pada peran Disabilitas Psikososial. pelayanan sosial dalam menjamin terpenuhinya hak rehabilitasi gangguan jiwa. Tesis Titin Wartini Universitas Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang berjudul “Tinjauan Siyasah Dusturiyah Terhadap Pemenuhan Hak Dan Perlindungan Kesehatan Bagi Penderita Gangguan Jiwa Di Provinsi Jawa Barat (Analisis Pasal 4 Huruf C Perda Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Implementasi Kesehatan Jiwa)”, skripsi ini membahas tentang implementasi dan analisis serta hasil penerapan Pasal 4 Huruf C Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Provinsi Jawa Barat dan membahas tinjauan implementasi Siyasah Dusturiyah Provinsi Jawa Barat. Pasal 4 Huruf C Peraturan Daerah Provinsi Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Provinsi Jawa Barat, persamaannya membahas tentang kedua orang dengan gangguan kejiwaan, sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu membahas tentang pemenuhan hak dan. 17 Luthfia Nur Fitrianu Wahono, Pemenuhan hak atas kesehatan bagi penyandang disabilitas psikososial di Kabupaten Sleman (Dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia), skripsi, Universitas Islam Indonesia.

Metode Penelitian

Informan adalah orang-orang yang memberikan informasi tentang kondisi yang timbul dalam permasalahan yang akan diteliti.20 Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan informan tidak secara acak, melainkan melalui pertimbangan dan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti sendiri. bahwa mereka layak dijadikan informan dalam penelitian. Informan dipilih secara sengaja, yaitu mereka yang diharapkan mampu memberikan jawaban yang memadai menurut penelitian ini. Dokumentasi dalam penelitian ini mengenai peran pemerintah kota Bengkulu dalam pemenuhan hak-hak penyandang gangguan jiwa berdasarkan peraturan perundang-undangan (studi oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu). 5) Teknik analisis data.

Analisis data adalah uraian data berupa kalimat-kalimat yang disusun secara sistematis, jelas dan rinci yang kemudian diinterpretasikan hingga memperoleh suatu kesimpulan. 24 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode penalaran deduktif, yaitu uraian tentang hal-hal yang bersifat umum kalau begitu. menarik kesimpulan tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Sistematika Penulisan

Dinas Sosial Kota Bengkulu merupakan OPD yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. Peran Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam pemenuhan hak rehabilitasi penderita gangguan jiwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Peran Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam pemenuhan hak rehabilitasi bagi penderita gangguan jiwa dalam perspektif Siyasah Dusturiyah.

Dinas Sosial Kota Bengkulu nampaknya belum bergerak cepat dalam menyikapi layanan kesehatan jiwa bagi pengidap ODGJ.

KAJIAN TEORI

Konsep tentang Gangguan Jiwa

Secara organisasi, Dinas Sosial Kota Bengkulu dipimpin oleh seorang kepala dinas dengan susunan organisasi sebagai berikut: Berikut susunan dan komposisi PNS di Dinas Sosial Kota Bengkulu Tahun 2020 secara jumlah, berdasarkan pangkat/golongan dan pendidikan: pegawai di Dinas Sosial Kota Bengkulu berdasarkan pangkat dan golongan ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Sasaran : (1) Pemenuhan Pelayanan Kebutuhan Dasar 17 Jenis PMKS. 2) Meningkatkan PMKS dengan pelayanan Sumber : Dinas Sosial Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara dan studi dokumen, bentuk pemenuhan hak rehabilitasi gangguan jiwa yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bengkulu menyatakan ada dua bentuk, yaitu preventif dan represif. Aparatur negara yang berbentuk badan berupa Dinas Sosial Kota Bengkulu telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Hal ini berdampak pada ditemukannya penderita gangguan jiwa yang menjadi tunawisma di Kota Bengkulu. Sedangkan kegiatan promosi Dinas Sosial Kota Bengkulu meliputi penyuluhan dan perencanaan kampanye kesehatan jiwa serta jambore kesehatan jiwa. Dinas Sosial Kota Bengkulu menghadapi berbagai hambatan dan hambatan yang tergolong hambatan internal dan eksternal dalam pemenuhan hak rehabilitasi ODGJ.

Kendala eksternal yang dialami Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam pemenuhan hak rehabilitasi gelandang ODGJ di Kota Bengkulu masing-masing. Dalam meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap penyandang gangguan jiwa tunawisma di Kota Bengkulu, Dinas Sosial Kota Bengkulu melakukan koordinasi rutin. Hal ini seharusnya dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam menjamin terpenuhinya hak rehabilitasi secara cepat di pelayanannya agar hak-hak para pengidap ODGJ tidak terabaikan.

Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam pemenuhan hak rehabilitasi penyandang gangguan jiwa lebih baik dan fokus sehingga tidak ada lagi penyandang gangguan jiwa yang menggelandang di jalanan.

Konsep Siyasah Dusturiyah

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Aspek Strategis dan Permasalahan Yang Dihadapi

Visi pemerintah kota Bengkulu adalah ''Terwujudnya kota Bengkulu yang bahagia dan religius, APBD untuk rakyat''. Pemerintah Kota Bengkulu telah menetapkan empat misi pembangunan. Perumusan permasalahan strategis tidak hanya didasarkan pada peluang dan ancaman terkait dinamika lingkungan strategis saja, namun juga mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan lembaga/lembaga Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Sebagai salah satu lembaga aparatur negara yang berfungsi dan bertugas melaksanakan program di bidang sosial yang meliputi kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan sosial, maka Dinas Sosial Kota Bengkulu harus mempunyai perencanaan, kebijakan dan tindakan untuk memenuhi tugas menangani masalah sosial. melakukan layanan. masalah kesejahteraan yang tepat dan efektif. Untuk mengatasi/menangani permasalahan sosial khususnya PMKS baik secara kualitatif maupun kuantitatif, Dinas Sosial Kota Bengkulu menetapkan tujuan strategis berdasarkan Visi dan Misi. Dengan adanya tujuan strategis dan sasaran yang tepat dapat menurunkan jumlah penderita masalah kesejahteraan sosial dan menurunkan angka kemiskinan di Kota Bengkulu.

Dalam buku Bengkulu Dalam Angka 2019 tercatat jumlah penduduk Kota Bengkulu mencapai 376.500 jiwa, angka kemiskinan di Kota Bengkulu mencapai 18,82%. Seiring dengan tuntutan dinamika pembangunan daerah yang harus dipercepat akibat persaingan global di berbagai sektor kehidupan masyarakat, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, maka pembangunan jasa harus terus ditingkatkan melalui Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam setiap pembangunan tersebut. Terdapat beberapa kendala dan permasalahan yang harus dihadapi Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, antara lain sebagai berikut:59 (1) Penyediaan anggaran, sarana dan prasarana yang tidak dimiliki.

Pelayanan dan perawatan tunawisma dan pengemis di Kota Bengkulu misalnya, belum adanya puskesmas/tempat penampungan sementara bagi pengemis yang terjebak dalam razia/penertiban. Untuk mengantisipasi kendala dan permasalahan tersebut, Dinas Sosial Kota Bengkulu memandang hal tersebut sebagai tantangan yang harus selalu diatasi dan dicari alternatif pemecahannya, salah satunya dengan mendorong pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang mendukung pembangunan daerah. pembangunan di bidang kesejahteraan sosial secara sinergis untuk mewujudkan kinerja pemerintahan yang berdaya guna, berhasil, efektif, dan tepat sasaran.

Dinas Sosial Kota Bengkulu

Jadi pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam mengambil keputusan akhir ini berdasarkan hasil penyidikan, sedangkan bentuk perlindungan opresif yaitu bentuk perlindungan hukum yang lebih ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan. Dan hal ini akan ditindaklanjuti oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu melalui laporan masyarakat atau dengan melakukan razia. Pendataan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) diawali dengan mengidentifikasi data yang diambil dari beberapa kader kesehatan jiwa dan programmer puskesmas di Kota Bengkulu. 63.

Bentuk perlindungan yang dilakukan berupa perlindungan preventif dan represif yaitu Dinas Sosial Kota Bengkulu bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bengkulu melakukan operasi atau razia sebagai upaya pencegahan hingga rehabilitasi. sebagai upaya represif terhadap ODGJ yang melakukan pembantaian di jalan. Kendala internal yang dihadapi Dinas Sosial Kota Bengkulu yaitu distribusi tenaga pembantu operasional lapangan dan tenaga pelayanan masih belum seimbang. Meskipun terdapat berbagai kendala dalam perwujudan hak rehabilitasi di Kota Bengkulu, namun Dinas Sosial Kota Bengkulu terus berupaya memastikan jumlah penderita gangguan jiwa di Kota Bengkulu tidak bertambah dan mendapatkan persamaan hak dan rehabilitasi yang optimal dari pemerintah di Kota Bengkulu. sesuai dengan ketentuan hukum.

Upaya pertama yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam memenuhi hak rehabilitasi bagi penderita gangguan jiwa adalah dengan melakukan upaya preventif yaitu dengan melakukan advokasi, kontak, supervisi dan bimbingan teknis yang dilakukan secara berkala. basis. Upaya lain yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bengkulu adalah dengan adanya layanan pengaduan bagi warga Kota Bengkulu melalui pengaduan laporan gelandangan dan anak jalanan, serta laporan apabila ada penyandang gangguan jiwa yang mengalami gangguan jiwa. tunawisma. Di jalan. Terkait dengan pemenuhan hak rehabilitasi bagi Penyandang Gangguan Jiwa (ODJ) di Kota Bengkulu, hal ini juga merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam menata warga negara guna mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Artinya dalam menangani ODG, Dinas Sosial Kota Bengkulu harus lebih profesional lagi dalam menjalankan tugasnya agar dapat menampung ODG dan memenuhi hak-haknya sedemikian rupa agar tidak terlantar. Berdasarkan pembahasan sebelumnya bahwa Dinas Sosial Kota Bengkulu dalam hal pemenuhan hak rehabilitasi belum dilakukan secara merata, keadaan tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah belum maksimal dalam pemenuhan hak rehabilitasi bagi ODGJ di Kota Bengkulu. Kemudian pemenuhan lebih lanjut hak rehabilitasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu adalah dengan pelatihan, pengarahan kepada keluarga pasien, pengarahan langsung yang dilakukan oleh dinas sosial dan pelaksanaan kegiatan keagamaan.

Bentuk rehabilitasi ini harus dilakukan secara cepat dan profesional dalam menurunkan jumlah penderita ODGJ di Kota Bengkulu, sehingga pemenuhan pelayanan dapat segera tercapai.

PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

Research Method This study is a hypothesis testing, which aims to analyze the role of the psychological climate that mediates the influence of transformational leadership on the