• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU "

Copied!
172
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikas Masalah

Rumusan Masalah

Apa pertimbangan hukum hakim dalam putusan perkara nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna dalam kasus pemberian izin poligami karena hiperseks. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang pemberian izin poligami karena hiperseks oleh Pengadilan Agama Manna dalam putusan nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna.

Batasan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalam putusan perkara nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna dalam perkara pemberian izin poligami karena hiperseks. Untuk mengetahui upaya hukum pemberian izin poligami karena hiperseks di Pengadilan Agama Manna dalam putusan perkara nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna. Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengembangan keilmuan di bidang hukum perkawinan, khususnya pada masalah permohonan izin poligami di Pengadilan Agama.

Sebagai acuan bagi pembaca untuk lebih memahami benar atau tidaknya karena hiperseks, Pemohon mengarang alasan-alasan perizinan poligami, khususnya bagi orang yang melakukan perizinan poligami, dan bermanfaat bagi penerapan suatu ilmu di lapangan atau di masyarakat. ketika ada masalah yang mirip dengan masalah tersebut.

Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada putusan Pengadilan Agama Nomor 822/Pdt.G/2004/PA.Dpk tentang batalnya perkawinan. Pembatalan tersebut terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan perkawinan poligami yang dilakukan tanpa persetujuan istri pertama dan izin Pengadilan Agama. Penelitian Inneke Dwi Shanti berjudul “Menolak Permohonan Izin Poligami Bagi Wanita Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus No. 68/Pdt.G/2003/PA.Mlng)”. di luar perkawinan karena dasar pertimbangan hukum hakim adalah fakta. .

7Inneke Dwi Shanti, “Menolak Permohonan Izin Poligami Terhadap Wanita Hamil Di Luar Nikah” (Studi Kasus No. Penelitian Henrik Suprianto berjudul “Analisis Hukum Islam Tentang Alasan Izin Poligami di Pengadilan Agama Pasuruan Kajian Putusan Hakim di Pengadilan Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2012”.8 Penelitian ini menjelaskan bahwa pemohon mengajukan Izin Poligami karena lima alasan, antara lain: (1) karena istri tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai istri, istri yang cacat fisik atau yang tidak dapat disembuhkan memiliki sakit, wanita tidak bisa melahirkan anak (wanita sakit) 2) Karena wanita sering merasa lelah sehingga tidak menunaikan kewajibannya sebagai istri, wanita sering tidak mau diajak tidur oleh suaminya. 8 Henrik Suprianto, “Analisis Hukum Islam tentang Alasan Izin Poligami di Pengadilan Agama Pasuruan Studi Putusan Hakim di Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2012”.

Metode Penelitian

Perbedaan dari pembahasan yang dipaparkan oleh penulis terletak pada segi objek penelitian dan segi pisau analisisnya, yaitu penulis akan menggunakan pisau analisis Sadd al Dzari’ah untuk memahami pertimbangan hakim guna menentukan keunggulan dalam penelitian ini . Kajian analisis putusan pengadilan terhadap permohonan izin poligami bagi hiperseks menggunakan jenis kajian hukum normatif. Setelah tahapan dan tahapan penyelidikan ini selesai, akan dilakukan pencarian bahan hukum tersebut, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, berdasarkan informasi yang memberikan petunjuk bahan hukum yang relevan.

Selanjutnya dilakukan inventarisasi terhadap bahan hukum yang terkumpul berdasarkan relevansinya dengan pokok bahasan penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah melakukan inventarisasi berdasarkan pokok bahasan, untuk kemudian dilakukan penyusunan bahan hukum. Analisis bahan hukum adalah proses pengorganisasian dan pemilahan data ke dalam pola, kategori dan satuan deskriptif dasar sehingga ditemukan tema dan dirumuskan 10 Semua data yang terkumpul diklasifikasikan dan dianalisis menurut subbagiannya masing-masing.

Sistematika Penulisan

LANDASAN TEORI

Syarat dan Hikmah Poligami

Para mufassi>ri>n berpendapat bahwa adil itu wajib, adil di sini bukan hanya berarti adil terhadap perempuan, tetapi mengandung arti adil mutlak. Selain itu, syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang berpoligami antara lain: pertama, mampu memperlakukan istrinya secara adil. Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (kamu), sekalipun kamu sangat ingin melakukannya, maka janganlah kamu terlalu condong (kepada orang yang kamu cintai), sehingga kamu membiarkan yang lain tergantung.

Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa memperlakukan semua istri secara adil adalah kewajiban seorang laki-laki, sekaligus syarat sahnya poligami. Setelah mencermati ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang ketidakmampuan berlaku adil antara istri yang jumlahnya lebih dari satu, kita akan mencoba lepas dari konteks agama yang sensitif dan cenderung emosional. Artinya, seorang laki-laki diperbolehkan menikah dengan lebih dari satu perempuan dalam satu waktu dengan syarat laki-laki tersebut dapat memperlakukan mereka secara adil, baik dalam penghidupan maupun tempat tinggal, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Poligami dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Jika seorang pria berniat untuk memiliki lebih dari satu istri, dia harus mengajukan petisi tertulis ke pengadilan. Pegawai Panitera dilarang mencatatkan perkawinan seorang laki-laki yang beristri lebih dari seorang sebelum mendapat izin dari pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa “pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang laki-laki untuk beristri lebih dari satu istri jika pihak yang bersangkutan menginginkannya.

1 Tahun 1974 berpegang pada prinsip monogami terbuka, oleh karena itu ada kemungkinan pasangan dipaksa berpoligami yang disimpulkan di bawah pengawasan pengadilan agama. Mahkamah agama hanya memberi kebenaran kepada suami yang akan beristeri lebih daripada seorang pada masa itu.Seorang lelaki tidak boleh keluar ke rumah perempuan lain, yang bukan gilirannya pada waktu malam, kecuali dalam keadaan kecemasan.

Menjadi bagian dari hak istri adalah menyembunyikan perasaan mencintai satu istri lebih dari istri yang lain. Seorang laki-laki yang ingin melakukan poligami harus melihat kemampuannya. Pemohon juga menyatakan dalam keterangannya bahwa ia dapat berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya, hal ini telah memenuhi ketentuan Pasal 5(1). 1 huruf c) UU No. 1 Tahun 1974 ya. Berdasarkan fakta-fakta di atas, permohonan pemohon telah memenuhi syarat kumulatif untuk beristri lebih dari seorang sesuai dengan ketentuan Pasal 5(1). 1, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ya.

Atas fakta hukum tersebut, pemohon dan calon istri kedua memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk melakukan poligami, padahal majelis hakim telah memberikan nasehat dan penjelasan mengenai kewajiban yang harus ditanggung oleh suami yang melakukan poligami. Dalam poligami, seorang laki-laki hidup dengan sejumlah istri dan anak, bahkan mungkin dengan sejumlah anggota keluarga dari masing-masing istri. Dalam kehidupan poligami, seorang laki-laki hidup dengan beberapa istri dan anak, bahkan mungkin dengan beberapa anggota keluarga dari masing-masing istri.

Setelah melalui proses persidangan dan musyawarah, majelis hakim berwenang memutuskan antara menerima atau menolak persetujuan suami istri untuk berpoligami. Seorang laki-laki diperbolehkan oleh pengadilan untuk melakukan poligami jika keuntungan yang diperoleh darinya lebih dominan, seperti dapat menafkahi istri dan anak-anaknya, dapat berlaku adil, dan sebagainya. Seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang harus memenuhi beberapa syarat, yaitu mengajukan izin poligami kepada pengadilan agama di daerah tempat tinggalnya dan dalam surat permohonannya harus menyebutkan alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Peruntukan Akta no. 1, tahun 1974, pasal 4 ayat (2), huruf (c) Pengadilan agama hanya memberikan izin kepada suami. Selain itu, beliau telah memenuhi syarat alternatif untuk melangsungkan perkahwinan dengan lebih daripada seorang, seperti yang ditetapkan dalam Perkara 4(2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkahwinan dan Perkara 57 Himpunan Undang-undang Islam.

Hak Anak dan Isteri Dalam Poligami

Praktek Poligami Dalam Perspektif Ketidakadilan Gender

Pada tanggal 23 Mei 2016 yang telah didaftarkan pada Kantor Kehakiman Pengadilan Agama Manna nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna, pemohon mengajukan permohonan izin poligami dengan keterangan/alasan sebagai berikut. Meskipun undang-undang tidak secara tegas menyatakan bahwa ketidakmampuan istri untuk melayani hubungan biologis hiperseksual suaminya dapat dijadikan dasar untuk membolehkan poligami, namun majelis hakim menafsirkan bahwa alasan tersebut masih relevan dan termasuk membolehkan poligami karena istri tidak mampu untuk mengabdi. suaminya. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna tentang pemberian izin poligami atas dasar hiperseks.

Dalam kasus ini, dalil hakim Pengadilan Agama Manna menerima permohonan izin poligami adalah karena pihak perempuan sering menolak untuk melakukan hubungan badan dengan pihak laki-laki dan pihak perempuan atau karena pihak pemohon adalah hiperseksual. Meski undang-undang tidak secara tegas menjelaskan alasan diperbolehkannya poligami karena pihak perempuan seringkali lelah bekerja, sedangkan laki-laki melakukannya. Setelah pengobatan dan tanpa perubahan, pengadilan memberikan izin untuk poligami.

Jika belum pernah mendapat petunjuk pengobatan terlebih dahulu dan sudah berobat tetapi belum sembuh, pengadilan dapat mengabulkan permohonan izin poligami. Revisi hukum Islam tentang pemberian izin poligami bagi hiperseks di Pengadilan Agama Manna dalam putusan nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna. Sebaliknya, jika kerugian yang timbul lebih dominan, maka pengadilan tidak akan menerbitkan izin poligami.

0256/Pdt.G/2016/PA.Mna tentang perizinan poligami atas dasar hiperseks sebagaimana diuraikan di atas, penulis menganalisis putusan mengenai pertimbangan hukum oleh hakim Pengadilan Agama Manna, dan analisis berdasarkan hukum Islam . Dalam hal permohonan izin poligami ini, terlepas dari apakah Pemohon diperbolehkan melakukan poligami atau tidak, Pemohon dan Termohon tentu akan menanggung kerugian (risiko) atau akibat negatifnya. Dalam hal mengajukan izin poligami dengan putusan Nomor 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna dari Pengadilan Agama Pasuruan, Pemohon menyatakan bahwa niat Pemohon adalah untuk menikah kembali dalam keadaan Tergugat, dengan segala perbuatannya. perbuatan agar tidak terjerat dalam hal-hal di luar ketentuan agama, juga tidak melanggar syariat Islam dan sebagainya.

Untuk menyelamatkan istrinya dari nusyuz, maka penulis sependapat dengan putusan pengadilan yang memutus perkara permohonan izin poligami di Pengadilan Agama Manna dengan putusan nomor 0256/Pdt.G/2016/PA. Mna yang telah mengambil keputusan untuk mengabulkan permohonan izin poligami yang diajukan oleh pemohon. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara No. 0256/Pdt.G/2016/PA.Mna tentang pemberian izin poligami karena hiperseks adalah permohonan pemohon telah memenuhi syarat kumulatif beristri lebih dari satu orang. sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 55 ayat (2) dan Pasal 58 KUH Perdata. Review hukum Islam tentang pemberian izin poligami karena hiperseks di Pengadilan Agama Manna dalam Putusan nomor 0256/Pdt.G/2016/.

Karena kondisi laki-laki hiperseksual dikhawatirkan akan menjadi celah bagi laki-laki yang ingin berpoligami, mereka dengan mudahnya mengajukan izin poligami dengan alasan tersebut. Henrik Suprianto, “Analisis Hukum Islam Terhadap Alasan Izin Poligami di Pengadilan Agama Pasuruan, Kajian Putusan Hakim di Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2012” Skripsi UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012.

Tinjauan Umum Hypersex

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini didasarkan pada Putusan Pengadilan Agama Surabaya Nomor 6357/Pdt.G/2021/PA.Sby dan Putusan Pengadilan Agama Bantul Nomor 535/Pdt.G/2021/PA.Btl mengenai perkara izin