• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Disusun Oleh : Nissroh Khasanah

211516021

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2023

(2)

ii

Ponorogo). Skripsi. Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Muhammad Nurdin, M. Ag.

Kata kunci: Peran Ganda Ibu, Pola Asuh,Single Parent

Masa depan anak akan dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dari mereka kecil hingga dewasa. Maka dari itu pemilihan sangat berpengaruh untuk masa depan anak, apalagi seorang ibu yang memilik peran ganda. Teori pola asuh dan peran ganda dan single parent merupakan teori yang tepat bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola asuh ibu Single Parentyang memiliki peran ganda sebagai seorang ibu dan seorang wirausaha sehingga dapat menentukan masa depan anaknya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yakni dengan menggambarkan bagaimana peran ganda ibu dalam pola asuh anak. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang peneliti peroleh adalah (1) Peran Ibu Rumah Tangga Single Parent Studi Ibu Rumah Tangga Wirausaha di Kelurahan Nologaten Faktor yang membuat ibu menjadi orang tua tunggal adalah perceraian. Peran ibu rumah tangga tentu saja seperti ibu-ibu pada umumnya yaitu membersihkan rumah, memasak, mengurus pakaian di rumah, merawat anak dan mendidik anak.Peran mereka sebagai pedagang ada yang berdagang dengan membuka toko kelontong ada juga yang berdagang pakaian di pasar Songgolangit. (2)Pola Asuh Ibu Rumah Tangga Single Parent Studi Ibu Rumah Tangga Wirausaha di Kelurahan Nologaten Ibu-ibusingle parentdi nologaten kebanyakan memilih pola asuh demokratis untuk mendidik anak-anak mereka. Pola asuh demokratis di pilih karena bisa membentuk karakter anak menjadi lebih bijaksana, bertanggung jawab, percaya diri dan bisa memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Namun, ada satu oarang yang memiliki pola asuh otoriter uantuk mendidik anaknya karena beliau merasa sang anak sudah dewasa dan apapun yang dilakuan sang anak sudah benar.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

dalam sebuah keluarga. Maka, pola asuh dari seorang ibu dapat mempengaruhi perkembangan anak. Pola asuh yang dilakukan masing-masing ibu tentunya berbeda. Apalagi pola asuh antara ibu rumah tangga dengan ibu yang berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus wirausaha. Ibu yang memiliki peran ganda sebagai ibu dan wirausaha harus pandai membagi waktu antara pekerjaan rymah, pekerjaannya sebagai wirausaha dan mengasuh anaknya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ibu rumah tangga memegang peranan ganda sebagai wirausaha, diantaranya untuk menumbuhkan ekonomi keluarga, memiliki penghasilan dari hasil kerjanya sendiri, meningkatkan karier, memanfaatkan ilmu yang pernah ia peroleh, serta menggapai cita-cita.1 Sedangkan tujuan utama bekerja adalah untuk mewujudkan apa yang di cita-citakan, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Ada dua faktor yang menyebabkan seorang ibu memilih untuk menjalankan peran ganda, faktor dari motivasi diri sendiri atau internal sebesar 90% dan sedangkan 10% lainnya merupakan faktor dorongan dari suami.2

Ibu yang berberan ganda memiliki dua tanggung jawab besar yang di embannya yaitu peran sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi segala kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, mengasuh anak dan lain-lain. Kemudian tanggung jawab mencari nafkah dan mengurus pekerjaannya. Tentu saja dua tanggung jawab yang harus dilakukannya tidak mudah dan harus dilakukan dengan seimbang pastilah menguras banyak energi dan fikiran. Orangtua adalah orang terdekat bagi anak-anaknya terutama ibu, yang dapat mempengaruhi perkembangan anak- anaknya dengan pola asuh yang dilakukan. Orang tua terutama ibu adalah faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak selain faktor lingkungan, budaya, dan lain sebagainya. Orang tua memiliki teknik dalam mendidik dan mengasuh anak sehingga dapat menghasilkan bagi agama dan bangsa. Metode mengasuh dan mendidik anak dengan baik sesuai tingkat perkembangan anak

1Ihromi,Antropologi dan Hukum,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,2000).

2Titi Rapini, Naning Kristiyana,"Dampak Peran Ganda Wanita Terhadap Pola Asuh Anak (Studi Pada Wanita Pegawai Lembaga Keuangan Perbankan Di Ponorogo", The Journal Ekuilibrium, Vol 11 No, 4. (2013), 63.

(9)

dapat membentuk karakter anak-anak yang berkualitas.

Hubungan antara anak dan ibu lebih dekat daripada hubungan anak dengan bapaknya. Dibandingkan dengan ayah atau laki-laki, seorang ibu dan anak memiliki hubungan yang lebih dekat dan akrab. Ibu kerap menjadi seorang role mode yang mudah ssekali di tiru oleh sang anak. Oleh karena itu aktifitas ibu yang berperan ganda sebagai wirausaha dan bekerja pada jam kerja akan mempengaruhi pola asuh dan kualitas mendidik anak dalam pendidikan masa sekolah ataupun masa sebelum sekolah.3

Penulis mengambil judul ini karena tertarik dengan pola asuh yang dilakukan ibu dengan peran ganda. Tugas seorang ibu rumah tangga sangatlah banyak dan tidak mudah apalagi jika ibu itu seorang ibu rumah tangga yang sekaligus wirausaha atau wanita karir, bagi saya ini sangatlah menarik untuk diambil sebagai penelitian. Penulis harap penelitian ini dapat membantu dan memotivasi para ibu diluar sana yang bingung menerapkan pola asuh dengan peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus seorang wirausaha. Dengan demikian ibu yang memiliki peran sebagai ibu rumah tangga dan wiraausaha dapat mendapat dua kesuksesan yaitu sukses dalam mendidik anaknya menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat maupun negara serta sukses dalam menjalankan wirausaha yang dijalaninya. Penulis tertarik dengan pola asuh yang akan di teliti karena di tengah tingginya angka pekerja migran di Ponorogo yang terus bertambah, justru masih ada ibu yang memilih berwirausaha sambil mengasuh anaknya di kota sendiri tanpa harus meninggalkan anaknya menrantau mencari pekerja di luar negeri.

Jadi, walaupun hanya di dalam kota dan tidak meninggalkan tugaskan mengasuh anak sang ibu masih bisa mendapatkan penghasilan dengan peran ganda yang ia jalankan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana macam-macam peran ibusingle parrentdi Nologaten Ponorogo?

2. Bagaimana bentuk pola asuh ibu single parrent di Nologaten Ponorogo?

3Fera Andika Kabahyang, “Implikasi Wanita Karir Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Ditinjau Dari Hukum Islam”, dimuat dalam skripsi (Lampung: Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Lampung, 2017), 4.

(10)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui macam-macam peran ibu single parrent di Nologaten Ponorogo

2. Untuk mengetahui bentuk pola asuh ibu single parrent di Nologaten Ponorogo?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan, penulis membagi dua manfaat dalam penelitian, yaitu manfaat teoretis dan praktis

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoretis, sebagai referensi salah satu bahan kajian dalam peran ganda ibu single parent dalam pola asuh anak.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi para ibu single parent yang memiliki peran ganda

Memperkaya ilmu dalam bidang pola asuh yang tepat terutama untuk ibu yang memiliki peran ganda

b. Manfaat bagi keluarga dan masyarakat

Menjadi referensi untuk memilih pola asuh yang tepat agar perkembangan anak menjadi lebih baik dan sesuai dengan harapan orang tua, keluarga maupun masyarakat serta bisa di jadikan acuan untuk penelitian selanjutnya

c. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dalam menambah wawasan pengetahuan dan lebih memperdalam keilmuan tentang pola asuh anak

E. Telaah Pustaka Terdahulu

Sebagai pertimbangan, perbandingan dan acuan penulis akan menjabarkan beberapa penilitan yang berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti. Hal ini bertujuan untuk menghindari usaha - usaha plagiasi karya serta menjadi rujukan penulis sebagai pelengkap hasil penulisan penelitian. Peneliti melihat beberapa hasil penelitian yang berupa skripsi, jurnal dan buku-buku yang mendukung dan berkaitan terhadap penelitian ini.

Pertama skripsi oleh Titi Rapini Naning Kristiyana yang berjudulDampak Peran Ganda Wanita Dalam Pola Asuh Anak (Studi pada wanita pegawai lembaga keuangan perbankan di Ponorogo)

(11)

jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, dalam skripsi tersebut membahas dampak dari bentuk- bentuk pola asuh anak pada wanita pegawai Lembaga Keuangan Perbankan di Ponorogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pola asuh anak yang banyak dipergunakan ialah pola pengasuhan anak yang diserahkan atau dititipkan kepada pembantu rumah tangga yang tidak lepas dari pantauan orang tua atau Saudara. Sedangkan pola asuh terbanyak yang kedua yaitu, pola pengasuhan anak yang diserahkan kepada pembantu rumah tangga atau babysister. Pola pengasuhan anak yang diserahkan atau dititipkan kepada Lembaga Jasa Penitipan Anak. Sedangkan pola pengasuhan anak yang diserahkan atau dititipkan pada kerabat dekat mencangkup orang tua atau saudara hanya 3%.

Sedangkan dampak pola asuh anak dari ke 5 dampak yang diperkirakan terjadi pada anak sebagian besar responden menolak statement yang diajukan peneliti, pertama kualitas dan perkembangan jiwa sosial anak kurang kuat 80% menolak serta hanya 20% yang setuju. Kedua hubungan ibu dan anak menjadi renggang ,73,32 % menolak dan 26,68 % setuju. Ketiga tingkat kesehatan anak kurang baik, rentan terhadap penyakit 83,32 % menolak dan hanya 16,68% setuju. Yang keempat tingkat kemandirian anak menjadi kuat karena terbiasa menyiapkan segala sesuatu secara mandiri, 76,66% menolak sedangkan 23,34% setuju.

Kelima prestasi belajar anak kurang baik sebab kurangnya bimbingan yang berasal dari orang tua,63.32% menolak statement tadi dan 36,68% sepakat.4

Kedua Ervin Nurul Affrida yang berjudul Strategi Ibu dengan Peran Ganda dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah.jurnal ini membahas pengalaman ibu dengan peran ganda dalam membentuk kemandirian anak. Ibu dengan peran ganda dalam penelitian ini memiliki makna yaitu ibu yang memiliki peran menjadi ibu rumah tangga dan seorang pekerja. Adanya peran ganda membuat peran sebagai ibu terbagi dengan peran sebagai wanita karir. Peran ibu sangat dibutuhkan ketika anak memasuki usia pra sekolah, karena pada tahap ini anak berada pada masa keemasan, jendela kesempatan, dan masa kritis. Salah satu keterampilan yang harus dikembangkan yaitu kemandirian yang

4Titi Rapini Naning Kristiyana,Dampak Peran Ganda Wanita Dalam Pola Asuh Anak (Studi pada wanita pegawai lembaga keuangan perbankan di Ponorogo),

(Ponorogo: UNMUH, 2013)

(12)

menjadi salah satu tujuan pendidikan karakter. Apalagi bagi ibu yang bekerja, membentuk kemandirian anak sejak usia dini dapat membantu anak untuk melakukan aktivitas sederhana sehari-hari ketika ibu sedang bekerja. Partisipan penelitian adalah empat orang ibu dengan peran ganda dan memiliki anak dengan rentang usia 3-6 tahun yang sedang mengikuti program di kelompok bermain atau taman kanak-kanak. Penggumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam kemudian dianalisis dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman ibu dengan peran ganda dalam membentuk kemandirian anak melalui penggunaan pola asuh, pemberian contoh dan pendampingan pada anak dalam mengerjakan aktivitas yang bisa dilakukan anak secara mandiri, serta membiasakan anak untuk melakukan aktivitas sederhana sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri.5

Ketiga Nurul Istiqomah yang berjudul Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar., Retno Sutomo, Sri Hartini Departemen Magister Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal ini membahas tentang Pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak juga akan memengaruhi kepribadian anak. Anak akan sulit bersosialisasi dan berkembang apabila terdapat kesalahan pola asuh orang tua. Hasil anak yang mengalami masalah perilaku secara keseluruhan sebesar 43,7%.

Pola asuh demokratis merupakan pola asuh terbanyak yang diterapkan oleh ibu (78,2%). Terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku anak (p<0,05).6

Keempat skripsi oleh Oki Kumala Sari yang berjudul Hubungan pola asuh orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa kelas XII program keahlian tata boga di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang gambaran pola asuh orang tuasiswa kelas XII Program Keahlian Tata Boga di SMK Negeri 4 Yogyakarta, jiwa kewirausahaan siswa dilihat dari aspek mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, dan kerja keras, serta hubungan pola

5Ervin Nurul Affrida,Strategi Ibu dengan Peran Ganda dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah,(Surabaya : Universitas PGRI Adi Buana, 2017)

6 Nurul Istiqomah, Retno Sutomo, Sri Hartini, “Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar”, dimuat dalam jurnal Vol 21, No 5 (2020),( Yogyakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Universitas Gajah Mada, 2020)

(13)

asuh orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.7

Kelima skripsi Eka Pratiwi dengan judul “ Peran Ganda Perempuan studi tentang buruh tani di Desa Mulo, Wonosari, Gunung Kidul, Yogjakarta” . Skripsi ini menjelaskan tentang partisipasi seorang perempuan yang amat besar. Selain sebagai ibu rumah tangga ia juga berperan dan ikut berpartisipasi dalam mencari nafkah untuk meningkatlan ekonomi dalam keluarganya.

Pertisipasi seorang istri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa Mulo berbentuk tiga peran yaitu peran di lingkungan rumah tangga, ekonomi dan masyarakat. Karena memiliki peran ganda mereka juga memikul beban ganda dan tanggung jawab yang sangat besar sebagai ibu rumah tangga yang bejerja menjadi buruh tani dan tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Hal tersebut membuat perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan rumahnya sendiri sebelum berangkat ke sawah untuk bekerja.8

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan maksudnya data yang dikumpulkan tidak berwujud angka tetapi kata-kata.

Pendekatan kualitatif menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang atau prilaku serta benda yang diamati. Penelitian tersebut dijelaskan secara deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mencoba memberikan gambaran sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program.9

Dalam hal ini, penulis ingin memahami dan mencari tau

7Oki Kumala Sari, “Hubungan pola asuh orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa kelas XII program keahlian tata boga di SMK Negeri 4 Yogyakarta”, dimuat dalam Tugas Akhir Skripsi (Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2013)

8Eka Pratiwi, “Peran Ganda Perempuan Studi Tentang Buruh Tani di Desa Mulo, Wonosari, Gunung Kidul” (Yogyakarta : Fakultas Dakwah Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Kalijaga, 2012)

9Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010), 47.

(14)

bagaimana peran ganda ibu dalam pola asuh anak (studi ibu rumah tangga di Kelurahan Nologaten Ponorogo)

2. Jenis dan Lokasi penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dekskriptif, yaitu pengumpulan data dari responden. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya,pesepsi,motivasi maupun tindakannya, dan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.10 Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nologaten, Ponorogo.

3. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini, adapun rincian sumber data yang penulis susun adalah:

a. Data

Data diperoleh secara langsung dengan melaksanakan wawancara terhadap beberapa informan yang terlibat dalam peran ganda ibu dalam pola asuh anak. Untuk mendapat data yang akurat penulis mengadakan pendekatan dengan melaksanakan wawancara terhadap sumber yang terkait tersebut.

b. Sumber Data

Data yang diperoleh melalui telaah pustaka dan dari dokumen yang berkaitan upaya dengan ganda ibu dalam pola asuh anak (studi ibu rumah tangga di kecamatan Ponorogo) diantaranya:

dokumen, foto-foto, yang berkaitan dengan upaya dengan ganda ibu dalam pola asuh anak (studi ibu rumah tangga di kelurahan Nologaten, Ponorogo).

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek kajian penelitian adalah ibu rumah tangga di kelurahan Nologaten, Ponorogo.

Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah upaya dengan ganda ibu dalam pola asuh anak.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang

10Husaini Usman Poernomo,Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 54.

(15)

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.11 Penggunaan metode observasi dalam penelitian diatas pertimbangan bahwa data yang dikumpulkan secara efektif bila dilakukan secara langsung mengamati objek yang diteliti. Teknik ini penulis gunakan untuk

mengetahui kenyataan yang ada di lapangan. Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis terhadap upaya dengan ganda ibu dalam pola asuh anak (studi ibu rumah tangga di kecamatan Ponorogo).

b. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan atau tanya jawab dengan maksud tertentu untuk mengumpulkan informasi.

Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer dan pihak yang memberikan jawaban. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas dalam artian penulis hanya menyiapkan pokok-pokok masalah yang dipertanyakan dalam pertanyaan pihak yang diwawancarai. Interview dalam penelitian ini penulis gunakan untuk mendapatkan data yang validtentang upaya dengan ganda ibu dalam pola asuh anak (studi ibu rumah tangga di kecamatan Ponorogo).

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan bendabenda tertulis seperti buku, majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.12 Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dalam pengumpulan data dengan teknik dokumentasi berarti peneliti melakukan pencarian dan pengambilan segala informasi yang sifatnya teks menjelaskan dan menguraikan mengenai hubungannya dengan arah penelitian.

Data yang ingin diperoleh dari metode dokumentasi adalah data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, historikalnya, maksud dan tujuan pendirian.

5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

11Husaini Usman Poernomo,Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 138.

12Ibid., 72.

(16)

Proses pengolahaan data dimulai dengan mengelompokkan data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu dari hasil observasi yang sudah dituliskan dalam bentuk catatan lapangan, hasil wawancara, serta dokumentasi berupa buku, gambar, foto, dan sebagainya untuk diklasifikasikan dan dianalisa dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Proses analisis data ditempuh melalui proses reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Mereduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabsahan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Data-data tersebut dipisahkan sesuai dengan permasalahan yang dimunculkan, kemudian dideskripsikan, diasumsi, serta disajikan dalam bentuk rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.13

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disederhanakan dalam pengertian bahwa sejumlah data yang terkumpul melalui teknik observasi, teknik wawancara dan dokumentasi digabung menjadi satu kemudian dicoba untuk dibakukan dan diolah serta dipilah-pilah menurut jenis atau golongan pokok bahasannya.

Karena data yang diperoleh masih dalam bentuk uraian panjang, maka perlu sekali untuk

direduksi. Penyajian data dimaksudkan sebagai langkah pengumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Selain mereduksi dan menyajikan data, tindakan selanjutnya adalah verifikasi dan menarik kesimpulan.

Verifikasi dilakukan untuk memeriksa dan mencocokkan kebenaran data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi lalu disimpulkan. Simpulan tersebut tidak mutlak tetapi sifatnya lentur, dalam arti ada kemungkinan berubah setelah diperoleh data yang baru.

6. Teknik Penguji Keabsahan Data

Peneliti dalam melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.14

13Tjetjep Rohendi Rohidi,Analisis Data Kualitatif(Jakarta: Penerbit UI 1992), 45.

14 J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda

(17)

Triangulasi merupakan usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara dengan informan.15

Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang valid dan ada kecocokan satu sama lain, peneliti mengadakan trianggulasi sumber data melalui pemeriksaan terhadap sumber lainnya yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Peneliti menggali kebenaran informasi melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara ini akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memeroleh kebenaran handal.

Karya, 1988),178.

15Ibid.

(18)

G. Sistematika Pembahasam

Agar dalam penyusunan atau pembuatan skripsi terarah dan teratur serta mudah dipahami, maka peneliti membagi pembahasan skripsi inimenjadi lima bab dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka terdahulu, metodeologi penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan teori berisi gambaran umum Peran ganda dan pola asuh anak, meliputi pengertian peran ganda, faktor yang mempengaruhi peran ganda, peran ganda ibu, pengertian pola asuh, jenis-jenis pola asuh, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.

BAB III Metodologi penelitian berisi dasar penelitian, fokus penelitian, sumber data, dan pengumpulan data.

BAB IV Hasil dan pembahasan meliputi upaya yang dilakukan oleh ibu yang mempunyai peran ganda dalam mengasuh anak dan pola asuh yang tepat digunakan oleh ibu dengan peran ganda sebagai wirausaha.

BAB V Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

(19)

18

Seseorang yang ada di dunia ini tidak hanya memiliki satu peran, melainkan ada yang memiliki dua peran bahkan lebih. Misalnya saja seorang anak berusia 7 tahun dia tidak hanya berperan sebagai anak bagi orang tuanya, tetapi dia juga memiliki peran sebagai seorang siswa sekolah dasar, selain itu dia juga berperan sebagai teman bagi teman sekolah dan teman bermainnya. Jika anak itu memiliki kakak atau adik dia juga berperan sebagai kakak atau adik di rumah. Begitu pula dengan orang tua, terutama ibu. Jika ibu adalah seorang pekerja maka ibu juga berperan sebagai wanita karir. Berikut merupakan teori-teori dari peran ganda.

1. Pengertian Peran Ganda

Peran ialah pemain sandiwara serta perangkat tingkah yang diharapakan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.1 Peran juga memiliki makna suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdas arkan status dan fungsi sosialnya.2Sedangkan pengertian peranan (role)merupakan aspek dinamis dari penduduk (status). Apabila seseorang melakukan hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukan maka dianggap peranan. Peranan lebih menunjuk kepada fungsi, penyesuaian diri, serta menjadi suatu proses.

Sehingga dapat disimpulkan peran yaitu setiap hal yang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat dan menjalankan suatu peranan.3

Pengertian peran ganda ibu yaitu peranan ibu dalam dua bentuk yaitu ibu yang berperan dalam bidang domestik serta publik. Peran domestik bisa dikatakan tidak mendapat imbalan berupa uang, namun adalah tanggung jawab seorang istri sekaligus ibu.4Sedangkan peran publik merupakan ibu yang

1KBBI

2Stevin M.E. Tumbage, dkk, “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Allude Kecamatan Kolongan Kabupaten Talaud,” (Talaud : Acta Diurna 6, no. 2,2017),7

3Jeiskee Salaa,“Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Ekonpmi Keluarga Di Desa Tarohan Kecamatan Beo Kabupaten Kepulauan Talaud,”(Talaud: Jurnal Holistik 8, no. 15, 2015), 7.

4Yuiar Hajar Prasekti dan Ika Sulismiati NR,“Peran Wanita Tani Dalam menunjang Pereknomian Rmah Tangga Keluarga Petani”, (Tulungagung: Jurnal Aribisnis Fakultas

(20)

atau lebih dalam hidupnya. Misalnya, seorang ibu yang juga seorang pekerja atau karyawan bisa berperan sebagai ibu saat di rumah dan berperan sebagai karyawan saat berada dikantor.

Peran ganda yang dilakukan seorang ibu tentunya memiliki tugas yang berbeda antara satu peran dengan peran lainnya.

Misalnya ibu sebagai seorang ibu rumah tangga maka ibu akan berperan untuk mengaja dan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah dan mengurus kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan jika ibu berperan sebagai wirausaha maka tugas ibu adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan usaha yang ibu lakukan untuk mendapatkan uang atau mendapatkan penghasilan.

2. Faktor yang mempengaruhi peran ganda

Sejak berabad-abad yang lalu, khususnya masyarakat tradisional peranan ibu memang selalu identik dengan pekerjaan rumah tangga. Aktifitasnya tak jauh dari dapur dan tempat tidur.

Seperti memasak, menghidangkan makanan, mengatur rumah, mengurus anak dan mempersolek diri seperti berdandan atau berhias diri untuk suami. Sehingga tidak ada waktu untuk istri atau ibu keluar dari rumah mengikuti pengajian atau acara sosial lainnya. Pada zaman dahulu derajat seorang ibu lebih rendah di bandingkan ayah sebab ibu hanya mengurus pekerjaan rumah dan mengurus anak, sedangkan tugas seorang ayah adalah keluar rumah mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Namun, pada zaman sekarang ini seorang ibu pun juga bisa menjadi seorang karyawan atau wanita karir. Derajat ayah dan ibu sudah setara, semuanya adil sesuai dengan kodratnya masing-masing, Mereka memilki hak dan kewajiban masing- masing. Dan sudah menjadi kodrat ibu untuk melahirkan sehingga ibu sebagai mesin reproduksi (hamil, melahirkan, dan menyusui) harus mampu mengurus, mendidik, membesarkan anak-anaknya dan juga mengurusi suaminya.6

Pertanian Unita, 2017), 6.

5Jeiskee Salaa,“Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Ekonpmi Keluarga Di Desa Tarohan Kecamatan Beo Kabupaten Kepulauan Talaud,”(Talaud: Jurnal Holistik 8, no. 15, 2015), 7.

6S. R. Parker, R. K. Brown dkk,Sosiologi Industr,(Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1992).

(21)

mampuan suami dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yakni sebagai berikut:

a. Latar pendidikan yang rendah sehingga dunia kerja yang digeluti juga kerja rendahan (buruh kasar), karena bekerja sebagai buruh kasar maka gaji yang dihasilkanpun sedikit dan tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.

b. Tingginya biaya hidup suatu daerah (wilayah) sehingga pendapatan yang didapat tidak seimbang dengan pengeluaran biaya hidup keluarganya.

c. Besarnya tuntutan hidup keluarga (baik itu gaya hidup istri, anak-anak ataupun dirinya sendiri.

d. Handycap (cacat badan atau nasib) seseorang sehingga menuntut dia tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja yang layak, akibatnya tidak mempunyai pendapatan yang tetap.

Akibatnya dari peran suami yang tidak maksimal ini banyak perempuan dalam hal ini ibu, menginginkan ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Banyak wanita yang terjun kedunia kerja dan meniti karir diperusahaan- perusahaan bahkan kadang karir wanita jauh melampaui seorang laki-laki.7 Ada pula ibu yang memutuskan untuk membuat usaha atau menjadi seorang wirausaha sendiri di rumah tanpa bekerja di luar rumah dan tentunya akan mendapatkan pemasukan dari usaha yang ibu itu lakukan.

Pada masa sekarang ini keterlibatan wanita dalam sektor produksi sudah biasa, ada wanita yang full bekerja diluar rumah sama dengan laki-laki. Ada juga sebagian yang lain memilih kerja paruh waktu atau menjadikan rumah tinggal mereka sebagai pusat dari kegiatan wanita mencari nafkah, seperti berjualan.

Bekerja paruh waktu atau penuh, berarti wanita sudah ikut berperan sebagai pencari nafkah keluarga, walaupun begitu keterlibatan wanita disektor produksi tidak berdampak pada perlakuan yang sama untuk suami dalam mengurus keluarga dan anak. Tugas domestik tetap dianggap kerja istri dan ibu, suami

74. 7Ibid.,

(22)

dan keluarganya. Tidak jarang dalam kondisi lelah sepulang kerja ibu masih harus memasak untuk makan malam keluarga, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetlika baju, mengasuh anak dan membantu anak belajar . ada pula seorang ibu yang berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya sehingga mengakibatkan kewibawaan suami selaku kepala keluarga berkurang. Sedangkan suami hanya mengikuti kehendak istri dan tidak ada punya daya untuk mengubah hal tersebut.Gerakan emansipasi telah berhasil mendobrak nilai-nilai tradisional yang mencela kehadiran wanita atau ibu dalam dunia industri dan membatasi gerak gerik wanita atau ibu sebatas rumah tangganya. Akan tetapi tradisi ini masih berlaku untuk pekerjaan pekerjaan kasar, misalnya pekerjaan di sektor pertambangan. Di dalam lingkungan keluarga, para istri atau ibu yang mampu mencari uang sendiri akan kurang tergantung pada suaminya dibandingkan dengan wanita atau ibu yang tidak bekerja.

Persamaan posisi istri dan suami dalam bidang pekerjaan akan menyamakan hak istri dan suami dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.8

3. Peran Ganda Ibu

Allah telah menciptakan seorang ibu dengan keadaan fisik dan hati serta kekuatan dengan luar biasa. Ibu tidak boleh melupakan risalah yang mulia ini di sebabkan karena pengaruh materi atau moderenisasi apapun adanya. Ini bukan berarti wanita atau ibu diharamkan bekerja dirumah karena tidak ada wewenang bagi seseorang mengharamkan tanpa ada keterangan syara’ yang benar-benar jelas maknanya. Segala sesuatu pada dasarnya diperbolehkan.9

Ibu dalam keadaan tertentu melakukan pekerjaan produksi sehingga ibu tersebut memiliki peran ganda, dan problematika yang cukup kompleks sebagai implikasi beralihnya peran istri atau ibu dari reproduksi dan domestik ke sektor publik berpengaruh pada konsentrasi istri atau ibu dalam mengelola

8Ibid.,

9Yusuf Qardhawi, Malamih Al Mujtama’ Al Muslim, (Surakarta: PT Era Adicitra Intermedia, 2013), 559.

(23)

karena itu sesuai dengan kedudukan tugas dan fungsinya, maka ibu dalam keluarga mempunyai peranan sebagai berikut:

a. Ibu sebagai anggota keluarga

Dalam Hukum Islam, kedudukan ibu di keluarga sangat mulia dan terhormat, maka seorang ibu harus dihormati dan dihargai, ibu dalam kelompok keluarga merupakan tumpuan harapan pemenuhan rasa aman dan rasa kasih sayang setiap anggota keluarganya, hal ini bisa memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan kesehatan fisik sertamental setiap anggota keluarga.

b. Ibu sebagai ibu rumah tangga

Peranan ibu sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga, yang mana ibu berperan sebagai ibu yang melahirkan anak dan merawat, memelihara dan juga mengayomi anggota keluarganya.

c. Ibu sebagai seorang istri

Peranan yang tidak kalah pentingnya dengan peranan ibu sebagai ibu rumah tangga adalah peran ibu sebagai istri yang mendampingi suami melaksanakan tugas sebagai istri tentu banyak menemui cobaan dan ujian, akan tetapi semua itu harus ditempuh istri demi mendapatkan kesempurnaan dalam keluarga.11

d. Ibu sebagai pencari nafkah atau wirausaha

Seorang ibu yang masuk dalam dunia kerja secara umum, biasanya terdorong untuk mencari nafkah karena tuntungan ekonomi keluarga yang terus meningkat, sedangkan pendapatan tidak ikut meningkat. Hal ini banyak terjadi pada lapisan masyarakat bawah, bisa kita lihat bahwa kontribusi ibu terhadap penghasilan keluarga dalam lapisan menengah kebawah sangat tinggi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa peran ganda ibu adalah peran ibu yang

10Khaeron Sirin,Perkawinan Mazhab Indonesia:Pergulatan Antara Negara, agama, dan perempuan,(Yogyakarta:Deepublish, 2018). 87.

11Ken Sutiyah, Dilema wanita antara industri rumah tangga dan aktivitas domestik,(Yogjakarta : Universitas Gajah Mada, 2017 ).

(24)

domestik yaitu sebagai seorang ibu rumah tangga dan peran dalam sektor publik yaitu sebagai seorang pekerja atau sebagai wirausaha.12

B. Teori PolaAsuh

Pola asuh orang tua sangatlah berpengaruh pada kehidupan anak dimasa yang akan datang. Karena anak akan selalu ingat dengan cara asuh orang tuanya, pola asuh juga berpengaruh pada pembentukan sifat dan karakter anak. Pola asuh menentukan karakter anak yang akan di bawa sampai anak tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan yang sesungguhnya di masa depan. Berikut adalah teori tentang pola asuh.

1. Pengertian Pola Asuh

Istilah pola asuh berasal dari kata pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola artinya sistem, cara kerja.

Sedangkan asuh artinya bimbing, pimpin.13Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berhubungan dengan anak-anaknya. Sikap ini dapat dilihat dalam berbagai segi antara lain dari cara orang tua memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua memberikan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan anak. 14Pola asuh adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologi, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol terhadap perilaku anak, menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar perilaku yang diupayakan kepada anak-anak.15

Berdasarkan definisi tentang pola asuh orang tua di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam

12Ken Sutiyah, Dilema wanita antara industri rumah tangga dan aktivitas domestik,(Yogjakarta : Universitas Gajah Mada, 2017 ).

13Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 1088.

14M. Chabib Thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 109.

15M. Shochib,Pola Asuh Orang Tua(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 15.

(25)

kedewasaan dan membentuk karakter dalam diri anak.

Mengasuh atau mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang diamanatkan Tuhan kepada para orang tua. Orang tua tidaklah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup anaknya. Anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang lebih intensif, baik melalui pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal (keluarga). Anak juga membutuhkan curahan kasih sayang dan pelukan hangat dari orang tua. Melalui sarana pendidikan ini orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawanya hingga dewasa nanti.16Pola asuh orang tua terhadap anak sangat menentukan dan mempengaruhi kepribadian atau sifat serta perilaku anak, karena pembentukan anak bermula atau berawal dari keluarga. Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung dari pola asuh orang tua dalam keluarga.

2. Jenis-jenis Pola Asuh

Mendidik anak dalam keluarga menjadi salah satu cara agar anak dapat mengembangkan kepribadiannya menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua.17Terdapat beberapa pengelompokan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, yang antara satu dengan lainnya hampir mempunyai persamaan. Berikut adalah jenis-jenis pola asuh:

a. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti orang tua, kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak

16Alex Sobur,Pembinaan Anak dalam Keluarga(Jakarta: Gunung Mulia, 1987), 01

17Mansur, M.A, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 53.

(26)

menyangkut permasalahan anak-anaknya. Pola asuh otoriter ini biasanya menggunakan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa.19Orang tua memaksakan pendapat atau keinginan pada anaknya dan bertindak semaunya kepada anak, tanpa dapat di kritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa saja yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang tua. Anak tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan, keinginan, atau perasaannya.

Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:

1) Anak harus mematuhi aturan aturan pengasuh dan tidak boleh membantahnya.

2) Pengasuh cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya.

3) Pengasuh cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak

4) Jika terdapat perbedan pendapat antara pengasuh dengan anak, maka anak dianggap pembangkang

5) Pengasuh cenderung memaksakan disiplin.

6) Pengasuh cenderung memaksakan sesuatu untuk anak dan anak-anak hanya pelaksanya

7) Tidak adanya komunikasi antara pengasuh dan anak.

Orang tua yang otoriter juga mungkin sering memukul atau berperilaku kasar terhadap anak. Menegakkan aturan dengan tegas tetapi tidak menjelaskannya, dan menunjukkan kemarahan kepada anak itu. Hasil pola asuh dari orang tua otoriter adalah anak merasa tidak bahagia, takut, dan cemas tentang membandingkan diri mereka dengan orang lain,

18Mahfud Junaidi, Kiai Bisri Mustofa, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Semarang: Walisanga Press, 2009 ), 54.

19M. Chabib Thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 111.

(27)

sehingga mungkin saja pada akhirnya anak tumbuh menjadi individu yang kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, hingga kurang mandiri karena segala sesuatu tergantung pada orang tua. Sisi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi penurut dan cendrung akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan yang ditetapkan orang tua.

Pola asuh otoriter ini di rasa kurang tepat untuk mendidik anak karena bisa menumbuhkan karakter anak menjadi kurang baik untuk kehidupan di masa depan.

b. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut tentang kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan dan berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.20

Tipe pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepimpinan yang dimilikinya. Memiliki kepedulian terhadap hubungan antar pribadi dalam keluarga. Meskipun tampak kurang terorganisasi dengan baik, namun pola asuh demokratis ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk mengahasilkan produktivitas dan kreativitas, karena tipe pola asuh ini mampu memaksimalkan apa yang dimiliki anak.

Orang tua yang demokratis menetapkan adanya hak dan kewajiban dalam keluarga. Hak anak untuk berbicara difasilitasi oleh orang tua. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilaku sendiri agar dapat disiplin.

20Mahfud Junaidi, Kiai Bisri Mustofa: Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Semarang: Walisanga Press, 2009 ), 355.

(28)

saling memahami dalam keluarga.Orang tua dengan pola asuh demokratis cenderung fleksibel, responsif, dan merawat. Orang tua melakukan pengawasan, tuntutan, hangat, dan memiliki komunikasi yang baik dengan anak.

Pengasuhandemokratis akan memberikan dorongan, membantu anak dalam membuat keputusan, selain itu anak diberikan kesempatan untuk berperan dalam berbagai aktivitas, menaruh perhatian terhadap pandangan dan perbedaan individual anak serta lebih fleksibel terhadap aturan yang telah disepakati bersama.21Tidak semua orang tua harus mentolelir terhadap anak, dalam hal-hal tertentu orang tua perlu ikut campur tangan,misalnya:

1) Dalam keadaan yang membahayakan hidupnya atau keselamatan anak

2) Hal-hal yang terlarang bagi anak dan tidak tampak alasan- alasan yang lahir

3) Permainan yang menyenangkan anak, tetapi menyebabkan keruhnya suasana yang menganggu ketenangan umum.22

Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri orang tua mengarahkan anak, lebih terbuka, memberikan pertimbangan kepada anak, menjelaskan kebijakan yang akan dilakukan secara rasional, orang tua memberikan kebebasan namun masih di bawah kontrol, hangat, pola komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, dan konsisten terhadap tindakan.23

Anak di bawah pengasuhan demokratis akan menunjukkan tanggung jawab, sosial yang tinggi, lebih independen, memungkinkan berkembangnya kompetensi sosial, mencegah problem perilaku maupun psikologis seperti mudah cemas, depresi dan rendahnya rasa

21Mohammad takdir Ilahi, Quantum Parenting Kiat Sukses Mengasuh Anak SecaraEfektif Dan Cerdas,(Jogjakarta: KataHati, 2013), 138.

22M. Chabib Thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 111.

23Mohammad takdir Ilahi, Quantum Parenting Kiat Sukses Mengasuh Anak SecaraEfektif Dan Cerdas,(Jogjakarta: KataHati, 2013), 138.

(29)

dan aturan yang disepakati bersama orang tuannya.

Dalam pola asuh demokratis ini dapat disimpulkan anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih bersosialisasi, bertanggung jawab, percaya diri sehingga pola asuh ini sangat cocok di terapkan untuk membentuk karakter anak sehingga bisa menjadi bekal untuk kehidupan di masa depan.

c. Pola asuh permisif

Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan kepada anaknya.

Semua apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan atau bimbingan.25Pola asuh ini memberikan harapan anak membentuk karakter tanpa campur tangan orang tua. Orang tua menganggap anak mampu berfikir sendiri dan iasendirilah yang akan merasakan akibatnya. Orang tua dengan pola ini umumnya tidak memberikan pengawasan, tidak menasihati anak ketika salah, memberikan sedikit tuntunan dan menekan sedikit disiplin26

Pola asuh permisif memiliki ciri-ciri tidak ada kontrol orang tua, memberikan kebebasan terhadap harapan- harapan dan tindakan anak, membolehkan setiap tindakan anak, dalam menerapkan peraturan tidakkonsisten, kurang melakukan kontrol dan cenderung memanjakan anak. Anak di bawah pola asuh model ini akan menunjukkan kontrol diri, harga diri, dan konsep diri yang negatif dan gangguan penyesuaian diri. Anak akan mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai orang lain.Orang tua bersikap longgar

24Syamsul, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, 71

25Mahfud Junaidi, Kiai Bisri Mustofa, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren (Semarang: Walisanga Press, 2009 ), 356.

26Mohammad Takdir Ilahi, Quantum Parenting Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif Dan Cerdas, ,(Jogjakarta: KataHati, 2013), 138.

(30)

tua yang disertai dengan kontrol diri yang rendah akan menjadikan anak berbuat sekendak hati. Cara mendidik yang demikian ternyata dapat diterapkan kepada orang dewasa yang sudah matang pemikirannya, tetapi tidak sesuai jika diberikan kepada anak-anak remaja. Apalagi bila diterapkan untuk pendidikan agama, banyak hal yang harus disampaikan secara bijaksana.27 Oleh karena itu dalam keluarga orang tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam mendidik anaknya.

Pola asuh permisif ini sangat tidak tepat jika di lakukan untuk mendidik anak karena terkesan lebih membiarkan anak tanpa kontrol dari orang tua. Di masa depan anak akan selalu merasa apapun yang dia lakukan sudah benar dan tidak ada yang salah. Hal ini yang membuat karakter anak di kehidupan masa depannya menjadi kurang tertata dan kurang teratur.

3. Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

Setiap orang mempunyai latar belakang berbeda, mulai dari sifat, karakter, sosial, ekonomi dan budaya. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda kepada anak.

Pola asuh anak tergantung bagaimana cara orang tua memilih pola asuh mana yang terbaik yang harus di terapkan untuk membentuk karakter anak. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir yang merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya.28

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang

27M. Chabib Thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 112.

28Syaiful Bahri Djamarah,Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak, (Jakarta:Renika Cipta. 2014),19.

(31)

internet, Hp, Tv, atau media cetak seperti koran, majalah, dan sebagainya. Lingkungan keluarga, tempat seseorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap pribadian seorang anak. Terutama dari cara para orang tua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak lama peran sebagai orang tua seringkali menjadi suatu hal yang utama dalam membentuk karakter anak.29

Selain faktor internal dan eksternal ada pula beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuhorang tua yaitu:

a. Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orang tua dalam menerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga yang tinggal dikota besar, kemungkinan orang tua akan banyak mengontrol anak karena merasa khawatir, misal: melarang anaknya pergi kemana-mana sendiri.

Sedangkan keluarga yang tinggal dipedesaan, kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi sendirian.

b. Sulkultur budaya

Budaya dilingkungan tempat tinggal keluarga menetap akan mempengaruhi pola asuhorang tua. Hal ini dapat dilihat dari pendapa torangtua di Amerika Serikat yan gmemperkenankan anak-anakny auntuk mempertanyakan tindakan orangtua dan mengambil bagian dalam argumentasi tentang aturan dan standart moral, di Meksiko, perilaku seperti itu akan dianggap tidak sopan dan tidak pada tempatnya.

c. Status sosial ekonomi

Status sosial akan mempengaruhi pola asuh orang tua.Keluarga dari kelas sosial yang berbeda, tentu juga mempunyai pandangan yang berbeda pula bagaimana cara menerapkan pola asuh yang tepat dan dapat diterima bagi masing-masing anggota keluarga.

d. Orientasi religius

Arah dan orientasi religiusitas dapat menjadi pemicu diterapkannya pola asuhd alam keluarga. Orang tua yang

29Ibid.,

(32)

ketika anak sudah dewasa harapan orang tuanya adalah anak bisa menjadi seseorang yang selalu ingat akan agama yang dipeluknya.

e. Bakat dan kemampuan orang tua

Orang tua yang memiliki kemampuan komunikasi dan berhubungan dengan cara yang tepat dengan diri anak.

Misalnya, orang tua nya adalah seorang yang berbakat dalam bidang wirausaha maka orang tua tersebut akan mendidik anak nya sejak dini dengan mengenalkan dan mengajarinya cara-cara berwirausaha sehingga harapan orang tua anak bisa mewarisi bakat orang tua ketika sudah tumbuh dewasa kelak.

f. Gaya Hidup

Gaya hidup masyarakat didesa dan dikota besar cenderung memiliki suatu norma yang dianut sehari-hari sangat dipengaruhi faktor lingkungan yang mengembangkan suatu gaya hidup.30 Gaya hidup di kota biasanya anak akan di didik sesuai dengan lingkungannya misalnya selalu di kenakan pakaian yang trendi sesuai dengan perkembangan zaman namun tidak lepas dari norma sosial yang berlaku. Sedangkan anak di desa akan dikenakan pakaian apa adanya yang penting nyaman, sopan dan sesuai dengan norma sosial di lingkungan sekitar.

C. TeoriSingle Parent

1.PengertianSingle Parent

Single Parent adalah pengasuhan anak yang hanya dilakukan oleh satu orang tua saja, yaitu hanya ayah atau hanya ibu. Umunya keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Tetapi pada single parent ini hanya ada salah satu orang tua saja.

Hurlock berpendapat bahwa single parent adalah orang tua yang telah menjanda atau menduda. Entah ibu atau bapak mereka berkewajiban mengasuh dan memelihara anak- anaknya setelah kematian, perceraian atau kelahiran di luar

30Mussen.Perkembangandan KepribadianAnak.(Jakarta:ArcanNoor,1994).39.

(33)

tanggung jawab dari pasangannya.

Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa single parent adalah orang tua yang mengasuh anaknya seorang diri tanpa kehadiran pasangan di sisinya dan hidup bersama hanya dengan anak-anaknya dalam satu rumah.

2. Faktor Yang Membuat Orang Menjadi Single Parent

a. Kehilangan pasangan akibat meninggal, hal ini terjadi bila seorang suami meninggal maka wanita akan menjadisingle parent dalam mengurus semua masalah dalam rumah tangga.

b. Perceraian perkawinan yang buruk terjadi bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi memuaskan kedua belah pihak selain itu persoalan ekonomi dan prinsip hidup yang berbeda dimana akan menimbulkan suasana keruh dan meruntuhkan rumah tangga.

c. Diterlantarkan atau ditinggalkan suami tanpa dicerai dapat terjadi bila pasangan tidak ada sifat tanggung jawab, kadang terjadi bila tidak ada keputusan baik dibidang materi maupun psikologi sehingga untuk memenuhinya lebih memilih pergi dari pasangannya tanpa ada kepastian bagaimana hubungan mereka nanti.

d. Pasangan yang tidak sah. Pada zaman modern sekarang pola hidup cinta bebas dan seks bebas mulai banyak dianut oleh kalangan anak muda. Pola seks bebas tersebut mempunyai dampak terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga wanita tersebut akan membesarkan anaknya tanpa pasangannya. e. Tanpa menikah tetapi punya anak yang diadopsi. Saat ini banyak wanita yang mengambil keputusan dengan berkarir hingga hari tuanya, wanita tersebut biasanya mengambil anak angkat, hal ini dimaksud agar semua harapannya bisa dipenuhi melalui anak angkatnya.32

31Koes Irianto,Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan Praktikum (Bandung: Alfabeta, 2015), 433.

32Ibid.,

(34)
(35)

68

Ponorogo, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sedikit sejarah tentang Kelurahan Nologaten dahulu bermula dari seorang kyai yang bernama kyai Nologati yang berasal dari Kartosuro dan pengikutnya Sinuwun Paku Buwono II.

Kyai Kartosuro dan Sinuwun Paku Buwono II tidak ingin pergi dari Ponorogo dan menetap di Ponorogo. Kyai Kartosuro bertempat tinggal di timur pasar legi hingga meninggal dan di makamkan di timur pasar legi Ponorogo. Nama Kelurahan Nologaten sendiri di ambil dari nama Kyai Nologati yang bertempat tinggal di sana. Kelurahan Nologaten artinya tempat tinggal Kyai Nologati. Sebelumnya Kelurahan Nologaten di bagi menjadi tiga dusun yaitu :1

1. Dusun Krajan

Utaranya Jl. Hayam Wuruk (sekarang Jl. KH. Ahmad Dahlan).

Mulai dari Pasar Legi (sekarang Pasar Songgo Langit) ke timur hingga Bunderan, lalu ke utara. Utaranya Bunderan ada Gerdhu yang sangat angker atau wingit dinamakan Gerdhu Mayit sebab di sana tempat peristirahatannya mayat yang akan di bawa ke rumah sakit. Rumah sakit pada zaman dahulu berada di Gedung Pembatik kemudian pada tahun 1918 pindah di Keniten. Gerdhu itu dibuat pada zaman Bupati Marto Hadinagoro tahun 1837 – 1984, kemudian dipugar pada zaman Bupati Sumadi tahun 1979 – 1984.

2. Dusun Durisawo

Yang mengawali adalah Kyai Tosawo. Kyai Tosawo dan kyai- kyai di bawahnya merupakan ahli tasawuf dan ahli tarikoh.

Santrinya tidak hanya pemuda-pemuda saja tetapi banyak juga dari orang tua sekitar Durisawo, Nologaten sebelah utara.

3. Dusun Bedreg

Dinamakan Bedreg sebab di sana banyak pohon bedreg.

Zaman Bupati Lider 1856 – 1882 di Bedreg merupakan tempat pacuan kuda yang pesertanya dari seluruh lurah atau diwakilkan pada warga desa tersebut. Pacuan kuda tersebut

1https://dimasadji4.wordpress.com/2011/05/02/sejarah-kelurahan-nologaten/

di akses tanggal 7 Juni 2023 pukul 07.06 WIB

(36)

dalam pembuatan itu ada korban murid SD kelas IV tergilas oleh stoomwals. Kemudian rencana membuat stadion dihentikan.

Pembangunan diteruskan oleh Bupati Sumadi hingga selesai dan diresmikan pada tanggal 20 Mei 1976 dengan nama stadion Bathoro Katong.

Pada zaman Bupati Drs. Soebarkah Putro Hadiwiryo (1984 – 1989) mendirikan kolam renang di sebelah timur stadion yang dinamakan Tirto Suromenggolo. Di depannya dibangun tempat menyimpan air yang berbentuk seperti sumur dengan tinggi sekitar 20m dan terbuat dari beton. Ini dinamakan bak raksasa untuk melayani air minum wilayah kota Ponorogo.2

B. Profil Ibu Single Parent dan Pola Asuhnya Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Nologaten Ponorogo

1. Bu Etik

Bu Etik adalah seorang ibu rumah tangga single parentyang juga merupakan seorang wirausaha. Peran ialah pemain sandiwara serta perangkat tingkah yang diharapakan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.3 Peran juga memiliki makna suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.4

“Saya memiliki toko kelontong di rumahnya yang terletak di Jalan gondosuli Nologaten Ponorogo. Di dalam toko kelontongnya bu Etik menjual berbagai macam sembako dan kebutuhan rumahtangga lainnya. Toko kelontong bu Etik buka dari jam 09.00 WIB sampai jam 21.00 WIB. Di sela kesibukannya sebagai seorang wirausaha bu Etik juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ibu yaitu mengurus anak- anaknya dan mengurus rumah”.5

Bu Atik menjadi seorang yang meiliki peran ganda karena

2Ibid.,

3KBBI

4Stevin M.E. Tumbage, dkk, “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Allude Kecamatan Kolongan Kabupaten Talaud,” (Talaud : Acta Diurna 6, no. 2,2017),7

5Wawancara dengan bu Etik di Nologaten,Ponorogo 21 Maret 2023 pukul 09.57.

(37)

tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Tingginya biaya hidup juga menjadi faktor Bu Atika sehingga pendapatan yang didapat tidak seimbang dengan pengeluaran biaya hidup keluarganya. Selain itu besarnya tuntutan hidup keluargajuga menjadi alasan utama Bu Atik untuk menjalani peran ganda . Hal lain yang membuat Bu Atik menjadi seorang yang memiliki peran ganda karena beliau seorangsingle parent.6

“Sebelum membuka toko bu Etik mulai melakukan kewajibannya seperti menyapu, memasak, mencuci piring dan mengurus anak. Anak bu Etik kini sudah berusia 17 Tahun dan bersekolah di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. Bu Etik mengasuh Anwar seorang diri semenjak Anwar berusia 4 tahun. Bu Etik bercerita jika suaminya pamit pergi merantau pada saat itu dan tidak kunjung kembali sampai sekarang. Jadi mau tidak mau bu Etik harus berjuang seorang diri untuk bertahan hidup dan membesarkan Anwar.”7

Sebelum memiliki toko kelontong bu Etik pernah menjadi seorang buruh cuci di rumah para tetangganya. Menurut bu Etik memiliki peran ganda tidaklah mudah karena harus menjalankan dua peran sekaligus. Dalam mendidik Anwar, bu Etik sangatlah sabar dan tidak mengekang kemauan anaknya. Bu Etik memilih pola asuh demokratis dalam mendidik anaknya. Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri orang tua mengarahkan anak, lebih terbuka, memberikan pertimbangan kepada anak, menjelaskan kebijakan yang akan dilakukan secara rasional, orang tua memberikan kebebasan namun masih di bawah kontrol, hangat, pola komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, dan konsisten terhadap tindakan.8

“Ya saat mendidik anak saya itu lebih mebebaskan anak saya tapi juga tak arahkan jika dia berbuat salah jadi tetap tak

6S. R. Parker, R. K. Brown dkk,Sosiologi Industr,(Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1992).

74 7Wawancara dengan bu Etik di Nologaten,Ponorogo 21 Maret 2023 pukul 09.57.

8Mohammad takdir Ilahi, Quantum Parenting Kiat Sukses Mengasuh Anak SecaraEfektif Dan Cerdas,(Jogjakarta: KataHati, 2013), 138.

(38)

ibu rumah tangga dan seorang wirausaha. Pengertian peran ganda ibu yaitu peranan ibu dalam dua bentuk yaitu ibu yang berperan dalam bidang domestik serta publik. Peran domestik bisa dikatakan tidak mendapat imbalan berupa uang, namun adalah tanggung jawab seorang istri sekaligus ibu.10Sedangkan peran publik merupakan ibu yang bekerja di luar rumah maupun bekerja secara profesional berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki.11

“Saya memiliki toko kelontong yang terletak di rumahnya yaitu di Nologaten Ponorogo. Di toko kelontongnya beliau menjual berbagai macam sembako dan perlengkapan rumah tangga yang di butuhkan sehari-hari. Toko bu Amin buka dari jam 07.00 WIB hingga jam 21.00 WIB”12

Tidak berbeda jauh dengan Bu Atik faktor yang menjadikan Bu Amin sebagai seorang yang memiliki peran ganda karena ekonomi keluarga serta kebutuhan hidup yang tidak sedikit selain itu juga karena beliau adalah seorang single parent sehingga harus membesarkan anaknya seorang diri.

“Anak saya sudah bekerja di Jakarta, sebelum anak saya bekerja dulu ya. Saya menghidupi dan mengasuh anak saya seorang diri tanpa suami karena sudah bercerai dengan mantan suami saya. Saya pun juga melakukan kewajibannya sebagai seorang ibu di waktu-waktu luang mengerjakan pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah memasak dan mengasuh anak tapi sekarang udah gak ngasuh anak karena udah gede anak saya”.13

9Wawancara dengan bu Etik di Nologaten,Ponorogo 21 Maret 2023 pukul 09.57.

10Yuiar Hajar Prasekti dan Ika Sulismiati NR, “Peran Wanita Tani Dalam menunjang Pereknomian Rmah Tangga Keluarga Petani”, (Tulungagung: Jurnal Aribisnis Fakultas Pertanian Unita, 2017), 6.

11Jeiskee Salaa,“Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Ekonpmi Keluarga Di Desa Tarohan Kecamatan Beo Kabupaten Kepulauan Talaud,”(Talaud: Jurnal Holistik 8, no. 15, 2015), 7.

12 Wawancara dengan Bu Amin di Nologaten Ponorogo tanggal 22 Maret 2023 pukul 13.00 WIB

13Wawancara dengan Bu Amin di Nologaten Ponorogo tanggal 22 Maret 2023 pukul 13.00 WIB

(39)

mengontrol anaknya dan juga tidak memberikan bimbingan apapun terhadap anaknya.14

“Saya itu lebih membebaskan anak saya ya karena tak anggap anak saya udah besar jadi ya terserah dia mau ngapain gitu, udah percaya aja sama anak saya”15

3. Ibu Erly

Bu Erly adalah seorang yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan seorang wirausaha. Seorang ibu yang masuk dalam dunia kerja secara umum, biasanya terdorong untuk mencari nafkah karena tuntungan ekonomi keluarga yang terus meningkat, sedangkan pendapatan tidak ikut meningkat.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa peran ganda ibu adalah peran ibu yang terwujud dalam aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya satu aktivitas saja akan tetapi lebih dari satu aktivitas yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Diantaranya peran dalam sektor domestik yaitu sebagai seorang ibu rumah tangga dan peran dalam sektor publik yaitu sebagai seorang pekerja atau sebagai wirausaha.16

“Wirausaha yang saya jalankan adalah memiliki usaha toko sembako di rumahnya yang beralamat di Nologaten ponorogo.

Toko saya buka dari jam 07.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Saya mengurus toko sembakonya seorang diri. Saya juga mengasuh anak sendiri tanpa suami. Karena sudah bercerai dengan suami saya. Saya memiliki seorang anak yang bernama Endita berusia sebelas tahun. Endita kini menempuh pendidikan kelas 4 di SD Ma’arif Ponorogo.”17

14S. R. Parker, R. K. Brown dkk,Sosiologi Industr,(Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1992). 74

15 Wawancara dengan Bu Amin di Nologaten Ponorogo tanggal 22 Maret 2023 pukul 13.00 WIB

16Ken Sutiyah, Dilema wanita antara industri rumah tangga dan aktivitas domestik,(Yogjakarta : Universitas Gajah Mada, 2017 ).

17Wawancara dengan Bu Erly di Nologaten Ponorogo tanggal 23 Maret 2023 pukul 10.00 WIB

(40)

kesempatan untuk mengembangkan dan berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.18

“kalau mendidik anak saya itu tidak pernah mengekang anak saya, dan saya berika kesempatan kepada anak saya untuk mengembangkan kemampuan yang ia miliki, ketika dia sedang berpendapat tentang hidupnya ya saya dengarkan lah pokonya”19

4. Bu Emilda

Bu Emilda adalah seorang pedagang baju di pasar Songgolangit Ponorogo. Sealin sebagai pedagang bu Emilda juga berperan ganda sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus menghidupi kedua anaknya seorang diri. Karena bu Emilda sudah bercerai dengan mantan suaminya. Perceraian merupakan faktor yang membuat bu Emilda mejankan tugas sebagai seseorang yang memiliki peran ganda.

“Saya kerja jualan baju di pasar Songgolangit Ponorogo, saya bekerja karena memang hanya saya yang harus mengurus anak- anak saya. Saya sudah bercerai dengan mantan suami saya. Anak saya ada dua yang pertama bernama Salsa berusia 21 tahun dan saat ini sedang menempuh pendidikan strata -1 jurusan Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Anak yang kedua bernama Farel dan kini berusia 19 tahun yang bersekolah di Sekolah Teknik Menengah Jenangan Ponorogo dan mengambil jurusan kelistrikan.”20

Dalam mendidik kedua anaknya bu Emilda menggunakan pola demokratis. Bu Emilda selalu memberikan fasilitas anak-anaknya untuk berbagi pendapat. Bu Emilda melakukan pengawasan, tuntutan, bersikap hangat, dan memiliki komukikasi yang baik terhadap anak-anaknya. Bu Emilda selalu memberikan dorongan,

18 Mahfud Junaidi, Kiai Bisri Mustofa: Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Semarang: Walisanga Press, 2009 ), 355.

19 Wawancara dengan Bu Erly di Nologaten Ponorogo tanggal 23 Maret 2023 pukul 10.00 WIB

20Wawancara dengan Bu Emilda di Nologaten Ponorogo tanggal 24 Maret 2023 Pukul 09.00 WIB

(41)

“Dalam mendidik saya tentu saya selalu memberikan pengawasan, tuntutan dan bersikap terbuka kepada anak saya, supaca anak saya juga bersikap terbuka kapada saya, selain itu juga saya selalu membantu anak-anak saya dalam membuat keputusan yang terbaik untuk kehidupan mereka”22

BAB IV

ANALISIS PERAN GANDA IBU DALAM POLA ASUH ANAK ( STUDI PADA IBU RUMAH TANGGA WIRAUSAHA DI NOLOGATEN PONOROGO) A. Macam-Macam Peran Ibu Single Parent Di Keluraahan Nologaten

Ponorogo

1. Peran Ibu Etik

Ibu Etik adalah seorang ibu rumah tangga yang juga merupakan seorang wirausaha. Ibu Etik memiliki toko kelontong di rumahnya yang terletak di Jalan gondosuli Nologaten Ponorogo. Di dalam toko kelontongnya ibu Etik menjual berbagai macam sembako dan kebutuhan rumahtangga lainnya. Toko kelontong bu Etik buka dari jam 09.00 WIB sampai jam 21.00 WIB. Di sela kesibukannya sebagai seorang wirausaha ibu Etik juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ibu yaitu mengurus anak-anaknya dan mengurus rumah.

Sebelum membuka toko bu Etik mulai melakukan kewajibannya seperti menyapu, memasak, mencuci piring dan mengurus anak. Anak bu Etik kini sudah berusia 17 Tahun dan bersekolah di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. Ibu Etik mengasuh

21Syamsul, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, 71

22Wawancara dengan Bu Emilda di Nologaten Ponorogo tanggal 24 Maret 2023 Pukul 09.00 WIB

Referensi

Dokumen terkait