Mengenai Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Subsidi Sektor Pertanian, diakses pada tanggal 3 Maret 2020 pukul 14:37 WIB. Tindak pidana jual beli pupuk bersubsidi di luar wilayah hukum pedagang yang tidak ditunjuk oleh penyalur merupakan tindak pidana ekonomi, namun jelas tercantum dalam undang-undang. Bagaimana pemikiran hakim dalam menjatuhkan sanksi kepada pelaku pupuk bersubsidi tindak pidana ekonomi pada putusan no. 126/PID.SUS/2020/PT GTO.
Untuk mengetahuinya, perlu mengkaji dan menganalisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana ekonomi dengan pupuk bersubsidi dalam putusan nomor 126/PID.SUS/2020/PT GTO.
Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi terhadap istilah-istilah tersebut yaitu. Analisis hukum adalah serangkaian perilaku mengamati, mendeskripsikan, dan/atau merekonstruksi suatu objek dengan menggunakan parameter hukum sebagai standar penggunaannya. Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping juga mempunyai manfaat bagi para pihak yang terlibat sehingga bahwa pertimbangan hakim harus hati-hati ya. , dan ditangani dengan hati-hati.
Apabila pertimbangan hakim kurang lengkap, baik dan lengkap, maka putusan hakim yang timbul dari pertimbangan hakim tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung atau Mahkamah Agung.18 c. 19 Patricia Rinwigati, 2016, Kejahatan Ekonomi dalam RKUHP: Quo Vadis?, Jakarta Selatan, Aliansi Nasional Reformasi KUHP, hal. Tanggung jawab hukum berarti seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bertanggung jawab atas suatu sanksi bilamana terjadi perbuatan yang tidak menyenangkan.
Keaslian Penelitian
Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara berkonsentrasi pada hukum perdata. Selama ini diteliti belum terdapat kesepakatan judul skripsi atau penelitian mengenai “Analisis Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Tindak Pidana Ekonomi Terhadap Pelaku Perdagangan Pupuk Subsidi Pemerintah Tanpa Izin (Putusan Kajian Nomor 126 /Pid.Sus/2020 /PT Gto)". Pencarian dilakukan dengan cara pencarian data menggunakan sistem komputerisasi yang dilakukan oleh pustakawan sehubungan dengan penelitian terdahulu seperti skripsi Program Studi Magister Ilmu Hukum (Magister Ilmu Hukum). Hukum) Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara tahun 2017-2022, tidak terdapat judul penelitian serupa, dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kaidah keilmuan yang harus dijaga yaitu kejujuran, rasionalitas, objektivitas dan keterbukaan.
Hal ini merupakan implikasi etis dari proses pencarian kebenaran ilmiah agar penelitian ini beralasan secara ilmiah dan terbuka terhadap kritik yang membangun (membangun).
Metode Penelitian
- Spesifikasi Penelitian
 - Metode Penelitian
 - Alat Pengumpulan Data
 - Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
 - Analisis Data
 
Spesifikasi penelitian dalam kasus ini dilakukan dengan mendeskripsikan situasi atau fenomena terkait kejahatan ekonomi terhadap pelaku yang memperdagangkan pupuk subsidi pemerintah tanpa izin (Studi Putusan No. 126/Pid.Sus/2020/PT Gto). Aspek hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan pidana ekonomi terkait dengan transaksi pupuk bersubsidi. Penelitian normatif adalah penelitian yang lebih menekankan pada penggunaan data sekunder, atau berupa norma hukum tertulis.
Penelitian yang penulis lakukan disini merupakan suatu bentuk penelitian hukum normatif yang bertujuan untuk mengetahui kepastian hukum berdasarkan studi literatur dan hukum positif yang ada.22. Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Library Research. Metode penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mencari konsepsi, teori, prinsip dan hasil pemikiran lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.23.
Dalam teknik pengumpulan data ini melalui penelitian kepustakaan atau yang disebut dengan penelitian kepustakaan, data akan diperiksa, diinventarisasi, dikumpulkan dan diolah dalam bentuk peraturan hukum, informasi, artikel ilmiah, pendapat ahli hukum, media – media cetak dan elektronik dan lain-lain yang ada. sumber tertulis untuk mendukung penulisan penelitian ini sampai selesai. Prosedur penelitian diawali dengan pengumpulan data terkait pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan kejahatan keuangan terhadap pelaku jual beli pupuk subsidi negara tanpa izin (putusan penyidikan nomor 126/Pid.Sus/ 2020/PT Gto), peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan objek yang diteliti (hukum positif), serta bahan hukum primer dan sekunder tambahan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, seperti kamus. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yang diungkapkan secara tertulis atau lisan dan juga diamati dalam kehidupan nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh dengan memahami kebenarannya.
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif-analitis, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan serta perilaku nyata dan satelitnya dan dipelajari secara menyeluruh.24 Dalam hal ini analisis akan disajikan secara deskriptif dengan menggunakan metode deskriptif. Saya berharap dapat menguraikannya dengan jelas agar mendapat gambaran menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti. Analisis data adalah prosedur yang menyusun urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola kategori dan satuan dasar deskripsi, sedangkan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.25 Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan kemudian secara berurutan dan sistematis dan.
Pupuk Bersubsidi
Pengertian Pupuk Bersubsidi
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Pupuk Indonesia (Persero) menunjuk produsen sebagai pelaksana pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi yang bertanggung jawab pada provinsi dan kabupaten/kota tertentu. Memiliki dan/atau menguasai sarana penyimpanan dan alat angkut yang dapat menjamin pemerataan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya; Penyaluran pupuk bersubsidi mulai dari pabrik (Jalur-I), pelabuhan provinsi (Jalur-II), gudang produsen di kabupaten (Jalur-III), distributor (Jalur-III), hingga penyalur (Jalur-IV) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. peraturan menteri perdagangan tentang pembelian dan distribusi pupuk tambahan untuk sektor pertanian.
Petani wajib membeli dan menyalurkan pupuk bersubsidi dari lini I sampai III di wilayahnya; Penyalur wajib membeli dan menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai dengan peruntukannya mulai III. ke IV. garis-garis di wilayah hukumnya; Pengecer wajib melakukan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani dan/atau kelompok tani pada Lini IV di wilayah kekuasaannya.
Penyaluran pupuk bersubsidi dari penyalur jalur IV kepada petani atau kelompok tani dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pertanian No. Informasi mengenai penyalur resmi yang akan menyalurkan pupuk bersubsidi kepada pedagang disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani dan/atau petani. Pengendalian terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi meliputi jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu.
Mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi yang ada saat ini sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan secara tertutup melalui produsen ke distributor (distributor pada Jalur III), kemudian disalurkan ke pengecer (distributor pada Jalur IV).
Pengawasan Pupuk Bersubsidi 1. Pengertian pengawasan
Pengawasan Pupuk Bersubsidi
Pemberian pupuk bersubsidi pada sektor pertanian dimaksudkan untuk melindungi petani terhadap kenaikan harga pupuk dunia, sehingga petani dapat membeli pupuk sesuai kebutuhan dan kemampuannya dengan harga yang ditentukan oleh HEO berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian. . Pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi meliputi jenis, jumlah, sasaran, harga, tempat, waktu dan mutu, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden No. Setiap penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus ditindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan pupuk bersubsidi dilaksanakan oleh tim pemantau pupuk bersubsidi yang anggotanya terdiri dari sejumlah instansi terkait yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Sedangkan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (selanjutnya disebut FP3) merupakan wadah koordinasi instansi terkait di bidang pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh gubernur di tingkat provinsi dan oleh bupati/walikota di tingkat kabupaten. /Tingkat kota. Untuk menjamin penyaluran pupuk bersubsidi sesuai peruntukannya, pada kemasan pupuk bersubsidi diberi label berwarna merah dengan tulisan “Barang Pupuk Bersubsidi Pemerintah Dalam Pengawasan” pada bagian depan atau samping kemasan, yaitu mudah dibaca dan tidak mudah hilang. /dihapus.
Khusus pupuk urea bersubsidi diberi warna merah muda dan pupuk SA bersubsidi diberi warna oranye, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh produsen, distributor, dan pengecer resmi. Komisi Pengendalian Pupuk dan Pestisida Tingkat Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pendistribusian dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya dan melaporkan kepada Bupati/Walikota. dengan tembusan kepada produser di wilayah kerjanya. merasa terganggu dengan daerah tersebut. 32 Pedoman Pengawasan Pupuk dan Pestisida Tahun 2020, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta Selatan, 2020, hal.
Pupuk Indonesia (Persero) wajib menyampaikan laporan bulanan secara berkala kepada direktur mengenai pengadaan, ketersediaan, dan penyaluran stok pupuk bersubsidi dalam negeri untuk sektor pertanian, termasuk permasalahan dan upaya penanggulangannya. Distributor wajib menyampaikan laporan bulanan secara berkala kepada produsen mengenai konsultasi dan penyediaan pupuk bersubsidi yang dikuasainya sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 dengan tembusan kepada.
Landasan Hukum Mengenai Pupuk
Dengan Peraturan Presiden ini, pupuk bersubsidi ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. 33 Misrah, Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi di KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida) Kabupaten Pangkep, Jurnal Unismuh, Vol. Pertama, penentuan kebutuhan pupuk tambahan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang selalu disesuaikan setiap tahunnya.
Pupuk Indonesia (Persero) menetapkan Produsen sebagai pelaksana pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi yang bertanggung jawab pada provinsi/kabupaten dan kota tertentu. Produsen menunjuk distributor sebagai pelaksana penyaluran pupuk bersubsidi pada wilayah tanggung jawab Kabupaten/Kecamatan/Kota/Desa tertentu. Tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dilaksanakan sesuai dengan enam asas/asas yang benar, yaitu tepat jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga.
Produsen pupuk wajib melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai peruntukannya dari Lini-I sampai Lini-III di wilayah tanggung jawabnya. Penyalur wajib menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai peruntukan Lini III sampai Lini IV di wilayah tanggung jawabnya. Pengecer wajib menyalurkan pupuk bersubsidi kepada petani dan/atau kelompok tani pada Lini-IV di wilayah tanggung jawabnya berdasarkan RDKK dengan jumlah sesuai dengan peraturan Gubernur dan Bupati/Walikota.
Produsen memantau dan mengawasi pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV sesuai Prinsip 6 (enam) di wilayah tanggung jawabnya. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen atau pejabat yang ditunjuk dapat melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Sedangkan pengawasan terhadap peredaran, penggunaan, dan harga pupuk bersubsidi dilakukan oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3).
Distributor dan Pengecer dilarang melakukan jual beli pupuk bersubsidi di luar peruntukannya dan/atau di luar wilayah tanggung jawabnya.