Hal ini ditunjukkan melalui lahirnya undang-undang kehutanan yang mempertimbangkan kelemahan dan hambatan penegakan hukum pada masa Orde Baru, termasuk diundangkannya UU No. Ketentuan pidana dalam UU No 41 Tahun 1999 mempunyai cakupan yang lebih luas dan terlihat jelas. sebagai sarana yang dapat memberikan efek jera apabila dilakukan penegakan pidana untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan di Indonesia. Mengetahui penegakan hukum terhadap tindak pidana perambahan hutan pada hutan lindung tanpa izin Menteri.
Aparat penegak hukum dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada aparat penegak hukum dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana perambahan hutan pada hutan konservasi. Penerapan hukum merupakan suatu proses mewujudkan keinginan-keinginan dalam hukum sehingga berubah menjadi kewajiban dan dihormati masyarakat.24. Penegakan hukum preventif merupakan upaya pencegahan kejahatan, upaya untuk mencegah orang atau masyarakat melakukan kejahatan.
Permasalahan utama dalam penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, dimana kelima faktor tersebut saling berkaitan.
Kerangka Konseptual
Oleh karena itu, hal tersebut merupakan hakikat penegakan hukum, sekaligus menjadi acuan efektivitas penegakan hukum masing-masing. Tindak pidana adalah suatu pelanggaran yang dilarang oleh aturan hukum pidana dan diancam dengan pidana bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Menurut bentuk atau sifatnya, tindak pidana tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, merugikan masyarakat dalam arti bertentangan atau menghambat terlaksananya tatanan sosial yang dianggap baik dan adil.
Perambahan hutan adalah proses pendudukan, penguasaan, dan penggarapan kawasan hutan lindung secara tidak sah untuk tujuan subsisten atau komersial, kecuali hak pengelolaan masyarakat hukum adat atau hak pengelolaan yang secara sah diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam jangka waktu tertentu. 38. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri tertentu yang tugas pokoknya melestarikan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam ekosistemnya.
Asumsi
Respon pemerintah terhadap tindak pidana perambahan hutan pada kawasan lindung adalah pemerintah harus memadukan penegakan hukum administratif dengan hukum pidana, karena seluruh perizinan di bidang kehutanan khususnya pemanfaatan hasil hutan kayu mendominasi perizinan, pengawasan dan tanggung jawab Kementerian. Kehutanan memilikinya.
Keaslian Penelitian
Apa saja kendala dalam penegakan hukum terkait tindak pidana perambahan di Kawasan Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo? Bagaimana upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana perambahan di Kawasan Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo. Saleh, NIM: B012181080, Program Magister Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, 2021 dengan judul “Tinjauan Hukum Pemanfaatan Lahan Hutan Lindung Oleh Masyarakat Di Kabupaten Luwu Timur” Rumusan masalah skripsi ini adalah.
Apa dampak hukum pemanfaatan lahan pada kawasan hutan lindung masyarakat di Kabupaten Luwu Timur? Bagaimana bentuk pengawasan pemanfaatan kawasan hutan lindung masyarakat di Kabupaten Luwu Timur? Apa saja kendala dan upaya pemanfaatan kawasan hutan lindung masyarakat di Kabupaten Luwu Timur?
Tesis: Jaymansyah, NIM: B Mahasiswa Program Magister Hukum Universitas Hasanuddin Makasar Tahun 2020 dengan judul “Perusakan Hutan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”. Berdasarkan permasalahan diatas berbeda dengan tesis ini karena yang dibahas adalah penegakan hukum terhadap tindak pidana perambahan hutan, sehingga permasalahan yang diteliti tidak sama.
Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
- Metode Pendekatan
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
- Analisis Data
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu dan bertujuan untuk mempelajari peraturan perundang-undangan tertentu dengan menganalisisnya. 41 Analisis aspek hukum baik ditinjau dari ketentuan peraturan yang berlaku mengenai penuntutan pidana terhadap tindak pidana perambahan hutan . Hukum normatif adalah “penelitian yang menetapkan norma-norma sebagai bahan penelitiannya, baik norma hukum dalam peraturan perundang-undangan maupun norma hukum yang bersumber dari undang-undang. Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data sekunder, yaitu pengumpulan data dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder seperti yang telah diuraikan di atas.
Dari penelitian kepustakaan dikumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.45. 10) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang pemberantasan pembalakan liar di kawasan hutan dan penyebarannya di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Putusan hukum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian putusan yang memperhatikan tujuan penelitian ini dan dengan melihat ciri-ciri dan ciri-ciri objek yang diteliti serta hasilnya yang nantinya akan digeneralisasikan.
Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengolah data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, hingga menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.48 Jadi hasil penelitian ini dapat diuraikan secara menyeluruh dan sistematis. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa suatu lahan luas yang mengandung sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam lingkungan alamnya, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sedangkan Kehutanan adalah suatu sistem pengelolaan yang berkaitan dengan hutan. Kawasan hutan dan hasil hutan diselenggarakan secara terpadu. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa kawasan hutan adalah kawasan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan hutan tetap.
Dari pengertian hutan dan kawasan hutan sebagaimana tercantum dalam UU Kehutanan di atas dapat diambil suatu kesimpulan. Sedangkan pengertian kawasan hutan adalah pengertian hukum atau status hukum, yaitu suatu kawasan atau areal tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan, dan tetap menjadi pengertian hutan dalam Undang-undang.53. Jika dilihat dari fungsinya, kawasan hutan dibedakan menjadi empat, yaitu: hutan lindung, hutan produksi, hutan cagar alam, dan hutan wisata.24 Hal serupa mengenai status hukum kawasan hutan juga tertuang dalam Peraturan No. 50 Kementerian Kehutanan Tahun 2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Hutan.
Tindak Pidana Perambahan Hutan
Bekerja dalam kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, termasuk untuk bercocok tanam, bercocok tanam, atau usaha-usaha lainnya. 34; Yang dimaksud dengan pemanfaatan kawasan hutan adalah memanfaatkan kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, termasuk untuk keperluan wisata, penggembalaan, berkemah. Menduduki kawasan hutan adalah menguasai kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, termasuk mendirikan kawasan pemukiman, bangunan, dan bangunan lainnya.
Pada prinsipnya degradasi hutan dapat dikategorikan sebagai perambahan kawasan hutan, yaitu perbuatan yang dilakukan secara tidak sah oleh orang atau badan hukum tanpa persetujuan pejabat yang berwenang, dengan tujuan untuk menguasai suatu hak dengan cara melanggar hak orang lain. Menguasai atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan melanggar hukum merupakan perbuatan yang dilarang.76. Pembukaan kawasan hutan dengan menempati kawasan hutan untuk tujuan pertanian, pertanian atau perladangan berpindah yang dilakukan secara tradisional.
Pembukaan kawasan hutan untuk kawasan wisata, penggembalaan, perkemahan atau pembukaan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin yang dikeluarkan. Menebang pohon pada kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang; Memuat, membongkar, memindahkan, mengangkut, menguasai dan/atau menguasai hasil penebangan hutan dalam kawasan hutan tanpa izin;
Membawa alat-alat yang biasa digunakan untuk menebang, menebang, atau menebang pohon dalam kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang; Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lain yang biasa atau patut diduga digunakan untuk pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang; pembelian, perdagangan dan/atau pengolahan hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/atau m.
Menerima, menjual, menerima penukaran, menerima gadai, menyimpan dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah. Yang dimaksud dengan bekerja pada kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, termasuk untuk budidaya, pertanian, dan lain-lain.
Faktor Penyebab Tindak Pidana Perambahan Hutan
83 Totok Dwi Diantoro, “Perambahan kawasan hutan pada konservasi taman nasional (studi kasus Taman Nasional Tesso Nilo, Riau), Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol. Keberadaan kawasan hutan yang mempunyai potensi kayu beserta aspek lemahnya Penegakan hukum memberikan peluang bagi masyarakat untuk menambang AKP Aman Putra Ritonga, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Padang Lawas, mengatakan salah satu akar permasalahan pembalakan liar adalah kemiskinan.
Keberadaan kawasan hutan dengan potensi kayu yang ada memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk memanfaatkan potensi kayu yang ada. Belum terselesaikannya status kawasan hutan di Kabupaten Padang Lawas yang ditandai dengan tingginya pengakuan penguasaan lahan hutan oleh masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik pemanfaatan lahan hutan, sehingga membuka peluang terjadinya praktik illegal logging di hutan. kawasan yang menggunakan statusnya sebagai hutan hak. Kesadaran masyarakat terhadap hutan di Kabupaten Padang Lawas mengenai status kawasan hutan sebagai hutan negara sangat rendah.
Menurut Kasat Reskrim Polres Padang AKP Aman Putra Ritong, hal ini tentunya juga dapat turut berkontribusi terhadap munculnya perselisihan daerah, baik karena pembalakan liar, perambahan kawasan hutan, atau sengketa pertanahan (kepemilikan tanah) lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penyebab maraknya praktik illegal logging di Kabupaten Padang Lawas adalah: 97. Keadaan kawasan hutan yang tidak stabil memicu terjadinya sengketa peruntukan lahan di masyarakat sehingga membuka peluang terjadinya pembalakan liar di kawasan hutan.
Hal ini sejalan dengan rendahnya kesadaran masyarakat hutan terhadap status kawasan hutan sebagai hutan negara. Hal ini didasari oleh alasan bahwa masyarakat setempat telah menggantungkan kehidupannya pada keberadaan kawasan hutan secara turun-temurun, sehingga sangat sulit untuk membatasi upaya masyarakat dalam memanfaatkan kawasan hutan. Faktor utama penyebab munculnya praktik illegal logging di Kabupaten Padang Lawas adalah tidak efektifnya pengawasan dan pengendalian penatausahaan kayu untuk mencegah praktik tersebut.
Belum efektifnya mekanisme pengawasan dan pengendalian pengelolaan kayu menjadi penyebab maraknya praktik pembalakan liar di Kabupaten Padang Lawas. Penebangan liar dilakukan oleh masyarakat di kawasan hutan tanpa hak atau izin dari pihak yang berwenang.