Saya merasa terhormat menjadi fasilitator dan mengisi kata pengantar buku yang merupakan produk akhir dari Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2) untuk membantu pembuatan naskah buku workshop. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku berjudul Instrumen Penelitian ini hadir di tengah-tengah kita semua.
INSTRUMEN PENELITIAN DAN SKALA PENGUKURAN
Konsep Instrumen Penelitian 1. Pengertian Instrumen Penelitian
- Fungsi Instrumen Penelitian
 - Jenis Jenis Instrumen Penelitian
 
Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara teori yang dijadikan landasan dengan instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik variabel. Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berisi pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden.
Skala Pengukuran
- Skala Likert
 - Skala Guttman
 - Skala Semantic Differential
 - Skala Rating
 
Sangat tidak setuju/tidak pernah mendapat skor 1. Skala likert yang digunakan dalam pengembangan instrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor Tidak Setuju/Tidak/Tidak Pernah 1. Skala Guttman yang digunakan dalam pengembangan instrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk checklist atau soal pilihan ganda.
LEMBAR OBSERVASI
Konsep Dasar Lembar Observasi
Dalam observasi tidak terstruktur, peneliti tidak mengetahui secara pasti variabel mana yang akan diamatinya, sehingga ia tidak siap secara sistematis terhadap apa yang akan diamatinya. Misalnya saja pada sebuah pertunjukan seni dari berbagai daerah di Indonesia, peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan mereka amati.
Cara Membuat Lembar Observasi
Informasi yang tercatat pada lembar observasi nantinya akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan informasi mengenai variabel yang diamati. Setelah dilakukan pengujian lembar observasi, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas lembar observasi.
Contoh Pengembangan Lembar Observasi Pada bagian ini akan di jelaskan cara
Aktivitas mental: meditasi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, menemukan hubungan, mengambil keputusan. Dalam observasi yang akan dilakukan terdapat 6 (enam) aspek aktivitas siswa yang akan diamati, antara lain: 1) Aktivitas visual, (2) Aktivitas lisan, (3) Aktivitas mendengarkan, (4) Aktivitas tertulis (5) Aktivitas mental dan (5) Aktivitas emosional. Setelah menentukan aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang akan diamati pada saat observasi, langkah selanjutnya adalah membuat jaringan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan kisi-kisi lembar observasi, selanjutnya diberikan petunjuk cara mengisi dan menilai lembar observasi. Lembar observasi ini menggunakan model checklist yaitu memberi tanda centang (√) jika sesuatu yang diamati muncul. Lembar observasi aktivitas belajar siswa terdiri dari 6 aspek dan setiap aspek memuat 2 indikator.
Setiap indikator yang dilaksanakan siswa diberi skor 1 dan setiap indikator yang tidak dilaksanakan siswa diberi skor 0. Secara operasional lembar observasi aktivitas belajar siswa terdiri dari 6 aspek dan setiap aspek memuat 2 indikator, sehingga skor maksimalnya adalah 12 dan skor minimumnya adalah 0.
KUESIONER
Konsep Dasar Kuesioner (Angket)
Kuesioner tidak langsung merupakan suatu bentuk instrumen dimana responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain. Checklist merupakan suatu bentuk instrumen dimana responden hanya perlu memberi tanda centang pada kolom yang tersedia pada lembar instrumen. Skala berjenjang adalah suatu bentuk instrumen yang jawaban responden disertai dengan pertanyaan/pernyataan bertingkat, yang biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan yang ada pada kuesioner.
Kuesioner dapat disebarkan langsung oleh peneliti apabila jarak responden relatif dekat dan penyebarannya tidak terlalu luas. Dikirim melalui pos atau komputer karena jangkauan peneliti terhadap responden relatif jauh dan sebarannya luas. Kuesioner yang dikirim melalui surat atau komputer memungkinkan biaya rendah dan distribusi cepat.
Keuntungan menggunakan kuesioner adalah dapat disebarkan secara luas dalam waktu yang singkat, biaya yang diperlukan relatif kecil dan mempercepat pengolahan data, serta dapat dikirim melalui pos (Rokhman & Aminah Siti, 1997). Sedangkan kekurangan dari kuesioner adalah jika penyusunan kuesioner tidak hati-hati dapat menimbulkan penafsiran yang membingungkan, sehingga jawaban yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, responden tidak dapat dijamin apakah akan memberikan jawaban yang benar atau tidak. , kemungkinan kedua adalah responden tidak memberikan jawaban sama sekali (Rokhman & Aminah Siti, 1997).
Cara Menbuat Kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknya tidak hanya mengarah pada jawaban baik atau buruk. Jika pada awalnya mereka ditanyai pertanyaan yang sulit atau spesifik, responden akan mengurungkan niatnya untuk mengisi kuesioner yang mereka terima. Kuesioner yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti.
Oleh karena itu, instrumen kuesioner harus dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid dan reliabel terhadap variabel yang diukur. Menetapkan indikator berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel yang akan dibuat kuesionernya. Untuk beberapa variabel, para ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai indikator suatu variabel, sehingga ada baiknya peneliti memastikan indikator dari para ahli mana yang akan digunakan.
Materi pertanyaan yang dimaksud adalah indikator-indikator yang ditentukan untuk menyusun angket terhadap variabel. Pertanyaan/pernyataan yang disukai adalah pertanyaan/pernyataan yang mengandung hal-hal positif mengenai objek atau pertanyaan/pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkapkan. Menyusun pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, kemampuan yang diukur, jenis pertanyaan/pernyataan, dan jumlah pertanyaan/pernyataan yang ditentukan dalam grid.
Contoh Pengembangan Kuesioner
31. Pertanyaan/pernyataan sikap yang mengandung hal-hal negatif tentang objek hubungan yang tidak mendukung atau bertentangan dengan objek yang ingin diungkapkan. d.. 5. Menentukan skala pengukuran yang akan digunakan dalam kuesioner. Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa kuesioner penelitian terdiri dari 20 pernyataan, dimana 14 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, jika responden menjawab Sangat Setuju (SS) maka skornya 5, jika menjawab Setuju (S) skornya 4, dan seterusnya.
Namun untuk pernyataan kurang baik, jika responden menjawab Sangat Setuju (SS) maka skornya 1, jika menjawab Setuju (S) skornya 2, dan seterusnya. Berikut ini contoh pengembangan angket penelitian motivasi belajar siswa yang disusun berdasarkan Tabel 3.1 dan 3.2. Saya terus belajar untuk mendapatkan nilai tertinggi di kelas, meskipun saya tidak menyukai mata pelajaran tersebut.
Saya senang ketika orang tua saya mengucapkan selamat kepada saya ketika saya mendapatkan peringkat di kelas. Saya suka belajar berkelompok dengan teman karena saya bisa bertukar pikiran dan informasi disana. Hasil perhitungan data angket motivasi belajar dapat diubah menjadi penentuan tolak ukur dalam skala persentase.
TES HASIL BELAJAR
Konsep Dasar Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar merupakan tes tertulis yang dibedakan menjadi 2 (dua) berdasarkan bentuknya, yaitu tes objektif dan tes deskriptif. Tes uraian atau tes nonobjektif merupakan salah satu bentuk tes yang pertanyaannya memerlukan jawaban dalam bentuk uraian atau pembahasan yang relatif panjang. Soal-soal pada tes deskripsi mengarahkan siswa untuk mendeskripsikan, mengorganisasikan dan mengungkapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk teknik dan gaya yang berbeda satu sama lain.
Berdasarkan poin-poinnya, tes uraian dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu tes uraian objektif dan tes uraian nonobjektif. Dalam tes deskripsi objektif, soal-soalnya mempunyai jawaban yang ditetapkan dengan susunan kata yang relatif lebih pasti. Tes uraian objektif mempunyai kunci jawaban yang tetap, sehingga jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.
Sedangkan berdasarkan ruang lingkupnya, tes uraian dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu tes uraian atau struktur terbatas dan tes tidak terbatas atau bebas. Tes deskriptif adalah tes yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan berdasarkan pendapatnya sendiri, berdasarkan apa yang diketahui siswa. Pada tes uraian terbatas, siswa bebas berpendapat mengenai soal dan menjawab sesuai dengan keinginannya.
Cara Membuat Tes Hasil Belajar
Menyusun jadwal merupakan langkah awal yang harus dilakukan setiap kali mempersiapkan ujian dan menulis soal. Kisi-kisi tes adalah format atau matriks yang memuat kriteria soal-soal yang diperlukan untuk menyusun tes. Untuk mendapatkan soal/tes yang baik, maka soal/tes tersebut harus dicoba terlebih dahulu dan dianalisis hasilnya sehingga memenuhi syarat tes yang baik.
Misalnya peserta tes adalah pelajar, maka siswa tersebut harus mempunyai status yang sama dengan peserta tes sebenarnya. Setelah soal dicoba, dibuat skor untuk masing-masing siswa (peserta yang dicoba).
Contoh Pengembangan Tes Hasil Belajar Pada bagian ini akan di jelaskan cara
Kompetensi Inti: Menyelesaikan permasalahan kontekstual terkait perbandingan trigonometri (sinus, kosinus, tangen, kosekan, garis potong, dan kotangen) pada segitiga siku-siku Materi: Penerapan trigonometri Indikator Soal: Soal disajikan. Kompetensi Inti : Menyelesaikan permasalahan kontekstual terkait perbandingan trigonometri (sinus, kosinus, tangen, kosekan, garis potong, dan kotangen) pada segitiga siku-siku.
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas
- Konsep Uji Validitas
 - Contoh Pengujian Validitas Instrumen
 - Konsep Uji Reliabilitas
 - Contoh Pengujian Reliabilitas Instrumen Siapkan data penelitian
 
Secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan penggunaan kisi-kisi instrumen atau matriks pengembangan instrumen (Sugiyono, 2013). Menurut Sugiono (2013), grid memuat variabel-variabel yang diperiksa, indikator-indikator sebagai tolok ukur dan nomor-nomor item (item) untuk pertanyaan atau pernyataan yang diuraikan dari indikator-indikator tersebut, sehingga uji validitas dapat dengan mudah dilakukan dengan grid instrumen. dan sistematis. Pengujian validitas setiap item menggunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total yang merupakan penjumlahan dari skor setiap item (Sugiyono, 2013).
Biasanya syarat minimal untuk dianggap memenuhi syarat adalah: jika r maka jika korelasi antara butir soal dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir soal dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2013). Sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2013), jika koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (minimal 0,3), maka item instrumen dinyatakan valid. Jadi berdasarkan hasil di atas, nilai korelasi Pearson untuk item instrumen nomor 1 sebesar 0,379, item instrumen nomor 2 sebesar 0,698, item instrumen nomor 3 sebesar 0,522, item instrumen nomor 4 sebesar 0,740 dan item instrumen nomor 5 sebesar 0,720.
Nilai koefisien korelasi (Pearson Correlation) seluruh item instrumen mempunyai nilai ≥ 0,30 sehingga seluruh item instrumen dinyatakan valid. Dalam test-retest, pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji suatu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama, yaitu mengukur reliabilitas instrumen dengan koefisien korelasi antara tes pertama dan tes berikutnya (Yusup, 2018) . . Uji reliabilitas dengan uji setara dilakukan dengan menguji instrumen yang berbeda namun setara (comparable/setara) dengan melakukan satu kali percobaan saja pada responden yang sama (Yusup, 2018).
Pengujian reliabilitas konsistensi internal dilakukan dengan menguji suatu instrumen satu kali pada subjek penelitian kemudian menganalisis hasil pengujian tersebut dengan menggunakan teknik tertentu tergantung jenis instrumennya. Berikut rumus pengujian reliabilitas instrumen dengan teknik split-half dari Spearman Brown (split-half), KR.
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS