• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRITAS ASN PESTA DEMOKRASI 2024

N/A
N/A
Bidang Banglin

Academic year: 2023

Membagikan "INTEGRITAS ASN PESTA DEMOKRASI 2024"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRITAS ASN

Nurul Ghufron

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Materi disampaikan pada Acara Webinar Netralitas ASN dengan Tema “Terlibat Politisasi, Terjerat Korupsi; Tahun Politik, Tahun Rawan Korupsi ASN” pada 18 Oktober 2023 secara Daring

PESTA DEMOKRASI 2024

(2)

3

CATAT !!!!

TANGGAL

PENTING

(3)

TOPIK DISKUSI

Modus Korupsi Pesta Demokrasi Sekilas mengenai seluk-

beluk Integritas pada Pesta Demokrasi

INTEGRITAS PESTA DEMOKRASI

01 02

(4)

Sekilas mengenai seluk- beluk Integritas pada Pesta Demokrasi

PESTA DEMOKRASI 01

(5)

MOMENTUM KRUSIAL PESTA DEMOKRASI

01 Momen Pencalonan 02 KampanyeMomen 03 Pemungutan SuaraMomen

Pesta Demokrasi 2024, ASN harus menjaga Integritas, Profesionalisme, Netralitas, dan Objektivitas dari pegawai yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan

bebas dari kepentingan politik

(6)

PELANGGARAN NETRALITAS ASN DALAM PENYELENGGARAAN PEMILU

PELANGGARAN 1.

KODE ETIK

PELANGGARAN 2.

DISIPLIN

(7)

Sosialisasi/ Kampanye Media Sosial/

Online Bakal Calon Memasang spanduk/baliho/alat

peraga lainnya terkait bakal calon peserta pemilu dan pemilihan

Menghadiri deklarasi/ kampanye pasangan bakal calon dan memberikan tindakan/ dukungan

secara aktif

PELANGGARAN KODE ETIK

(8)

PELANGGARAN KODE ETIK (2)

Membuat posting, comment, share, like, bergabung dalam grup/ akun

pemenangan bakal calon

Memposting pada media sosial/ media lain yang dapat diakses publik, foto bersama dengan bakal calon, tim sukses dan alat peraga terkait politik/ bakal calon

Ikut dalam kegiatan kampanye/

sosialisasi/ pengenalan bakal calon

(9)

Mengikuti deklarasi/ Kampanye bagi Suami/ Istri bakal calon Dengan tidak dalam status cuti di luar tanggungan negara (CLTN)

PELANGGARAN KODE ETIK (3)

* Seluruh bakal calon yang dimaksud meliputi Presiden/ Wakil Presiden/ DPR/ DPD/ DPRD/ Gubernur/ Wakil Gubernur/ Bupati/

Wakil Bupati/ Walikota/ Wakil Walikota

(10)

PELANGGARAN DISIPLIN

Menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik

Melakukan pendekatan kepada:

1. Partai politik sbg bakal calon 2. Masyarakat sbg bakal calon Dengan tidak dalam status cuti diluar

tanggungan negara

Memasang spanduk/ baliho/ alat peraga lainnya terkait calon peserta

pemilu dan pemilihan

Membuat posting, comment, share, like, bergabung/ follow dalam Group/

akun pemenangan/ Calon Menghadiri deklarasi/ kampanye pasangan calon dan memberikan tindakan/ dukungan keberpihakan Sosialisasi/ Kampanye Media Sosial/

Online Bakal Calon

(11)

Memberikan dukungan kepada bakal calon perseorangan dengan memberikan surat dukungan atau fotokopi KTP atau surat keterangan

penduduk

Menjadi tim ahli/ tim pemenangan/

konsultan/ atau sebutan lainnya bagi bakal calon

Memposting pada media sosial/ media lain yang dapat diakses publik, foto bersama dengan calon, tim sukses dan alat peraga terkait partai politik dengan

tujuan memberikan dukungan

Membuat keputusan/ tindakan yang dapat menguntungkan/ merugikan

ParPol atau calon atau pasangan calon pada masa sebelum, selama,

dan sesudah masa kampanye Menjadi tim ahli/ tim pemenangan/

konsultan/ atau sebutan lainnya bagi partai politik atau calon atau pasangan

calon

Mengadakan kegiatan yang mengarah pada keberpihakan terhadap partai politik atau calon atau pasangan calon

PELANGGARAN DISIPLIN (2)

(12)

Bentuk pelanggaran atau dugaan pelanggaran yang tidak termasuk dalam matriks bentuk pelanggaran yang diuraikan

diatas

PELANGGARAN DISIPLIN (3)

* Seluruh calon/ bakal calon yang dimaksud meliputi Presiden/ Wakil Presiden/ DPR/ DPD/ DPRD/ Gubernur/ Wakil Gubernur/

Bupati/ Wakil Bupati/ Walikota/ Wakil Walikota

(13)

TANTANGAN PEMILU INDONESIA

KAMPANYE

Masih ditempatkan sebagai aktivitas populis artifisial,

simbolik menunjukkan kehadiran fisik parpol atau calon, tapi belum sebagai bagian dari aktivitas pendidikan politik.

POST TRUTH ERA

Ketika fakta tidak lebih penting daripada emosi yang mempengaruhi pembuatan keputusan atau kebijakan.

POLITIK TRANSAKSIONAL

Jual beli tiket/kursi pencalonan (candidacy buying) Jual beli suara pemilih (vote buying) Menyuap penyelenggara / hakim pemilihan.

Uang makin dominan, politik dibuat sangat mahal.

PENCALONAN EKS- NAPI KORUPTOR

Sebagai calon anggota DPR, DPD, dan DPRD merupakan wujud kegagalan partai politik dalam melaksanakan fungsi kaderisasi.

KABAR HOAX

Penyebaran kabar bohong (hoax), berita bohong (fake news), ujaran kebencian (mengajak melakukan kekerasan, sentimen SARA, dan penghilangan hak pilih).

MENTALITAS SIAP MENANG

tidak siap kalah

INTEGRITAS

Penyelenggara, peserta, dan pemilih pada pemilu

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

LESSON LEARNT

Pola pemberantasan korupsi yang paling efektif adalah kombinasi dari legislatif anti-korupsi yang komprehensif yang dilaksanakan secara imparsial oleh lembaga independen antikorupsi.

1. Komitmen para Pemimpin Politik

2. Strategi yang komprehensif

3. Lembaga antikorupsi harus antikorupsi

4. Lembaga antikorupsi harus bebas dari kontrol penegak hukum lain (kepolisian, kejaksaan, dll)

5. Mengurangi peluang korupsi di instansi yang rawan korupsi 6. Menaikkan remunerasi (jika negara mampu)

Enam pelajaran dapat dipetik dari pengalaman lima negara Asia dalam

melakukan reformasi antikorupsi.

(Singapura - Hong Kong - Filipina - Mongolia - India)

Enam pelajaran yang dipetik untuk melakukan reformasi antikorupsi dari pengalaman lima negara Asia:

(Singapura, Hong Kong, Filipina, Mongolia, India)

6

(19)

POLITIK UANG = SUMBER MASALAH SEKTOR POLITIK

Politik uang menjadi permasalahan utama di sektor politik. Politik Uang lebih populer dikenal dengan istilah SERANGAN FAJAR adalah Tindak Pidana

yang memicu terjadinya korupsi.

UU Pemilu No. 7/ 2017

(20)

UU PEMILU NO.7 TAHUN 2017.

(21)

SIKAP TERHADAP SERANGAN FAJAR

TOLAK PEMBERIANNYA

JANGAN PILIH CALONNYA

LAPORKAN PEMBERINYA (BAWASLU)

HAJAR SERANGAN FAJAR

(22)

Modus Korupsi Menjelang Pesta Demokrasi

INTEGRITAS

02

(23)

Korupsi Bersama Keluarga

Dendy & Zulkarnaen Djabar

(Anak dan Ayah; Korupsi Pengadaan Alqur’an)

Bupati Karawang Ade Swara & Nurlatifah (Suami dan Istri); Kasus Pemerasan dalam

pengurusan izin Surat Permohonan Pengurusan Pemanfaatan Ruang)

Nazaruddin & Neneng (Suami dan Istri) Kasus Wisma Atlet dan Pembangkit Listrik Tenaga

Surya

Ratu Atut & Wawan (Adik Kakak); Kasus Pengadaan Alkes Banten, Suap Pilkada Lebak.

Walikota Palembang Romi Herton &

Masyitoh (Suami dan Istri) ; Kasus Suap

Sengketa Pilkada Djoko Susilo dan Ketiga istrinya (Kasus simulator SIM, pencucian uang atas nama ketiga istrinya)

(24)

MODUS KORUPSI

YANG MELIBATKAN KELUARGA

MELAKUKAN KORUPSI BERSAMA-SAMA

MELIBATKAN ANGGOTA KELUARGA

SEBAGAI SARANA TINDAK PENCUCIAN

UANG

• Suami dengan istri

• Ayah/Ibu dengan anak

• Kolaborasi dengan kerabat dekat lain (Adik/Kakak, Ipar, Mertua/menantu, dst)

• Rekening bank/sekuritas

• Polis asuransi

• Investasi/Aset untuk istri, anak dst

(25)

KELUARGA DAN KORUPSI

RASIONALISASI

Pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:

1. Tindakan untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintai 2. Masa kerja cukup lama dan merasa

berhak mendapatkan lebih.

OPPORTUNITY

Kesempatan/peluang yang

memungkinkan fraud terjadi, sebab:

1. Internal control suatu organisasi yang lemah

2. Kurangnya pengawasan 3. Penyalahgunaan wewenang.

PRESSURE

Dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya:

1. Gaya hidup mewah, hutang/tagihan, ketergantungan narkoba, dll.

2. Terdorong keserakahan

3. Dorongan dari lingkungan keluarga

KORUPSI= NIAT (INDIVIDU) + PEMBENARAN (LINGKUNGAN) + KESEMPATAN (KELEMAHAN SISTEM)

*Fraud Triangle (Donald R Cressey, 1950)

RASIONALISASI

PRESSURE OPPORTUNITY

(26)

Niat Untuk Korupsi

Melakukan Korupsi Dukungan

Keluarga Dorongan

Keluarga

LINGKARAN KORUPSI

KORUPSI TERJADI BERULANG

• Dorongan/tuntutan keluarga yang berlebihan menjadikan seseorang terdorong melakukan korupsi

• Dorongan yang kuat menjadikan seorang semakin berniat korupsi

• Niat yang bertemu kesempatan

(kelemahan sistem) akhirnya korupsi terjadi

• Keluarga mendukung korupsi yang

dilakukan dengan membenarkannya

atau membiarkannya

(27)

POTENSI/TITIK RAWAN KORUPSI SEBAGAI PASANGAN PEJABAT

Memanfaatkan fasilitas yang diberikan karena jabatan pasangan

Menerima gratifikasi dari pihak yang diduga memiliki kepentingan dengan pasangan

Penyalahgunaan wewenang karena menjadi pasangan pejabat

Tuntutan berlebihan kepada Pejabat, mendorong penyalahgunaan wewenang maupun konflik kepentingan yang berpotensi tindak pidana korupsi

(28)

APA YANG BISA DILAKUKAN DALAM MENCEGAH KORUPSI ?

SEBAGAI PEJABAT/PEGAWAI

SEBAGAI ORANGTUA

SEBAGAI SUAMI/ISTERI

BERPERAN SECARA SOSIAL

Menjalankan amanah dengan sungguh-sungguh, ikhlas, penuh integritas, profesional, dan mencegah terjadinya korupsi di lingkungan kantor

Bersama-sama pasangannya menanamkan karakter anti korupsi (misalnya kejujuran) sedini mungkin kepada anak-anaknya di rumah

Menjalankan fungsi sebagai auditor keuangan rumah tangga (aliran dana rumah tangga), saling mengingatkan/memberikan ruh integritas pada semua aktivitas keluarga

Memberikan teladan dan menyerukan gerakan anti korupsi mulai dari lingkup terkecil di sekitar rumah. Membiasakan akrab mengenali dan empati terhadap orang lain yang kekurangan

(29)

FENOMENA GUNUNG ES

PIDANA KORUPSI

KEWENANGAN/

KESEMPATAN

PERILAKU KORUPTIF

(30)
(31)
(32)

GRATIFIKASI MERUSAK DEMOKRASI

Membenarkan segala cara agar dapat memuaskan dirinya/memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi, walaupun harus menyalahgunakan wewenang, melanggar hokum dan dapat merugikan perekonomian/keuangan negara.

Dianggap kecil tapi merusak

Menumbuhkan mental Pengemis

Hutang Budi

BIASAKAN yang BENAR, Jangan BENARKAN yang

BIASA

(33)

BENTUK-BENTUK RASIONALISASI MENERIMA

GRATIFIKASI

• Sekedar Tanda Terima kasih

• Pemberian Cuma-Cuma

• Dikasih secara Ikhlas

• Hanya Uang Receh

• Project Nya sudah Selesai

• Budaya Ketimuran

• Ini untuk Negara, dan yang ini untuk Saya

• Semua orang di setiap Instansi juga Menerima

Tidak ada Kerugian Keuangan Negara

• Dianjurkan dalam Agama untuk Saling

Memberikan Hadiah

(34)

GRATIFIKASI = PEMBERIAN DALAM ARTI LUAS Pasal 12b dan 12c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2001 meliputi:

Uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, fasilitas lainnya

Diterima di dalam maupun di luar negeri

Dilakukan dengan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik

Yang diberikan:

Berkaitan dengan jabatan dan bertentangan dengan kewajiban atau tugas Penyelenggara Negara/ Pegawai Negeri

Ancaman Hukuman

Pidana penjara 4 – 20 tahun

Denda Rp200 juta – Rp1 milyar

(35)

GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

Peraturan KPK Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pelaporan Gratifikasi Pasal 2 ayat (3)

Pemberian sesama pegawai pada pisah sambut, pensiun, promosi, dan ulang tahun (tidak

berbentuk uang) paling banyak Rp300.000 dengan total pemberian Rp 1 juta dalam 1 th dari pemberi yang sama.

Karena hubungan keluarga, sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan.

Pemberian terkait dengan pertunangan, pernikahan, kelahiran, akikah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai

sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap pemberi

Sesama rekan kerja paling banyak (tidak dalam bentuk uang) Rp200.000,00 dengan total

pemberian Rp1.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama.

Perangkat atau perlengkapan yang diberikan kepada peserta dalam kegiatan kedinasan seperti seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan sejenis, yang berlaku umum;

Penerimaan terkait dengan musibah atau bencana sepanjang tidak ada konflik

kepentingan dan memenuhi kewajaran atau kepatutan

Pemberian berupa hidangan atau sajian yang berlaku umum;

Kompensasi atau honor atas profesi diluar kegiatan kedinasan yang tidak terkait dengan tugas dan kewajiban, sepanjang tidak terdapat konflik

kepentingan dan tidak melanggar peraturan/kode etik pegawai/pejabat yang bersangkutan;

(36)

DAMPAK GRATIFIKASI

(YG DIANGGAP SUAP)

TIDAK TERCAPAI

Mempengaruhi Pejabat Publik Rusaknya Sistem & Prosedur

VISI

MISI

TUJUAN

(37)

SIKAP TERHADAP GRATIFIKASI

TOLAK

Berhubungan dengan JABATAN

Berlawanan dengan KEWAJIBAN & TUGAS

Gratifikasi DITERIMA LANGSUNG

Terdapat KONFLIK KEPENTINGAN

TERIMA & LAPORKAN

Diterima secara Tidak Langsung

RAGU apakah ini Gratifikasi/bukan

Dalam Kondisi SULIT MENOLAK

(38)
(39)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait