• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius melalui Budaya Sekolah (Studi Kasus di SD Ma’arif Ponorogo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius melalui Budaya Sekolah (Studi Kasus di SD Ma’arif Ponorogo)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

Budaya sekolah di SD Ma’arif Ponorogo cukup baik dalam mengembangkan kepribadian siswa, namun dalam praktiknya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter religius melalui budaya sekolah di SD Ma’arif Ponorogo.

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

MANFAAT PENELITIAN

Berrefleksi pada konsep budaya sekolah untuk menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter religius. Serta memberikan masukan kepada lembaga pendidikan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan budaya sekolah yang lebih baik di sekolah.

METODE PENELITIAN

Teknik Observasi (Pengamatan)

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang muncul pada subjek penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap benda-benda di tempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga pengamatan itu pada benda yang diteliti disebut juga pengamatan langsung.

Teknik Wawancara ( interview )

Moleong dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah suatu usaha yang dilakukan dengan cara mengolah data, mengorganisasikan data,. Selain itu data tersebut untuk keperluan pengendalian atau sebagai pembanding data.33 Selain digunakan untuk memeriksa keakuratan dan kredibilitas data, triangulasi juga digunakan untuk memperkaya data. i.. tahap penelitian dalam penelitian ini mempunyai empat tahap dan ditambah dengan tahap terakhir peneliti yaitu tahap penulisan laporan penelitian.. 33Ibid, 330. . bidang yang meliputi: penyusunan desain penelitian, pemilihan bidang penelitian, pemilihan dan pemanfaatan informan, penyiapan peralatan penelitian dan mengenai masalah etika penelitian.

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Nilai Pendidikan Karakter Religius

Definisi lain menurut Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan yang harus dikembangkan dalam kepribadian seseorang agar menjadi satu dalam kehidupan orang tersebut. Oleh karena itu pendidikan karakter harus mengembangkan karakter manusia agar menjadi manusia yang berperilaku sehat, taat pada ajaran.

Budaya Sekolah

Dalam konteks bisnis disebut budaya perusahaan, dan dalam konteks lembaga pendidikan/sekolah disebut budaya sekolah.53. Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna, kebudayaan adalah suatu cara hidup yang dapat berupa nilai, norma, kebiasaan, karya, pengalaman dan tradisi yang mengakar dalam suatu masyarakat dan mempengaruhi sikap dan perilaku setiap orang/masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan budaya sekolah adalah ciri khas sekolah yang dapat dikenali melalui nilai-nilai yang dianutnya, sikap yang dianutnya, kebiasaan yang dianutnya.

53 Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI dari Teori ke Tindakan (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), 70. Budaya sekolah merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang terdiri dari ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moralitas, hukum, adat istiadat dan lain-lain. kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat/masyarakat, yang mereka gunakan bersama-sama di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan.55 Budaya sekolah juga merupakan nilai-nilai, keyakinan dan tindakan sebagai hasil kesepakatan bersama, yang menimbulkan komitmen seluruh jajaran untuk melaksanakannya secara konsisten dan konsekuen. Perlu terus dikembangkan budaya sekolah yang terpelihara dengan baik dan mampu menunjukkan perilaku keimanan, ketakwaan, kreativitas, inovasi dan sosialisasi.

Manfaat yang dapat diperoleh dari budaya tersebut adalah hasil kerja yang lebih berkualitas, terbukanya seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kekompakan, gotong royong, kekeluargaan, cepat menemukan kesalahan dan memperbaiki, cepat beradaptasi.

Internalisasi Nilai- Nilai Pendidikan Karakter Religius Melalui Budaya Sekolah

Melalui langkah ini akan dibangun budaya sekolah yang mencerminkan nilai-nilai karakter seperti budaya bersih, budaya disiplin, budaya kritis, budaya sopan santun, dan budaya toleransi. Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas saja, namun sekolah juga dapat melaksanakannya melalui pembiasaan. Pendidikan karakter di sekolah mengarah pada terbentuknya budaya sekolah (proses akulturasi, yaitu nilai-nilai yang mendasari perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari dan simbol-simbol yang diamalkan.

Menurut ajaran Islam, seorang anak harus ditanamkan nilai-nilai agama sejak sebelum lahir, agar kelak anak menjadi pribadi yang religius. Budaya keagamaan dalam lembaga pendidikan biasanya diawali dengan penciptaan suasana keagamaan yang disertai dengan pengenalan nilai-nilai agama secara istiqamah. Kesadaran akan nilai-nilai agama harus terus ditanamkan dan diberikan contoh nyata.

Seluruh umat Islam di kampus bertanggung jawab secara moral dan harus menunjukkan perilaku yang mendukung atau membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi terbentuknya perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

TELAAH HASILPENELITIAN TERDAHULU

Teknik Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga keabsahan data sangat bergantung pada kemampuan pengamat. Dimana penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes, survey, gambar dan sebagainya 79 Sedangkan observasi tidak langsung adalah observasi yang tidak dilakukan pada saat peristiwa yang diselidiki sedang berlangsung 80.

Teknik Wawancara ( interview )

Dalam menggunakan metode ini, peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan mengenai hal-hal yang ingin ditanyakan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mencari data internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter religius melalui media sosial. budaya sekolah, yang kemudian akan diperdalam pada analisa lebih lanjut. Moleong dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah suatu usaha yang dilakukan dengan cara mengolah data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mencari dan. Mereka menyatakan bahwa kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus hingga selesai, sehingga data jenuh.

Reduksi data dimulai dengan menjelaskan, memilih permasalahan pokok, memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting bagi isi data di lapangan, sehingga data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil observasi.85. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, mengkategorikan, mengarahkan, menghilangkan, dan mengatur data yang tidak perlu sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi.86. Representasi data adalah proses penyajian data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, matriks, dan grafik, dengan tujuan agar data yang terkumpul dapat diperiksa oleh peneliti sebagai dasar untuk menarik kesimpulan yang tepat.87 4.

Selain untuk keperluan pengecekan atau pembanding data. Selain digunakan untuk memeriksa kebenaran dan keandalan data, triangulasi juga digunakan untuk memperkaya data. R. Tahap Penelitian.. Tahap penelitian dalam penelitian ini mempunyai empat tahap dan ditambah dengan tahap akhir peneliti yaitu tahap penulisan laporan penelitian.

Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter religius melalui budaya sekolah

Kegiatan ini juga sangat penting untuk menanamkan pada siswa nilai pendidikan karakter religius. Nilai-nilai pendidikan karakter akan tumbuh dalam diri siswa dengan adanya kegiatan rutin di sekolah karena kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus, misalnya shalat Dhuha berjamaah setiap pagi, Tartilul Qur'an saat masuk kelas, Sholat Dhuhur berjamaah, dll. Melalui pendidikan agama diharapkan peserta didik mampu mengenal nilai-nilai agama dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

Sholat dhuha hanya diikuti oleh siswa kelas III-VI, sedangkan siswa kelas I dan II melaksanakan tartilul Quran di kelas. Usai melaksanakan salat diiringi salat berjamaah, siswa berbaris dan bersalaman dengan guru (mushafahah). Untuk siswa kelas I dan II membaca Juz 'Amma sedangkan siswa kelas III-VI membaca Al-Qur'an.

Untuk ekstrakurikuler membaca dan menulis Al-Qur'an diperuntukkan bagi siswa kelas I-III dan wajib diikuti.

Dampak dari internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter religius melalui budaya sekolah

Dan untuk kelas IV-VI, mereka bisa memilih ekstrakurikuler mana yang mereka minati, dan tidak semua siswa harus ikut. Kami berharap melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini, siswa dapat memahami Islam dan membentuk pribadi-pribadi yang mencintai keindahan Islam. Untuk membangun karakter yang baik pada siswa, guru juga harus menunjukkan karakter yang baik untuk ditiru oleh siswa.

Sebab guru bertugas melatih, mengajar, membimbing dan membimbing peserta didik untuk membentuk karakter yang diinginkan. Untuk membentuk nilai-nilai pendidikan karakter, sekolah juga hendaknya meminta siswa untuk membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik selama berada di lingkungan sekolah maupun di rumah, karena dengan membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut akan membentuk nilai-nilai pendidikan karakter khususnya karakter religius. .

Analisis Data

Analisis Data Tentang Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius Melalui Budaya Sekola h di SD Ma’arif

Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten. Yaitu dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Melalui pendidikan agama, peserta didik mampu mengenal nilai-nilai agama dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang termasuk dalam kurikulum yang dilaksanakan di luar mata pelajaran untuk mengembangkan bakat, minat, kreativitas, dan karakter siswa di sekolah.106. Ekstrakurikuler keagamaan qiro'ah dan hadroh, siswa dapat menyalurkan bakat seninya. Misalnya pada saat istirahat, ustadzah mengingatkan santri untuk selalu menjaga kebersihan, seperti dalam jargon “Akal adalah sebagian dari iman” 108.

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru, tenaga pengajar, dan siswa dalam memberikan keteladanan melalui tindakan.

Analisis Data Tentang Dampak Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius Melalui Budaya Sekolah di SD Ma’arif Ponorogo

Nilai kepercayaan ini harus diinternalisasikan kepada peserta didik melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan waktu senggang, kegiatan belajar, pembiasaan dan lain sebagainya. Sholat Dhuha berjamaah yang dilaksanakan sebelum jam pelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kedisiplinan siswa. Kegiatan salat zuhur berjamaah yang dilakukan siswa SD Ma'arif Ponorogo juga memberikan dampak positif bagi mereka, salah satunya adalah ketepatan waktu dalam menunaikan salat berjamaah.

Selain itu penerapan pendidikan agama melalui budaya sekolah juga dapat menumbuhkan nilai kejujuran, hal ini terlihat ketika seorang siswa mencari uang dan menyerahkannya kepada guru. Namun tidak semua siswa dapat menggunakan karakter religius dengan baik karena masih terdapat siswa yang nakal dan tidak terlalu peduli dengan peraturan sekolah. Sebab masih ada sebagian siswa yang bertengkar, datang terlambat ke sekolah sehingga terlambat menunaikan salat Dhuha, tidak tertib menjalankan Tartilul Quran dan sembarangan membuang sampah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa SD Ma'arif Ponorogo sudah mulai menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter religius selama berada di lingkungan sekolah, namun hal tersebut belum optimal terbukti.

PENUTUP

Kesimpulan

Bagi guru SD/MI, jika memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter keagamaan melalui budaya sekolah, hendaknya memberikan contoh dan teladan yang baik bagi siswa, serta membiasakan dan melakukan pendekatan persuasif dengan mengajak siswa. untuk berperilaku baik. Di sekolah. . Bagi peneliti yang bermaksud untuk bekerja pada bidang yang sama, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, hasil penelitian ini merupakan informasi yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, diharapkan peneliti menguji aspek-aspek lain sehingga dapat melengkapi ilmu pengetahuan di bidang yang sama.

Referensi

Dokumen terkait