• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iris Claw Aphakic Intra Ocular Lens

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Iris Claw Aphakic Intra Ocular Lens"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

0 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Sari Kepustakaan : Iris Claw Aphakic Intra Ocular Lens Penyaji : Angel Siahaan

Pembimbing : dr. Emmy Dwi S, SpM.(K), MKes

Telah disetujui oleh

Pembimbing Unit Katarak Bedah Refraktif

dr. Emmy Dwi S., SpM., MKes

Kamis, 26 Oktober 2017 Pukul 07.45

(2)

1 I. Pendahuluan

Operasi katarak dapat disertai dengan berbagai komplikasi dan yang paling sering adalah robekan kapsul posterior. Implantasi lensa intraokuler sekunder merupakan suatu prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengkoreksi afakia pada pasien yang tidak nyaman terhadap lensa kontak maupun kacamata afakia.

Kondisi yang memerlukan implantasi LIO sekunder umumnya terjadi pada kasus afakia yaitu saat intraoperatif mengalami penyulit misalnya ruptur kapsul posterior yang luas. 1,2

Implantasi lensa intraokuler (LIO) sekunder pada kasus yang masih memiliki dukungan kapsul posterior maka dapat dilakukan implantasi LIO pada sulkus siliar.

Bila dukungan kapsul posterior tidak adekuat, tetap dapat dilakukan pemasangan lensa intraocular pada bilik mata belakang dengan prosedur fiksasi sklera. Prosedur fiksasi sklera memiliki resiko dan komplikasi seperti cystoid macular edema hingga retinal detachment.1,2

Empat prinsip alternatif fiksasi LIO sekunder yang digunakan saat ini antara lain lensa intraokuler bilik mata depan (BMD), lensa intraokuler fiksasi iris, lensa intraokuler bilik mata belakang (BMB) dengan fiksasi sklera dan lensa intraokuler fiksasi sulkus atau fikasi kantung BMB. Masing-masing teknik memiliki kelebihan maupun kekurangan. LIO bilik mata depan tipe closed loop dinilai memiliki banyak komplikasi, seperti glaukoma sekunder, iridosiklitis dan dekompensasi kornea.1-6 Metode alternatif fiksasi iris dengan Iris claw memberikan hasil yang efektif untuk mengoreksi afakia dengan beberapa keuntungan, seperti komplikasi cystoid macular edema yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode fiksasi sklera.

Metode fiksasi iris lebih mudah dilakukan dibandingkan metode fiksasi sklera dan dapat memberikan perbaikan visus yang baik. Lensa intra okuler fiksasi iris dengan Iris claw dapat difiksasi pada pre pupillari dan retro pupillari. Bacaan kepustakaan ini akan membahas teknik fiksasi dengan Iris claw aphakic IOL.1-4

II. Evaluasi Preoperatif Implantasi LIO Sekunder

Persiapan yang perlu dilakukan secara umum sebelum dilakukan implantasi LIO sekunder pada mata afakik meliputi evaluasi tajam penglihatan dan koreksi terbaik,

(3)

2 evaluasi segmen anterior dan posterior, gonioskopi, tekanan intraokular, keratometri dan biometri A-scan serta pemeriksaan sel endotel. Prosedur yang dilakukan intraokular dapat menyebabkan kehilangan jumlah sel endotel yang signifikan, sehingga jumlah sel endotel yang rendah maupun hexagonalitas yang rendah pre operasi dapat mengakibatkan dekompensasi kornea. Langkah lain untuk meminimalisir resiko terjadinya dekompensasi kornea adalah dengan meminimalisir trauma intra operasi yang dapat dikarenakan instrumen maupun lensa intraokular.1,2

Pengukuran terhadap panjang aksial bola mata dan kelengkungan kornea diperlukan untuk kalkulasi dalam pemilihan LIO. Keratometri dan biometri pada pasien afakia berbeda dengan pasien pre operasi katarak. Selain itu, pemeriksaan tekanan intraokular penting dilakukan, sehingga dapat dilakukan evaluasi adanya glaukoma. Bila didapatkan adanya glaukoma dengan peningkatan rasio cup-disc dengan penyempitan lapang pandang yang bermakna, maka diperlukan pertimbangan seksama terhadap keuntungan dan kerugian dilakukannya implantasi LIO sekunder terhadap mata tersebut. Gonioskopi akan berguna pula untuk mengevaluasi sudut bilik mata depan bila akan direncanakan untuk dilakukan inplantasi LIO bilik mata depan. Evaluasi segmen posterior diperlukan untuk mengetahui prognosis visual. Adanya cystoid macular edema pre operasi dapat menyebabkan buruknya prognosis visual pasca operasi.1,2

Adanya vitreous pada bilik mata depan pada mata pre operasi implantasi LIO sekunder akan membutuhkan tindakan vitrektomi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya cystoid macular edema dan ablasio retina. Collins et al melakukan penelitian terhadap 143 mata dengan dukungan kapsular yang inadekuat untuk fiksasi sulkus, 125 mata diimplantasi LIO BMD, 2 mata diimplantasi LIO BMB dengan jahitan, 11 mata afakia dan 5 mata lainnya tidak diketahui status implantasinya. Hasil yang didapatkan hanya 66.7% kasus dengan dukungan kapsul inadekuat yang mencapai tajam penglihatan koreksi terbaik 20/40 atau lebih.1,2,4,7

(4)

3 III. Pemilihan Jenis Lensa dan Teknik Operasi Implantasi LIO Sekunder Kasus afakia pasca Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK) diutamakan implantasi LIO pada sulkus siliar bila dukungan kapsul cukup adekuat. Implantasi LIO sekunder pada kasus afakia pasca Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) dapat dilakukan dengan prosedur pemasangan LIO bilik mata depan maupun LIO bilik mata belakang. Prosedur pemasangan LIO pada bilik mata belakang tanpa dukungan kapsul yang adekuat maupun pasca EKIK dapat dilakukan dengan fiksasi LIO pada iris maupun fiksasi dengan cara penjahitan sklera.1-4

Teknik operasi LIO bilik mata depan dapat dilakukan baik dengan menggunakan LIO implantasi pada sudut bilik mata depan maupun fiksasi iris dengan Iris claw.

Teknik fiksasi Iris claw selain pre pupillary dapat juga dilakukan fiksasi pada retro pupillary. Baik teknik Iris claw pre pupillary maupun Iris claw retro pupillary dapat memberikan hasil yang efektif seperti perbaikan visus dan hemat waktu bila dibandingkan dengan teknik implantasi LIO fiksasi sklera. Kedua prosedur tindakan pada teknik Iris claw dapat diaplikasikan dengan baik oleh operator yang berpengalaman, dan pemilihannya kembali kepada preferensi operator.1,2,6

Iris claw yang tersedia terdapat dalam dua jenis yaitu Iris claw yang tidak dapat dilipat dan Iris claw yang dapat dilipat. Iris claw yang tidak dapat dilipat disediakan dalam model Artisan Aphakia AC250 (Ophtec), yang umumnya digunakan untuk mengkoreksi afakia. Artisan Aphakia AC250 (Ophtec) memiliki struktur yang kaku dengan panjang keseluruhan 8.5 milimeter dan ukuran optic 5.4 milimeter. 6,13

Gambar 1. Non Foldable Artisan Aphakia AC250 (Ophtec) Sumber: Artisan Aphakia8

(5)

4 Iris claw yang dapat dilipat tersedia dalam model Artiflex® Myopia Model 401 (Ophtec, Groningen, the Netherlands). Pada tabel 1 terdapat beberapa model dan bahan LIO Iris claw secara lebih rinci.6,12

No Model Ketersediaan IOL (D)

Diameter Optik (mm)

Panjang (mm)

Material Perusahaan

1 Verisyse

model*

VRSM5US

-5.00 to - 20.00

5.0 8.5 PMMA Abbott

Medical Optics (Santa Ana,

CA)

2 Verisyse

model*

VRSM6US

-5.00 to - 15.00

6.0 8.5 PMMA Abbott

Medical Optics (Santa Ana,

CA)

3 Artisan +3.00 to + 12.00

5.0 or 6.0

8.5 PMMA Ophtec (Groningen, The model 203

Netherlands;

USA, Boca Raton, FL)

4 Artisan toric IOL

Custom 5.0 or 6.0

8.5 PMMA Ophtec (Groningen, The

Netherlands;

USA, Boca Raton, FL)

5 Artiflex/

Veriflex

-3.00 to - 23.50

5.0 or 6.0

8.5 Polysiloxane Ophtec (Groningen, The

Netherlands;

USA, Boca Raton, FL) Tabel 1: Lensa Intra Okular Fiksasi Iris

Sumber: AAO8

Iris claw yang ideal sebaiknya menggunakan bahan yang fleksibel sehingga dapat dilipat saat melakukan insersi lensa. Pada lensa berbahan kaku, Iris claw tidak dapat dilipat sehingga membutuhkan sayatan yang lebih luas. Sayatan yang luas dapat mengakibatkan astigmatisma. Penggunaan Iris claw yang dapat dilipat biasanya untuk mengkoreksi kelainan refraksi myopia gravior, meski demikian Guell melaporkan penggunaan Iris claw yang dapat dilipat pada kasus afakia dengan dukungan kapsul posterior yang tidak adekuat.6,12

(6)

5 Iris claw yang dapat dilipat merupakan LIO three-piece yang tersusun dari optik yang fleksibel berbahan polysiloxane dan haptic yang kaku berbahan PMMA (polimetil metakrilat). Iris claw yang dapat dilipat biasanya digunakan untuk mengkoreksi kasus miopia gravior dan tersedia dengan kekuatan dioptri -2 Dioptri sampai -14.5 Dioptri. Iris claw yang ideal harus dapat fleksibel untuk menghindari lebarnya insisi. 6,12

Gambar 2 Foldable Artiflex® Myopia Model 401 Sumber: Artilens PIOLS9

3.2 Indikasi Iris claw

Tidak ada dukungan kapsul posterior lensa yang adekuat, tekanan intraokular dalam batas normal, kedalaman ruang anterior lebih dari 3,2 mm, densitas sel endotel lebih dari 900 / mm2, dan pemeriksaan retina dalam batas normal.3,13,14

3.3 Kontra Indikasi Iris claw

Kontraindikasi teknik fiksasi adalah pasien dengan riwayat dispersi pigmen, defek iris, uveitis, dan kelainan vitreoretinopati iskemik, seperti diabetes atau oklusi vaskular. 3,13,14

3.4 Anatomi Iris dan Pupil

Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior yang mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang

(7)

6 masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil. Iris terletak di depan lensa dan memisahkan kamera anterior mata dengan kamera posterior mata. Lapisan stroma iris terdapat otot-otot sfingter pupil dan otot-otot dilator pupil.8,9

Gambar 3 Penampang Iris Sumber: Vaughan9

Secara umum iris terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan anterior iris yang terdiri dari fibroblast, melanosit dan kolagen. Kemudian lapisan tengah iris (stroma) merupakan bagian paling besar dari iris yang terdiri dari sel berpigmen dan tidak berpigmen, kolagen, pembuluh darah, saraf dan otot sfingter pupil. Lapisan iris yang terakhir yaitu bagian posterior iris yang teridri dari otot dilator pupil dan sel berpigmen. 8,9

Gambar 4 Lapisan-lapisan Iris

Sumber: Vaughan9

(8)

7 3.5 Iris claw Fiksasi Iris Pre Pupillari

Binkhorst dan Epstein memperkenalkan LIO fiksasi iris pada tahun 1950-an.

Pada implantasi LIO Iris claw dapat dilakukan manual dapat juga dilakukan pengukuran dari claw LIO dan penandaan tempat claw pada iris, sekitar 4 mm dari tengah pupil horizontal ke tiap sisi. Krumeich et al menggunakan argon laser dengan kekuatan 0.1 – 0.18 untuk membuat dua titik berukuran 50 mikrometer.

Sayatan korneoskleral dibuat sepanjang 4.5 – 5 mm dengan menggunakan keratom, dilanjutkan dengan membuat sayatan pada lamela 1.5 mm dengan panjang 1 mm pada kornea.3,13

Gambar 5. Implantasi LIO fiksasi Iris claw Sumber: Albert1

Pupil dibuat miosis dengan larutan asetilkolin, kemudian diinjeksikan viskoelastik. LIO diinsersikan dan diposisikan di tengah dengan haptik tepat pada penanda yang telah dibuat pada iris, kemudian haptik LIO diregangkan sehingga dapat menjepit iris. Sayatan kemudian ditutup dengan jahitan. Kemudian dapat diinjeksikan udara ke bilik mata depan setelah dilakukan aspirasi viskoelastik, untuk memastikan jarak antara kornea dan lensa.1,3,13

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain uveitis, edema kornea, cystoid macular edema, sinekia posterior, kerusakan iris yang berat, dekompensasi kornea dan desenterasi LIO.1,3,5

(9)

8 3.3. Iris claw Fiksasi Retro Pupillari

Teknik Iris claw Retro Pupillari dapat dilakukan dalam anestesi lokal maupun anestesi umum. Sclerocorneal tunnel dilakukan pada arah jam 12, kemudian pada bilik mata depan diisi dengan Ophtalmic Viscosurgical Device (OVD). Iris claw dimasukkan melalui scleral tunnel, kemudian ditempatkan pada bilik mata belakang dan dilakukan penjepitan permukaan iris bagian belakang dengan enclavation needle. Semua OVD dibersihkan dan dilakukan penjahitan dengan nylon 10.0. 3,15 Fiksasi LIO Iris claw Retro Pupillary diklaim merupakan prosedur yang aman dan efektif serta dapat memberikan perbaikan tajam penglihatan yang lebih cepat.

Teknik ini merupakan prosedur yang lebih efisien waktu. 3,13

Gambar 6. Implantasi LIO Iris claw Retropupillary Sumber: Yazdani15

Implantasi LIO Iris claw Retropupillary pada bilik mata belakang menguntungkan karena selain membentuk bilik mata depan yang lebih dalam dan menurunkan resiko kerusakan endotel kornea. Penelitian Gonnerman pada Retro Pupillari Iris claw, komplikasi yang dapat terjadi antara lain ovalisasi pupil, macula edema, dislokasi LIO, hipotoni, peningkatan tekanan intra okular, hifema, endoftalmitis, Toxic Anterior Segmen Syndrome (TASS) dan uveitis kronis. 3,12,15

IV. Kesimpulan

Berbagai penelitian dan modifikasi terus dikembangkan dalam prosedur implantasi LIO. Semua dilakukan untuk mencapai hasil terbaik dengan komplikasi

(10)

9 paling minimal. Bila tidak terdapat dukungan kapsul posterior lensa yang adekuat salah satunya dapat dilakukan prosedur Iris claw. Prosedur dengan Iris claw dapat dilakukan pre pupillary dan retro pupillari. Keduanya menghasilkan perbaikan visus yang efektif. Pemilihan teknik operasi yang tepat sesuai dengan kondisi akhir dari operasi sebelumnya dan preferensi operator, serta persiapan pre operatif yang baik tentu akan memaksimalkan hasil yang dicapai.

(11)

10 DAFTAR PUSTAKA

1. Azar Dimitri T. Secondary IOL implantation. Dalam : Albert D, Miller JW, Azar DT, editor. Principles and practice of ophthalmology. Edisi ke-3.

USA: Elsevier. 2008. Hal. 1493-516.

2. Steinert RF, Arkin MS. Secondary intraocular lens implantation and stabilization. Dalam : Steinert RF, editor. Cataract surgery. Edisi ke-3.

Massachusetts: Elsevier; 2010. Hal. 487-500.

3. De Silva SR, Arun Kikkeri, Anandan M, et al. Iris claw intraocular lens to correct aphakia in the absence of capsule support. J Cataract Refract Surg.

2011; 37: 1667-72.

4. Collins, et al. A comparison of anterior chamber and posterior chamber intraocular lenses after vitreous presentation during cataract surgery: the Department of Veterans Affairs Cooperative Cataract Study. Am J Ophthalmol. 2003;136:1–9.

5. Lyle WA, Jin JC. Secondary intraocular lens implantation: anterior chamber versus posterior chamber lenses. Ophthalmic Surg.1993; 24:375–

381.

6. Güell JL, Velasco F, Malecaze F, Vázquez M, Gris O, Manero F. Secondary Artisan-Verysise aphakic lens implantation. J Cataract Refract Surg. 2005 7. Collins JF, Gaster RN, Krol WF. Outcomes in patients having vitreous presentation during cataract surgery who lack capsular support for a nonsutured PC IOL. Am J Ophthalmol. 2006;141:71–78.

8. American Academy of Ophthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco: AAO. 2014-2015.

9. Vaughan, D,G., Asbury, T., Riordan-Eva, P. Glaucoma in General Ophthalmology, Seventeenth edition a Lange Medical Book. Printice-Hall International Inc. 2009.

10. Artisan Aphakia. “Artisan Aphakia Model 205,” Artisan Aphakia Ophtec Product, http://www.ophtec.com/products/cataract-surgery/iols/artisan- aphakia/ (diakses 8 Oktober 2017)

(12)

11 11. Artilens PIOLS. “Artiflex® Myopia Model 401,” Artisan Aphakia Ophtec

Product, http://www.ophtec.com/products/refractive-surgery/p-iols (diakses 8 Oktober 2017)

12. Gonnermann J, Torun N, Klamann MKJ, et al. Visual outcomes and complications following posterior iris-claw aphakic intraocular lens implantation combined with penetrating keratoplasty. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol. 2013.

13. Teng H, Zhang H. Comparison of Artisan iris-claw intraocular lens implantation and posterior chamber intraocular lens sulcus fixation for aphakic eyes. Int J Ophthalmol 2014.7:283-7.

14. Anbari A, Lake DB. Posteriorly enclavated Iris claw intraocular lens for aphakia: Long-term corneal endothelial safety study. Eur J Ophthalmol 2015;25:208-13

15. Yazdani-Abyaneh, et al. Iris fixation of posterior chamber intraocular lenses. J Cataract Refract Surg. 2016; 42:1707–1712.

Referensi

Dokumen terkait

Natukoy sa Talahanayan 4 ang ranggo ng mga negatibong dulot ng paggamit ng animated videos sa pagtuturo ng panitikan, lumabas na nanguna rito ang hindi lahat ng guro ay maalam sa