• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Artikel 853519508221

N/A
N/A
ciaw yuyu

Academic year: 2025

Membagikan "Isi Artikel 853519508221"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

535

MODEL TEORETIK DIMENSI KETAHANAN PANGAN

Florentinus Nugro Hardianto Surel: [email protected]

Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

ABSTRAK

Konsep ketahanan pangan memiliki definisi beragam dalam berbagai literatur.

Menurut undang-undang seperti misalnya didefinisikan bahwa Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan derngan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Satu contoh definisi ketahanan pangan tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan merupakan konsep yang unidimensi. Hal tersebut juga dijumpai dalam definisi-definisi lain dari sumber yang berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut, artikel ini bertujuan menjelaskan lebih komprehensif perihal dimensi-dimensi konsep ketahanan pangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembahasan dalam artikel ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitik dengan bantuan studi literatur. Hasil identifikasi terhadap sejumlah literatur menghasilkan pemahaman bahwa dalam perkembangannya konsep ketahanan pangan merupakan konsep yang semakin multidimensi sesuai perkembangan kehidupan masyarakat. Konsep ketahanan pangan tidak lagi terkait dengan perihal dimensi pangan sebagai dimensi yang berdiri sendiri, namun juga terkait erat dengan dimensi-dimensi non- pangan yang berhubungan dengannya.

Kata kunci: ketahanan pangan, dimensi ketahanan pangan, deskriptif-analitik, multidimensi

Pendahuluan

Ketahanan pangan merupakan suatu konsep abstrak yang mengarah kepada hubungan antara ketersediaan pangan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pangan. Sifat konsep yang abstrak ini adalah terbukanya interpretasi yang muncul dari berbagai pihak. Beragam definisi ketahanan pangan menunjukkan adanya keterbukaan interpretasi tersebut. Menurut undang-undang, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan derngan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (UU 18 th 2012). Definisi lain menyebutkan bahwa ketahanan pangan ada saat semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman

(2)

536

dan bergizi sesuai kebutuhan dan pilihannya untuk kehidupan yang aktif dan sehat (World Food Summit (1996) dalam FAO, 2006). Interpretasi lain menyatakan bahwa ketahanan pangan-akses oleh semua orang setiap saat untuk makanan yang cukup untuk hidup sehat dan aktif - adalah salah satu dari beberapa kondisi yang diperlukan agar suatu populasi menjadi sehat dan bergizi baik (Coleman-Jensen, et.al., 2017).

Seandainya diperpanjang lagi deretan definisi ketahanan pangan, definisi-definisi yang muncul akan semakin menegaskan keterbukaan interpretasi terhadap abstraknya konsep ketahanan pangan. Gross, et.al. (2000) menyatakan bahwa konsep ketahanan pangan (food security) merupakan konsep yang telah berkembang/berevolusi dari waktu ke waktu.

Menurut hasil studinya, IFPRI (1999) telah mencantumkan sekitar 200 definisi dan 450 indikator ketahanan pangan; Maxwell dan Frankenberger (1992) telah mengidentifikasi 194 studi berbeda mengenai konsep dan definisi ketahanan pangan dan 172 studi tentang indikatornya; dan Clay (1997) memperbaruinya dengan memberi tambahan 72 referensi terkait konsep ketahanan pangan. Keterbukaan interpretasi demikian mengesankan tidak ada ujung-pangkalnya yang dikhawatirkan justru berpotensi menjauhkan diri dari substansi yang diharapkan muncul dari konsep ketahanan pangan. Sehubungan dengan itu, artikel ini akan membahas model teoretik dimensi ketahanan pangan sebagai upaya memperjelas substansi inti dari konsep ketahanan pangan. Harapannya, artikel ini dapat memberi pemahaman lebih jelas tentang konsep ketahanan pangan melalui dimensi-dimensi yang membentuknya.

Kajian Pustaka

Suatu konsep ada yang cenderung konkrit dan ada juga yang cenderung abstrak. Konsep yang konkrit seperti misalnya konsep tentang beras, gula, garam, minyak goreng, dan telur adalah contoh konsep konkrit yang mudah dilihat, disentuh, atau diukur sehingga cepat dipahami. Konsep yang abstrak akan relatif sulit untuk dibayangkan seperti apa konkritnya karena sulit dilihat, dikenali, atau disentuh pancaindera. Konsep abstrak juga sulit dalam pengukurannya. Semakin abstrak suatu konsep, semakin sulit untuk diukur sehingga semakin sulit pula untuk dipahami. Sebaliknya semakin konkrit suatu konsep, semakin mudah untuk diukur sehingga semakin mudah juga untuk segera dipahami.

(3)

537

Secara hierarki, konsep merupakan himpunan dari partikular-partikular yang disebut dimensi dan konsep yang berbeda sangat mungkin mempunyai jumlah dimensi yang berbeda pula (Mustafa, 2009). Konsep yang abstrak tentu akan lebih mudah diukur dengan mengidentifikasi terlebih dahulu dimensi-dimensi yang membentuknya. Dimensi-dimensi itu merupakan substansi penting dalam suatu konsep. Keberhasilan mengidentifikasi dimensi- dimensi suatu konsep pada akhirnya dapat memperjelas pemahaman suatu konsep. Karena itu, suatu hal yang penting kiranya mengetahui lebih jelas apa saja dimensi-dimensi suatu konsep termasuk konsep ketahanan pangan.

Konsep ketahanan pangan merupakan salah satu konsep yang abstrak sehingga tidak mudah untuk cepat dimengerti. Upaya memahaminya adalah dengan mencoba mengidentifikasi dimensi-dimensi pembentuknya. Artikel ini bertujuan untuk mencoba mengidentifikasi dimensi-dimensi dalam konsep ketahanan pangan. Hasil identifikasi nantinya akan dibuat dalam bentuk suatu model teoretik ketahanan pangan.

Kajian Pustaka

Beragam dimensi dari konsep ketahanan pangan telah coba dikemukakan sejumlah pihak.

Masing-masing pihak mencoba mengupasnya dari sudut pandang masing-masing sesuai dengan interpretasinya tentang konsep ketahanan pangan. Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai bagian dari organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sangat terkait dengan masalah pangan dunia telah mempublikasikan perihal dimensi ketahanan pangan (food security). Tabel 1 merupakan gambar dimensi ketahanan pangan yang terdiri dari empat dimensi seperti dipublikasikan oleh FAO. Empat dimensi yang dimaksud adalah dimensi availability, dimensi access, dimensi utilization, dan dimensi stability. Dimensi availability berkaitan dengan ketersediaan pangan yang cukup. Dimensi access berhubungan dengan kemudahan akses mendapatkan pangan yang tersedia. Dimensi utilization berhubungan dengan tingkat kandungan gizi di dalam makanan yang tersedia. Dimensi stability berkaitan dengan keberlanjutan ketersediaan pangan bagi masyarakat.

(4)

538

Tabel 1. Dimensi Ketahanan Pangan

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO)

(Sumber: Food and Agriculture Organization (FAO), 2008)

Selanjutnya dari perspektif lain, dimensi ketahanan pangan mencakup categorical dimension, socio-organizational dimension, managerial dimension, dan situation-related dimension (Gross, et.al., 2000). Categorical dimension terdiri dari dimensi availability, accessibility, utilization, nutritional status, dan dimensi stability. Socio-organizational dimension mencakup dimensi level makro (world, region, nation); dimensi level meso (community, province/city, district/town, village); dan dimensi micro (household/family, individual). Managerial dimension meliputi aspek-aspek siklus manajemen proyek seperti assessment, analysis, planning, intervention, monitoring & evaluation (Reassessment).

Situation-related dimension mencakup dimensi situasi ketahanan pangan apakah relatif emergensi atau relatif aman sehingga program-program mengatasi masalah pangan sesuai dengan tingkat ketahanan pangan yang terjadi.

Pendapat lain mengemukakan bahwa ketahanan pangan juga mengandung dimensi perilaku (behavioral dimension) seperti diungkapkan oleh Timmer (2012). Beliau berpendapat bahwa landasan perilaku seperti perilaku individu atau rumahtangga dalam menghadapi krisis pangan menjadi perhatian penting dalam dimensi ketahanan pangan.

(5)

539

Perilaku individu seperti lebih memilih stabilitas harga pangan itu lebih diinginkan daripada gejolak harga pangan merupakan contoh dimensi perilaku pangan yang perlu menjadi perhatian.

Berikutnya Timmer (2004) menjelaskan micro dimension dan macro dimension dalam konsep ketahanan pangan. Micro dimension terkait dengan tingkat ketahanan pangan secara individu atau rumahtangga. Macro dimension terkait dengan pengelolaan ketahanan pangan secara lebih luas yang mencakup nasional, regional, atau kelompok masyarakat.

Coates, et.al. (2003) memperkenalkan lima kriteria utama yang merefleksikan pemikiran tentang konsep food insecurity. Kelima kriteria yang dimaksud adalah kuantitas makanan yang cukup dikonsumsi (sufficient quantity of food consumed), kualitas yang memadai untuk makanan yang dikonsumsi (sufficient quality of food), keamanan atau prediktabilitas ketersediaan bahan pangan (security or predictability), akseptabilitas dalam pemerolehan bahan pangan (acceptability in acquisition), dan ketahanan pangan bagi semua orang (food security for all individuals).

Selanjutnya sejalan dengan perubahan pemahaman tentang konsep ketahanan pangan, Opara (2013) mempertimbangkan pentingnya pemahaman the geospatial and temporal dimensions of food security. Seiring perjalanan waktu, menurutnya, pemahaman masyarakat tentang ketahanan pangan semakin baik mulai dari berbagai faktor yang mempengaruhinya hingga mekanisme penanganannya. Salah satu contoh perkembangan yang dimaksud adalah pemahaman bahwa dimensi geospasial dan temporal menjadi salah satu dimensi penting terkait ketahanan pangan. Dimensi tersebut memberi pemahaman baru bahwa masalah ketahanan pangan itu adalah masalah yang bisa terkait individu (individual), rumahtangga (household), masyarakat/komunitas (community), negara (country), dan internasional (global).

Berdasarkan sejumlah ulasan tentang dimensi-dimensi konsep ketahanan pangan, jelas bahwa konsep ketahanan pangan bukanlah konsep yang unidimensional. Konsep ketahanan pangan sebagai suatu konsep yang abstrak menjadikannya relatif sulit untuk dipahami hanya dengan satu dimensi. Konsep ketahanan pangan lebih cenderung bersifat multidimensional. Bahkan Bertelli dan Macours (2014) telah merumuskan ukuran-ukuran bersifat multiple dimensions dalam mengukur konsep ketahanan pangan. Kumpulan dimensi akan lebih jelas menggambarkan konsep ketahanan pangan dengan lebih lengkap.

(6)

540 Metode Penelitian

Penelitian ini mengarah kepada upaya mengidentifikasi dimensi-dimensi dalam konsep ketahanan pangan. Proses penelitiannya melalui tahap survei literatur terkait, analisa literatur relevan, identifikasi dimensi konsep ketahanan pangan, dan pemodelan dimensi konsep ketahanan pangan. Survei literatur dilakukan dengan cara mencari publikasi artikel/laporan yang sesuai kebutuhan dan yang tersedia secara online. Setelah terpilih sejumlah artikel yang relevan, proses selanjutnya adalah menganalisanya terutama terkait konsep ketahanan pangan. Kemudian, proses berikutnya mengidentifikasi dimensi-dimensi konsep ketahanan pangan yang dibahas dalam artikel terkait. Tahap terakhir melakukan pemodelan dimensi konsep ketahanan pangan berdasarkan tinjauan teoretis artikel relevan dan analisa penulis. Proses akhir penelitian menghasilkan model teoretik dimensi konsep ketahanan pangan beserta penjelasannya.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil kajian sejumlah literatur, penulis membuat suatu model teoretik dimensi ketahanan pangan. Gambar 1 di bawah merupakan bentuk model teoretik dimensi ketahanan pangan yang dibangun oleh penulis. Secara garis besar, konsep ketahanan pangan memiliki dua dimensi besar, yakni dimensi perilaku dan dimensi non-perilaku. Masing- masing dimensi tersebut berhubungan dengan sub-sub dimensi. Misalnya, dimensi perilaku bisa berkaitan dengan sub-dimensi socio-organization, atau sub-sub dimensi lainnya.

Demikian pula dimensi non-perilaku bisa berhubungan dengan sub-dimensi socio- organization, atau sub-sub dimensi lainnya. Masing-masing dimensi dan subdimensi akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian selanjutnya.

(7)

541

Gambar 1 Model Teoretik Dimensi Ketahanan Pangan

Dimensi Perilaku dan Dimensi Non-Perilaku

Dimensi perilaku dan non-perilaku merupakan dimensi utama konsep ketahanan pangan. Dimensi perilaku mengarah kepada aspek-aspek perilaku yang berhubungan dengan sub-sub dimensi. Aspek-aspek perilaku ini misalnya perihal preferensi, selera, keinginan (wants), kebutuhan (needs), pengambilan keputusan, kesenangan, kepuasan, dan sejenisnya yang merupakan representasi perilaku manusiawi para pihak yang terkait. Dimensi perilaku ini mengadopsi ide dari Timmer (2012). Dimensi non-perilaku berkaitan dengan aspek-aspek non-perilaku. Aspek-aspek non-perilaku misalnya prosedur teknis, karakteristik bahan pangan, kualitas pangan, kuantitas pangan, kandungan gizi, penyakit, sakit, dan sejenisnya yang merepresentasikan bukan perilaku manusiawi.

Ketahanan Pangan (Food Security)

Dimensi Bukan Perilaku (Non-Behavior Dimension) Dimensi Perilaku

(Behavior Dimension)

Socio-Organization Sub-Dimension Categorical Sub-Dimension Situation-Related Sub-Dimension

Managerial Sub-Dimension

Unit of Analysis Quality & Quantity

Qualification Programme/Project

(8)

542 Sub-Sub Dimensi

Sub-sub dimensi merupakan turunan dari dimensi. Ada empat sub-dimensi yang ada dalam model. Empat sub-dimensi ini menggunakan ide dimensi dari (Gross, et.al., 2000).

Keempat sub-dimensi tersebut adalah categorical sub-dimension, socio-organizational sub- dimension, managerial sub-dimension, dan situation-related sub-dimension.

Penjelasan masing-masing sub-dimensi dapat dicermati seperti berikut ini.

Categorical sub-dimension mencakup komponen availability, accessibility, utilization, nutritional status, dan stability. Sub-dimensi ini mengarah kepada aspek kualitas dan kuantitas ketahanan pangan. Socio-organizational sub-dimension mencakup dimensi level makro (world, region, nation); dimensi level meso (community, province/city, district/town, village); dan dimensi micro (household/family, individual) yang kesemuanya mengarah kepada aspek unit analisis. Managerial sub-dimension meliputi aspek-aspek siklus manajemen proyek seperti assessment, analysis, planning, intervention, monitoring &

evaluation (Reassessment) yang merupakan aspek program atau proyek penanganan masalah ketahanan pangan. Situation-related sub-dimension mencakup dimensi situasi ketahanan pangan apakah relatif emergensi atau relatif aman sehingga program-program mengatasi masalah pangan sesuai dengan tingkat ketahanan pangan yang terjadi. Situation-related sub- dimension ini mengarah kepada aspek kualifikasi tingkat ketahanan pangan.

Penutup

Hasil identifikasi terhadap sejumlah literatur menghasilkan pemahaman bahwa dalam perkembangannya konsep ketahanan pangan merupakan konsep yang semakin multidimensi sesuai perkembangan kehidupan masyarakat. Konsep ketahanan pangan tidak lagi terkait dengan perihal dimensi pangan sebagai dimensi yang berdiri sendiri, namun juga terkait erat dengan dimensi-dimensi non-pangan yang berhubungan dengannya.

Model teoretik dimensi ketahanan pangan dibangun atas dasar dua dimensi utama, yakni dimensi perilaku dan dimensi non-perilaku. Masing-masing dimensi memiliki hubungan dengan empat sub-dimensi, yakni categorical sub-dimension, socio-organizational sub-dimension, managerial sub-dimension, dan situation-related sub-dimension. Model teoretik dimensi ketahanan pangan ini diharapkan dapat memberi informasi baru dalam mengidentifikasi dimensi ketahanan pangan. Pada akhirnya, model teoretik dimensi

(9)

543

ketahanan pangan diharapkan dapat memberi pemahaman lebih baik dalam membahas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan ketahanan pangan.

Daftar Pustaka

Bertelli, Olivia, dan Macours, Karen (2014), “Food Security and Agriculture in Developing Countries: Measurement and hypotheses for impact evaluations”, FOODSECURE Working paper, No. 21, June 2014.

Coates, J., Webb, P., and Houser, R. 2003. Measuring food insecurity: going beyond indicators of income and anthropometry. Technical report, Food and nutritional technical assistance projecy, Academy for educational development.

Coleman-Jensen, Alisha, Rabbitt, M.P., Gregory, C.A., dan Singh A. (2017), “Household Food Security in the United States in 2016”, United States Department of Agriculture, Economic Research Service, Economic Research Report Number 237 September 2017.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) (2008), “An Introduction to the Basic Concepts of Food Security”, Food Security Information for Action, Practical Guides, Published by the EC - FAO Food Security Programme, www.foodsec.org/docs/concepts_guide.pdf.

FAO, IFAD and WFP. (2013). The State of Food Insecurity in the World 2013: The multiple dimensions of food security. Rome, FAO.

FAO (2006), “Food Security”, Policy Brief, FAO‟s Agriculture and Development Economics Division (ESA) with support from the FAO Netherlands Partnership Programme (FNPP) and the EC-FAO Food Security Programme, June 2006, Issue 2.

Gross, Rainer, Schoeneberger, H., Pfeifer, H., dan Preuss, H.A. (2000), “The Four Dimensions of Food and Nutrition Security:Definitions and Concepts”, Version April 2000.

Mustafa, Zainal (2009), Mengurai Variabel hingga Instrumentasi,Yogyakarta : Graha Ilmu.

Opara, U.L. (2013), “Perspective: The evolving dimensions and perspectives on food security – what are the implications for postharvest technology research, policy and practice?”, Int. J. Postharvest Technology and Innovation, Vol. 3, No. 3, 2013.

Timmer, C.P. (2004), “Food Security and Economic Growth: An Asian Perspective”, Working Paper Number 51 December 2004. www.google.com.

Timmer, C.P. (2012), “Behavioral dimensions of food security”, PNAS | July 31, 2012 | vol.

109 | no. 31 | 12315–12320, www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.0913213107.

Timmer, C.P. (2014), “Food Security,MarketProcesses,and the Role of Government Policy”, Encyclopedia of Agriculture and Food Systems,Volume 3, doi:10.1016/B978-0-444- 52512-3.00033-4.

Undang-Undang Republik Indonesia, No.18, Tahun 2012, Tentang Pangan, www.google.com.

Referensi

Dokumen terkait