See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/333131290
PENDAMPINGAN KELUARGA DALAM UPAYA MENCEGAH STUNTING
Conference Paper · April 2019
CITATIONS
0
READS
5,143
1 author:
Ismiyati Ismiyati
POLTEKKES KEMENKES BANTEN (Health Polytechnic of Banten) 18PUBLICATIONS 16CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ismiyati Ismiyati on 16 May 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Proceeding Book
SEMINAR NASIONAL KESEHATAN
“ INTERNALISASI RESPECTFUL MATERNITY CARE DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK”
BANTEN, 13 APRIL2019
JURUSAN KEBIDANAN RANGKASBITUNG
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
Proceeding Book
Seminar Nasional Kesehatan
“Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Penulis
Dosen Poltekkes Kemenkes Banten Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten Praktisi Kesehatan
Penanggung Jawab:
Darti Rumiatun,M.Keb ISBN: 978-623-90791-0-9
Reviewer:
Kadar Kuswandi, M.Kes Darti Rumiatun, M.Keb Rery Kurniawati, M.Kes Editor:
Ismiyati, M.Keb Siti Rusyanti, M.Keb Desain Sampul:
Isa Ansori, Amd.Kom Penerbit:
Jurusan Kebidanan Rangkasbitung Poltekkes Kemenkes Banten Redaksi:
Jurusan Kebidanan Rangkasbitung Poltekkes Kemenkes Banten
Jl.Ahmad Yani, Km.2 Rangkasbitung Telp : (0252)201320
Email : kebidanan_rangkasbitung@yahoo.co.id Distributor:
Jurusan Kebidanan Rangkasbitung Poltekkes Kemenkes Banten Cetakan Pertama, April 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari
penerbit.
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Sampul
Susunan Redaksi Kata Pengantar Daftar Isi PENELITIAN
Hubungan Perilaku Remaja dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri Kelas XI di
SMAN 2 Kabupaten Tangerang (
Ika Oktaviani, Nadia Hanifah) ...1-10 Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa Kelas X 2 SMAN 3 Kota Tangerang (Bangun Wijonarko) ... 11-22 PENGABDIAN MASYARAKAT
Pembinaan Keluarga Mandiri (PKM) Melalui Penguatan Delapan Fungsi Keluarga di RW 2 Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak (Rery
Kurniawati Danu Iswanto, Siti Rusyanti) ... 23-30 Pendampingan Keluarga dalam Upaya Mencegah Stunting Sejak 1000 Hari Pertama
Kehidupan di RT/RW 02/03 Pasir Malang (Ismiyati) ... 31-38 Implementasi Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari dengan Media Leaflet pada
Remaja Putri di SMK Islam Baidhaul Ahkam Kota Tangerang (
Hikmah,Zuhrotunida, Atnesia Ajeng) ... 39-46
Pendampingan Ibu Hamil dalam Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Tentang
Senam Hamil di Desa Kadu Agung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak
Tahun 2018 (Tutik Iswanti) ... 47-50 Pembinaan Masyarakat Melalui Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
dengan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di RT 05 RW 03 Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Banten Tahun
2018 (Nintinjri Husnida) ... 51-58 Pemberdayaan Keluarga Tn “R” Dalam Peningkatan Rumah Sehat Melalui Perbaikan
Jamban Keluarga dan Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga di Kampung Neglasari RT 09 RW 04 Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak
(Omo Sutomo) ... 59-66
Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi di Kampung Neglasari RT 03 RW 06 Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Tahun 2018 (Yayah Rokayah,
Nasihin) ... 67-72
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
STUDI LITERATUR
Pengaruh Pemberian Coklat Hitam terhadap Nyeri Dismenore (Hani Sutianingsih) . …… 73-82 Pengaruh Pemberian Jus Wortel (Daucus Carota) Terhadap Penurunan Nyeri Haid
(Dismenore) (Siti Rusyanti, Darti Rumiatun) ... 83-88 Penularan Infeksi Hepatitis B pada Ibu Hamil (Hery Putri Anandah, Ida Faridah,
Ismiyati) ... 89-94
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
31
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
PENDAMPINGAN KELUARGA DALAM UPAYA MENCEGAH STUNTING
Ismiyati
Poltekkes Kemenkes Banten (ismiyati@poltekkesbanten.ac.id)
ABSTRAK
Keadaan stunting pada balita di Indonesia berada pada angka 35,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah di Indonesia melebihi batas toleransi WHO. Stunting yang terjadi di Indonesia sekitar 18,5% balita dalam kategori sangat pendek dan 17,1% balita dalam kategori pendek. Anak-anak yang kerdil biasanya tumbuh menjadi orang dewasa yang kerdilpula. Mereka akan hidup dengan pertumbuhan gizi kurang. Anak-anak yang kerdil sering mengalami keterlambatan dalam pematangan atau pertumbuhan tulang dan tinggi badan. Faktor tingginya masalah stunting di Indonesia salah satunya adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun.
Pengabdian Masyarakat ini bertujuan memberikan pemahaman keluarga tentang permasalahan balita stunting dengan memperhatikan sejak masa kehamilan di Kp. Pasir Malang, RT/RW 02/03 Ds. Kadu Agung Timur, Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak tahun 2018. Sasaran kegiatan adalah keluarga dengan ibu hamil yang berada di RT/RW 02/03 Kp Pasir Malang Desa Kadu Agung Timur.
Hasil kegiatan pendampingan pada keluarga didapatkan terjadi perubahan pengetahuan tentang stunting. Pada awalnya, keluarga memahami bahwa stunting hanya terjadi karena faktor keturunan.
Namun, adanya pendampingan ini keluarga memahami tentang stunting dengan pencegahan sejak kehamilan. Ibu hamil rutin melakukan kunjungan kehamilan dan memiliki status gizi yang baik
Kata Kunci: Kehamilan, Stunting
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh secara normal pada anak balita. Stunting terjadi karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.
World Health Organisation (WHO) menetapkan batas toleransi stunting (anak bertubuh pendek) maksimal 20% atau seperlima dari jumlah seluruh balita. Namun, di Indonesia keadaan stunting pada balita berada pada angka 35,6%, Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah di Indonesia melebihi batas toleransi WHO. Stunting yang terjadi di Indonesia sekitar 18,5% balita dalam kategori sangat pendek dan 17,1% balita dalam kategori pendek. 1,2
Stunting memiliki faktor risiko terhadap kelangsungan hidup pada masa anak- anak dan dewasa. Faktor tersebut diantaranya mempengaruhi kapasitas belajar dan produktivitas. Anak-anak yang kerdil biasanya tumbuh menjadi orang dewasa yang
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
32
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
kerdilpula. Mereka akan hidup dengan pertumbuhan gizi kurang. Anak-anak yang kerdil sering mengalami keterlambatan dalam pematangan atau pertumbuhan tulang dan tinggi badan.3
Stunting sering tidak dikenali di
keluarga ataupun di masyarakat. Mereka menggangga bahwa perawakan pendek adalah normal. Namun, pada dasarnya mereka tidak memahami cara mengindentifikasi anak-anak yang kerdil karena stunting tidak mudah untuk ditentukan secara visual. Masyarakat juga kurang memiliki pemahaman dalam memantau pertumbuhan anak secara rutin.4
Stunting ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama tingginya masalah stunting di Indonesia salah satunya adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Gizi kurang yang terjadi pada usia 2 tahun pertama dapat menjadi penyebab kerusakan otak.
Pembentukan otak itu sendiri terjadi sejak kehamilan. Sehingga gizi pada 1.000 hari sejak kehamilan merupakan sesuatu hal yang perlu diperhatikan.5 Pencegahan stunting pada kehamilan diharakan agar ibu hamil dalam kondisi tetap sehat dan perkembangan janin yang dikandungnya optimal, sehingga melahirkan bayi yang normal dengan panjang badan dan berat lahir memadai.3
Upaya Pemerintah dalam mengatasi permasalahan Stunting dengan mencanangkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program tersebut diantaranya dengan memperhatikan 1000 Hari Pertama Kehidupan. Pada pemantauan 1000 Hari Pertama Kehidupan ini dengan melibatkan keluarga. Keluarga memiliki fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi tersebut mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.5
Salah satu faktor stunting adalah status gizi balita. Desa Pasir Malang terdapat balita dengan gizi buruk. Balita dengan gizi buruk memiliki risiko terhadap balita pendek.
Pemantauan balita pendek ini jarang dilakukan di posyandu sehingga masyarakat menganggap bahwa pertumbuhan balita hanya cukup dilakukan dengan penimbangan berat badan.
Selain itu, pengenalan stunting juga tidak didapatkan sejak kehamilan sehingga ibu hamil tidak memahaminya. Mereka tidak memahami bahwa menjaga status gizi baik sejak kehamilan merupakan upaya pencegahan stunting.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berupaya mengatasi masalah yang ada melalui pemberian pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan fisik ibu hamil serta melakukan pendampingan kepada keluarga
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
33
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
dengan pendidikan masyarakat. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang status gizi balita, pemantauan dan cara deteksi melalui pendampingan keluarga tentang upaya mencegah stunting sejak 1000 hari pertama kehidupan.
METODE
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pendampinga keluarga dengan memberikan pemeriksaan ibu hamil serta memberikan pendidikan kesehatan masyarakat berupa penyuluhan dan demonstrasi.
Tahapan pelaksanaan pendampingan ini terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap awal ataupunpun sosialisasi kegiatan, tahap pemeriksaan, tahap intervensi, dan tahap evaluasi. Tahap awal dilakukan kepada ketua RT/RW dan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan di Kampung Pasir Malang RT/RW 02/03 Desa Kadu Agung Timur, Kabupaten Lebak, Banten. Kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu pada bulan Oktober 2018.
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat indikator pengetahuan keluarga, jumlah kunjungan ANC, kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil, dan perilaku keluarga dalam konsumsi makanan perhari. Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah pendampingan, Jumlah kunjungan ANC
diukur dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan, Kepatuhan konsumsi tablet Fe diukur dengan rutinnya ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe perhari, dan perilaku keluarga dalam mengkonsumsi makanan perhari dengan variasi jenis makanan atau gizi seimbang.
HASIL
Pengabdian masyarakat ini mendapatkan tanggapan baik dari keluarga.
Hal tersebut dapat dilihat dari antusias keluarga dalam mengikuti setiap proses sesuai tahapan berikut ini:
1. Tahap awal
Pada tahap awal dilakukan wawancara kepada keluarga. Wawancara ini digunakan untuk menggali pengetahuan keluarga tentang stunting. Tema wawancara yang digunakan pada tahap ini lebih kearah pengertian stunting dan penyebab stunting. Fokus pertanyaan disesuaikan dengan anggota keluarga baik yang memiliki ibu hamil maupun balita.
Pada pelaksanaan tahap ini didapatkan tentang pengetahuan stunting pada keluarga masih kurang. Mereka menyatakan bahwa anak-anaknya tidak ada yang memiliki faktor untuk terjadinya stunting. Status gizi pada balita bagi mereka tidak akan menyebabkan stunting. Keluarga menganggap bahwa stunting hanya disebabkan oleh keturunan.
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
34
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
Mereka juga tidak mengetahui cara untuk mendeteksi balita stunting dan pencegahannya.
Pada keluarga ibu hamil juga memiliki pemahaman yang sama bahwa stunting disebabkan oleh keturunan. Keluarga ini tidak mengetahui bahwa salah satu tujuan kunjungan kehamilan adalah untuk mencegah stunting dengan cara mendeteksi tumbuh kembang janin dan memantau gizi ibu hamil.
Keluarga menyatakan sangat tertarik dan ingin mengetahui tentang stunting.
Mereka tidak mau anak atau keturunannya kerdil.
2. Tahap pemeriksaan
Tahap pemeriksaan ini dilakukan sebagai bentuk skrining baik ibu hamil maupun balita. Pada pemeriksaan fisik ibu hamil didapatkan bahwa kondisi kehamilannya normal. Status gizi ibu hamil juga baik hal ini tampak pada hasil pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) yang menunjukkan 25 cm. Tinggi ibu hamil 154 cm. Kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilannya 10 kg yaitu BB sebelum 57 kg dan BB saat pemeriksaan hamil 67 kg. Pada taksiran berat janin didapatkan 2790 gram.
Pada pemeriksaan balita didapatkan bahwa status gizi balita kurang. Hal ini dapat dilihat juga bahwa pada kunjungan terakhir posyandu tampak di kartu Menuju Sehat (KMS) grafik berada pada garis kuning.
Kondisi balita nampak kurang baik karena ada
batuk, pilek, dan kurang aktif (lebih banyak digendong).
Konsumsi makanan dalam sehari-hari pada balita ini kurang. Balita kurang memiliki nafsu makan dan lebih suka mengkonsumsi susu kental manis. Susu kental manis dalam sehari dapat diminum sampai 8 gelas.
Balita ini lebih suka disuapin oleh ayahnya. Ibu balita menyatakan bahwa ayahnya lebih telaten dalam menyuapin anaknya. Sang ayah akan mengajak ananya untuk jalan-jalan sambil memberikan makan.
Namun, hal itu tidak dapat dilakukan setiap hari karena sang ayah bekerja.
3. Tahap intervensi.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap intervensi ini adalah memberikan pendidikan tentang stunting dan pencegahannya. Kegiatan ini dimulai dengan pemaparan stunting dan pencegahannya dari tim kegiatan. Masyarakat juga mendapatkan leaflet tentang stunting.
Pada tahap ini juga dilakukan diskusi.
Masyarakat lebih antusias membahas penyebab stunting. Mereka tertarik membahas tentang kebutuhan gizi baik pada balita maupun ibu hamil.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan memberikan contoh kebutuhan gizi untuk ibu hamil dan balita. Mereka juga diajarkan tentang cara pengolahannya. Mereka sangat antusias dan sebagain menyatakan bahwa cara
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
35
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
pengolahan makanan dalam sehari-harinya ada beberapa yang perlu diperbaiki.
Tablet Fe juga diberikan pada ibu hamil pada tahap ini. Keluarga diajarkan cara meminum tablet fe. Ibu hamil mendapatkan 10 tablet fe. Keluarga memahami kebutuhan tablet fe dan cara meminumnya.
4. Tahap Evaluasi
Berdasarkan rangkaian kegaiatan yang sudah dilakukan, pada tahap evaluasi didapatka hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Hasil Evaluasi Kriteria Sebelum
Kegiatan
Setelah Kegiatan
Status Kegiatan Pengetahuan
keluarga
Pengetahuan kurang
Pengetahuan meningkat
Berhasil.
Jumlah kunjungan ANC
11 kali 12 kali Berhasil.
(terdapat penambahan jumlah kunjungan) Kepatuhan
konsumsi tablet Fe pada ibu hamil
Bila ada mual tidak diminum dalam satu hari
Diminum setiap hari (tablet fe tersisa 4 tablet) dari 10 tablet
Berhasil.
Konsumsi makanan perhari
3-4 piring yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayur
3-4 piring yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayuran.
Lebih banyak buah dari pada sebelum pemberian menu.
Berhasil
Persepsinya bahwa sayur adalah yang kuah walaupun ikan
Sudah berubah
Evaluasi kegiatan ini dilakukan dengan cara mengetahui adanya perubahan pada keluarga setelah diberikan pendampingan pada hari yang berbeda. Pengetahuan keluarga tentang stunting setelah diberikan pendampingan berupa penyuluhan mengalami peningkatan. Keluarga mengetahui faktor penyebab stunting serta pencegahannya.
Namun, untuk perubahan perilaku sehari-hari dalam konsumsi gizi seimbang belum dapat dinilai karena evaluasi dilakukan 6 hari setelah pendampingan.
Jumlah kunjungan ibu hamil mengalami penambahan. Kunjungan yang dilakukan selama kehamilan dilakukan di Puskesmas, posyandu, dan praktik mandiri bidan. Orang tua dan saudara (keluarga) selalu mengingatkan untuk keposyandu. Posyandu menjadi tempat yang sering dikunjungi karena jarak tempat pelayanan posyandu dekat dengan rumah. Namun, selama kunjungan kehamilan belum pernah mendengar pentingnya gizi ibu hamil terhadap risiko terjadinya balita stunting pada masa yang akan datang.
Pada saat kunjungan ibu hamil mendapatkan tablet Fe. Bidan mengajarkan
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
36
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
cara meminum tablet Fe dengan air putih.
Konsumsi tablet Fe yang disarankan oleh bidan adalah 1 tablet perhari dan terkadang 2 tablet perhari. Konsumsi tablet Fe pada ibu hamil mulanya juga tidak rutin terutama bila ada rasa mual. Namun, dukungan dari keluarga dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Pada kegiatan ini, konsumsi tablet Fe pada ibu hamil diminum setiap hari.
PEMBAHASAN
Kegiatan ini mengindentifikasi bahwa keluarga tidak mengetahui cara untuk mendeteksi balita stunting dan pencegahannya.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Onis et all (2016) bahwa masyarakat kurang memiliki pemahaman dalam memantau pertumbuhan anak secara rutin. Mereka menggangga bahwa perawakan pendek adalah normal. Anggapan normal tersebut membuat keluarga tidak berusaha untuk mencegahnya.
Keluarga hanya mengetahui penyebab stunting dari keturunan. Keluarga yang memiliki anggota keluarga kerdil tentunya akan memiliki keturunan yang kerdil. Walker et all (2015) dalam studinya menyatakan bahwa stunting memiliki dampak tumbuh kembang pada jangka panjang. Anak yang terlahir dari orang tua stunting akan memiliki tinggi badan per usia (TB/U) lebih rendah dibandingkan dari orang tua yang tidak
stunting. Mereka juga akan memiliki skor perkembangan lebih rendah. Hal tersebut dapat mempengaruhi mereka terhadap kelangsungan hidup anak pada masa yang akan datang.
Status gizi anak juga bagian yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam upaya menangani stunting. Pada penelitian Hadju et all (2017) ditemukan bahwa status gizi anak juga ditentukan oleh pendidikan ibu. Hal tersebut juga berhubungan dengan pola asuh anak.
Namun, pada kegiatan ini ditemukan bahwa peran ayah juga dapat membantu menjaga status gizi. Hanya saja peran ayah tidak dapat maksimal karena waktu yang dimiliki sang ayah lebih banyak ditempat kerja. Pada dasarnya dalam menjaga status gizi anak tentunya menjadi peran semua anggota keluarga. Keluarga tentunya tidak hanya ibu saja, tetapi juga ayah, kakak, ataupun anggota keluarga lainnya.
Pencegahan stunting dapat dilakukan pada 1000 hari kehidupan pertama. Salah satu pencegahan ini dapat dilakukan pada pemantauan kehamilan. Pada kegiatan ini ditemukan bahwa kunjungan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sejumlah 12 kali.
Jumlah kunjungan ini sudah melebihi jumlah kunjungan yang disarankan oleh WHO (2018) yaitu minimal 8 kali selama kehamilan.
WHO’s 2016 ANC Model ini dilakukan 1 kali
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
37
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
pada trimester I, 2 kali pada trimester 2, dan 5 kali pada trimester 3.
Jumlah kunjungan antenatal care dipengaruhi oleh dukungan keluarga besar yaitu orang tua dan saudara. Selain itu, jarak tempat kunjungan juga mempengaruhi jumlah kunjungan. Tempat layanan yang dekat akan memudahkan ibu hamil untuk berkunjung memeriksakan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan penelitian pada Kurnia Indrayani Purnama Sari yang menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan yang dekat dengan tempat tinggal ibu hamil, maka akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan yaitu lebih banyak.
Peran keluarga besar juga mampu meningkatkan konsumsi tablet Fe oleh ibu hamil. Keluarga memiliki peran dalam meningkatkan pentingnya tablet fe sehingga perlu diminum.
SIMPULAN
Hasil kegiatan pendampingan keluarga dalam mencegah stunting sejak kehamilan ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Pemahaman keluarga tentang permaslahan balita stunting mengalami peningkatan.
Keluarga besar saat ini sudah tidak lagi menganggap bahwa stunting hanya dipengaruhi oleh faktor keturuanan, tetapi oleh faktor-faktor yang lainnya.
b. Konsumsi tablet Fe pada ibu hamil lebih baik dan kepatuhannya meningkat dengan adanya turut serta peran keluarga besar.
c. Kondisi Kehamilan pada kelaurga pada saat ini tidak mengalami permasalahan. Mereka
akan lebih cepat mendeteksi permasalahan dengan rajin kunjungan ulang pada tempat yang lebih dekat
DAFTAR PUSTAKA
1. Trihono,Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NA, Tejayanti T, Nurlinawati I.
pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah
dan Solusinya. penerbit
BALITBANGKES. 2015.
2. Arilia A. Miris! Indonesia Memiliki Angka Stunting Terbesar ke-5 di Dunia.
Okezone. Januari 2018. (Daring pada:https://www.google.com/amp/s/lifest yle.okezone.com/amp/2018/01/23/481/184 9055/miris-indonesia-memiliki-angka- stunting-terbesar-ke-5-di-dunia.
3. Dewey KG, Begum K. Long‐term consequences of stunting in early life.
Maternal and Child Nutrition.
2011;7(Suppl. 3):pp. 5–18)
4. Onis M, Branca F. Childhood stunting: a global persective. Maternal & Child Nutrition. 2016. supp=1. Hlm=12-16
5. Anonim. WHO: 7,8 Juta Balita di Indonesia Penderita Stunting.
https://www.republika.co.id/amp/p30s853 96
6. Hadju V, Yunus R, Arundhana AI, Salmah AU, Wahyu A. Nutritional Status of infants 0-23 months of age and its relationship with socioeconomic factors in
Ismiyati. Pendampingan Keluarga
38
Seminar Kesehatan Nasional “Internalisasi Respectful Maternity Care dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”
Banten, 13 April 2019. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
pangkep. Asian Journal of Clinical Nutrition. 2017;9;71-76
7. WHO. WHO rekomendations on antenatal care for a positive pregnancy experience:
summary highlight and key messages from the world health organitation’s 2016 global recommendation for routine antenatal care. 2018.
View publication stats