• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalan untuk Dampak Berkelanjutan

N/A
N/A
Siska Siregar

Academic year: 2023

Membagikan "Jalan untuk Dampak Berkelanjutan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Membimbing Yayasan Tifa melalui fase pertumbuhan baru tahun lalu merupakan pengalaman istimewa. Melalui program strategis di atas, Tifa Foundation akan terus berupaya memajukan masyarakat terbuka di Indonesia.

Ikhtisar Kinerja Yayasan Tifa

Strategi Program

Dampak Program

  • Mitra dan Penerima Manfaat
  • Keselarasan Program Mitra dengan Nilai-nilai dan Pendekatan Strategis Yayasan Tifa
  • Alokasi Hibah Berdasarkan Nilai-nilai dan Pendekatan Strategis Yayasan Tifa
  • Dampak Dukungan Yayasan Tifa
  • Dampak Implementasi Langsung Program Tifa

Penyelarasan Program Mitra dengan Nilai-Nilai dan Pendekatan Strategis Tifa Foundation. Pada tahun pertama program ini dijalankan, Tifa Foundation berhasil mendokumentasikan bentuk-bentuk pelanggaran HAM (termasuk hak anak) yang terjadi pada masa pandemi COVID-19.

Profil Organisasi Yayasan Tifa

Tentang

Yayasan Tifa

Negara yang menjunjung tinggi keadilan adalah negara yang memenuhi dan melindungi hak dan kewajiban setiap warga negaranya serta tidak bersikap sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Keberagaman diartikan sebagai suatu tatanan yang tidak didominasi oleh nilai-nilai, pandangan atau pola pikir dan sikap suatu kelompok tertentu. Kesetaraan diartikan sebagai keadaan dimana setiap warga negara mempunyai kedudukan dan hak yang sama di mata hukum.

Masyarakat egaliter berupaya menghapuskan diskriminasi berdasarkan gender, agama, sosial ekonomi, mayoritas-minoritas, elit-non-elit, kaya-miskin dan bentuk-bentuk ketimpangan lainnya, sehingga setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. pelayanan pendidikan dan kesehatan, untuk mendapatkan pekerjaan dan perumahan yang layak serta hak-hak dasar lainnya. Keterbukaan diartikan sebagai sifat atau keadaan tanpa rahasia, jujur, mau menerima masukan, toleran, dan sejenisnya. Dari segi hukum ketatanegaraan, negara terbuka adalah negara yang pemerintahannya tidak tertutup, transparan, dan terbuka terhadap kritik dan usulan reformasi.

Profil Kepemimpinan Yayasan Tifa

Dyan Shinto Eko Nugroho dikenal sebagai salah satu tokoh di Indonesia yang berperan dalam memajukan sektor teknologi di Indonesia. Sebelum bekerja di GoTo, Shinto adalah wanita pertama di jajaran kepemimpinan Google Indonesia dan merupakan bagian dari departemen Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Asia Pasifik. Sebelum bekerja di sektor swasta, Shinto merupakan Staf Khusus Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata Republik Indonesia.

Shita Laksmi menjabat CEO Tifa Foundation sejak November 2019, saat Tifa Foundation memulai transformasi organisasi. Shita telah bekerja di sektor pembangunan selama 21 tahun dan merupakan aktivis dalam pengembangan media, transparansi dan akuntabilitas, perlindungan data pribadi, dan tata kelola internet.

Struktur

Program & Dukungan Yayasan Tifa

Menyambut Tantangan Masa Depan Teknologi

Informasi dan Komunikasi

Pada tahun 2020, Tifa Foundation melakukan penelitian perbandingan PDP dengan instrumen internasional untuk perlindungan data pribadi. Berbekal penelitian tersebut, Yayasan Tifa aktif memberikan masukan terkait pengaturan hak-hak subjek data yang tertuang dalam undang-undang dan mekanisme kelembagaan Otoritas Data Pribadi. Dalam pelaksanaannya, program ini terbagi dalam dua kegiatan utama yaitu penelitian yang dilakukan oleh CIPG, serta advokasi dan dialog dengan pemangku kepentingan yang dilakukan oleh Tifa Foundation.

Tak hanya dengan pemerintah, dalam melakukan advokasi RUU PDP, Tifa Foundation juga menggandeng organisasi masyarakat sipil lainnya yang tergabung dalam Koalisi Advokat RUU PDP, guna memperjuangkan pengelolaan data pribadi yang demokratis dan adil. Di penghujung tahun 2021, Tifa Foundation memulai proses pelaksanaan program penguatan ekosistem data digital di Indonesia. Melalui penelitian yang dijadwalkan dimulai pada tahun 2022 ini, Tifa Foundation ingin menangkap pentingnya aktivisme digital dalam gerakan aksi.

Mendorong Program Pembangunan yang

Masyarakat

Lokakarya yang ditujukan kepada pejabat desa ini berfokus pada pengenalan praktik Tinjauan Program yang saat ini sedang diterapkan di Jepang. Undangan terbuka pada lokakarya ini juga bertujuan untuk membuka ruang bagi seluruh elemen masyarakat untuk mengikuti pelatihan dan mempelajari lebih lanjut tentang Review Programme. Kunjungan ini awalnya direncanakan agar para pemangku kepentingan dapat melihat dan belajar langsung mengenai implementasi Program Review di negara mereka.

Selain pembatasan akibat pandemi, keseimbangan gender di awal Program Review juga menjadi tantangan yang harus diperhatikan. Pembelajaran tersebut salah satunya adalah mengenai kemungkinan pelibatan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai panitia pelaksana dalam Program Asesmen. Bagi BPD, Tinjauan Program dapat menjadi metode untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam memantau dan mengevaluasi program pemerintah desa.

Memperjuangkan Upaya Perlindungan Hak-hak

Kelompok Rentan

Setelah kajian yang dilakukan, rangkaian program HEAL dilanjutkan dengan Pelatihan Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Sosial bagi Kelompok Rentan pada masa pandemi Covid-19 di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat untuk memperkayanya. Pelatihan hak asasi manusia dan perlindungan sosial bagi kelompok rentan pada masa pandemi COVID-19 di Nusa Tenggara Barat Foto: Dok. Pelatihan ini menghadirkan pemangku kepentingan strategis di tingkat lokal sebagai peserta, yaitu aparat desa dan kelompok rentan termasuk perempuan, penyandang disabilitas, kelompok agama dan keyakinan minoritas, serta pekerja migran.

Mereka tidak hanya aktif berinteraksi saat kegiatan pelatihan, namun juga memberikan gagasan kepada pemerintah di daerahnya mengenai perlindungan hak asasi kelompok rentan. Sebagai pembelajaran bagi Tifa Foundation, upaya lebih lanjut untuk menjangkau kelompok rentan di tingkat lokal memerlukan pendekatan pemangku kepentingan yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada pemerintah desa tetapi juga pada tingkat pemerintahan di atasnya. Melalui program ini, Tifa Foundation akan terus membekali para pembela hak asasi manusia dengan keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk mendokumentasikan implementasi pemenuhan hak asasi manusia dan menawarkan solusi agar para pembela hak asasi manusia dapat dipandang sebagai sekutu masyarakat dalam melindungi dan meningkatkan ketahanan masyarakat. kelompok rentan dan marginal.

Mendorong Pembentukan KKR Nasional sebagai

Upaya Penyelesaian

Pelanggaran Berat HAM Masa Lalu di Indonesia

Dalam diskusi terfokus yang diadakan untuk mengambil pelajaran dari KKR yang sedang berlangsung di Aceh, disimpulkan bahwa masyarakat sipil. Keberadaan KKR di tingkat nasional diharapkan dapat memperkuat posisi dan peran KKR Aceh yang saat ini aktif. Pembahasan perjalanan KKR Aceh telah menghasilkan beberapa inisiatif upaya pengakuan dan rehabilitasi korban.

Dalam perjalanannya, pembahasan perjalanan KKR Aceh berkembang menjadi wacana yang berujung pada upaya rekonstruksi sosial (restorasi) pasca konflik di masa lalu. Hal ini menjadi kendala dan kompleksitas penganggaran kelembagaan pada birokrasi pemerintah Aceh, karena dukungan dana dari pemerintah pusat masih diperlukan untuk operasional KKR Aceh. Melalui program ini telah terjadi proses dialog dan diskusi konstruktif antar jaringan advokasi KKR.

Upaya Membuka Gerbang Keadilan di Tanah Papua

Menyelesaikan pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu di luar pengadilan untuk mencapai perdamaian dan persatuan nasional. Jika dilihat di tingkat pusat, konsep KKR nasional yang dikembangkan pemerintah memiliki tiga pertimbangan, yaitu penyelesaian pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu, penyelesaian pelanggaran HAM berat yang komprehensif, dan rekonsiliasi nasional. Melalui pendekatan ini diharapkan banyak informasi yang bisa digali, terutama dari daerah-daerah yang jumlah kasus pelanggaran HAM-nya relatif tinggi.

Pertama, masih adanya perbedaan pendapat antara pihak yang mendukung dan menentang pembentukan KKR di Papua. Kelompok penentang pembentukan KKR menyatakan KKR Papua merupakan upaya pemerintah untuk menghindari tanggung jawab penyelesaian pelanggaran HAM. Di sisi lain, dari sudut pandang kelompok pendukung pembentukan KKR, mereka berpendapat bahwa keberadaan KKR memberikan peluang untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi sebelumnya.

Menyembuhkan Luka Konflik dan

Dengan model penyampaian pernyataan yang baik, KKR Aceh tidak hanya berhasil mengumpulkan data, fakta dan informasi pelanggaran HAM untuk dijadikan dasar mengidentifikasi bentuk dan pola pelanggaran HAM di Aceh pada masa konflik. Di tingkat nasional, upaya KKR Aceh juga mendapat dukungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia (LPSK RI) yang bersedia memfasilitasi KKR Aceh dalam mengkomunikasikan proses rekonsiliasi yang dikembangkan di Aceh kepada masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia. LPSK RI dan Komnas Perempuan terus memberikan dukungan dan bantuan kepada KKR Aceh dalam merumuskan reparasi rehabilitasi korban pelanggaran HAM di Aceh.

KTR Aceh juga menunjukkan kegigihan dalam mendapatkan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung proses rekonsiliasi yang sedang berjalan. Meski banyak prestasi yang diraih, KKR Aceh juga tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi selama pelaksanaan proyek tersebut. Untuk itu, KKR Aceh hendaknya meningkatkan sinergi dengan pemangku kepentingan di tingkat daerah, khususnya lembaga pemerintah, tokoh adat, dan tokoh agama, sehingga kepercayaan masyarakat dapat dibangun dan dipertahankan.

Menyuburkan Nilai

Toleransi di Lingkungan Pendidikan

Pertama, memetakan aturan atau kebijakan terkait upaya menjaga keberagaman dan menghilangkan intoleransi di lingkungan SMA/Sekolah Dagang DIY. Selain itu, untuk mendorong perlunya kebijakan Pemda DIY di bidang ini, DIAN/Interfidei Institute melakukan pendekatan tingkat provinsi, yakni melalui Parampara Praja DIY, yaitu lembaga non-struktural yang beranggotakan delapan orang ahli terpilih yang menjadi penasehat Sultan Hamengkubuwana DIY. Melalui komunikasi yang terjalin, Disdikpora menyambut baik rencana DIY dan tawaran kerja sama dari DIAN/Interfidei Institute untuk mensukseskan program pengelolaan perbedaan dan keberagaman di lingkungan SMA.

Secara umum DIAN/Interfidei Institute menggunakan kombinasi pendekatan top-down dengan mengedepankan kebijakan pemerintah daerah DIY dan pendekatan bottom-up yang menyesuaikan dengan inisiatif masyarakat, dalam hal ini kepala sekolah dan guru, serta elemen penting lainnya, antara lain lintas agama, dalam melaksanakan program ini pemuda di DIY. Pada masa pembelajaran awal ini, DIAN/Interfidei Institute terpaksa menunda banyak kegiatan, termasuk pelaksanaan pelatihan pengelolaan dan penjelasan perbedaan bagi guru dan kepala sekolah SMA/SMK di DIY. Dengan waktu belajar yang dimiliki, DIAN Institute/Interfidei selaku penyelenggara program kemudian memahami dan semakin mengenal penggunaan teknologi terkini, sekaligus membuka pengetahuan bagaimana menyelenggarakan kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Menyusun Aksi Jauhi Sanksi

Pidana Mati

Selain peningkatan kapasitas melalui pembelajaran, LBHM juga telah melakukan penelitian sejak Januari 2021 mengenai faktor-faktor yang menyebabkan dijatuhkannya hukuman mati. Penelitian ini melibatkan Reprieve dan Masyarakat Riset Peradilan Indonesia (IJRS), dua organisasi yang memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam perjuangan melawan hukuman mati. Sebagai bentuk refleksi dalam menggambarkan situasi hukuman mati di Indonesia, modul ini mencakup praktik penjangkauan LBHM.

Pada program tahap pertama, LBHM juga menyelenggarakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya mengakhiri praktik hukuman mati di Indonesia. LBHM juga akan terus berupaya mengembangkan sistem pemantauan kasus yang diharapkan mampu mengidentifikasi masyarakat rentan terhadap hukuman mati. Tidak hanya itu, akan ada kembali kampanye dan diskusi publik yang menyoroti ketidakadilan hukuman mati, sehingga pemahaman dan simpati masyarakat terhadap isu ini dapat dibangkitkan kembali.

Melanjutkan

Jalan ke Depan

Ditambah dengan hadirnya pandemi, seluruh proses interaksi, termasuk pengambilan keputusan, kini dilakukan melalui Internet. Di tahun mendatang, Tifa Foundation bertujuan untuk terus menekankan pentingnya peraturan perlindungan data pribadi di Indonesia dengan membagi tanggung jawab secara jelas antara lembaga pemerintah dan sektor swasta. Dalam program dan dukungan yang akan kami laksanakan, pendekatan-pendekatan di atas akan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.

Harapannya, hubungan ini akan memungkinkan semua pendekatan ini mencapai kemajuan yang berkelanjutan, memperkaya nilai-nilai yang diusung oleh Tifa Foundation dan mendukung upaya kami untuk mendorong masyarakat terbuka di Indonesia.*.

Laporan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

The study set out to investigate the effect of electoral violence on voter alienation in the political and electoral process in Nigeria using the 2019 general elections as a case.

Iranata Method for Improving Adhesion Between Concrete Structures Surface and External Fiber System Reinforcing Mauricio Iván Panamá, Amando Padilla, Antonio Flores, Luis Rocha