• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH PERSEPKTIF AL-SYAFI’I DAN IBNU TAIMIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH PERSEPKTIF AL-SYAFI’I DAN IBNU TAIMIYAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Pembahasan ini berdasarkan dua pendapat mengenai pemahaman hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, pertama hadits ini dipahami sebagai pembatasan jumlah rakaat dalam solat terawi, maka tidak ada sebab untuk menambah bilangan rakaat dalam solat terawi. . Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita semua nikmat hidayah dan rahmat, yang telah memberikan kita segala macam kenikmatan, di antaranya adalah nikmat hikmah dan kemampuan berfikir, sehingga dengan susah payah dan sering berkeringat. dan berjaga sehingga lewat, penyusun akhirnya boleh tidak terganggu menyiapkan laporan tesis akhir. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjelaskan pengertian Islam yang sebenarnya di muka bumi ini.

Kepada ayah dan ibu, pertama-tama, yang telah menumbuhkan semangat dan semangat ilmiah, yang telah bekerja keras mencurahkan energinya untuk kelangsungan pendidikan para pemberi makan dan doa mereka yang tiada henti, Anda adalah orang tua terbaik di dunia. Kemudian saudara-saudaraku Kang Asep & Teteh Nissa yang selalu mendukung dan mendoakan agar skripsi ini dapat terselesaikan. Faeruzi Afieq, Alh (Gus Uzi), Gus Fuad dan Gus Fahmi, selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam, yang telah memberikan berbagai kemudahan terutama doa dan shalawatnya, sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini. .

Sahabat MTV Ampuh Nurussalam (Dela, Nopal, Mamah, Qory, Aufa, Uul, Helmot, Nopitrok, Hantul, Ayu) yang selalu membawa keceriaan dengan obrolannya di kala hati sedih dan pikiran penuh. Sahabat Nurussalam, Ny. Ami, Ms. Vivin, Liyut, Hesti, Atiyot, Sanklin dan seluruh santri Nurussalam, semua tanpa terkecuali yang telah memberikan doa, semangat dan bantuan, suka cita, pelajaran dan pengalaman. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik materiil maupun immateriil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan bagi pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, kami berharap mendapatkan balasan yang lebih dari apa yang telah diberikan.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARABPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB

Konsonan Tunggal No No

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ganda, iaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah. Vokal Arab terdiri daripada tiga jenis iaitu: vokal tunggal (monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang. a. Namun dalam transliterasi ini, perkataan sandang dibezakan daripada perkataan sandang diikuti dengan huruf syamsiyyah dan perkataan sandang diikuti dengan huruf qamariyyah.

Jika hamzah terletak di awal perkataan, ia tidak dilambangkan, tetapi ditransliterasi dengan huruf a atau i atau u mengikut pergerakan hamzah di awal perkataan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat malam adalah dua rakaat dengan dua rakaat tanpa batas, tetapi jika Anda takut fajar, Anda dapat membatalkannya dengan shalat satu rakaat witir. Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat malam adalah dua rakaat dengan dua rakaat tanpa batas, tetapi jika Anda takut fajar, Anda dapat membatalkannya dengan shalat satu rakaat witir. Rasulullah tidak pernah mendefinisikan dalam sabdanya bahwa shalat tarawih adalah sejumlah rakaat tertentu secara spesifik dan jelas.

Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat malam adalah dua rakaat dua rakaat tanpa batasan, tetapi jika Anda takut fajar, Anda bisa memutuskan. Menurut auli, tidak ada nas yang jelas tentang jumlah rakaat shalat tarawih karena Nabi Muhammad saw. Hafidz Ibnu ‘Iraqiy dalam buku “Tharhu at-Tatsrib”, sependapat bahwa tidak ada batasan jumlah rakaat dalam shalat Tarawih.

Penyimpangan dari hadits ini, muncul dua pendapat yang berbeda, hadits tersebut dengan jelas menyatakan bahwa Nabi Muhammad melakukan shalat sunnah di bulan Ramadhan dan 11 lainnya. Namun pendapat lain mengatakan bahwa tidak ada larangan penambahan rakaat dalam shalat sunnah bukan karena pada Pada masa Umar bin Khattab jumlah rakaat shalat tarwih adalah 23 rakaat dengan witir. Penyimpangan dari hadits ini, muncul dua pendapat yang berbeda, yang secara jelas menyatakan bahwa Nabi Muhammad melakukan shalat sunnah di bulan Ramadhan dan 11 rakaat lainnya, dengan kata lain jumlah shalat Tarawih jelas.

Namun pendapat lain mengatakan bahawa tidak ada larangan menambah rakaat dalam solat sunat kerana pada zaman Umar bin Khattab, jumlah rakaat dalam solat tarwih adalah. IV No. 2013, musāfirin wa asruhā, Imam Turmuzi lail wa tatawwu' al-nahār, Imam Abū . kitāb al-nidā' li as-salāh. . Jumlah rakaat solat tarawih yang diriwayatkan secara berbeza oleh beberapa hadis) adalah baik, iaitu seperti yang disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hambal r.a., beliau tidak menetapkan bilangan rakaat solat tarawih. 6. Perbezaan pendapat mengenai bilangan rakaat solat Tarawih sebenarnya munasabah kerana terdapat beberapa riwayat yang berbeza mengenainya.

Perbezaan jumlah rakaat solat Tarawih tidak perlu dipersoalkan begitu kuat, kerana ia tidak ada kaitan dengan prinsip agama (ushulud) mahupun dengan ibadah wajib. Namun fakta menunjukkan sehingga kini khususnya pada setiap bulan Ramadan masih ada suara sumbang yang “mengulang” solat Tarawih 20 rakaat dan menyesatkannya. Dari latar belakang permasalahan tersebut, penulis cuba melakukan penelitian terhadap skrip yang bertajuk “Solat Tarawih Rakat Perspektif al-Syafi’i dan Ibnu Taimiyah”.

Rumusan Masalah

Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat al-Syafi'i dan Ibnu Taimiyyah mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih. Untuk menambah khazanah ilmu keislaman khususnya dalam bidang fikih khususnya mengenai jumlah rakaat shalat tarawih. Sebagai hasil penelitian ilmiah, kami berharap data yang digunakan dalam penyusunan tesis ini dapat memberikan jawaban yang komprehensif atas semua permasalahan yang ada, khususnya mengenai pembahasan jumlah rakaat shalat Tarawih.

Berdasarkan penelusuran penulis, dengan segala keterbatasannya, tidak banyak karya tulis, tesis dan buku yang membahas tentang shalat tarawih. Misalnya, tesis Suster Sumingan berjudul Antal Rakat Shalat Tarawih (Kajian Pemikiran Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi). Muhammad Salim, menjelaskan tentang shalat Tarawih dari aspek sejarah dan fikih yaitu dengan menjelaskan pelaksanaan shalat Tarawih sejak zaman Nabi Muhammad.

Dalam buku ini ditegaskan bahwa menetapkan shalat tarawih dengan angka tertentu dan mengkhususkannya dengan bacaan tertentu bukanlah sunnah sejak Nabi Muhammad SAW. Karena shalat Terawi dua puluh rakaat tidak dilarang, karena tidak boleh dilakukan kurang lebih, apalagi menurutnya shalat Terawi merupakan shalat sunnah yang dilakukan di bulan Ramadhan dengan jumlah rakaat dan bacaan huruf yang tidak baku. . Dalam bukunya beliau hanya menitikberatkan pada pentingnya shalat Tarawih, dengan menyempurnakan sujud dan sujudnya, menyempurnakan bacaannya dan melakukannya dengan rendah hati dan semata-mata mencari keridhaan Allah SWT..12.

Hadis-hadis bohong terkait Ramadhan oleh Ali Mustafa Yaqub, ia menyatakan bahwa shalat tarawih tidak sama dengan shalat witir, apalagi shalat tarawih dua puluh delapan rakaat bisa benar bisa salah. Menurut sejarahnya, shalat tarawih merupakan ibadah malam (qiyām al-lail) yang dilakukan khusus pada bulan suci Ramadhan. Awalnya, shalat tarawih dilakukan dengan sebelas rakaat shalat, sebagaimana Nabi saw.

Umar bin Khattab pun menunjuk Ubay bin Ka'b yang memiliki suara merdu dan indah menjadi imam shalat tarawih. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan mempelajari dan mengkaji sumber-sumber tertulis seperti kitab-kitab atau kitab-kitab yang membahas tentang pembahasan tokoh Syafi'i dan Ibnu Taimiyah serta pemikirannya tentang jumlah rakaat shalat tarawih. bahwa mereka dapat membersihkan data yang diambil. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik-komparatif, yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan data jumlah rakaat shalat tarawih yang terkumpul dari sudut pandang al-Syafi'i dan Ibnu Taimiyah, berikut persamaan dan perbedaannya. .

Gambaran umum shalat teravih dibahas pada bab kedua, pembahasan ini meliputi pengertian shalat teravih, dasar hukum shalat teravih, sejarah shalat teravih dan jumlah rakaat shalat teravih. Untuk mengetahui latar belakang yang mendasari pemikiran al-Syafi'i dan Ibnu Taimiyah, bab ini menyajikan biografi dan perspektif yang mencakup wawasan geografi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran mereka, dan pendapat mereka tentang jumlah siklus. sholat terawih. .

PENUTUP

  • Kesimpulan
  • Saran-saran
  • Al-Qur’an dan Tafsir
  • Hadis
  • Fiqh atau Ushul Fiqh
  • Lain-lain

Adapun perumpamaan keduanya meyakini bahwa shalat tarawih adalah sunnah dan dikerjakan di bulan Ramadhan. Dan perbedaan ini tidak perlu dipersoalkan secara tajam selama tidak terkait dengan prinsip-prinsip agama (ushuluddin) dan tidak terkait dengan ibadah wajib. Shalat tarawih ini hendaknya dilakukan dengan ikhlas, santai dan khusyuk sebagai media komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, lahir dan batin, sehingga berimplikasi pada kehidupan berupa ketenangan dan selalu bersama-Nya dimanapun berada.

Perlu adanya toleransi dan penghormatan bagi yang melaksanakan shalat tarawih dengan dua puluh rakaat dan sebaliknya. Jangan salahkan lebih dari delapan siklus dan jangan salahkan kurang dari dua puluh siklus. Tidak ada alasan mendasar untuk mempertentangkan satu pendapat dengan pendapat lainnya mengenai jumlah shalat tarawih; apalagi menjadi penyebab perpecahan di kalangan umat Islam.

Jika diperhatikan dengan seksama, yang menjadi mufakat dalam shalat tarawih adalah kualitas pelaksanaannya dan bagaimana shalat itu benar-benar menjadi media komunikatif antara hamba dengan Tuhannya, lahir dan batin, sehingga berimplikasi pada kehidupan dalam bentuk tenang. dan rasakan bahwa kamu selalu bersama-Nya dimanapun kamu berada. Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Lajnah Pentashihhan Mushaf Al-Qur'an, 1989. Azdi, Abi Daud Sulaiman bin Asy as-Syajistani al-, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Baihaqi, Abu Bakar Ahmad ibn Husain ibn 'Ali al-, as-Sunan al-Kubra, Makkah al-Mukarramah: Maktabah Dar al-Bazi. Bukhāri, Abū 'Abdillah Muhammad Ibn Ismā'il al-, Sahih al-Bukhāri, Beirut: Dār al-Yamamah, 1987. Ibnu Hajar al-'asqalāni, Fath al-Barri Bisyarhi Sahih al-Bukhāri, ttpah al-Maktp: -Salafiyah, t.t.

Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawāwi, al-Majmu' fi Syarhi al-Muhazzab, Bejrut: Dār al-Fikr, 1987. Jaziri, Abd ar-Rahman al-, Kitāb al-Fiqh 'ala Mazāhib al-Arba'ah, Bejrut: Dār al-Kutūb al-Ilmiyah, 1990. Shiddieqi, Hasbi asy-, Prinsip Pegangan Imam Madhhab Dalam Membina Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Referensi

Dokumen terkait