PENGARUH IKLAN DAN BRAND AMBASSADOR TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA
PRODUK SMARTPHONE OPPO DI WILAYAH BANDUNG TIMUR
Astri Wulan Sari1, Heni Rohaeni2, Srie Wijaya Kesuma Dewi
1Universitas BSI Bandung, Astriwees4@gmail.com
2 Universitas BSI Bandung, alamat email
3 Universitas BSI Bandung, alamat email
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian, pengaruh brand ambassador terhadap keputusan pembelian, dan mengetahui pengaruh iklan dan brand ambassador terhadap keputusan pembelian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 65 responden. Hasilnya, iklan dan brand ambassador secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Begitu pula secara simultan, iklan dan brand ambassador juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Korelasi yang terjadi antar variabel iklan dan brand ambassador terhadap keputusan pembelian terjadi sangat kuat.
Kata Kunci: Iklan, Brand Ambassador, Keputusan Pembelian
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of advertising on purchasing decisions, the influence of brand ambassadors on purchasing decisions and determine the effect of advertising and brand ambassadors on purchasing decisions. This type of research is a quantitative descriptive study with a sampling technique using a purposive sampling method with a sample of 65 respondents.
As a result, advertising and brand ambassadors partially have a significant effect on purchasing decisions. Similarly, simultaneously, advertising and brand ambassadors also have a significant effect on purchasing decisions. The correlation that occurs between advertising variables and brand ambassadors towards purchasing decisions occurs very strongly.
Keywords: Advertising, Brand Ambassador, Purchasing Decision
Naskah diterima: #date, direvisi: #date, diterbitkan: #date
PENDAHULUAN
Penggunaan smartphone terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Penggunaan smartphone tersebut ada yang ditujukan untuk kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan yang lain seperti bisnis, pendidikan, dan pekerjaan. Peningkatan
penggunaan smartphone tersebut juga membuat semakin tingginya persaingan antarprodusen smartphone. Berbagai hal dilakukan oleh vendor-vendor smartphone untuk tetap mendapatkan kepercayaan dari pangsa pasar mereka selama ini dan juga untuk meningkatkan penjualan smartphone
mereka. Salah satu brand smartphone yang baru masuk ke Indonesia pada tahun 2013 yaitu Oppo juga memiliki cara tersendiri dalam menghadapi persaingan tersebut ketat antar merek tersebut.
Sadar akan persaingan antar brand smartphone yang semakin tinggi, Oppo sebagai vendor asal China yang mengandalkan keunggulan fitur kameranya terus menggenjot aktifitas pemasarannya melalui iklan yang masif di berbagai media dan acara. Iklan Oppo sering terlihat di televisi dan berbagai acara yang disponsorinya, baik yang ditayangkan di televisi ataupun tidak. Iklan Oppo juga bisa disaksikan di baliho-baliho besar di tengah kota.
OPPO loyal beriklan di beberapa stasiun TV swasta nasional, seperti SCTV dan NET TV.
Nama OPPO juga sering muncul di malam hari saat jam tayang prime time sehingga mendongkrak popularitasnya (Romi, 2016).
Total belanja iklan OPPO sebesar Rp. 461 miliar dengan porsi 96 persen yang dikeluarkan untuk biaya iklan di televisi (Uday, 2018).
Suatu iklan dapat lebih efektif dalam membujuk minat pembelian konsumen jika menggunakan brand ambassador (duta brand). Brand ambassador biasanya dipilih dari kalangan public figur atau selebriti yang mampu memberikan pengaruh kepada masyarakat luas sehingga mampu memberikan efek positif terhadap penjualan suatu produk termasuk dalam hal ini adalah smartphone Oppo. Selebriti adalah tokoh (atlet, artis, dan lain-lain) yang terkenal karena berprestasi dibidangnya masing- masing dan telah diliput atau sering muncul di media (Shimp, 2003). Tercatat sederet public figure ternama yang pernah dan masih menjadi brand ambassador Oppo diantaranya yaitu Dian Sastro, Isyana Sarasvati, Raisa, Rio Haryanto, Chelsea Islan, Reza Rahardian, dan Vanesha Prescilla.
Promosi Oppo yang gencar di berbagai media dan juga acara serta didukung oleh brand ambassador ternama membuat brand ini makin dikenal masyarakat sehingga membuat Oppo masuk ke jajaran lima besar smartphone terlaris di Indonesia selama dua tahun
berturut-turut pada kuartal kedua di tahun 2017 dan 2018 (Razan, Setyabudi, & S Sos, 2017).
Sumber: https://inet.detik.com
Gambar 1 Lima Brand Smartphone Terlaris di Indonesia
Upaya ekspansi yang dilakukan Oppo menyasar para konsumen dari semua kalangan baik menengah ke bawah maupun kalangan kelas premium yang tentunya akan disesuaikan dengan produk yang akan dijualnya. Salah satu wilayah yang menjadi pangsa prioritas Oppo Bandung adalah daerah Bandung Timur. Daerah Bandung Timur adalah daerah yang terdiri dari beberapa kecamatan di pinggiran kota Bandung dan tentunya menjadi penyangga bagi perekonomian kota (Teguh Irfan, 2017).
Sampai saat ini Oppo tetap konsisten dengan strategi penjualannya melalui agresifitas iklan dengan mendatangkan ambassador- ambassador dari kalangaan selebritis ternama (Wibowo & Karimah, 2012). Peneliti ingin melihat sejauh mana faktor iklan dan brand ambassador yang menjadi andalan strategi promosi Oppo tersebut berpengaruh secara simultan ataupun parsial terhadap penjualan produknya di wilayah Bandung Timur.
KAJIAN LITERATUR Iklan
Menurut Peter dan Olson mengemukakan bahwa iklan adalah penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek,
perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu (Yazia, 2017). Iklan menurut Kotler dan Keller adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Arista & Astuti, 2011).
Menurut Kotler tujuan periklanan adalah salah satu tugas komunikasi spesifik dan level keberhasilan yang harus dicapai atas audiens spesifik pada periode waktu yang spesifik (Kasuma Dewi Nila, 2012).
Iklan memiliki tiga tujuan utama, yaitu menginformasikan produk yang ditawarkan dan menciptakan permintaan awal, membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan, serta mengingatkan konsumen mengenai keberadaan suatu produk serta berupaya melekatkan nama atau merek produk tertentu di benak konsumen (Tjiptono, 2011). Tujuan periklanan adalah suatu komunikasi khusus yang bertugas untuk mencapai suatu target pemirsa terntentu di dalam periode waktu tertentu (Roisah &
Iskandar, 2015).
Jenis-jenis iklan yaitu:
1. Informative Advertising
Digunakan pada saat perusahaan memperkenalkan suatu produk baru, dimana tujuannya adalah membangun permintaan pokok atas kategori produk tersebut.
2. Persuasive Advertising
Digunakan pada tahap persaingan dimana tujuannya membangun permintaan yang selektif akan merek produk. Iklan yang bersifat membujuk terutama diarahkan untuk mendorong pembelian. Iklan ini akan menjadi dominan jika produk tersebut mulai memasuki tahap pertumbuhan dalam siklus kehidupan produk. (Roisah & Riana, 2016).
3. Reminder Advertising
Iklan yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk mempertahankan merek poduk di hati masyarakat, fungsinya untuk mengingatkan konsumen untuk menggunakan produk tersebut.
4. Comparison Advertising
Pada jenis iklan ini, perusahaan berusaha untuk menciptakan superioritas merek dengan cara membandingkanya dengan merek lain dalam sebuah kelas produk.
Dimensi Iklan
Menurut Tjetjep Djatnika, dimensi iklan dapat dibagi menjadi sebagai berikut (Fitri Anggraini Gunawan, 2014) :
1. Attention, indikatornya yaitu pesan yang disampaikan dalam iklan, frekuensi penayangan iklan, visualisasi iklan.
2. Interest, indikatornya efektivitas media yang digunakan, persepsi konsumen mengenai produk setelah iklan ditampilkan dan kejelasan pesan.
3. Desire, indikartornya perolehan informasi dari iklan, minat konsumen akan iklan, kepercayaan konsumen akan produk.
4. Action, indikatornya adalah keyakinan untuk membeli produk, kecenderungan akan melakukan pembelian dan eseuaian produk berdasarkan iklan.
Brand Ambassador
Menurut Byers mendefinisikan brand ambassador sebagai “Can be described as a missionary sales representative”. Maksudnya penggunaan brand ambassador dilakukan oleh perusahaan untuk memengaruhi atau mengajak konsumen lalu membangun citra merek yang positif sehingga konsumen melakukan pembelian (Septya, 2016).
Penggunaan brand ambassador dilakukan oleh perusahaan untuk memengaruhi atau mengajak konsumen agar konsumen tertarik menggunakan produk, terlebih karena pemilihan brand ambassador biasanya didasarkan pada pencitraan melalui seorang selebrititas yang terkenal (Putra, Suharyono;,
& Abdillah, 2014).
Indikator brand ambassador menurut Greenwood (2012:77) antara lain adalah (Putra et al., 2014):
1. Transference, adalah ketika selebritis mendukung merek yang sesuai profesi mereka.
2. Congruence (Kesesuaian), adalah konsep kunci pada brand ambassador untuk memastikan adanya kecocokan antara merek dengan selebriti.
3. Kredibilitas, merupakan pengetahuan dari sang ambassador dimata konsumen, mengenai produk tersebut sehingga dapat dipercaya utuk memberikan informasi yang objektif dan tidak biasa.
4. Daya Tarik, daya tampilan non-fisik menarik yang dapat menunjang suatu produk maupun iklan.
5. Power, kekuatan kharisma yang dipancarkan untuk mempengaruhi konsumen sehingga konsumen dapat terpengaruh untuk membeli maupun menggunakan produk.
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schifman dan Kanuk merupakan seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih (Putri, Kumadji, &
Kusumawati, 2014). Menurut Philip Kotler Keputusan Pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk (Fiani & Japarianto, 2012). Menurut Swastha Basu dan Handoko, keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
(Martini, 2015).
Menurut Hawkins, konsumen membagi keputusan pembelian kedalam tiga dimensi, yaitu (Erinda, Kumadji, & Sunarti, 2016):
1. Product Selection : pemilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2. Brand Selection : preferensi konsumen tentang sebuah merek selama proses konsumsi.
3. Store Selection : pemilihan toko-toko tertentu yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk
Tahap-tahap pengambilan keputusan menurut Kotler dan Keller adalah sebagai berikut (Mariana Intan Pertiwi, Edy Yulianto, 2016):
1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan
oleh konsumen. Konsumen
mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan (Handayani, 2016).
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan sesuatu barang atau jasa,
selanjutnya konsumen mencari informasi yang baik yang disimpan dalam ingatan (internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan (eksternal). Sumber- sumber informasi konsumen terdiri dari : a. Sumber pribadi : keluarga, teman,
tetangga, kenalan.
b. Sumber niaga / komersial : iklan, wiraniaga, dan kemasan.
c. Sumber umum : media massa dan organisasi penilai konsumen.
d. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan.
3. Evaluasi alternatif (Evaluation of alternative)
Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menilai alternatif pilihan konsumen terdapat lima konsep dasar yang digunakan, yaitu :
a. Sifat-sifat produk (produk attributes) b. Nilai kepentingan ( Importance
weight)
c. Kepercayaan terhadap merek (Brand beliefe)
d. Fungsi kegunaan (Utility function) e. Tingkat kesukaan (Purchase
attitudes)
f. Keputusan pembelian (Purchase decision)
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan timbulnya keputusan untuk membeli, yaitu :
a. Sikap orang lain : tetangga, teman, orang kepercayaan, keluarga dll.
b. Situasi tak terduga : harga, pendapatan keluarga, manfaat yang diharapkan.
c. Faktor yang dapat diduga : faktor situasional yang dapat diantisipasi oleh konsumen.
4. Perilaku pasca pembelian (Post purchase behavior)
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan berpengaruh
tehadap perilaku pembelian selanjutnya.
Jika konsumen puas kemungkinan besar akan melakukan pembelian ulang dan begitu juga sebaliknya. Ketidakpuasan konsumen akan terjadi jika konsumen mengalami pengharapan yang tak terpenuhi (Handayani, 2016)(“Faktor- Faktor Bauran Pemasaran, Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Untuk Membeli Produk Kosmetik Oriflame,” 2016).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang mana penelitian ini diuraikan melalui hasil olah data primer yang didapatkan langsung dari responden di lapangan melalui penyebaran kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna smartphone Oppo di wilayah Bandung Timur. Jumlah sampel yang digunakan adalah 65 responden dari berbagai kelompok usia. Sampel yang diambil berdasarkan teori Roscoe yang menayatakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500.
Sampel 65 diambil dari 13 indikator pertanyaan yang dikali 5 (Sugiyono, 2010).
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 65 orang responden dengan 13 indikator pertanyaan. Empat indikator pertanyaan pertama untuk variabel iklan (X1), Empat pertanyaan selanjutnya untuk indikator variabel brand ambassador (X2) dan lima pertanyaan terakhir untuk variabel keputusan pembelian (Y). Demografi responden dalam penelitian ini berupa usia dan jenis kelamin.
1. Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 1 Kelompok Usia Responden
No Usia Jumlah Persentase
1. 15-20 tahun 10 15,3
2. 21-25 tahun 41 63,2
3. 26-30 tahun 10 15,5
4. 31-35 tahun 2 3,1
5. Lebih dari 36
tahun 2 3,1
Total 65 100%
Sumber: Data primer diolah, 2019
Pada penelitian ini dapat dilihat dari kelompok usia responden bahwa sebagian besar termasuk dalam kelompok usia 21-25 tahun, yaitu dengan persentase 63,2%, sebanyak 41 orang. Sedangkan kelompok usia responden dengan persentase terkecil adalah usia 31-35 tahun dan usia 36 ke atas dimana jumlah responden yang mengisi kuesioner masing-masing hanya dua orang atau 3,1%.
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 2Jenis Kelamin Responden No Jenis
Kelamin Frekuensi Persentase
%
1 Laki-laki 29 44,6
2 Perempuan 36 55,4
Total 65 100
Jika dilihat kategori responden berdasarkan jenis kelaminnya maka persentase responden wanita (55,4 %) lebih besar dari pada pria (44,6%). Jumlah responden wanita 36 orang, sedangkan jumlah responden pria sebanyak 29 orang.
Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Data
Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Uji Validitas Data Variabel
Pearson Correlation
Signifikan si
Statu s Iklan
0.807** - 0.852**
0.000-
0.000 Valid Brand
Ambass ador
0.771** - 0.848**
0.000-
0.000 Valid Keputus
an Pembeli
0.716** - 0.831**
0.000-
0.000 Valid
an
Sumber: Data primer diolah, 2019
Semua data yang diperoleh dari variable Iklan (X1), Brand Ambassador (X2), dan Keputusan Pembelian (X3) bersifat valid. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai person correlation yang semuanya bernilai positif dan juga dapat dilihat dari nilai signifikansi semua variabel 0.000 yang berarti di bawah 0.05 yang merupakan nilai signifikansinya.
2. Uji Reliabilitas Data
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel
Nilai Cronbach
Alpha
Keterangan
1 Iklan 0.755 Reliabel
2 Brand
Ambassador 0.876 Reliabel 3 Keputusan
Pembelian 0.824 Reliabel Sumber: Data primer diolah, 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk semua variabel penelitian diperoleh nilai Cronbach Alpha (α) > 0,6 yang artinya, data yang diperoleh dari semua variabel sudah reliabel.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hasil dari uji normalitas penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandar dized Residual
N 65
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .38305186
Most Extreme Differences
Absolute .090
Positive .063
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .727
Asymp. Sig. (2-tailed) .665 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari di atas terlihat bahwa semua variabel yaitu iklan, brand ambassador, dan keputusan pembelian memiliki nilai Asymp Sig. lebih dari 0.05, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.
Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran asumsi normalitas dapat dilihat juga dengan menggunakan metode grafik p-plot dengan sebagai berikut:
Sumber: Data primer diolah, 2019
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Data Gambar di atas menunjukan hasil pengujian normalitas data menggunakan metode grafik p-plot. Dari hasil tersebut terlihat titik –titik yang diperoleh masih mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan memiliki sebaran data yang terdistribusi secara normal. Dengan demikian asumsi normalitas data terpenuhi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi keteroskedastisitas. Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model Unstandardiz
ed
Coefficients Standa rdized Coeffic ients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1
(Constant) .577 .199 2.905 .005
Iklan -.064 .078 -.173 -.821 .415
Brand
Ambassador -.012 .083 -.030 -.143 .887
a. Dependent Variable: Abs_Res
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk semua variabel memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.05, sehingga variabel tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Pengujian asumsi klasik
heteroskedastisitas juga dapat menggunakan grafik scatter plot sebagai berikut.
Sumber: Data primer diolah, 2019 Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Gambar di atas menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi yang akan dibentuk tidak ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas, dengan kata varians residual bersifat homokedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut.
Coefficientsa
Model Unstandardi zed Coefficients
Collinearity Statistics
B Std.
Error Tolera
nce
VIF
1 (Constant) .636 .304
Iklan .402 .119 .350 2.857 Brand
Ambassad or
.433 .128 .350 2.857
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari Tabel 7 terlihat bahwa semua variabelnya yaitu iklan, brand ambassador, dan keputusan pembelian memiliki nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, sehingga semua variabelnya bebas dari masalah multikolinearitas.
Regresi Linier Berganda
Model persamaan regresi liner berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
Y= a + β1X1 + β2X2
Keterangan:
a : Konstanta
Y : Keputusan Pembelian X1 : Iklan
X2 : Brand Ambassador β1 dan β2 : Koefisien regresi
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8 Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients B Std.
Error
Beta
1 (Constant) .636 .304
Iklan .402 .119 .426
Brand
Ambassador .433 .128 .427
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari tabel di atas diperoleh nilai a sebesar 0,636, β1 sebesar 0,402 dan β2 sebesar 0,433.
Dengan demikian, persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
Y= 0,636 + 0,402X1 + 0,433X2
Analisis Korelasi dan Determinasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan (asosiasi) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil analisis korelasi dan koefisien determinasi sebagai berikut.
Tabel 9Analisis Korelasi
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,810. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai korelasi sebesar 0,810 termasuk
Model Summaryb Mo
del
R R
Squar e
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .810
a .657 .645 .38918
a. Predictors: (Constant), Brand Ambassador, Iklan
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
kedalam kategori hubungan yang sangat kuat, berada dalam kelas interval antara 0,800 – 1,000.
Berdasarkan hasil dari di atas juga diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 65,7%. Hal ini menunjukan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari iklan dan brand ambassador memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone Oppo sebesar 65,7%, sedangkan sisanya sebesar 34,3% lainnya merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti.
Uji Hipotesis
1. Uji t (Uji hipotesis parsial X1)
H0: β1= 0 Artinya, secara parsial iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
Ha: β1 ≠ 0 Artinya, secara parsial iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
Dengan taraf signifikansi 0,05
Kriteria: Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 10 Pengujian Hipotesis Parsial X1
Coefficientsa
Model Unstandardiz
ed Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
1
(Constant) .636 .304 2.093 .040 Iklan .402 .119 3.387 .001
Brand Ambassad or
.433 .128 3.390 .001
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh variabel iklan (X1) sebesar 3,387. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=65-2- 1= 62, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ±1,66980. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 3,387 berada diluar nilai t- tabel (-1,66980 dan 1,66980). Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
2. Uji t (Uji hipotesis parsial X2)
H0: β2= 0 Artinya, secara parsial brand ambassador tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
Ha: β2 ≠ 0 Artinya, secara parsial brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
Dengan taraf signifikansi 0,05
Kriteria: Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai berikut:
Tabel 11 Pengujian Hipotesis Parsial X2
Coefficientsa Model Unstandardiz
ed Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
1
(Constant) .636 .304 2.093 .040
Iklan .402 .119 3.387 .001
Brand
Ambassador .433 .128 3.390 .001
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh variabel brand ambassador (X2) sebesar 3,390. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=100-2- 1= 62, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ±1,66980. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 3,387 berada diluar nilai t- tabel (-1,66980 dan 1,66980). Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo.
3. Uji F (Uji hipotesis simultan X1 dan X2) H0: β1 = β2 = 0, artinya secara simultan, kedua
variabel bebas yang terdiri dari iklan dan brand ambassador tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone Oppo.
Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara simultan, kedua variabel bebas yang terdiri dari iklan dan brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone Oppo.
Taraf signifikansi (α): 0,05
Kriteria uji: tolak H0 jika nilai t-hitung > t- tabel, Ha terima
Nilai statistik uji F dapat diketahui dari tabel output berikut:
Tabel 12 Pengujian Hipotesis Simultan
ANOVAa Model Sum of
Squares
df Mean Square
F Sig.
1
Regres
sion 17.953 2 8.977 59.2 67
.000
b
Residu
al 9.391 62 .151
Total 27.344 64
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian b. Predictors: (Constant), Brand Ambassador, Iklan
Sumber: Data primer diolah, 2019
Nilai F hitung diperoleh sebesar 59,267. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tabel distribusi F. Dengan α=0,05, db1=2 dan db2=62, diperoleh nilai F-tabel sebesar 3,15. Dari nilai-nilai di atas, terlihat bahwa nilai Fhitung (59,267 > Ftabel (3,15), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya secara simultan kedua variabel bebas yang terdiri dari iklan dan brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone Oppo.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial, iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo di wilayah Bandung Timur.
2. Secara parsial, brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk smartphone Oppo di wilayah Bandung Timur.
3. Secara simultan, iklan dan brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk smartphone Oppo di wilayah Bandung Timur.
BIODATA PENULIS
Astri Wulan Sari, adalah seorang Mahasiswi di Universitas BSI Bandung. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Komunikasi jurusan Manajemen Pemasaran.
REFERENSI
Arista, a E. D., & Astuti, S. R. T. (2011). dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen. 13(1), 37–45.
Erinda, A., Kumadji, S., & Sunarti. (2016). ( Studi Terhadap Pe langgan McDonald ’ s di Indonesia dan Malaysia ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 30(1), 87–95.
Faktor-Faktor Bauran Pemasaran, Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Untuk Membeli Produk Kosmetik Oriflame. (2016). Ecodemica, 3(2), 501–
515.
https://doi.org/10.31311/jeco.v3i2.42 Fiani, M., & Japarianto, E. (2012). Analisa
Pengaruh Food Quality dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Roti Kecik Toko Ganep’s di Kota Solo.
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6, 1(1), 1–6.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.47.33 4
Fitri Anggraini Gunawan, D. D. (2014).
Analisis Pengaruh Iklan Televisi Dan Endorser Terhadap Purchase Intention Pond’S Men Dengan Brand Awareness Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, 2(1), 1–
14.
https://doi.org/10.7498/aps.62.170507 Handayani, R. D. (2016). Persepsi Karyawan
Pns Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Di Balitsa Lembang. Jurnal Ecodemica:
Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Bisnis, 4(1), 108–116.
https://doi.org/10.31311/JECO.V4I1.356
Kasuma Dewi Nila. (2012). Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Tamansiswa Padang 11. 3, 11–29.
Mariana Intan Pertiwi, Edy Yulianto, S.
(2016). Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada Konsumen Baker’s King Donuts &
Coffee Di Mx Mall Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 37(1), 179–
186.
Martini, T. (2015). Analisis Pengaruh Harga , Kualitas produk dan Desain terhadap Keputusan Pembelian Kendaraan Bermotor Merek Honda Jenis Skutermatic A . Pendahuluan Dalam menghadapi pasar bebas yang ditandai dengan perkembangan usaha yang dinamis dan penuh persaingan maka.
Penelitian, 9(1), 113–132.
Putra, M. I., Suharyono;, & Abdillah, Y.
(2014). Pengaruh Brand Ambassador Terhadap Brand Image Serta
Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian (Survey Pada Pengguna Line Di Asia). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB).
Putri, L. H., Kumadji, S., & Kusumawati, A.
(2014). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Pelanggan ( Studi pada Monopoli Cafe and Resto Soekarno Hatta Malang ). Jurnal Administrasi Bisnis, 15(2), 1–9.
Razan, M. L., Setyabudi, D., & S Sos, M. M.
(2017). Relationship Between Performance of Brand Ambassador Oppo Advertising and Oppo Advertising Message Level on Oppo Buying Interest Oppo Product. Interaksi Online, 20(4), 1–10.
Roisah, R., & Iskandar, I. (2015). Pengaruh strategi pemasaran terhadap kepuasan nasabah pada pt bank tabungan negara kcp kopo. Jurnal Ecodemica Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Kepyasan Nasabah Pada Pt Bank Tabungan Negara Kc Kopo, 1(2), 23–32. Retrieved from
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.ph p/ecodemica/article/viewFile/134/110 Roisah, R., & Riana, D. (2016). Telaah
Hubungan Citra Merek, Kualitas Produk
Dan Keputusan Pembelian Konsumen. Jurnal Ecodemica: Jurnal Ekonomi,
Manajemen, Dan Bisnis, 4(1), 100–107.
https://doi.org/10.31311/JECO.V4I1.351 Romi, H. (2016). 5 Merek Smartphone Paling
Royal di Indonesia Saat Ini. Retrieved from featured website:
https://www.droidlime.com/artikel/5- merek-smartphone-paling-royal-di- indonesia-saat-ini.html
Septya, N. N. (2016). Pengaruh brand ambassador terhadap minat beli konsumen md clinic by lazeta. Bisnis Dan Iptek, 9(X), 141–152.
Shimp, T. A. (2003). Perikanan Promosi &
Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. In Jilid 1, Edisi 5, Jakarta: Erlangga, 2003.
Teguh Irfan. (2017). Sejarah Terbaginya Bandung dan Wacana Kab. Bandung Timur. Retrieved from News website:
https://tirto.id/sejarah-terbaginya- bandung-dan-wacana-kab-bandung- timur-coXc
Uday, R. (2018). Belanja Iklan 2017, Berapa yang Sudah digelontorkan Oppo dan Vivo? News, 1. Retrieved from
https://selular.id/2018/05/belanja-iklan- 2017-berapa-yang-sudah-digelontorkan- oppo-dan-vivo/
Wibowo, S. F., & Karimah, M. P. (2012).
Pengaruh Iklan Televisi Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux ( Survei Pada. Pengaruh Iklan Televisi Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Sabun Lux (Survei Pada Pengunjung Mega Bekasi
Hypermall).
Yazia, V. (2017). PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE BLACKBERRY (Studi Kasus Blackberry Center Veteran Padang).
Economica, 2(2), 165–173.
https://doi.org/10.22202/economica.201 4.v2.i2.229