ISSN:2085-9503
Jurnal llmiah
Bidang Teknologi
Volume V Nomor 2, November 2013
lssN
2085-9503il1|ruJIruil[l!iltlul]il
VISI
M
enumbuhkan
cakraw
ala, w aw as an berpikir
p arti s ip atif
dalam pembangunan nasional melalui IPTEK
MISI
P emb erday aan dan p enaj
aman
orientasi masyarakat pendidikan Indonesia dalam pembangunan
PENANGGTNG JAWAB Ir. Sutjianto, M.T KETUA PENYUNTING
Denny Dermawan, 5.7., M.Eng WAKTL KE TUA PENIYUNTL\G
Yenny
Astuti, 5.7., M.Eng DEWAN PENYTII{TN{G
Freddy Kttrniou'qn 5.7., M.T
(Jyuunul Matid:oh, 5.7., M.T
I'{ur Cahyani, 5.F., M.T
Gwtav'an, 5.T., M.T
Itlur,4khntad Triwibowo, S.T
ADMTNISTRASI Purwanto
Jurnal
Ilmiah
Angkasaterbit 2kali
setahunedisi Mei
dan\or *:re:
Berisi kajian ilmiah
danhasil penelitian
tentangteknolcE:
ALAMAT PENYUNTING DAN AD}TT\] STR{Sil P3M STTAYogyakarta
Jl.
JantiBlok R LanudAdisutjipto \bglaiii::a
Telp.
r0274)
451263,Fax. (01--l
)-+15:f-{
P embs ctt q arug terhormat,
|urnal 'ANGKASA' adalah jurnal bidang ilmiah bidang Teknologi
yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta dan pada kesempatan kali ini adalah merupakan penerbitan tahun ketiga edisi Volume V, Nomor 2, November 2013. Pada edisi ini memuat 17 artikel ilmiah yang merupakan hasil-hasil penelitian Dosen STTA maupun Dosen di luar STTA yang meliputi 2 artikel tentang teknik elektro, 5 artikel tentang telinik in{ormatika, 5 artikel tentang teknik penerbangary 2 artikel tentang teknik mesin dan 3 artikel tentang teknikIndustri'
Pada kesempatan ini, redaksi mengajak para pembaca
untuk
berpartisipasi bagi kelangsunganjurnal "ANGKASA" ini
denganjalan mengirimkan
naskah. Adapun sistematiki artikel diharapkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta disesuaikan dengan pedoman penulisan naskah seperti yang tercantum pada sampul belakangmajalahini.Jurnal
"ANGKASA" kali ini
dapat terbit tentu sajadi
antaranya berkat bantuan pirnpinan STTA Yogyakarta serta partisipasi para penulis artikel dan pembaca, yang selalu mentlukung, memberikan sernangat, dan motivasi agar jurnal "ANGKASA" tetap eksis.Untuk itu, Dewan Redaksi rnengucapkan terima kasih.
Redaksi
Sebenamya sudah sejak lama, masyarakat menghendaki
kualitas
pendidikan khususnya pendidikantinggi
Kualitas yang dimaksud tentu saja terutama berkaitan dengan-haiil
penclidikan yang
diselenggarakan sebuah perguruan-tinggi.
Hasilper't.iidikan yang berkualitas dapat
diyakini
tidak mungkin dihasilkan oleh proses yang isal-asalan utuo tiduk berkualitas. Dengan kata lairy proses pendidikan yang berkualitaskecuali diharapkan akan
menghasilkanlulusan yang berkualitas,
sekaligus tentu rnerupakan penyel"r',rtaraan pendidikanyang
bertanggungjawab
(accountable) serta seruai der,gan kebutuhan lnasyarakat dan pembangunan (relutance) 'Meski juga menyangkut aspek layanan nonakademis, kualitas proses
pendidikan
pada jenjangp"rgrrrun
tinggi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kualitas dosen- Salahiatu indikatLi
t<uatltas dosen ditunjukkan oleh kinerja tugas pokok seorang dosen,yaitu
Tri Dharma PerguruanTinggi. Oleh karena itu menyangkut dharmapenelitian dosenpada sebuahpurguriu, tinggi
kecuaiiterkait
dengan aspek prosesdan
hasilnya, kualitas pengeloLan"atau *u.rij"*"r't
hasilnyajuga
merupakansatu hal yang tidak
kalah pentingnya.Jurnal ANGKASA terbitan ketiga
ini
merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pengelolaan hasil penelitian maupun karya tulis dosen sekaligus sebagai bagiandari rasi
tanggungjawab STTA
Yogyakartauntuk
menyebarluaskan kepada para pembaca.Selanjutrrya kepada
seluruh sivitas
akademika Perguruantinggi baik
dosenmaupun
ma'hasiswa, serta para pembacadan
insan-insanyTg TeTiliki
kepedulianterhidap perkembangan dan permisalahan ihnu pengetahuan dan teknologi; saiian dalam
terbitan kali ini
sernoga mampu memberikan manfaat bagi munculnya karya-karya maupun pemikiran kreatif dan inovatifnya'SIMULASI PROSEDUR KEDATANGAN PADA TERMINAL AIRSPACE
Rully Medianto, Mahardi Sadono, Hisar M. Pasaribu 143
PERUBAHAN SIFAT LENTUR KOMPOSIT HIGH DENSITY POLYETHELENE (HDPE) TERHADAP PENGARUH FRAKSI VOLUME PENGISI SERBUK GENTENG LIMBAH.
Siswanto,RianWahyuEdiSarwono,ArisSetyawaryDedetHermawanSetiabudi... 155 THE EFFECTS OF SIGNIFICANT UNBALANCED THREE PHASE LOADS OF 5OO KV EHV IAMALI SYSTEM ON ITS GENERATING UNIT UNDER STEADY STATE OPERATION
Arif Basuki,
Sugiarto...
159PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA MULTI KRITERIA INDUSTRI KREATIF KASONGAN BANTUL
YasrinZabidi,Suhardiwarno...i
167PERANCANGAN RUANG LABORATORIUM PERAWATAN PESAWAT TERBANG YANG MEMENUHI ASPEK ERGONOMI UI{TUK MENDUKUNG PEROLEHAN LISENSI DI BIDANG PEI\ERBAI\GAN
BAGI MAHASISWA
Eko Poerwantol, Gunawan2
')Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta 2)J.rrusatt
TeknikPenerbangani, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto,
ilgyakarta
Jalan Janti Komplek Lanud. Adisutjipto, Blok R, Yogyakarta Email : ekoevtas@gmail.com
ABSTRAK
Industri penerbangan hanya menerima lulusan perguruan tinggi dengan gelar sarjana yang mempunyai yang mempunyai license
di
bidang penerbangan.STTA
sebagaiinstitusi
yang berwawasandirgantara harus mempunyai fasilitas laboratorium aircraft
maintenance.Mengingat prosedur praktek
aircraft
maintenance yang dibutuhkan sampai pada prosedur ground-run yang menimbulkanbunyi
yang cukup bising, maka diperlukan rancangan ruanglaboratorium aircraft maintenace yang memenuhi aspek ergonomi, sehingga
tidak mengganggufasilitas pendidikan yang lain di kampus. Metode penelitian
dengan membandingkan studi literaturuntuk
melihat standar kebisingan yang berlakudi
Indonesia dengan data pengukuran kebisingandi
lingkungan perawatan pesawat terbang, dilanjutkan dengan perancangan ruang yang memenuhi aspek ergonomi sesuai dengan standar kebisinganyang
diperbolehkan.Tujuanpenelitian ini untuk
mendapatkanalternatif
keputusan untuk pembangunan ruang laboratorium dan tata letaknya yang optimal, serta memberikan contoh aplikasi ergonomik dalam perancangan ruang laboratorium perawatan pesawat. Hasil penelitian menunjukkantidak ada altematif yang
sesuaiuntuk
pembangunanruang
laboratorium perawatan pesawat terbangjika
dilakukan ground-rundi
lingkungan kampus STTA, karena tingkat kebisingannya lebihtinggi dari
standar yang diijinkan. Pelaksanaan ground-run pada perawatan pesawat terbang dapat dilakukan di luar jadwal perkuliahan.Kata Kunci:
Kebisingan, Ergonomi, Perawatan Pesawat TerbangThe airtine
industry
received"",,"r:::#::rth
a Bachetor's degree onty who has had the license in thefield
of aviation. STTA as institutions that insightful Aerospace, should have a laboratory ofaircraft
maintenqncefacility.
Considering the practice ofaircraft
maintenance procedures neededto a
ground-run procedure givesrise to
afairly
noisy sound, then thenecessary laboratory space aircraft maintenace
plan
that meets the aspect of ergonomics, soit
doesn't interfere
with
other educationfacilities
on campus. Research methods by comparing the study literature to see the applicable noise standards in Indonesiawith
the measurement data of environmental noisein aircraft
maintenance,followed
by design spaces that meet the standards in accordance with the ergonomics aspects of noise are allowed. The purpose of this research was to obtain an alternative decisionfor
construction of the space laboratory and the optimal layout, as u'ell as provide examples of the application of ergonomicsin
the designof aircraft
maintenance laboratory space. The results showed there wasno
alternativeto
the construction of the space laboratoryaircraft
maintenance,if
ground run-is donein
the STTA,ANGKASA 43
Iko Poennnto, Gunawan
because noice levels due
to
the higher standard of allowable. The implementation of ground- run on the aircraft maintenance can be done ofiside of the lecture scheduleKeyword:
Noise, ergonomics, aircraft maintenance1. PENDAHULUAN
Industri penerbangan hanya menerima lulusan perguruan tinggi dengan gelar sarjana yang
mempunyai license di bidang
penerbangan.STTA
sebagaiinstitusi yang
berwawasan dirgantara harus mempunyai fasilitas laboratoriumaircraft
maintenance. Mengingat prosedurpraktek aircraft
maintenanceyang dibutuhkan
sampaipada
prosedurground-run
yang menimbulkanbunyi yang cukup bising, maka
diperlukan rancanganruang
laboratoriumaircraft
maintenace yang memenuhi aspek ergonomi, sehinggatidak
mengganggu fasilitas pendidikan yang lain di kampus.(Nadya dan Poltje, 2010) melakukan pengukuran pada operator
di
ruang mesinPLTA
yang menunjukkan bahwa untuk telinga kanan 39 Yo sampel termasuk dalam kategori normal pendengarannya, 50 Yo mengalamituli
ringan dan1l % fiili
sedang. Sedangkan untuk hasil telingakli 47 %
masih dalam kategori normal,42 % firli
ringan dan 1|
Yo mengalamituli
sedang. Mengacu pada data hasil pengukuran tingkat kebisingan
di
salah satu unit PLTA pada bulan Oktober 2009 dan hasil pengukuranMei
2010 menunjukkan bahwa pada ruang mesintelah melebihi
ambang batas pendengaran yangtelah
ditetapkanoleh
Keputusan Menteri TenagaKe{a
Nomor Kep-5l/Men/1999 tentangNilai
Ambang Batas Faktor Fisikadi
Tempat Kerja yaitu 85 dB untuk standar 8jam
kerja per hari dan 40 jam per minggu, yaitu mencapai 89,5 dB-
92,2 dB. (Nadya dan Poltje, 2010) memberikan saran bagi pihak perusahaan agar melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT) dan penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja serta untuk tenaga kerja agar supaya patuh dalampenggunaan alat pelindung telinga saat bekerja di tempat yang tingkat paparan bisingnya tinggi.Ketulian berat
dapattimbul pada
frekuensi 3.000-8.000Hz, mungkin
menyebabkan keluhan subjektif sedikit saja mengenai perubahan pendengaran.Awal
dan perkembangantuli
saraf akibat bising lambat dan tidak
jelas,
dan pekerja mungkintidak
sadar akan gangguan pendengarannya atau tidak peduli. (Munilson, dkk., 2009) Enam kasus gangguan pendengaran akibat bising pada pemeriksaan audiometri nadamurni
terdapat gambaran khastakik
pada frekuensi 4.000H2.Proses produksi dan perawatan pesawat terbang
tidak
lepas dari berbagai kendala yang menyangkut dokumentasi,baik lost
controlnya updating dokumen,hilang,
atau rusak nya sebuah dokumentasi perawatan pesawat atau bahkan terjadinya pencurian dokumentasi untuk kebutuhantertentu. Sistem eketronik
dokumen cerdas dirancanguntuk
mengakomodasi kebutuhan akanhal
tersebutdi
sebuah perusahaan bengkel atau produksi pesawat terbang, dengan sistemini
pengontrolanupdating,
pencarian,sertaproteksi
dansharing
dokumen kepada customer sangat terjaga dan terkontrol dengan baik (Rosita, 2008).Tata
letak
fasilitas yang ergonomis dapat dipastikan salah satunya dapat dikenalijika
keberadaan suatu fasilitas tidak akan mengganggu fasilitas lainnya yang berdekatan, sehingga aktivitas pada fasilitas tersebut dapat berjalan nyaman dan aman.
Bising di
lingkungan kerja berdampak buruk bagi kesehatan yaitu dapat merusak pendengaran yang dapat menyebabkanketulian progresif. Mula-mula efek
kebisinganpada
pendengaran adalah sementara danpemulihan te{adi
secaracepat
sesudahkebisingan berhenti tetapi jika
terus-menerus melakukan peke{aandi
tempat dengan tingkat kebisingan yangtinggi
dalam jangka waktu yang lama, maka lama-kelamaan akan menjadi kehilangan pendengaran yang menetap dantidak
dapatpulih
kembali. Gangguan lainnyayaitu
gangguan pada susunan syaraf pusat dan Volume V, Nomor 2, November 2013organ keseimbangan, selta dapat menurunkan kinerja berupa kurangnya perhatian terhadap pekerjaan, komunikasi dan konsentrasi sehingga terjadi kesalahan dalam bekerja. Kebisingan
juga
dapat menimbulkanreaksi
masyarakatdi
sekitarpabrik yang
dapatmemicu
pada perusakan dan lain-lain (Sastrowinoto, 1985)Menurut Moriber (1974), kebisingan pada berbagai level intensitas dapat mengakibatkan kerusakan yang bertingkat-tingkat. Kerusakan
ini
antara lain:>80d8 t20-t2s
dB 125-140 dB> 150 dB
menyebabkan kerusakan pendengaran sebagian menyebabkan gangguan pendengaran sementara bisa menyebabkan telinga sakit
menyebabkan kehilangan pendengaran pennanen Tabel 1 Baku ti kebisi n
Peruntukan Kawasan
/
LingkunganKesehatan Tingkat Kebisingan db(A) Peruntukan Kawasan.
1. Perumahan dan pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hrjau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi
8. Khusus:
- Bandar udara - Stasiun Kereta
Api
- Pelabuhan Laut - Cagar Budaya Lingkungan Kegiatan1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat ibadah atau seienisnya b.
55 70 65 50 70 60 70
60 70
55 55 55 Sumber : KepMenLH (1996)
Menurut Buchari (2007), berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia bising dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bising
yang mengganggu(irritating
noise). Intensitasnyatidak
terlalu keras, misalnya:suara mendengkur.
2.
Bising yang menutupr (masking noise) merupakan bunyr yang menutupi pendengaran yangjelas.
Secaratidak
langsungbunyi ini
akan membahayakan keselamatan dan kesehatantenaga kerja, karena teriakan atau tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber bunyi.
3. Bising
yang merusak (damaging/injurious noise) merupakanbuny
yang intensitasnya melebihinilai
ambang batas kebisingan. Bunyijenis ini
akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dengan membandingkan studi literatur untuk melihat standar kebisingan
yang berlaku di
Indonesia dengan data pengukuran kebisingandi
lingkungan perawatan pesawat terbang, dilanjutkan dengan perancangan ruang yang memenuhi aspek ergonomi sesuai dengan standar kebisingan yang diperbolehkan.ANGKASA 45
[ko Poerwanto. Gunawan
Pengukuran kebisingan pesawat saat engine
ground-rlm
dilakukan dengan solmd level meter dari beberapajarak
yaitu:
30, 60, 90, dan 120 meter dari sumber kebisingan (pesawat terbang sedang grotmdnm)
denganposisi pesawat terbang tidak bergerak/tetap pada posisinya.Pengukuran dari
jarak
tersebut dilakukan pada empat arahyaitu :
Selatan, Timur, Utara, dan Barat.Sound Level Meter memiliki pembobotan atau skala A,B,dan C. Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipakai skala
A.
Skalaini
adalah skala kebisingan yang sensitifuntuk
frekuensi yangtiiggi
dan paling cocok dengan pendengaran manusia. SkalaB
memberikan respon yangtuik u"tuk
frekuensi rendah, sedangkan untuk skalaC
memberikan respon yang paling baik terhadapfrekuensi
rendah. Dengan menggunakan SoundLevel Meter
biasa. Kebisingan diperiksa dengan pengukurantingkat
tekananbunyi dB(A)
selama10 menit untuk
tiappengukuran. Pimbacaan dilakukan setiap 5 detik. Pengukuran kebisingan dilakukan pada dua
torrdirl
Engine Ground Run,yaif;
Groundldle
dan Maximum Power, dengan posisi pesawat menghadap ke Selatan (berlawanan arah angin)'Setelah dilakukan pengukuran tingkat kebisingan, maka dilakukan pengolahan data dan analisis untuk pemilihan tata letak alternatif yang diusulkan. Beberapa tata letak alternatif yang diusulkan harus didasarkhn
juga faktor
keamanan fasilitas perawatan pesawat, mengingat fasilitasini
memerlukan pengawasan yang cukup ketat. Validasi rancangan alternatif tata letak dilakukan dengan mernbandingkan baku kebisingan yang telah ditetapkan'Tahapan terakhir pada penelitian
ini
adalah pengambilan keputusan dan kesimpulan atas analisis pembahasanyang telah dilakukan.
Semuaalternatif
keputusantata letak
ruang laboratorium perawatan pesawat terbang yang memenuhi aspek ergonomi berkaitan dengan kebisingan dan keamanan diberikan dengan menambahkan saran-saran yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan faktor kenyamanan di lingkungan Kampus.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Proses Perawatan Pesawat TerbangGambar
1
merupakan proses perawatan pesawat terbang padaAircraft
MaintenanceTraining
Organization(AMTO)
selalu mewajibkan melakukanprosedur
engine grottnd ntn setelahdilukrka,
perawatan pesawat terbang Pada dasamya fasilitas laboratorium perawatan pesawat harus memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor :KM
24 Tahun 1997tattggal 23 luly
1997 dan sesuai SKEP/53/IIY200I dari Dirjen perhubungan Udara, tentang Petunjuk Pelaksanaan (Staff InstructionNomor 147-l)
berkaitan persetujuan Organisasi Pelatihan Perawatan PesawatUdara (AMTO) certificates
issued pursuant to Civil Aviation Safety Regulations (CASR). Part 147 '46 Volume V, Nomor 2, November 2OL3
MA|lASIS\tiA
-'. ManagerTehnik 1
1*WO"
I
Sekretaris
TUT m ela porka n
-&*
tru
,J.'r'.rt-'-'
-i -3
Aiitrarl File : arli'ilah s0ii',1,'a,s ,i;ing d!fluni,kan unruk rnericarar -serflua diila Frra.r,,ar selnma dir.iFerri!ikan. scba$i1i Lleisyararan a ar pe:ial.Jat dspiir dinyarakan i.aii.i Udara
lnspection Sheet : adalah petunjuk dalam pemeliharaan pesawat, yang terdapat dalam Maintenance Specification I Maintenance program
Sem ua pekeriaan selesai dan sudah ditanda-tangani, semua Job Card diserahkan ke lnspector
7
Diserahkan kepada ln.rprcfor untuk diperiksa ulang
Persiapan Engine Ground Run
o
Penempatan Pesawat (Berlawanan arah angin)r
Kesiapan GPU & Firex.
I orang Mechanic Standbypu:nrrrjA!,;iap
lliele,nilkan
) Ground Run Pesawat Selesai :
o
PenyelesaianAdministrasir
Pengembalian Dokumen ke PesawatI
lnspectoi.r",r f,. *ol.r, -l I Cockpit Pesawat membawa l-I Engine cround Run Check Lisr
I
Parking Brake On Semua Switch 0ff
fmgine Stsrt; dalam 30 scond, 0il Press, 10 psi,jika kurang dari 10 psi, Engine matikan & periksa Oil Press 10 Psi., set Power pada 1000 rpm (Warming Up)
Setelah CHT mencapai 200"F atau 100"C & OilTemp.75"F, Lanjutkan EnginrRUN Up Set Power 1700 rpm ) Propeller Check;2000 rpm ) Magneto drop Check
Full Power) rpm max dan manifold press NORMAL ldle $peed Check: (600 - 700 rpm) normal
Check Lean & Rich M;xtilrss: set rpm menjadi 1200 rpm; reduce throtle secara pelan-pelan,jika ditarik langsung mati berarti 'Lean";jika ditarik ada KENAIKAN 50 rpm dari 1200 ) 1250 rpm berarti TOnURL;lifa dirarik ada KENATKAN
1 00 rpm lebih, dari 1 200 t I 300 rpm berarti rerlalu "Rich"
Gambar 1 Struktur organisasi dan Alur pelaksanaan .4 ircraft Mainrenance
Seluruh kegiatan yang ada pada perawatan pesawat tentunya akan membutuhkan fasilitas ruangan yang memadai. Beberapa ruang fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut adalah :
1.
Lantai Perawatan Pesawat2.
Ruang Manager Teknik (Maintenance Engineering)3.
Ruang Kepala Dinas/Bagian&
Kepala Sesi Pemeliharaan Pesawat Terbang (Harpesbang) (Iufain t en an c e C ont ro I Offi c er)
4.
Ruang Inspector (Quality Control Officer)5.
Ruang Mechanic (ruang kelas untuk mahasiswa)6.
Ruang Tata Usaha Tehnik (TU-D.7.
Ruang Publikasi TeknikANGKASA
47Kadis Materiil (Kadis Mat)
Kabag Har Mengatur Personil Pemeliharaan Pesawat
Tata Usaha Tehnik (TUT) Publikasi Tehnik
Eko Poerwanto, fiunawan
8.
Ruang Perlengkapan9.
Ruang Work ShopListrik
dan Instrument (Lisment)10.
Ruang Work Shop Avionic.11.
Ruang Work Shop Hyd.l Pneumatic12.
Ruang Work Shop Battery13.
Ruang Ground Support Equipment (GSE).14.
Ruang Tools.15.
Ruang Gudang Materiil.(Materiil
Control Officer)16.
Appron tempat untuk Ground Run17.
Rest Room.Selain kebutuhan r"uangan seperti disebutkan
di
atas, ada fasilitas lain yang berada diluar hanggar, yaitu penempatan pesawat untuk groundrun
(Appron),Aircraft
washingarea
danswing
compasarea (terletak kurang lebih 100 m dari
hanggaryang
tujuannya untuk-"rghirrduri
pengaruh medan magnet yang ditimbulkan dari barang-barang yangterdiri
dari besi. Gambar layout fasilitas adalah sebagai berikut :Rs!trg t: oT"*
t*Tun R{n0gl hilang
ii lluang
i 1l*aug
li***g
{
w
Ilrragt6ll0ft[X
**:*
Iturrg
tisarrq
* rlesrE
l4
E$t4*. 'l{rra$g
1.1
Ll,Du*r: ?ar.1a':rlir4 Ia*131 *1
I , kl!*$F $ta8E{ir7 trii'.*i k
i i(u*u;; Hrtrvrl;r lliiliil .* X8*ii:i! Srri $lniiii:.
.4.1(r*rg lupetta:
:{,ittrrrlr tr{rzh*ri; ir,rglt*ii*ari
$.li)!*r$ IliJ.
i.Eu;rq: fl*hiilr*i T*kiiii
t. li.!:!nlt f siis!![tFm
E.I{rss-{ 1q{al 5*'rF l..lrrtcsl ll1 Flus6l{ r'!'fi:i:' :ihi.p .{('i{ft i{,.
! I llu5d U',' ; !\.,t1 |l\ .J - f,'(- !'.rrir ii.il"rm21 lfriir t$he? iiltlir:5, Li.*.rqnf {.;St:
l.l.ltsru, il'i*,^.
i i,, ftr-rxn,g {ir.i*ri:l }&riri rl,
I t..[ fis]'dt rii irni in*;g;r urluit. {ii:rr.rrl.Ii*a i.l2i:.*:r } i l- lt"c*: il+usrn
t\'esit .l?,4 f r*tun:4frri .{,Jf,t}
{;!:*rrr! qll*ie{a*ri,!tk!
I-tn*rli ...,....,,,..." .,.... :I i!.t ln { i.ll} tlli
"ltrHrlxt ...,..-...- ....1:* ft -5 in tS..i1u;
lirri;ir ... lll !J I'rl:'.1! ,t ltir!*i 4r4e,...,..-...-... 1{lJ lii ( tii,l :n:}
\lrr:rl.rrlE*t.. . lJi{'ll,i! }:li:i!)
i 6 firaL*l *+tr
i rtrlpnti
Gambar 2 Layout F asilitas "Aircraft Maintenance"
3.2.
Karakteristik Wilayah
KampusSTTA
Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Yogyakarta terletak di Jl. Janti Blok-R Lanud Adisutjipto, dengan kondisi wilayah sebagai berikut :
48 Volume V, Nomor 2, November 2OL3
MAHASIS!vA
Fi:rusr:]iian
i--
s;rra*rluagi-
iI -,- *_., -^-
\ "-. - -, - ,- . --.-* .,*-.^ !
L--:-...-..-..*-.*i*---*...-..J ll
: i.. )
Pa:ilrri);-lla o
'*
PrrumahanFencluduk
:**...r.."* . r.--
Gambar 3 Peta Situasi Kampus STTA Yogyakarta
Kampus STTA Yogyakarta berada di lahan seluas 49.538 m2, dengan posisi perumahan penduduk berada
di
depan (arah Selatan) dandi
sebelah Barat KampusSTTA,
sehingga penempatanruang
laboratorium perawatan pesawatyang
memungkinkan hanyadi
posisi"Timur Laut"
kampus STTA.Hal ini
dikarenakan sebelahTimur
Laut kampus STTA masih berupa tanah lapang, sehingga suara bising dari "Pesawat Terbang" yang melakukan Engine Ground Run tidak terlalu mengganggu lingkungan di sekitar kampus.3.3. Pengukuran Kebisingan pada Engine Ground Run
Salah satu sumber data dalam penelitian
ini
adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengukuran langsung oleh peneliti yang bukan merupakan data yang telah ada dan bersifat numeric (datakuantitatif).
Pembacaanalat
dilakukan setiap5 detik
sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan HidupNo.
48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.Prosedur pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter sesuai dengan SNI 7231 :2009,
yaitu:
a.
Hidupkan alat ukur kebisingan.b.
Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.c.
Sesuaikan pembobotan waktu respon alatukur
dengan karakteristik sumberbunyi
yang diukur (S untuk sumber bunyi relative konstan atau F untuk sumber bunyi kejuQ.d.
Posisikan microphone alat ukur setinggi posisi telinga manusia. Hindari terjadinya refleksibuny
dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.e. Arahkan microphone alat ukur dengan
sumberbunyi
sesuai dengan karakteristik microphone (microphone tegak lurus dengan sumberb*yr,
70o-
80o terhadap sumber bunyi).Pilih tingkat
tekananbunyi (SPL) atau tingkat tekanan
sinambung setara (Leq).Sesuaikanlah dengan tujuan pengukuran.
Catat hasil pengukuran tingakt kebisingan.
Bila
alat ukur ukur Sound Level Meter tidakmemiliki
fasilitas Leq maka dihitung secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut :Leq
-
1,0 Logtitft. v 1go'rtr; + (t, x 1go'tt'211...*(tnx 100'1rn)l]
(1)Dimana:
b'a h.
ANGKASA 49
Eko Poerwanto, Gunawan
Leq:
tingkat tekanan bunyi sinambung setaraLl :
tingkat tekanan bunyi pada periode t1Ln :
tingkat tekanan bunyi pada periode tnT :
total waktu pengukuran(tl
+ t2+
....+ tn)Pengukuran kebisingan pesawat saat engine ground-run dilakukan dengan sotmd level meter dari beberapa jarak yaitu
:
30, 60, 90, dan 120 meter dari sumber kebisingan (pesawat terbang sedang groundrun)
denganposisi pesawat terbang tidak bergerak/tetap pada posisinya.Pengukuran dari
jarak
tersebut dilakukan pada empat arahyaitu :
Selatan, Timur. Utara, dan Barat.Pengukuran kebisingan
dilakukan
denganSound Level Meter. Alat ini terdiri
dari mikrofon,sirkuit,
dan display pembacaan.Mikrofon ini
akan mendeteksi tekanan udara yang bervariasi yang kemudian dengan bunyi akan mengubahnya menjadi sinyal elekrrik. Sinyalini
kemudian akan diproses oleh sirkuit elektronik. Pembacaan akan terlihat dalam saruan desibel.Sound Level Meter memiliki pembobotan atau skala A,B,dan C. Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipakai skala
A.
Skalaini
adalah skala kebisingan yang sensitif unruk fiekuensi yang tinggi dan paling cocok dengan pendengaran manusia. Skala B memberikan respon yang baik untuk frekuensi rendah, sedangkan untuk skalaC
memberikan respon 1'ang paling baik terhadap frekuensi rendah. Dengan menggunakan SoundLevel
fuIeter t'ia-.a. Kebisingan diperiksa dengan pengukurantingkat
tekananbunyi dB(A)
selama10 menit untuk
tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Pengukuran kebisingan ,liXak-ukan pada dua kondisi Engine Ground Run, yaitu Groundldle
dan Maximttm Poy'er. dene3n posisi pesawat menghadap ke Selatan (berlawanan arah angin).Hasil pengukuran selama 10 menit dengan pencatatan setiap 5 detik paca trrik Selatan (berhadapan dengan pesawat) adalah sebagai berikut :
80 75 70 65
Ft rl Fi Fl Fl Fl Fl Fl el
r-lNCOstr)(oF.CO
--.s- 3.:
-
-f-:,: *
FlFld
o)od Pengukuran ke
Gambar 4 Hasil Pengukuran Kebisingan (Graound ldle) dari Titix >e.::-:--. :j:--
: :.:.::
?::a'.r at)Setelah pengukuran pada masing-masing
titik
pen-eukurank;:-=--;-- ::.r," diailai
rata- rata kebisingan unfuk masing-masing perlakuan ground rl{/, se5tS:' :E:-.ri-:Hasil pengukuran tingkat kebisingan untuk ground idle :
50 VOIU-e
* lh:nl:r - itr,rE-:E-
:113[IAllASlSI,1/A
Tabel2Hasil pengukuran tingkat kebisinsan untuk und idle
Jarak dari
Pesawats
UB T rerata
30m
85.7 90.2 85.6 85.7 86.860m
80.3 86.1 81.2 81.1 82.t7590m
77 82.6 78.2 78.1 78.975120 m 74.5 79.2 75.t 75.r 75.975
Keterangan :
S
:
Selatan;U:
Utara; B :Barat;T:Timur
Sumber : pengolahan data penelitian
Berdasarkan
table hasil
pengukurantingkat
kebisinganuntuk kondisi ground
idle menunjukkan kebisingan yang palingtinggi
berada padatitik
lJtara, yaitu posisi pengukuran yang dilakukandi
belakang pesawat terbang.Hal ini
terjadi karena arah aliran udara (daya dorong) pesawat mengalirke
belakang pesawat, sehingga suara yang mengalir ke belakang lebih besar. Sedangkan hasil pengukuran untuk maximum power, adalah sebagai berikut :Tabel 3 Hasi uran tlnskat untukmaximum
Jarak dari
Pesawat S UB T
rerata30m
106.4 110.1 85.6 85.7 96.9560m
102.7 r07.2 81.2 81.1 93,0s90m
98.7 101.1 78.2 78.t 89.025120 m 96 98.3 75.t 75.t 86.12s
Keterangan:
S
:
Selatan;U:
Utara; B :Barat; T :TimurSumber : pengolahan data penelitian
Berdasarkan table
hasil
pengukurantingkat
kebisinganuntuk kondisi
maximum pawer menunjukkan rata-rata kebisingan yang dihasilkan lebih besar dari pengukuran pada kondisi groundidle.Hal
ini terjadi disebabkan posisi engine powerlebihbesar disbanding pada ground idle, sehingga putaran pada mesin menghasilkan tingkat kebisingan lebih besar.Peraturan
Terkait
KebisinganBaku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke
lingkungandari
usaha atau kegiatan sehinggatidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep. MenLH No. 48 Tahunl99o)
Berdasarkan Peraturan
Menteri
KesehatanNo.178 Tahun
1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, menyatakan pembagian wilayah kebisingan ke dalam empatzona,yaitu:
a. Zota A,
adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingan 35-45 dB.b.
ZonaB, adalah untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan 45- 55 dB.c.
Zona C, adalah untuk perkantoran, peftokoan, perdagangan, pasar. Tingkat kebisingan 50- 60 dB.d.
ZonaD,
adalah untuk lingkungan industry, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus, tingkat kebisingan 60-70 dB.Sedangkan menurut
IATA
(InternationalAir
Transportation Association) kebisingan dibagi ke dalam 4 zona yaitu :a.
ZonaA:
intensitas>
150 dB. Daerah berbahaya dan harus dihindari.ANGKASA 51
Eko Poervanto. Gunawan
ZonaB
: intensitas 135-
150 dB. Individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug).ZonaC:
intensitas115-
135 dB. Perlumemakaiearmffi ZonaD:
intensitas 100-
Il5
dB. perlu memakai earplugAdapun
nilai
ambang batas kebisingandi
lingkunganke{a
diaturoleh
Surat Keputusan Menteri Menaker No. KEP-
5l/MEN/l
999.abel4
Nilai
Batas Kebi di IndonesiaWaktu
Peme anan oerhari
Intensitas KebisinsandB(A)
8
4 2
1
Jam
85 88
9l
94 30
15 7,5 3,75 1,88 0,94
Menit
97 100 103 106 109 112 28,12
I4,06 7,03 3,52 1,76 0,89 0,44 0,22 0.11
Detik
115 118
t2t
t24
127 130 133 136
t39
Sumber : Kep.Menaker No.51 Tahun 1999Berdasarkan
hasil
pengukuran kebisingan padaEngine
Ground.Rzn. d^apat dilakukan analisis awal bahwa pelaksanaan engine groundrun
tidak memungkinkan dilalsanakan pada saatjadwal kuliah
sedang berlangsung,hal ini
dikarenakan rata-rara kebisingan Lasil pengukuran, menunjukkandi
atas am-bang batas lingkungan tempatpendi.likrn lairu
sebesar ss dB(A).3.4. Perancangan Posisi Ruang
Laboratoritm Aircraft
Maintenan ceBerdasarkan pengukuran tingkat kebisingan engine ground
nm,
dapa.a;paafan 3
(tiga)alternatif
penempatan ruang laboratorium perawatan pesawat terbang.-f*S"
alternatif peta area kebisinganpadakarnpus STTA sebagai berikut :
Alternatif I
:Posisi ruang laboratorium perawatan pesawat berada di Timur Laut dari
kmpus STf^\
dengan gambar sebagai berikut :b.
c.
d.
52 Volume V, Nomor 2, Ho,vermber 2013
MAllASISIYA
'*
30m
I i
l- {tudrys* s.${fts t*d+,*
:te&ld's$!{j#
,l
'iB*".ttr*
I !e$, I
,r"""-:""'-"*) I ., L
I
E"r It.9f
i ;;
.tI }3 f
it
t_ -
I|fu]H llt
ltx
Gambar 5 Peta Kebisingan di Kampus STTA dari Engine Ground-Run Alternatif I Keterangan :
Posisi Lab. Perawatan Pesawat Terbang menghadap
ke
Selatan,hal ini
dimaksudkan untuk aspek estetika dan keamanan, sehingga pengawasan keamanan menjadi mudah. Posisi Ground- Run Pesawat Terbang menghadapke
Barat sehingga suara terbising akan terbuangke
arahTimur
dengan areayang
bebasdari aktivitas. Posisi
sepertiini
berdasarkan pengukuran kebisingan urrtuk berbagai radiusjarak
yang telah ditentukan padajmak
pengukuran terjauh120 meter untuk ground
idle
sebesar 75,975dB(A)
dan maximum power sebesar 86,125dB(A) Alternatif 2:
Posisi ruang laboratorium perawatan pesawat terbang, berada
di
belakang gedung Nurtanio dengan gambar sebagai berikut :ANGKASA 53
Eko Poenaanto.0unawan
d I II
j
ii {.t
ii.*v
120m
!{$xng ftatt* I
l&d*.S'$+.t xq{}$n+}
50m
-,..i ,- ^ li*rfli3]g Wtsix$ HrIrcffi
te.tlqg,Eefsti qI!] iI
Gambar 6 Peta Kebisingan di Kampus STTA dari Engine Ground-Run Altematif 2
Keterangan:
Posisi Lab.Perawatan Pesawat Terbang menghadap ke Barat, hal
ini
untuk aspek estetika dan keamanan.Posisi
Ground-Rul, Pesawat Terbang menghadapke
Selatan. Posisi sepertiini
kurang menguntungkan, karena area terbising di belakang pesawat masih ada beberapa fasilitas kampus. Posisi sepertiini
berdasarkan pengukuran kebisingan untuk berbagai radius jarak yang telah ditentukan padajarak
pengukuran terjauh 120 meter untuk groundidle
sebesar 75,975 dB(A) danmaximumpower sebesar 86,125dB(A)
Alternatif 3:
Posisi ruang
Lab.
Perawatan Pesawatdi Timur Laut
area kampusST[A,
dengan gambar sebagai berikut :*_
*s
#:gd Yr
&
*
4#
&.
a
54 Volume V,
toru e
tlorenrber 2013litN;n* l"i*\:€lirqi*rti
MAHASIS}1IA
120 m {itd*,4 lliwti'., \uPi**
lB}*nd t.*J"{fifr're ,
r---"1 l--1
I lr I
llli t - il;
I #g ttlt I
t ia tt+t I ; X tt I
I * t! t
1 - tt
lt ilE
{ }i t
L--__JLl
itItt^1
t
a* 1it I . ... . ...._. .. . . l_.-r.. .. l
Gambar 7 Peta Kebisingan di Kampus STTA dari Engine Ground-Run Alternatif 3
Keterangan:
Posisi
Lab.
menghadapke
Barat danposisi
Ground-Rurz Pesawat Terbang menghadap ke Selatan. Posisi sepeftiini
kurang menguntungkan, karena area terbisingdi
belakang pesawat masih ada area perumahandi
Lanud.Adisutjipto.
Posisi sepertiini
berdasarkan pengukuran kebisingan untuk berbagai radiusjarak
yang telah ditentukan padajarak
pengukuran terjauh120 meter untuk ground idle sebesar 7 5,97 5
dB(A)
dan maximum power sebesar 86,125 dB(A) 3.5. PembahasanPelaksanaan perawatan pesawat
terbang atau aircraft
maintenancediakhiri
dengan pelaksanaan Ground Run yang berfungsi mengevaluasi performace pesawat setelah dilakukan perawatan, sehingga pesawat dinyatakan layakuntuk
diterbangkan. GroundRzz
merupakan standar prosedur yang harus dilakukan oleh mahasiswa yang melakukan trainingAMTO.
Halini
dilakukan sesuai denganform DAC-65.09 yaitu surat tanda kecakapan (STK) langkah ke18, yaitu Perform
enginerun up.
Pelaksanaan GroundRun
pada pesawat terbangjika
dilakukan
di
lingkungan kampus STTA akan menimbulkan kebisingan cukup tinggi, sehingga akan mengganggu aktivitas belajar mengajar di kampus.Berdasarkan pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan untuk kondisi ground
idle
:jarak 30
meter rata-rata tingkat kebisingan:
86,8dB(A); jarak 60
meter rata-rata tingkat kebisingan:82,175
dB(A); jarak 90 meter rata-rata tingkat kebisingan:78,975 dB(A)
dan jarak 1.20 meter rata-rata tingkat kebisingan:75,975 dB(A).
Sedangkan pengukuran tingkat kebisingan untuk kondisi maximum power;jarak
30 meter rata-rata tingkat kebisingan:96,95 dB(A); jarak
60 meter rata-rata tingkat kebisingan:
93,05dB(A); jarak
90 meter rata-rata tingkat kebisingan:
89,025dB(A)
danjarak
120 meter rata-rata tingkat kebisingan:
86,125dB(A).
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Yogyakarta merupakan institusi pendidikan yang bernuansa dirgantara mempunyai kewajiban menyediakan fasilitas pendidikan berupa laboratorium perawatan pesawat terbang. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.178
ANGKASA
Eko Poenyanto, Gunawan
Tahun 1987 tentang kebisingan, maka institusi pendidikan berada pada ZonaB dengan standar tingkat kebisingan yang
diijinkan
sebesar 45-55 dB. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak ada satupun alternatif penempatan ruang laboratorium pesawat terbang yang memenuhi standar yang diijinkan.Berdasarkan
alternatif
penempatanruang
laboratorium perawatan pesawat terbang di kampusSTTA,
maka alternatif yangpaling
memungkinkanuntuk
dapat digunakan adalahaltematif l,
dengan resikotingkat
kebisingan dapat dikurangi dengarr menempatkan posisi pesawat untuk groundrun
pada arah Barat-Timur, sehingga suara bising dapat mengalirlepaske area bebas di
belakang pesawatyang masih berupa tanah lapang. Hal ini
dapatdimungkinkan dengan syarat
pelaksanaanground run dapat dilakukan jika tidak
ada perkuliahan yang dijalankandi
kelas.STTA
secara rutin melaksanakan penjadwalan aktivitas di kampus selama 5 (lima) hari kerja, sehingga hari Sabtu relatif tidakadaliaw*
perkuliahan.oleh
karena itu, pelaksataan ground run dapat dijadwalkan di hari Sabtu.4.
KESIMPULAN &
SARANBerdasarkan hasil dan pembahasan pada sebelumnya, adabeberapa kesimpulan yang dapat diberikan:
1. Alternatif posisi ruang
laboratorium perawatan pesawat terbang yang rtapat diberikan cenderung berada pada posisi Timur Laut kampus STTA, halini
dilakukan karena hunian penduduk di sekitar Kampus yang berada pada sebelah Selatan dan Barat2. .Hasil
pengukurantingkat
kebisinganuntuk
beberapajarak dari
sumber kebisingan (pesawat yang melakukanground run)
menunjukkantidak
adaalternatif yang
dapat digunakan untuk ruang laboratorium di area kampussrrA
yang tersedia3. Dari ketiga
altematif penempatan ruang laboratorium perawatanpesa*ar,
yang paling memungkinkan dapat digunakan adalah altematif 1, dengan syaratpelaksanaangro"ia *i
dapat dijalankan
jika
tidak ada jadwal perkuliahan di kelas.Berdasarkan kesimpulan seperti
diuraikan di
atas,maka
beberapasarm yang
dapat diberikan pada penelitian ini:1.
Perancangan laboratorium perawatan pesawat terbang yang memenuhi aspek ergonomi adalahcukup kompleks.
Penelitianini hanya
memperhatikanfalcor
kebisingan dan keamanan dari sisi penempatan ruang. Penelitian akan lebihlengk4
dari aspek ergonomijika
memperhatikan faktor yang lain, misalkan pencahayaan, suhu dan lainnya2.
KampusSTTA
sebagai institusi pendidikan yang benruansa rcairgmtaraan selayaknya memperhatikan fasilitas pendidikan yang paling utama benpa pentar*ndm
lainya, yang menunjang kebutuhan mahasiswauntuk
siap terjundi
duniainersri
penerbangan padakhususnya. Industri
penerbanganselalu
mensyaratkanselunrh per=""it"yu
untukmempunyai license.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih atas bantuan Danskatek
M3
I-mud-Adisrjipto
Yogyakartayang telah memberikan ijin
pengukurankebisingan p€sayar Etmg.
Kepada- Bapak Darmatmo, penulisjuga
mengucapkan terimakasih atas bantuan bfubingan pros€r perawatan pesawat terbang.56 Volume V,
b
2, fbuenrber 2013I'IAtlASIS!VA
DAFTAR PUSTAKA
t1l
Apple, James. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Penerjemah: Nurhayati Mardiono. Bandung: ITB.12]
Anizar. 2009. Telotik Keselamatan dan KesehatanKerja di Industri.
Medan:
Graha Ilmu.t3l
Baiquni,K.
2009. Studi Aspek Kebisingandi
Unit Stamping Shop, Karawang Plant PT.Toyota
Motor Manufacturing Indonesia. ISKRIPS{.
FakultasTeknologi
Pertanian.lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
14) Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing
ConservationProgram.
USU Repository. (Online), (http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf) Diakses tanggal1 Maret 2013.
t5]
Bridger, R.S.1995. Introduction to Ergonomics. New York; McGraw-Hill, Inc.16] Chandra, B. 2007. Pengantar
KesehatanLingkungan Jakarta : Penerbit
BukuKedokteran ECG.
U]
Darmatmo., 2007.,Aircraft
Maintenance,Dlktat
Pengajaran SekolahTinggi
Teknologi Adisutj ipto, Yogyakartat8] Dwi P.
Sasongko...[etal],
2000, Kebisingan lingkungan, Badan Penerbit Universitas Dipanegoro, Semarangt9]
Departemen KesehatanRepublik
Indonesia, 1990. Upaya KeselamatanKerja
SektorInformal di Indonesia. Jakarta.
(Online),(http://dieilib.unnes.ac.id/esdl.collect/skripsiarchives/HASHdf81/bbc67ef9.dir/doc.pdO Diakses tanggal 1 Maret 2013.
U0]
Fitriani, D. 2003.Uji
Getaran Mekanis dan Kebisingan Terhadap Operator Traktor Dua Roda Yanmar YST-DX dan Perkasa 850-DI Pada Pengoperasiandi
Lahan Sawah danLahan Kering. ISKRIPS{.
FakultasTeknologi
Pertanian.Institut
Pertanian Bogor.Bogor.
tlll Kep. Men. L.H. NO. 48 Tahun
1996, Tanggal25
Nopember 1996,Baku
Tingkat KebisinganlLz)
Keputusan MenakertransNomor : KEP-51/MEN/I999,
tentangNilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimiadi
Tempat Kerja[
13]
Keputusan Menteri Kesehatan No.178 Tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.lI4) Lipscomb, D. M.
1978.Noise and Audiologt. University Park
Press. Baltimore.Maryland.
115]
Meyers, Fred E and Stephens, Matthew P, (2005).Manfficturing
Facilities Design and Material Handling, 3rd edition[16] Mc. Cormick
and Sanders.1992. HumanFactor in
Engineering and Design,7th
Ed, McGraw-Hill, New York.llTl
Moriber, G.1974. Environmental Science.Allyn
and Bacee, Inc. Boston.f
18]
Munilson, Jacky; Edward,Yan;Hafiz, Al;2009,
Gangguan Pendengaran Akibat Bising : Tinjauan Beberapa Kasus,
Bagian TelingaHidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr.M.
Djamil Padang[19]
NadyaR.M.T, & Poltje D.R,
2010, GambaranTingkat Ketulian
pada Tenaga Kerja RuangMesin PLTA
Sektor MinahasaWilayah
Suluttenggo, Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.ANGKASA
57[ko Poerwanto. Eunawan
[20] Nurmianto, Eko.,
2004,Ergonomi ;
KonsepDasar
danAplikasinya.
Guna Widya.Jakarta.
[21]
Notoatmodjo,S.
2003.Ilmu
KesehatqnMayarakat :
Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka Cipta.
Petinaung,J. K. 2008. Hubungan Lama Kerja dengan
Gangguan PendengaranPada
TenagaKerja di
Ruang MesinPLN
Kecemqtan Tabukan Selatan.Skripsi. Manado. Politeknik Kesehatan.
l22l Rambe, A. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Medan.
(Online), (http:/iwww.thtkomunitas.orglindex2.php?option:com_content&dojdts1&id:9)Diakses tanggal 1 Maret 2013.
l23l
Rosita,A.,
2008, Sistem Elektronik Dokumen Cerdas Untuk Manajemen Dokumentasi ReparasiDan
Perawatan PesawatTerbang,
SeminarNasional Aplikasi
Teknologi lnformasi 2008(SNATI2008)
Yogyakarta ISSN: 1907-5022.124)
Saputra,P.
2009.Mempelajari
Aspek KonsumsiEnergi di PTPN YIII Unit
Kebun Gunung Mas,Bogor.
LaporanPraktik
Lapangan. DepartemenTeknik
Pertanian, IPB, Bogor.1251 Sastrowinoto, S., 1985, Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pertjq Jakarta
126l
Sembodo, J.2004. Evaluasi Tingkat KebisinganDi Industri
terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pekerja (Studt Kasus di PT.XYZ).ISKRIPS!.
Fakultas Teknologi Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
L271 Sutalaksana,
Iftikar Z.
Atggawisastra, Ruhana dan JannH.
Tjakraamadja- Telcnik dan Tata Cara Kerja. Departemen Teknik IndustrilTB.1979.
[28]
Tarwaka,Bakri, S.H.A.
SudiajengL.
Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivifas. TINIBA Press. Surakarta. 2004.129)
Walpole, R.E. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama
1995.[30]
Wignjosoebroto, S., 2003, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Guna Widya[31]
Wignjosoebroto, Sritomo., 1.995, Ergonomi,Studi
Gerakandan
Wafutt Surabaya: PT Guna Widya.[32]
Wignjosoebroto, Sritomo,Arief
Rahman danElfino
Jovianto., 2010,Kajian
ErgonomiDalam
PerancanganAlat Bantu
Proses Penyetelandan
PengelasanProdttk
Tangki Travo. Jurnal Ergonomika-
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi-
Institut Teknologi Sepuluh November.
s8 Volume V, Nomor 2, November 2013